Nandira gadis cantik yang berusia 23 tahun, Ia gadis ceria dan manja, Nandira terlahir dari keluarga konglomerat.
Hermansyah, pengusaha properti yang sudah merintis usahanya sejak masih duduk di bangku kuliah. Ia bekerja dengan sangat gigih membuat perusahaan yang dipimpinnya mampu berkembang dengan sangat pesat.
"Ibu, aku mau ke Bali ya bersama Riko?" izin Nandira duduk di kursi melihat mamanya sedang sibuk menyiapkan makan malam untuk mereka.
"Kamu tanya Ayah aja ya, "jawab Ibu yang sedang sibuk menata hidangan.
Pak Hermansyah menghampiri mereka,
"Ayah aku boleh ke Bali ya minggu depan ?"rengek Nandira, ia pindah duduk di dekat papanya.
"Perginya dengan siapa?"tanya pak Hermansyah Ayah Nandira.
"Sama Riko aja kok yah, aku juga ada janji dengan teman di sana."Jawab Nandira.
"Iya boleh, tapi jangan lama-lama ya.Kamu harus kuliah kan? Ayah ingin tahun ini kamu bisa wisuda dan membantu ayah di kantor," ucap Ayah Nandira mengacak-acak rambut Putri kesayangannya.
"Iya Yah, Nandira janji ini yang terakhir kalinya Nandira meninggalkan mata kuliah," janji Nandira.
"Berapa lama kamu di sana?" tanya Ayah mulai memakan makanannya.
"Belum tahu Yah, lihat sikonnya aja nanti,"jawab Nandira ikut makan.
Setelah makan malam Nandira langsung ke kamar dan menyiapkan barang yang akan ia bawa ke Bali.
"Gimana?" chat Riko,
"Diizinkan kok," jawab Nandira,
"Oke," balas chat Riko.
Di Apartemen Riko.
"Apa aku bilang, dia pasti bisa ikut," ucap Riko menyombongkan diri.
"Iya aku salut sama kamu, punya pacar eh maksud aku tunangan cantik dan penurut, tapi sayang masih perawan," Zain tertawa meledek sahabatnya
"Sialan loh," umpat Riko.
"kamu nggak ngiler tuh lihat bodynya Nandira," ucap Zain memperagakan body Nandira dengan tangannya.
"Aku masih normal bro, masa bodi gitu aku nggak ngiler, tapi udahlah aku sudah sering minta, tapi nggak dikasih," ucapan Riko merebahkan diri di kasur.
"Payah lho," ucap Zain semakin tertawa.
"Zain, aku sayang sama dia, aku nggak mau maksa dia, aku nggak mau hanya karena nafsu semata aku bisa kehilangan dia.
Kali ini aku benar-benar serius ingin menikahinya," ucap Riko serius.
"Mau taruhan enggak," ajak Zain.
"Taruhan apa?" tanya Riko kembali duduk.
"Kalau di Bali nanti lho bisa dapatin Nandira, cafe gue buat lho," ucap Zain pada Riko.
"Yakin cafe lho buat aku?" tanya Riko.
"Gue yakin, tapi gue nggak yakin lho bisa dapatin Nandira," ucap Zain meremehkan Riko.
"Oke setuju ." ucap Riko menjabat tangan Zain.
Zain adalah teman Riko dari kecil mereka selalu berbagi cerita suka dan duka.
Seminggu kemudian mereka bertolak ke Bali, Nandira sangat senang, namun kesenangannya menghilang saat ia tahu jika liburan kali ini bukan hanya mereka berdua, Riko mengajak beberapa temannya.
"Sayang kamu kok ngajak teman-teman kamu sih," protes Nandira.
"Biar rame aja, Sayang," ucap Riko merangkul bahu Nandira.
"Aku 'kan maunya berdua sama kamu."
"Iya, lain kali ya kita liburan berdua," ucap Riko lagi.
"Nggak ah, nggak ada lain kali," ucap Nandira berjalan lebih dulu meninggalkan Riko, tunangannya.
Sepanjang perjalanan Nandira terus mengacuhkan Riko.
Sesampainya di Bali, Riko langsung ke hotel dan memesan kamar untuknya dan Nandira, ia sengaja memesan kamar hotel berhadapan dengan Nandira agar mempermudah rencananya malam ini.
Mereka berpesta di Bar yang ada di hotel tersebut. Riko, Zain dan 1 temannya lagi membawa pasangan mereka.
"Sayang, malam ini tidur di kamar aku ya," ajak Riko.
"Jangan macam-macam ya, Aku nggak mau melanggar batasan kita," ucap Nandira menolak.
Rico terus merayunya, namun tetap saja gagal.
karena sedikit mabuk dan tertantang oleh taruhan Zain, Riko memasukkan obat ke dalam minuman Nandira.
'Malam ini kamu akan menjadi milikku,' batin Riko.
Riko terus minum alkohol hingga ia mabuk, Nandira yang merasa dicuekin dan merasa sesuatu yang aneh dengan tubuhnya memilih untuk kembali ke kamar.
Namun, saat di lift tubuhnya terasa panas, sesuatu yang aneh terus menjalar di tubuhnya. Dengan cepat Nandira berlari masuk ke kamarnya. Karena pengaruh obat sudah sangat mempengaruhinya ia salah masuk kamar, seharusnya ia masuk ke kamar sebelum kamar yang dia masuki saat ini. Begitu sampai di dalam kamar, ia langsung membuka satu persatu pakaiannya.
Seorang pria yang tengah berdiri di dalam kamar tersebut terkejut melihat seorang gadis yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dan melepas satu persatu pakaiannya, hingga tak tersisa satu pun.
Kamar hanya diterangi cahaya lampu tidur membuat Nandira tak melihat jika ada seseorang yang terus memperhatikannya, ia berbaring di kasur empuk di kamar itu.
"Ada apa denganku" batin Nandira terus menggeliat di atas kasur, sesekali desahanya keluar hingga ia benar-benar tak terkendali.
Pria itu memperhatikan Nandira secara saksama, "Seperti ada yang telah mengerjai nya."
Pria itu ingin memastikan apakah dugaannya benar, ia menyentuh bagian sensitif dan benar saja, Nandira langsung mendesak dan mengharap lebih.
Senyum terbit di bibir pria itu, "Kamu masuk ke kamar yang salah cantik," ucapnya sambil melepas satu persatu pakaiannya.
Nandira masuk ke kamar yang salah, dan sialnya ia masuk ke kamar seorang pria yang menganggap Wanita hanya sebagai pemuas nafsu saja.
Pria itu adalah Rafiz pemilik perusahaan game online terbesar di Negaranya.
Rafiz langsung menikmati tubuh indah Nandira yang begitu membangkitkan gairahnya. Ia terus melakukan penyatuan hingga mereka mencapai puncak.
Mereka berdua tertidur pulas.
Pagi hari Nandira terbangun dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya, dan saat membuka mata, iya dihadapkan dengan wajah seorang pria yang sangat tampan, sejenak Nandira menikmati apa yang dilihatnya.
Beberapa saat kemudian matanya membulat sempurna saat ia tersadar,
'Di mana Aku. Astaga ini bukan kamarku, kamar siapa ini,' batin Nandira menutup mulutnya saat menyadari jika ia tidur di kamar yang salah dan melihat seorang pria tidur disampingnya.
Perlahan-lahan Ia turun dari tempat tidur,
"awww sakit," Nandira menggigit bibirnya saat merasa perih di area sensitifnya, dengan perlahan ia kembali memakai pakaiannya dan pergi dari kamar itu. Ia melakukannya dengan hati-hati, ia tak ingin pria yang sedang tertidur pulas itu terbangun.
Nandira tak ingin ada orang yang mengetahui jika semalam ia bersama dengan seorang pria, ia tak ingin jika Riko mengetahuinya, Nandira yakin Riko pasti akan memutuskan pertunangan mereka apabila ia tahu dirinya sudah tak suci lagi.
"Dasar wanita," gumam Rafiz saat melihat Nandira keluar dari kamarnya.
Sesampainya di kamar Nandira melihat banyak panggilan masuk di ponselnya,
"Kenapa Riko memanggil begitu banyak," gumam Nandira.
Tak lama kemudian suara ketukan pintu terdengar dengan perlahan, Nandira berjalan menuju pintu rasa sakit di area sensitifnya masih sangat terasa.
"Riko, ada apa?" tanya Nandira saat melihat yang mengetuk pintu adalah Riko.
"Kita harus pulang sekarang," ucap Riko.
"Kenapa?" tanya Nandira.
"Aku akan menjelaskannya saat kita sudah tiba di rumah," ucap Riko lagi.
Pagi itu mereka pun pulang ke kota mereka .
💖💖💖💖🙏🙏🙏💖💖💖💖
Terima kasih sudah membaca semoga menghibur, jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan memberi like dan komennya.
Salam kenal dariku,,m anha 💖
💖💖💖💖🙏💖💖💖
Riko adalah tunangan Nandira, mereka berpacaran sejak duduk di bangku SMA. Keluarga mereka sudah sangat dekat, mereka memutuskan agar Riko dan Nandira bertunangan dahulu sebelum menikah setelah Nandira wisuda.
Saat kembali dari Bali Nandira mendapat kabar jika kedua orang tuanya sudah meninggal karena kecelakaan.
Nandira berlari masuk ke rumah dan melihat jazad kedua orang tuanya,
"Ayah, ibu Nandira sama siapa,"ucap Nandira menangis sejadi-jadinya .
Riko memeluk erat tubuh Nandira,tak kuasa menahan dukanya Nandira jatuh pingsan.
Riko mengurus semua prosesi pemakaman dan lainnya.Sebulan sudah semenjak kematian kedua orang tuanya, namun Nandira belum bisa menerima kenyataan itu. Dengan setia Riko menemani Nandira, hingga suatu malam Nandira dipaksa keluar dari rumah, ia tak bisa berbuat apa-apa semua bukti menyatakan jika seluruh harta ayahnya diserahkan kepada Guntur, saudara Ayahnya.
Nandira berdiri di depan pintu gerbangnya yang sudah tergembok, ia menghampiri mesin ATM bermaksud untuk mengambil uang tunai namun ia tak menyangka jika semua kartunya sudah diblokir.
"Bagaimana ini, aku harus kemana,"batin Nandira, "Riko, aku harus menghubungi Riko."Nandira segera menghubungi tunangannya itu namun setelah beberapa panggilan tak juga diangkat,
"Apa Riko sudah tidur ya," gumam Nandira.
Nandira memutuskan pergi ke Apartemen Riko,sepanjang perjalanan Nandira terus mencoba menghubungi namun tetap sama, tak ada jawaban.
Sesampainya di Apartemen Riko, Nandira memasukkan kode sandi pintu. Nandira tersenyum saat berhasil membuka pintu tersebut, namun senyumnya tiba-tiba hilang saat melihat sepatu wanita yang ada di depan pintu masuk.Ia masuk dan melihat pintu kamar terbuka, Nandira menjalan mendekat,ia sangat terkejut saat melihat baju wanita ada di lantai.Nandira berjalan pelan mendekati kamar, suara ******* wanita mulai mengganggu pendengaran nya.
Walau ragu Nandira terus berjalan mendekati kamar Riko.Ia mendekap mulutnya, air matanya menetes membasahi pipinya saat melihat pria yang dicintainya yang sebentar lagi akan menjadi suaminya, harapan satu-satunya nya tengah memuaskan nafsu seorang wanita yang tak lain adalah sepupunya sendiri, Shireen.
Nandira berjalan mundur Ia terus melihat wajah Shireen yang begitu menikmati permainan kekasihnya itu, Shireen semakin menambah desahannya saat melihat Nandira sedang menyaksikan mereka.
Hati Nandira sangat perih menyaksikan pemandangan yang begitu menjijikkan di matanya, ia meninggalkan Apartemen itu tanpa berniat mengganggu kesenangan mereka, ia mengambil tasnya dan berjalan keluar menghapus kasar air matanya.
Nandira berjalan tanpa arah, hingga kakinya lelah, ia duduk di pinggir jalan dan menumpahkan semua kesedihannya. Nandira menjerit menangis sejadi-jadinya" Ayah Ibu Nandira ikut kalian,"jeritan Nandira di tengah-tengah tangisnya.
Setelah merasa lebih baik, Nandira mempercepat langkahnya.Hari sudah semakin larut dan hujan sebentar lagi akan turun, ia melihat sebuah halte dan berteduh di sana. Beberapa saat kemudian sebuah bus berhenti dan seseorang turun dari sana dengan ragu Nandira naik ke bus tersebut.
"Tak ada yang menyayangiku di kota ini," batin Nandira menyandarkan kepalanya di kaca bus melihat jalan raya yang basah karena hujan.
Karena terlalu lelah Nandira tertidur hingga bus itu berhenti di sebuah kota.
"Di mana ini ,"gumam Nandira setelah terbangun dari tidurnya.
Hari sudah pagi, Nandira menatap sekelilingnya.
"Baiklah aku, pasti bisa melewati ini semua ."ucap Nandira menyemangati dirinya sendiri.
Apartemen Riko.
Riko terbangun dan melihat banyak panggilan Nandira di ponselnya,"Kenapa Nandira menelponku," batin Riko langsung menelpon balik Nandira.namun tak dijawab,
"Aku tak membutuhkanmu lagi," ucap Nandira membuka SIM card nya lalu membuangnya.
Iya terus berjalan menyusuri kota tersebut hingga ia merasa lapar dan masuk ke sebuah restoran,
"Bagaimana ini uangku tinggal sedikit," batin Nandira melihat dompetnya.
Sepertinya nasib masih memihak nya, ia melihat lowongan pekerjaan di restoran tersebut dan mendaftarkan diri.
"Oke, Aku akan mencoba bekerja," ucap Nandira setelah diterima bekerja di restoran itu.
"Sekarang aku harus mencari tempat tinggal terlebih dahulu," ucap pada diri sendiri.
Ia mulai mencari kontrakan, hari-hari berlalu dengan cepat, Ia sudah mulai terbiasa dengan pekerjaan barunya sebagai kasir di restoran itu.
Sudah sebulan kini ia bekerja di restoran itu. Nandira mulai menata kembali kehidupan nya.
Ia tak ingin menyarah pada kehidupannya yang sekarang,
Namun pagi ini ia merasa pusing,
"Kamu kenapa?"tanya teman Nandira yang bernama Dina.
"Enggak tahu Din, aku pusing," ucap Nandira memijat kepalanya.
"Kamu pulang saja, aku akan meminta izin untuk mu kepada bos," ucap Dina.
"Enggak kok, aku nggak apa-apa." ucap Nandira melanjutkan pekerjaannya.
Keesokan harinya ia merasa mual nya semakin parah, bahkan Nandira memuntahkan apa yang baru saja di makannya,
"Ada apa denganku,"tanya Nandira pada dirinya sendiri ,tiba-tiba ia teringat sesuatu dan memegang perutnya.
"Tuhan jangan lagi, bagaimana ini jika aku hamil."Nandira mengingat malam panasnya bersama pria yang tak ia kenal.
Nandira ke apotek dan membeli tespek, ia duduk lemas saat melihat dua garis merah tertera di alat tersebut,"Aku belum siap menjadi seorang ibu."
Nandira berniat menggugurkan kandungannya namun saat di perjalanan ia melihat seorang ibu menggenggam putrinya dengan penuh sayang
"Apa Tuhan mengirim kamu untuk menemaniku? baiklah mari kita jalani hidup ini bersama-sama," Ia memutuskan untuk menjaga bayi yang ada di dalam rahimnya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan perut Nandira sudah mulai membesar dan diketahui oleh pihak restoran tempatnya bekerja,pemilik restoran tersebut tak menerima wanita yang hamil tanpa suami dan Nandira pun dipecat dari pekerjaannya.
Bukan hanya di tempat kerja,Ia juga tidak diterima di lingkungannya .wanita murahan, wanita penghibur,, wanita tak tahu diri pembawa sial kata-kata itu sudah menjadi makanan sehari-hari namun Ia tetap sabar.
Nandira terus berjalan menyusuri kota mencari pekerjaan yang mau menerima kondisinya, setelah berjalan cukup jauh ia melihat lowongan pekerjaan sebagai resepsionis di pulau terpencil dengan nominal gaji yang lumayan besar dari gaji sebelumnya. Ia memutuskan untuk mendaftar di sana, selain ia akan jauh dari orang-orang yang selama ini mencibirnya ia juga akan mendapat gaji yang lebih tinggi.
Nandira kembali dengan senyum di wajahnya, begitu sampai di kontrakan tiba-tiba seseorang menyiram dengan air,"Wanita pembawa sial pergi kamu udah lingkungan kami," ucap mereka memandang rendah Nandira.
Nandira masuk ke kontrakannya, tak mempedulikan ucapan para tetangganya. Ia basah kuyup.
Perutnya terasa lapar dan sakit akibat perjalanan jauh ,nasi dan air putih hanya itu menu makan malamnya, uangnya sudah habis dan hanya mampu membeli nasi tanpa lauk.
Nandira makan sambil menangis dengan susah ia menelan nasi yang ada di mulutnya,melihat kakinya yang bengkak dan melepuh karena terlalu jauh berjalan.Nandira mengusap perutnya yang terasa sakit.
"Ibu akan selalu menjagamu,"ucap Nandira mengusap perutnya,air matanya terus mengalir.
Nandira membereskan baju-bajunya,"Semoga kita jauh lebih baik di sana,"ucapnya pada bayi yang ada di dalam rahimnya dan mendapat respon berupa tendangan kecil yang membuat hati dan diri menjadi lebih tenang.
"Ayah Ibu tolong bantu Nandira menjalani hari-hari ini," Nandira mengingat wajah Ayah dan ibunya, ia benar-benar tak pernah menyangka hidupnya akan sesulit ini bahkan untuk makan saja ia tak punya uang.
🙏🙏🙏🙏💖🙏🙏🙏🙏
Terima kasih sudah membaca karya keduaku,semoga kalian suka ya.Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan memberikan like dan komen ya. kritik dan saran sangat di butuhkan.☺️☺️
Terima kasih sekali lagi salam dariku,"m anha"😍
Di pulau.
Nandira diterima bekerja sebagai resepsionis di sebuah hotel dan tinggal bersama 2 karyawan lain, Mereka sungguh sangat membantu Nandira dalam kehamilannya.
Mereka menerima apa adanya kondisi Nandira begitu juga pemilik hotel,ia tak bersalah mempermasalahkan kehamilannya.
Saat proses persalinan, Nandira pun dibantu oleh kedua rekannya itu. Sita dan Tika.
Mereka tinggal di rumah yang sama yang disediakan oleh pemilik tempat wisata itu,suara tangis Bayi memecah keheningan malam di rumah kecil mereka.
Wajah cantik dan tampan terlihat jelas di wajah kedua anak yang baru saja dilahirkan oleh Nandira.
Mereka bertiga sama-sama membesarkan anak kembar tersebut, Nandira merasa sangat bersyukur mengambil keputusan memilih melahirkan mereka saat itu.
Tingkah lucu dan menggemaskan kedua bayi kembar itu mampu membuat hari-hari mereka menjadi lebih bahagia.
Nandira memberi memberi nama anak-anaknya Zidan dan Syahida.
7 tahun kemudian.
Zidan dan Syahidah tumbuh menjadi anak yang tampan dan cerdas.
Nandira tak mengetahui jika kedua anaknya memiliki kecerdasan diatas rata-rata anak lain, bisa dibilang mereka tergolong anak yang jenius.Memiliki IQ tinggi.
Syahidah bergaya dengan ceria di depan kamera berbeda dengan Zidan yang terus cemberut namun tetap tampan.
Tawaran dari beberapa fotografer terus berdatangan, sebagai foto model baju anak-anak, dengan begitu, upah yang mereka dapatkan sungguh sangat membantu perekonomian Nandira. Dengan upah yang mereka dapatkan Nandira bisa membeli kebutuhan anak-anaknya.
Syahida memang sangat hobi bergaya di depan kamera berbeda dengan Zidan walau terpaksa Ia tetap mengikuti arahan fotografi demi uang yang akan mereka dapatkan. Zidan sangat ingin membeli gadget seperti punya teman-temannya.
Nandira menghadiahi anak-anaknya sebuah gadget yang selama ini mereka impikan, mereka berdua sangat senang mendapat hadiah dari mamanya.
Mereka mulai mengasah bakat mereka berdua, mereka memiliki keahlian dalam bidang teknologi. Hanya dalam beberapa hari mereka bisa menguasai gadget tersebut.
Syahidah lebih tertarik dalam bidang meretas ia sangat suka mencari informasi dan masuk ke dalam sistem orang lain sedangkan Zidan lebih tertarik dengan game online, tidak hanya bermain Zidan juga menciptakan berbagai game terbaru dan menjualnya ke beberapa perusahaan.
Dari penjualan game tersebut Zidan mendapat keuntungan yang lumayan banyak, dengan bantuan Syahidah Ia memakai identitas mamanya dan tidak diketahui oleh Nandira.
Rafiz,seorang pria tampan yang memimpin sebuah perusahaan game terbesar di negaranya, Ia mengunjungi pulau di mana Nandira dan anak-anaknya berada .
Rafiz ingin bertemu dengan salah satu rekan bisnisnya dari luar negeri.
Nandira dan kedua anaknya berjalan pulang dan dalam perjalanan, Nandira melihat pria yang pernah menghabiskan malam bersama nya sedang berjalan ke arah mereka. Dengan cepat ia menarik kedua anaknya tersebut bersembunyi di balik pohon sampai pria itu melewati mereka.
"Siapa mah?" tanya syahidah
"Bukan siapa-siapa," Jawab Nandira.Namun wajahnya terlihat sangat pucat.
"Kok,kita ngumpet?"tanya syahidah polos,"mama kenal dengan dia?" tanyanya lagi.
"Nggak, Mama nggak kenal," ucap Nandira terbata-bata.
Zidan melihat mamanya dengan intens,ia menautkan keningnya melihat gerak-gerik mencurigakan mamanya.
Nandira tak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya. Ini pertama kalinya ia melihat pria itu sejak 8 tahun yang lalu. Membuat kedua anaknya merasa curiga.
"Apa ma mengenal pria itu,"batin Zidan.
Di dalam kamar.
Syahidah terus melamun,
"Kamu kenapa,? tanya Zidan.
"Kakak jangan-jangan yang tadi itu Papa kita!" ucap syahidah.
"Maksud kamu pria yang tadi dihindari Mama?" tanya Zidan.
"Iya, pria yang tadi yang membuat kita harus ngumpet dibalik pohon." jawab syahidah.
"Apa menurut kamu dia Papa kita?"tanya balik Zidan.
"Iya wajahnya sangat mirip dengan kakak."ucap Syahidah memandang intens wajah tampan kakaknya.
"Mau cari tahu?" ajak Zidan.
Syahidah mengangguk semangat.
Pagi hari mereka terus mengikuti kemanapun Rafiz pergi,hingga Rafiz masuk ke dalam sebuah kamar.
"Oh jadi ini kamarnya," ucap Zidan.
Merekapun menuju ke ruang resepsionis, kebetulan pria tersebut menginap di Hotel tempat mamanya bekerja, mereka dengan sigap mencari data di komputer.
Zidan bertugas mengawasi jika ada orang yang datang,sedangkan syahidah mengutak-atik laptop di bagian resepsionis, dengan keahlian yang ia miliki dengan cepat syahidah mendapat informasi yang mereka cari.
Syahidah yang sangat merindukan sosok Papa dengan semangat mencari identitas pria tersebut yang dianggap menjadi kandidat terbesar menjadi Papa mereka.
Mereka kembali ke kamar, Syahida terus berselancar di gadgetnya mencari informasi selengkap-lengkapnya hingga tak terasa pagi pun tiba dan hasilnya sedikit mengecewakan. Ia mendapat informasi jika pria tersebut bukan pria sembarangan dan tak satupun data yang menyangkut mamanya disana.
Keesokan harinya.
"Permisi mba, saya minta kunci kamar nomor 58 ,"ucap Rafiz meminta kunci cadangan kamarnya pada resepsionis.
"Ini Pak kuncinya," Nandira menyerahkan sebuah kunci, ia sedikit terkejut saat melihat pria yang ada di depannya adalah pria yang sudah memberinya dua orang anak.
Bukan hanya Nandira yang terkejut, Rafiz juga terkejut saat melihat petugas resepsionis itu.Ia masih mengingat wajah gadis yang sudah memuaskan nya di malam itu, malam yang menjadi malam tak terlupakan olehnya.
Rafiz mengambil kunci kamarnya.Dan sebelum pergi ia mengedipkan sebelah matanya kepala Nandira.
Nandira sampai membulatkan mata indahnya, Ia tidak menyangka akan mendapat kedipan menggoda seperti itu.
"Cie cie siapa tuh ?"tanya Tika.
"Apaan si tik," balas Nandira.
"Itu yang tadi ngedipin mata sama kamu?" tanya Tika.
"Tau ah." ucap Nandira tak ingin membahas lebih lanjut pembahasan yang membuatnya teringat kesalahan masa lalunya.
Mereka pun kembali melanjutkan pekerjaan.
"Apa kamu menemukan sesuatu?" tanya Zidan.
"Enggak kak, Mama enggak ada hubungannya dengan dia," ucap Syahidah.
"Benarkah,? " tanya Zidan.
"Iya," jawab syahidah lesu.
Setelah beberapa hari mengikuti Syahidah secara diam-diam Rafiz, Syahidah merasa sangat sedih saat melihat pria itu pergi dari pulau.
Syahidah tak berkata-kata tapi Zidan bisa melihat air mata di pipi adiknya.
"Kakak sebenarnya siapa Papa kita ?"tanya Syahidah.
"Aku ingin punya Papa, Papa seperti teman-teman yang lain. Aku nggak suka mereka selalu mengejek aku karena kita tak punya papa . Kenapa Mama tak pernah membahas soal Papa..? apakah Papa sudah meninggal...? apakah Papa kita meninggalkan Mama...? tanya Syahidah pada kakaknya dengan suara sembab.
Zidan tak bisa menjawab pertanyaan itu, ia memeluk adiknya.Sebenarnya ia juga merindukan sosok Papanya.
Syahidah menangis di dekapan sang kakak.
"Kak aku ingin punya Papa," ucap Syahidah semakin menangis.
Zidan tetap diam,
"Maafkan kakak, kakak tidak bisa berbuat apa-apa .Tapi Kakak janji akan berusaha mencari papa kita." batin Zidan.
🙏🙏🙏🙏💖🙏🙏🙏🙏
Terima kasih sudah membaca kisah Zidan dan Syahida,semoga terhibur mohon beri like dan komennya agar karya ini lebih baik lagi .
Terima kasih 💖💖💖 Salam dariku, author m anha💖💖.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!