...Malam Titik Balik Kehidupan...
Takdir kehidupan layaknya roda yang saling berkaitan. Tiada ujung berkesudahan. Kehidupan terus mengalir dan berputar tiada henti. Karma baik, akan mendapatkan balasan yang baik. Begitu juga sebaliknya, karma buruk akan mendapatkan balasan yang setimpal. Maka sebagai manusia, kita harus bisa memilih karma mana yang kita jalani. Layaknya sang roda kehidupan yang terus berputar. Inilah kisah seorang wanita muda yang berjuang keras mengikuti perputaran kehidupan. Karma baik atau burukkah yang akan ia dapatkan?
...***...
Disuatu malam yang dingin, dengan guntur yang bersahut-sahutan. Seorang wanita muda, dengan pakaian yang basah kuyup berjalan ditengah derasnya hujan. Ia berjalan perlahan, sembari menahan perutnya yang kelihatan besar. Darah segar terlihat mengalir membasahi kakinya. Berpadu dengan air hujan. Si wanita muda menahan sakit diperutnya sambil terus berjalan menuju suatu tempat. Tepat di depannya, cahaya lampu bersinar terang menerangi sebuah bangunan kecil bertuliskan Klinik Bersalin Kasih Bunda. Wanita muda yang tubuhnya basah kuyup itu, terus berjalan dengan sekuat tenaga. Menuju Klinik Kasih Bunda. Suara guntur masih bersahut-sahutan. Seorang dokter wanita paruh baya dan salah satu perawatnya terlihat hendak menutup klinik. Tiba-tiba dihentikan oleh suara seorang wanita muda meminta tolong.
“To… Tolong…..” Kata wanita itu lirih, sembari memegangi perutnya yang teramat sakit.
Sang Dokter dan perawat yang melihat hal tersebut langsung kaget. Melihat seorang wanita muda yang malam-malam begini hujan-hujanan dengan posisi hamil. Sepertinya ia hendak melahirkan. Keduanya lantas segera menolong wanita muda tersebut. Membaringkannya perlahan di ranjang.
“Nona, apa kamu sendirian? Dimana suami atau keluargamu?” Si Dokter bertanya sembari memeriksa kondisi wanita muda itu. Wanita muda tidak menjawab, hanya raut kesakitan yang terpancar di wajahnya.
Saat itu, seorang perawat mengajak dokter berbicara.
“Dok, saya tidak menemukan apapun dari wanita ini. Ponsel, dompet, atau semacamnya. Saya tidak bisa menghubungi keluarganya. Bagaimana Dok? Apa kita perlu merujuk ke Rumah Sakit?”
Dokter mengambil nafas dalam.
“Wanita muda ini, dalam kondisi yang kurang baik. Jika kita merujuknya ke Rumah Sakit akan menghabiskan waktu. Ini akan membahayakan ibu maupun anaknya. Kita harus segera melakukan tindakan. Meski usia kandungannya masih belum waktunya melahirkan. Suster, siapkan ruangan operasi sekarang juga.” Perintah dokter.
“Baik, Dok.” Suster menjawab dan segera bergegas menyiapkan ruang operasi.
Dokter paruh baya ini, tidak ingin terikat dengan urusan pengadministrasian. Wanita muda tersebut sepertinya dalam kesulitan. Jadi, atas nama kemanusian si dokter mengambil tindakan dengan segera. Berusaha menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. Tidak lama kemudian, lampu ruang operasi menyala. Di dalam ruang operasi, dokter membantu wanita muda tadi melahirkan.
Di luar, hujan masih terdengar turun dengan deras. Sesekali, diiringi suara guntur bersahut-sahutan. Dokter yang dibantu seorang perawat berusaha keras menyelamatkan wanita muda dan bayi yang ada dalam kandungannya.
“Nona, ambil nafas dan tahan. Lalu hembuskan” Kata dokter perlahan.
Membantu persalinan si wanita muda. Wanita muda berusaha mengikuti petunjuk dokter. Meski rasa sakit yang teramat sangat mendera tubuhnya. Tetapi, ia harus kuat dan bertahan. Supaya bayi yang ada dalam kandungannya bisa lahir dengan selamat. Ia tidak ingin lebih banyak berbuat dosa lagi. Jadi, bagaimanapun juga ia harus memperjuangkan bayinya agar selamat.
Tepat, disaat suara petir menggelegar. Seorang bayi mungil lahir dari rahim wanita muda tersebut. Tetapi, entah kenapa bayi mungil yang baru lahir tadi hanya diam. Pada umumnya bayi yang baru lahir akan menangis keras. Tetapi, bayi itu hanya diam saja. Dokter berusaha membuat suara agar si bayi menangis. Tetapi, usahanya sia-sia. Si bayi hanya diam tak bergeming.
Dokter paruh baya tersebut hanya bisa menghela nafas dalam. Mungkin karena bayi tadi lahir sebelum waktunya. Jadi, bisa saja mempengaruhi jasmaninya.
Dokter wanita tadi dengan raut wajah sedih. Meletakkan bayi mungil tersebut disamping tempat tidur ibunya. Bayi berjenis kelamin lelaki itu bernafas dengan perlahan. Namun, dia tetap diam dan matanya terpejam. Si wanita muda yang mengetahui kondisi bayinya. Hanya bisa memasang raut wajah sedih. Lantas membelai wajah bayi mungil yang barusan ia lahirkan.
“Maafkan mama nak. Kamu harus terlahir dari rahimku. Sehingga kamu mengalami kemalangan seperti mama. Maafkan mama…” Kata wanita muda tersebut.
Lalu buliran bening air mata keluar dari setiap sudut matanya. Si wanita muda menangis terisak. Merasakan kesedihan yang luar biasa. Kenapa kemalangan demi kemalangan menimpa hidupnya. Bahkan anaknya juga harus menerima kemalangan tersebut. Air mata si wanita muda menangis memecah derasnya hujan.. Air mata membasahi pipi si wanita muda. Hingga tanpa sengaja, air matanya jatuh menimpa si bayi kecil yang masih memejamkan mata. Kemudian perlahan tangannya menyentuh tangan bayi kecilnya. Sembari terus menangis. Menahan kesedihan yang selama ini ia pendam.
Takdir Tuhan, memang tak pernah bisa ditebak. Bahkan hidup kita seperti puzzle yang penuh teka-teki. Di dalam setiap puzzle seolah terdapat keajaiban kecil yang tak akan pernah kita duga. Malam itu, disaat petir menggelegar dan hujan turun dengan deras. Seolah keajaiban terjadi. Membuktikan bahwa Tuhan tidak pernah tidur. Sesaat setelah si wanita muda menyentuh tangan mungil bayinya. Tiba-tiba tangan mungil tersebut bergerak dan mencengkeram tangan si wanita muda. Dalam hitungan detik selanjutnya. Terdengar suara tangis keras bayi mungil tadi.
“Oeeek!!! Oeekkk!!!” Suara tangis bayi terdengar keras.
Disusul dengan matanya yang mulai terbuka lebar. Si bayi mungil mulai bisa bergerak dan menangis dengan keras. Tak ayal, hal tersebut membuat si wanita muda terkejut. Begitu juga dengan si dokter yang tak mempercayai hal ini. Keajaiban itu, ternyata ada dan nyata.
Dokter tersenyum penuh kelegaan, di malam yang dingin seperti ini telah terlahir bayi kecil nan mungil.
“Nona, selamat. Sepertinya keajaiban itu ada.” Kata dokter sembari melemparkan senyum kebahagiaan pada wanita muda tersebut.
Wanita muda terlihat menitikkan air mata. Melihat bayi mungil yang ada dalam dekapannya. Bayi itu terlihat tenang, ketika berada dalam dekapan ibunya.
“Nona, ah…. Sekarang aku akan memanggilmu Nyonya karena telah memiliki seorang putra. Setelah ini, kita akan melakukan pemeriksaan untuk bayi anda. Supaya kita mengetahui apakah bayi anda dalam kondisi baik-baik saja.” Kata si dokter menjelaskan.
“Terimakasih Dok.” Jawab si wanita muda dengan raut wajah bahagia. Kebahagiaan yang setelah sekian lama tak pernah ia rasakan.
“Anda akan memberinya nama siapa?” Tanya si dokter dengan senyum hangat.
Wanita muda, terlihat berfikir sejenak. Mencari nama yang sesuai dengan bayi mungil yang barusan ia lahirkan. Ia melihat bayi mungil yang terdiam dalam pelukannya. Sesaat kemudian, mengucapkan nama untuk bayi tersebut.
“Mulai sekarang, namamu adalah Long An yang memiliki arti naga.” Kata wanita muda tersebut sambil tersenyum menatap bayi kecilnya.
Rona kebahagiaan terpancar dari wajah cantiknya. Wanita muda tersebut membelai wajah si bayi kecil penuh kasih sayang. Bayi mungil berkulit putih dengan wajah yang menggemaskan. Bayi yang terlahir tanpa dosa. Sebersih awan putih karya lukisan Ilahi. Jemari tangan bayi mungil tadi terlihat mencengkeram erat jemari tangan ibunya. Seolah si bayi tak ingin jauh dari Sang ibu. Ibu muda itu tersenyum melihat bayi kecilnya yang terlihat kuat. Meski buah hatinya terlahir dalam kondisi prematur.
“Mungkin bagi sebagian besar orang, kamu adalah aib. Tetapi bagi mama, kamu adalah lilin kecil yang akan selalu bercahaya. Mama, sudah merasakan bagaimana rasanya dibuang begitu saja. Mama tidak akan pernah melakukan itu pada padamu Nak. Kamu tidak boleh merasakan penderitaan yang mama rasakan. Kamu harus bahagia. Meski semua orang akan memandang rendah dan menghina mama. Mama berjanji tidak akan membuangmu. Akan terus menjagamu hingga kamu meraih mimpi-mimpimu. Mendampingimu disaat kamu melangkah untuk pertama kalinya dengan kaki mungilmu ini, anakku. Mari hidup bersama dengan bahagia.” Kata ibu muda pada bayi mungilnya.
Lalu perlahan mencium kening bayinya penuh kasih sayang. Mencurahkan kebahagiaan yang tak pernah ibu muda rasakan selama ini. Meski ia sangat paham betul. Bahwa setelah ini langkah kakinya mungkin akan semakin berat. Tetapi ia sudah bertekad bulat semenjak mengandung bayinya. Ia akan bekerja semakin keras. Membahagiaan anak yang terlahir tanpa ia harapkan sebelumnya. Anak yang sebenarnya tak pernah ia duga akan terlahir dari kehidupannya. Ibu muda tersebut berusaha menerima garis takdir yang telah ditasbihkan untuknya. Baginya, anak adalah bunga kehidupan yang tak boleh disia-siakan.
...***...
Bagaimana kisah ibu muda itu yang sebenarnya? Akankah setelah kelahiran bayi kecilnya kehidupan yang ia jalani akan semakin berat atau malah sebaliknya?
...Naga Kecil Ibu...
Perputaran roda kehidupan tak bisa terelakkan. Waktu terus berjalan tanpa bisa dihentikan. Manusia hanya menjalankan apa yang telah digariskan. Suka atau tidak, kita hanya perlu menjalani. Begitu juga dengan kehidupan seorang gadis muda yang tak lagi menjadi gadis. Kini, gadis muda itu telah menjadi seorang mama muda. Ya, gadis itu bernama Irene Maxzella. Kini, ia memiliki buah hati kecil yang menggemaskan. Kehidupan yang ia lalui selalu ditimpa kemalangan, akankah kemalangan itu berubah menjadi secercah harapan kebahagiaan? Ataukah justru sebaliknya?
...***
...
10 tahun kemudian, disebuah arena pertandingan di Amerika.
Suara sorak-sorai penonton membahana. Menggetarkan seisi gedung tempat diselenggarakannya sebuah pertandingan karate tingkat Internasional.
“Osh!!!” Teriak keras seorang anak kecil ditengah hingar bingar suara penonton.
Anak kecil tersebut mengenakan pakaian putih. Diperutnya melingkar sabuk berwarna hitam. Kulitnya putih bersih dengan pipi kemerahan. Rambutnya terlihat berdiri seperti duri. Memiliki berat yang ideal untuk anak seusianya. Anak kecil tersebut memiliki mata sipit yang tajam. Ia sedang memasang kuda-kuda dengan tangan mengepal. Dipunggungnya terukir sebuah nama bertuliskan Long An.
Tepat hari ini, Long An genap berusia 10 tahun. Di usinya yang masih belia. Ia mendapat julukan Karateka Genius dari Timur. Meski usianya terbilang sangat belia. Namun, kegeniusannya melebihi anak seusianya. Bahkan diusia 10 tahun, ia sudah mendapatkan sabuk hitam. Pertanda simbol tertinggi bagi seorang karateka. Semua Kata atau jurus dalam seni karate telah ia lahap tanpa terkecuali.
Bahkan kini, diusianya yang genap 10 tahun sudah melakukan 99 pertandingan karate tanpa kalah satu kalipun. Kemampuannya telah mendapatkan pengakuan dari Asosiasi Karate Dunia. Gelar juara maupun piala berada dalam genggaman bocah berusia 10 tahun itu.
Kini, tepat dihadapannya seorang anak yang berusia sama dengan Long An tengah menatapnya dengan tajam. Anak itu adalah lawan tanding Long An dalam pertandingan resminya yang ke 100. Lawan tanding Long An berambut pirang dan dia dari Amerika. Menatap Long An dengan tajam.
“I will end, your unbeaten match record today.” Kata lawan tanding Long An penuh percaya diri.
“Try if you can.” Jawab si kecil Long An yang tak gentar.
Keduanya bersiap-siap mengamati lawan tandingnya.
Berusaha mencari celah kelemahan satu sama lainnya.
Diiringi suara gemuruh sorak sorai penonton. Long An memantapkan kuda-kudanya. Begitu juga dengan lawan tanding yang ada dihadapannya. Wasit tengah bersiap-siap memberikan aba-aba pada keduanya untuk memulai pertandingan. Sebelum itu, Long An kecil menatap ke pinggir arena. Mencari sosok ibu kesayangannya. Tepat tak jauh dari arena pertandingan. Seorang wanita muda berambut panjang menatap Long An. Ia tersenyum dan memberikan tanda pada Long An untuk percaya pada kemampuannya.
“Anakku, mama akan selalu bersamamu! Kamu pasti bisa melakukannya!” Teriak wanita muda dengan rambut hitam lurus yang digerai. Memberikan semangat pada anak semata wayangnya.
Melihat semangat yang diberikan dari ibunya. Long An tersenyum dan tekadnya berkobar untuk mengalahkan lawan tandingnya. Tepat disaat itu, suara peluit dari wasit berbunyi nyaring.
Prit!!!
Pertandinganpun telah dimulai. Namun, sebelum keduanya bertanding. Mereka saling membungkuk tanda memberikan penghormatan satu sama lain. Setelah itu mereka bersiap untuk bertanding.
“Osh!!!” Teriak Long An dan lawan tandingnya bersamaan.
Mereka mulai memasang kuda-kuda. Sang lawan terlebih dahulu menyerang. Namun, Long An dengan lihai menghindari setiap serangan demi serangan. Long An terlihat lincah dan gesit. Tubuhnya seakan memiliki kecepatan yang berbeda dengan lawan tandingnya. Long An menggerakkan kaki-kakinya. Meloncat dengan ringan kesana kemari. Tangannya mengepal dan waspada. Lawan mulai gusar karena serangannya hanya memukul tempat kosong. Ia mulai emosi dan tak sabaran. Kemudian kembali menyerang Long An dengan sebuah jurus Oi Zuki Chudan sebuah pukulan yang mengarah ke perut atau ulu hati.
Long An yang waspada dengan serangan dari musuhnya secepat kilat menangkis dengan jurus Soto Ude Uke. Sebuah tangkisan tengah yang datangnya dari belakang telinga. Lantas melancarkan serangan balasan. Menggunakan jurus Mae Geri. Berupa tendangan ke arah perut lawan tandingnya. Sang lawan yang terbuka tanpa pertahanan tak menyangka gerakan Long An secepat kilat. Ia tak dapat menangkisnya, tak ayal ia langsung jatuh terjerembab. Wasit memberikan poin besar pada Long An.
Mengetahui Long An mendapatkan poin besar, suara riuhan penonton semakin ramai. Di ronde berikutnya Sang lawan tak lagi dapat berkutik dan mengimbangi setiap gerakan karate Long An yang lincah dan bertenaga. Hingga peluit panjang tanda pertandingan usai. Long An mendapatkan poin kemanangan besar. Sang Wasit segera mengangkat tangan Long An. Pertanda dialah pemenangnya.
“The winner is …. Long An!!!” Teriak Sang wasit.
Para penonton bergemuruh mengelu-elukan nama Long An, Si Karate Genius dari Timur.
“An !!! An!! An !!!” Teriak para penonton dengan riuh.
Long An memberikan hormat terlebih dahulu pada lawan tandingnya. Begitu juga sebaliknya. Saling memberikan hormat karena sudah bertanding secara sportif. Suara gemuruh teriakan penonton semakin membahana. Memenuhi seisi arena pertandingan. Long An melambaikan tangannya pada penonton dan tersenyum bahagia.
“Naga kecilku!!” Teriak seorang wanita yang tak jauh berdiri dari Long An. Wanita tersebut tak lain adalah Irene Maxzella.
Long An langsung melihat ke arah suara yang memanggilnya. Anak kecil itu tersenyum sumringah.
“Mama!!!” Teriaknya keras.
Lantas berlarian menghambur ke arah pelukan ibunya. Mereka saling berpelukan dan tertawa riang. Tepat diusia Long An yang ke 10 tahun. Ia memenangkan pertandingan 100 kali tanpa pernah kalah.
“Mama sangat bangga padamu, naga kecilku.” Kata Sang mama penuh kebahagiaan. Begitu juga dengan si kecil Long An.
Keduanya berfoto sambil memegang piala kejuaraan Karate Internasional. Mereka tersenyum dengan bahagia. Senyum kebahagiaan terpancar dari keduanya. Penonton bertepuk tangan dan berdecak kagum dengan kehebatan si kecil Long An. Irene merasa sangat bahagia melihat putra semata wayangnya memiliki kehidupan melampaui dirinya. Tanpa Irene sadari buliran bening menetes dari kedua pelupuk matanya. Kebahagiaan yang tak pernah ia rasakan dalam hidupnya. Kini, hadir bersama dirinya.
Long An yang mengetahui ibunya menangis merasa sangat kaget.
“Mama, kenapa mama menangis?” Tanya Long An dengan mata berkaca-kaca karena melihat ibunya menangis.
Irene lantas berjongkok agar sejajar dengan anaknya. Long An segera menghapus air mata yang membasahi pipi Irene. Irene langsung memegang tangan Long An yang sedang menyeka air matanya. Mencium tangan mungil Long An yang terlihat kuat.
“Di dunia ini, seseorang menangis karena dua hal. Pertama karena merasa sedih dan yang kedua adalah tangis kebahagiaan. Sedangkan yang mama rasakan saat ini adalah tangis kebahagiaan. Melihat putra kecil mama begitu hebat dan sangat luar biasa. Mama bangga padamu naga kecilku.” Kata Irene tersenyum penuh haru.
Long An yang mendengar perkataan ibunya langsung memeluk dengan erat.
“Mama, mulai sekarang berjanjilah. Jangan menangis karena sedih atau menangis karena bahagia sekalipun. Mama tidak boleh lagi mengeluarkan air mata. Setiap tetesan air mata mama sangat berharga. Jadi berjanjilah untuk tidak menangis lagi karena aku juga akan berjanji. Akan selalu membuat mama bahagia.” Kata Long An penuh ketulusan.
Mendengar setiap kalimat yang diucapkan oleh putra kecilnya. Irene benar-benar merasa sangat terharu dan bersyukur memiliki Long An di dunia ini. Putra yang tak pernah ia harapkan akan terlahir dari rahimnya. Kini, malah menjelma menjadi sumber kebahagiaan untuknya. Setelah berpelukan beberapa saat. Irene melepaskan pelukannya dan segera menyeka air matanya lagi. Lalu tersenyum pada Long An penuh kasih sayang.
“Mama harus berjanji. Tidak boleh menangis lagi.” Kata Long An.
Irene mengangguk dengan yakin.
“Baik, mama berjanji.” Jawab Irene.
Keduanya lantas saling mengaitkan jemari kelingking tangannya. Lalu saling melempar senyum kebahagiaan.
“Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan. Anak mama benar-benar luar biasa.” Kata Irene saat mereka menyusuri jalanan untuk kembali pulang ke sebuah flat atau apartemen sewaan. Keduanya saling bergandengan tangan dengan ceria.
Long An tersenyum ceria. Pipinya yang kemerahan terlihat menggemaskan.
“Tentu saja aku hebat, karena aku adalah anak mama. Mamaku bernama Irene Maxzella.” Jawab Long An menggemaskan.
“Baiklah… mama mengakui anak mama memang hebat, karena itulah tepat diusia anak mama yang ke 10 tahun ini. Mama akan memberikan apapun yang Long An inginkan. Jadi, sekarang katakan apa yang Long An inginkan?”
“Wah, benarkah itu Ma? Apapun yang Long An inginkan?” Tanya Long An tak percaya.
Irene mengangguk dengan pasti. Kemudian tanpa berfikir panjang Long An menjawab dengan ceria.
“An… ingin bertemu dengan Papa.”
Mendengar permintaan Long An. Seketika raut wajah Irene berubah drastis. Tangannya terlihat gemetar. Ya, Irene tak menduga hal ini akan menjadi permintaan anaknya. Sesuatu yang Irene pun tak tahu bagaimana mengabulkan keinginan anaknya. Kini, yang ada kilasan masa lalu menari-nari dalam benaknya. Memaksa hadir didalam pikirannya. Membongkar setiap ingatan akan masa lalunya. Masa lalu yang sebenarnya ingin Irene lupakan.
...Masa Lalu...
10 tahun yang lalu, di sebuah Ibu Kota.
Malam itu, malam yang tidak akan pernah terlupakan bagi seorang gadis muda bernama Irene Maxzella. Entah malam itu, akan menjadi malam yang membahagiaakan ataukah malapetaka untuknya. Untuk seorang gadis yatim piatu yang hidupnya ditempa dengan kerasnya kehidupan. Di sebuah Villa yang sangat mewah, Irene terlihat berjalan masuk dengan langkah sempoyongan. Kepalanya seakan berputar-putar. Irene berjalan sembari berpegangan pada dinding. Ia tidak tahu, kenapa bisa merasa pusing seperti ini.
Irene berusaha mengingat, kenapa ia bisa sampai seperti ini. Tetapi semakin ia paksa untuk berfikir. Kepalanya semakin berdenyut keras. Irene benar-benar tak tahan lagi. Kemudian, ia tergeletak di lantai dan tak sadarkan diri. Sesaat setelah Irene tak sadarkan diri. Terdengar suara langkah kaki seseorang yang mengenakan High Heels. Ia berjalan perlahan dengan seulas senyum licik. Anting berlian yang dikenakan seseorang itu terlihat berpendar terkena pantulan cahaya lampu. Ia berjalan mendekat ke arah Irene yang masih tak sadarkan diri.
Kemudian, seseorang itu memapah Irene menuju sebuah kamar yang cukup luas dan terkesan mewah. Membaringkannya di ranjang dengan perlahan.
Seulas senyum licik, lagi-lagi tersungging disudut bibirnya. Pemilik rambut panjang berwarna kecoklatan terlihat bahagia melihat Irene yang masih tak sadarkan diri. Lantas, dengan santainya ia menghubungi seseorang. Terdengar suara nada panggilan tersambung. Tidak lama kemudian, panggilan telp tersebut tersambung.
“Jika kau memang pria sejati. Datang dan temui aku di Villa milik keluargamu. Kau pasti tahu tempatnya.” Kata seseorang itu dan langsung mematikan sambungan telpnya.
Lagi-lagi seulas senyum licik menghiasi wajah tirusnya. Wajah seorang gadis muda yang congkak dan penuh tipu muslihat. Kemudian, ia menatap ke arah Irene yang masih memejamkan mata.
“Kau memang gadis yang cantik dan berbakat. Namun, di dunia ini hanya boleh ada satu gadis cantik, berbakat dan tanpa cela yaitu diriku sendiri. Jadi, terimalah takdir kemalanganmu … Irene Maxzella.” Kata gadis muda itu dengan senyum menyeriangi.
Lantas, perlahan ia berjalan menuju pintu keluar kamar dan mematikan lampunya. Berjalan dengan gaya anggun. Meninggalkan Irene Maxzella yang masih tak sadarkan diri.
Beberapa jam kemudian, jemari tangan Irene terlihat bergerak. Terdengar erangan kecil keluar dari bibirnya. Ia memegangi kepalanya yang masih terasa sangat pening. Rasanya sakit sekali. Matanya perlahan mulai terbuka. Irene berusaha keras membuka matanya. Tetapi rasanya sungguh sangat berat. Samar-samar ia melihat hanya ada setitik cahaya temaram.
“Arghtttt…. Kepalaku sakit sekali.” Kata Irene perlahan. Berusaha bangun dari tempat tidur. Ia terus memegangi kepalanya yang terasa sakit.
“Dimana aku?” Tanya Irene pada dirinya sendiri.
Irene berusaha melihat sekitar. Namun sayangnya, tempat itu terlalu gelap. Hanya ada cahaya temaram. Ia berusaha bangkit berdiri. Meski tubuhnya agak limbung. Ia berjalan ditengah keremangan ruangan sembari memegangi kepalanya yang pening. Hingga tak lama berselang, suara pintu ruangan terbuka.
“Si… siapa di sana?” Tanya Irene lirih. Tubuhnya berusaha menahan keseimbangan agar tidak jatuh.
Samar-samar, Irene mendengar suara langkah kaki berjalan mendekat ke arahnya.
“Si …. Siapa?” Irene bertanya kembali.
Tetapi tak ada jawaban dari orang itu. Irene berusaha melihat di mana seseorang itu berada. Hanya samar-samar yang dapat ia lihat. Kecuali ia mencium bau khas parfum. Parfum dengan wangi yang sangat berbeda. Tangan Irene berusaha telulur. Hendak mencari keberadaan seseorang itu. Ketika tangan Irene telulur, tiba-tiba sebuah tangan memegangi tangannya dengan erat. Tangan yang cukup besar memegang erat tangan Irene. Ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang ada dihadapannya.
Malam itu, akan menjadi awal titik balik kehidupan Irene. Kehidupan yang tak akan pernah ia bayangkan. Kehidupan yang harus ia jalani menjadi semakin keras melebihi sebelumnya. Akankah Irene sanggup bertahan menjalani semuanya itu?
...***
...
Tes
Tes
Tes
Suara tetesan air mengalir terus menerus. Membasahi tubuh seseorang. Seorang gadis muda tengah terduduk di lantai kamar mandi. Tatapan matanya terlihat nanar. Seolah pikirannya melayang-layang tak lagi berada di tempatnya. Ya … gadis itu tak lain adalah Irene Maxzella. Ia sedang merutuki dirinya sendiri. Kenapa bisa melakukan hal itu dengan orang yang tak dikenalnya.
“Arghtttt!!!!” Teriaknya keras sambil memukul-mukul kepalanya.
Kemalangan apa lagi yang akan menimpanya sekarang?
Malam itu, disebuah Villa mewah yang terletak di pinggir kota.
Irene merasakan sakit di kepala. Membuat tubuhnya tak bertenaga. Disaat itu, seseorang mendekat ke arahnya. Bibir Irene hendak berucap. Namun, tanpa dinyana Irene merasakan bibirnya dicium oleh seseorang. Mata Irene langsung terbelalak. Irene hendak mendorong orang yang sedang menciumnya. Tetapi, tubuhnya seolah tak bertenaga. Kepalanya semakin berat …. berat …. dan berat… Tak ada suara, hanya keheningan yang menerpa. Irene yang kesadarannya mulai hilang kembali, hanya merasakan seseorang membaringkannya di ranjang. Ia hanya merasakan ******* nafas dari orang itu dan wangi khas parfum menyeruak dihidungnya. Semakin lama, kesadaran Irene menghilang. Ia hanya bisa memejamkan matanya. Mendengar dengan sangat samar ******* nafas seseorang yang sangat dekat dengannya.
Wangi …. Wangi apa ini? Si… siapa … siapa? Tanya Irene dalam hati. Lalu semuanya menjadi semakin samar dan begitu gelap. Mata Irene terpejam dan untuk beberapa saat lamanya ia terbuai dalam pelukan Sang Raja Mimpi.
Malam yang menentukan nasib Irene akan dimulai. Malam yang tak akan pernah Irene lupakan sepanjang hidupnya. Akan menjadi noda atau anugerah untuknya? Kini, malam yang gelap telah tergantikan dengan cahaya. Cahaya terang yang akan menelan kegelapan. Cahaya itu, perlahan menyinari ruangan yang tadinya gelap gulita. Membawa warna yang akan merubah kehidupan seorang gadis yatim piatu.
Mata Irene terlihat mengerjap, ia mengucek matanya perlahan. Meraba kepalanya yang masih sedikit terasa berat. Tetapi, ia berusaha membuka matanya. Melihat sekeliling ruangan. Tampak sebuah kamar nan luas terhampar dihadapannya. Terlihat design interiornya sangat mewah. Nampak begitu elegan. Irene berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi ia tidak ingat sama sekali.
Irene berusaha bangun dan mengedarkan pandangan kesekeliling. Saat matanya menoleh ke kanan. Mata Irene langsung terbelalak.. Ia melihat punggung seseorang dengan kulit kuning langsat. Tengah berbaring membelakanginya. Terlihat sebuah tato Naga tergambar di lengan kirinya. Seketika Irene menutup mulutnya. Berusaha untuk tidak berteriak. Ia langsung melihat tubuhnya yang masih berbalut selimut. Irene hendak berteriak dengan keras. Namun, ia kembali menutup mulutnya dengan cepat. Irene benar-benar kaget mendapati dirinya tanpa mengenakan sehelai benang pun. Bahkan, yang membuatnya terkejut adalah seorang laki-laki yang tak dikenalnya tengah tertidur pulas disampingnya.
Tanpa dikomando, Irene langsung beranjak dari tempat tidur. Bergegas mengenakan pakaian. Lalu buru-buru pergi ke luar dari kamar yang entah kamar siapa. Irene yang terburu-buru saat mengenakan pakaiannya, tanpa sengaja cincin peninggalan ibunya terlepas dari jemari tangannya. Cincin itu menggelinding tepat di bawah ranjang pria yang masih tertidur pulas. Irene yang tak menyadari cincinnya terlepas. Hanya bisa terus berlari dan berlari. Menjauh dari tempat asing yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Tempat yang akan mengubah roda kehidupannya.
Irene hanya bisa terduduk di lantai kamar mandi. Membasahi tubuhnya dengan air secara terus menerus.
“Bodoh!!! Bodoh!!! Bodoh!!!” Teriak Irene sembari memukul-mukul kepalanya.
“Aku …. Apa aku melakukan hal itu dengan orang yang tidak aku kenal? Arghttt!!! Bodoh!!!” Teriak Irene berkali-kali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!