SMA Bangun pagi ini memasuki semester baru, anak-anak muridnya memasuki sekolah dengan keadaan bahagia karena kembali kesekolah. Semua murid saling berkumpul untuk slaing bertukar kabar dan saling menyapa satu sama lainnya dengan teman yang sudah lama tidak bertemu.
Tiba-tiab keheningan terjadi di sana akibat kedatangan seorang gadis yang baru melewati pintu gerbang sekolah itu. Semua mata menatap kearahnya dengan pandangan yang nampak aneh.
Bagaimana tidak aneh jika di sekolah populer dan bergengsi di kota mereka dimasuki seorang siswa yang terlihat culun. Rambut di kuncir dua dan kacamata baca bulat yang ada di wajahnya membuatnya menjadi perhatian karena lain sendiri.
Di sekolah itu semua murid tampil trendi dan modis meski mengikuti aturan sekolah. Tidak seperti murid yang baru masuk itu.
"Siapa dia? murid baru ya?" bisik-bisik siswa lain mulai terdengar, terutama kaum perempuan.
"Culun banget sih penampilannya"
"Ieuh gak banget gayanya"
"Wah calon mangsa baru nih untuk di bully"
Suara para perempuan itu terus bersautan di telinga perempuan yang masih tetap melangkah tanpa merasa terganggu itu. Ia tetap diam walau mendengar ucapan para warga sekolah yang begitu sadis, bahkan ada para laki-laki yang sudah berniat menjahilinya hingga ingin menjadikannya bahan taruhan.
Karena tidak tahu dimana runag kepala sekolah untuk ia melaporkan kedatangannya, siswa baru itu mendekati seorang laki-laki yang sedang berjalan sendirian dengan earphone di telinganya.
Gadis itu menepuk pundak laki-laki yang di depannya hingga membalikkan wajah menatapnya. Wajah tampan namun dingin laki-laki itu juga tatapan tajamnya tidak di perdulikan oleh gadis itu.
"Boleh tahu dimana ruang kepala sekolah?" tanyanya sopan.
Yang ditanya malah menatap lekat si gadis muda lekat, entah apa yang membuatnya demikian. Tapi tingkahnya itu membuat para perempuan berteriak histeris karena memang dia salah satu pria paling populer di sekolah alias most wanted.
Karena tidak mendapatkan jawaban tapi malah mendengar teriakan dari para perempuan dan juga tatapan sinis padanya membuat perempuan itu berlalu begitu saja. Most wanted rupanya, pantas pada teriak kaya di hutan batinnya.
Tiba-tiba tangan perempuan itu di pegang oleh laki-laki yang tadi di tanyainya, dan tanpa bicara apapun lagi laki-laki itu menarik tangan si perempuan. Meski tidak tahu kemana ia akan dibawa tapi perempuan itu tidak protes dan mengikuti saja, mungkin dia bisu pikirnya.
Sampai di depan ruang kepala sekolah laki-laki itu langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi.
"Huh, mimpi apa aku tadi malam di pegang sama patung hidup" gumamnya lalu mengetuk pintu ruangan kepala sekolah itu. Setelah di suruh masuk batulah perempuan itu masuk.
"Permusi pak, saya Karina Febriani" ucap perempuan itu.
"Oh kamu siswa baru itu ya, anaknya bapak Handoko" ucap si kepala sekolah.
"Iya pak itu saya" sahutnya tersenyum tipis.
"Baiklah kamu tunggu saja di sofa situ sebentar ya, bapak panggilkan wali kelas kamu sekalian nunggu bel masuk"
"Iya pak" sahut Karin sopan lalu duduk di sofa yang tidak jauh dari meja kerja kepala sekolah.
Sedangkan kepala sekolah itu sendiri melakukan panggilan melalui telepon yang ada di mejanya dan memanggil seseorang.
Bel berbunyi menandakan waktu masuk kelas, semua murid bergerak menuju kelas masing-masing termasuk kelas 12 A yang menjadi kelas elite yang tidak sembarangan siswa bisa masuk kesana.
Sekolah itu terkenal dengan prestasi siswanya, begitupun dengan kelas itu yang merupakan unggulan di sekolah. Bukan hanya pintar tapi kelas itu juga berisi anak orang kaya yang terkemuka, tapi bagi pihak sekolah semua siswa sama saja.
Semua murid duduk di kursi masing-masing menunggu guru mereka datang. Meskipun pintar tapi tidak semuanya jujur karena nyatanya jika di tes secara langsung maka hanya dua tiga orang yang mampu selebihnya ya seperti siswa pada umumnya jika ujian berlangsung.
Kelas itu ribut karena guru belum datang, jadi ada yang duduk di meja karena bergosip dengaan teman, ada yang nyanyi di kelas dan lain sebagainya hingga satu orang yang tidur. Dialah si most wanted beku panggilan untuk laki-laki yang bahkan jarang berbicara kalau tidak penting, suaranya begitu mahal untuk di umbar.
Anak pemilik sekolah itu begitu tampan, tubuh tinggi tegap dengan hidung mancung dan pandangan mata yanng tajam nyatanya mampu membuat para perempuan di sekolah maupun di luar yang bertemu dengannya akan mengira ia seorang artis.
Tidak ada yang berani mengganggunya jika sudah masuk kedunianya sendiri yaitu alam mimpi. Sebagai laki-laki tampan tentu memiliki resiko banyak yang suka dan mengaku sebagai kekasihnya, hal itu berlaku pada dirinya yang mendapat cap playboy akibat banyaknya perempuan yang mengaku pacarnya.
Diamnya laki-laki itu membuat para perempuan semakin senang mengaku-aku sebagai pacarnya. Meski mengetahui hal itu Aldi Ardiansyah yang biasa di sapa Aldi itu tidak pernah mengatakan apapun.
Bahkan ia hanya diam saja saat ada seorang perempuan yang mendekatinya, selama tidak menyentuh atau mengatakan langsung di depan matanya sebagai pacarnya maka Aldi akan diam.
Tapi kalau terdengar langsung oleh telinganya seorang perempuan mengakui ia sebagai pacar atu menyentuhnya seujung kuku saja, maka akibatnya akan sangat fatal. Karena kalau Aldi sudah marah pihak sekolah tidak berani menegurnya, bahkan orang tuanya sekalipun.
Suasana kelas yang tadinya riuh dan ribut kini mendadak hening kala masuk wali kelas mereka bersama seorang siswa yang sempat menjadi pusat perhatian dan gosipan tadi.
"Pagi anak-anak" sapa bu Sari.
"Pagi bu"
"Pagi ini kita kedatangan teman baru yang akan sama-sama belajar dengan kita di kelas ini, jadi ibu harap kalian akan bisa akrab dan mau berteman dengannya"
Baru saja bu Sari menatap Karin untuk memintanya memperkenalkan diri, salah seorang perempuan yang terkenal akan kecantikan dan kekayaan orang tuanya angkat bicara.
"Siapa juga yang mau berteman sama si culun bu, euh gak banget" ucap Sisi dengan wajah jijiknya.
"Lebih baik dia di suruh jadi tukang bersih kelas aja buk atau pesuruh launnya asal jangan di kelas ini" kata teman sebangku Sisi.
"Uya bu, dia cuma akan jadi kuman di kelas kita yang bakal ganggu konsentrasi kita belajar" kata teman Sisi yang lainnya.
Bu Sari yang mendengar itu menjadi kesal sendiri, bagaimana mungkin seorang siswa bisa berkata demikian.
"Kalian bertiga keluar sekarang juga dan berdiri di bawah berdera sampai jam istirahat" kata bu Sari yang juga seorang guru BP kiler.
Mata Sisi dan dua teman gengnya melotot tidak terima mendapat hukuman begitu pagi-pagi. Apa lagi matahari di luar sangat cerah dan di bawah bendera pasti panas pikir mereka.
"Gak bisa gitu dong bu, masa cuma gara-gara dia ibu hukum kita sih" protes Sisi.
"Keluar sekarang atau ambil surat cinta di ruangan ibu untuk orang tua kalian, tentu kalian tahu bukan apa resikonya kalau orang tua kalian gak datang" ancam bu Sari melototi Sisi dan dua temannya dengan galak.
Sisi dan dua temannya terpaksa berdiri dan berjalan keluar kelas dari pada panggilan orang tua. Saat melewati Karin, Sisi menatap marah dan mengancam.
"Awas kamu ya" ucapnya tanpa suara.
Karin sama sekali tidak perduli dengan ancaman Sisi yang baginya tidak penting. Setelah kepergian Sisi dan dua temannya, Karin memperkenalkan dirinya lalu di minta duduk di sisi dinding dekat jedela yang kebetulan tinggal itu yang kosong.
Karin duduk di bangkunya yang berdampingan dengan jendela hingga membuatnya bisa melihat pemandangan di luar. Karena kelasnya yang berada di lantai tiga maka pemandangannyapun lumayan bagus, jalanan yang ada di.seberang sana nampak jellas.
"Kalian tunggu sebentar di dalam ya, guru pelajaran pertama sebentar lagi datang" ucap Bu Sari lalu keluar setelah mendapat jawaban.
Karin membuka tasnya lalu mengambil sebuah buku Ensiklopedia untuk di bacanya. Kegemarannya membacaa membuatnya masuk kesekolah itu jadu mudah karena pengetahuannya yang luas dan pintar.
Sedang asik-asiknya membaca buku tiba-tib ada seseorang yang meletakkan tasnya dengan kasar di meja Karin hingga perempuan itu kaget. Karin mengelus dadanya lalu melihat siapa di pelaku yang sudah mengganggunya.
"Kamu!" Karin melihat laki-laki yang tadi memberitahunya ruang kepala sekolah yang duduk di smapingnya dengan tas yang masih di meja.
Tanpa mengatakan apapun Aldi langsung tidur kembali dengan menjadikan tasnya sebagai bantal. Karin melongo melihat laki-laki yang menenggelamkan kepalanya di tas itu.
Beberapa saat kemudian guru datang dan langsung memulai pelajarannya, Karin sangat senang karena guru menjelaskan dengan sangat bagus dan mudah di pahami. Ia kira pindah ke kota akan membuatnya sedikit kesulitan mengikuti pembelajaran karena di kota standarnya lebih tinggi.
Tapi ternyata hanya berbeda sedikit dengan di sekolah Karin dulu. Dan karin bertekat akan terus belajar dengan giat supaya bisa lebih memenuhi standar yang ada di sekolah itu. Sikap Karin yang lebih suka totalitas dalam melakukan pembelajaran membuatnya sangat terpacu belajar.
Lain Karin lain pula Aldi yang justru malah memperhatikan Karin di sampingnya. Perempuan yang sedang fokus belajar itu tidak menyadari tatapan Aldi padanya, ia juga tidak melihat kesamping sama sekali saking fokusnya.
Hingga jam pelajaran berganti dan guru keluar, Karin mengganti bukunya dengan buku yang lain. Ketika tidak sengaja melihat ke arah samping barulah Karin sadar kalau ada yang menatapnya.
Kenapa dia menatapku? batin Karin lalu menatap bukunya, ia tidak mau menegus karena takut dikira ge'er. Tapi semakin lama guru belum juga muncul kecuali ketua kelas yang memberi pengumuman kalau guru selanjutnya tidak hadir.
Kelas jadi ricuh dan mulailah mereka dengan kesibukan masing-masing. Bermain ponsel, bergosip, tertawa bersama hingga menatap orang tanpa lelah seperti Aldi.
Yang ditatap terus-terusan jadi merasa risih sendiri dan tidak nyaman akibat tatapan Aldi itu. Selain sorot matanya yang tajam dan wajah datarnya, alis tegas Aldi yang lumayan tebal juga menjadi alasan tersendiri bagi Karin yang merasa tertekan.
Untuk memastikan kalau laki-laki di sampingnya memang menatapnya, Karin menatap balik pada Aldi dengan sungguh-sungguh. Mereka saling pandang hingga beberapa menit Karin mengalihkan pandangannya karena merasakan kesan familiar saat menatap mata Aldi.
Seperti aku pernah melihat sorot matanya, tapi dimana ya? gumam Karin dalam hati. Aldi mengangkat sudut bibirnya kecil tapi tidak terlihat.
"Kenapa kamu menatapku terus?" tanya Karin melihat Aldi kesal.
Bukannya menjawab Aldi malah semakin menatap Karin dengan menopangkan kepalanya pada tangan kanannya. Pandangan mata Aldi terus mengarah kewajah Karin, bukannya merasa malu atau tersipu seperti para siswi lainnya.
Karin malah merasa jengkel dan tidak suka dengan tatapan Aldi yang menurutnya bagaikan orang mesum saja.
"Jangan menatapku seperti omes begitu" kesal Karin melotot pada Aldi.
"Aldi bukan omes" hanya tiga kata itu saja yang keluar dari bibir Aldi karena ia mengira jika Karin memanggil nama omes.
"Ck, omes itu otak mesum bukan nama,gak ada yang nanyak nama juga" cemberut Karin.
Baru kali ini ia bertemu dengan laki-laki ngeselin modelan Aldi begini. Wallaupun penampilannya biasa saja tapi di sekolahnya dulu Karin di sebut sebagai siswi teladan oleh para guru karena penampilannya yang rapi dan apa adanya.
Aldi memajukan wajahnya mendekati Karin yang langsung memundurkan wajahnya akibat perbuatan Aldi.
"Kamu apa?" tanya Karin melototi Aldi.
"Ada beletnya" Aldi kembali menelungkupkan kepalanya di tas yang sejak tadi jadi bantal tidurnya. Laki-laki itu tersenyum tipis sekali karena mengerjai Karin hingga kesal.
Sedangkan Karin yang mendengar ucapan Aldi langsung menarik kacamatanya sedikit untuk membersihkan sudut matanya. Sungguh memalukan jika sampai ada kotoran di matanya.
Karin mendengus kesal karena ternyata ia di kerjai oleh Aldi. Mana ada belet di matanya sebab ia mandi dengan bersih dan Karin selalu melihat seluruh penampilannya sebelum berangkat sekolah, jadi tidak mungkin ada yang kotorkan pikirnya.
"Kamu ngerjaain aku ya! hey!" Karin menggoyangkan lengan Aldi tapi tidak ada respon.
Karin mendengus kesal menatap Aldi yang memang layaknya patung bernyawa.
"Dasar patung bernyawa, untung di sekolah kalau di luar ku hajar juga dia" gumam Karin pelan dengan bersungut-sungut.
Meski ucapan Karin pelan, Aldi dapat mendengarnya dengan jelas karena berada di sebelah perempuan itu dan pendengarannya yang memang lumayan tajam.
Aldi kembali menarik ujung bibirnya tersenyum kecil, boleh juga batin Aldi yang merasa ekspresi kesal Karin lucu dengan kacamata bulat dan mata melototnya. Di tambah kuciran Karin yang begitu membuatnya terlihat seperti boneka bermata bulat.
Karin memang memiliki kulit yang putih dan halus, juga wajah cantik. Tapi Karin merasa lebih nyaman jika berpenampilan seperti itu, karena baginya penampilannya itu sudaj seperti orang pintar yang suka membaca dan berpikir tentang hal yang menyangkut ilmu pengetahuan.
Walau terkesan polos tapi begitulah pendapat Karin tentang penampilannya dan ia tidak perduli akan pendapat orang lain mengenai dirinya.
Bel tanda istirahat berbunyi, semua murid kembali bergerak untuk keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perut. Ada yang ke perpustakaan, ada yang bersantai di taman ada pula yang tetap di kelas seperti Karin dam Aldi.
Karin menatap Aldi yang tetap pada posisinya dalam diam tidurnya. Karin mencolok-colok lengan Aldi bermaksud membangunkan laki-laki itu. Tapi yang ada hanya keheningan, Aldi tetap pada posisinya tidur di sampingnya.
Karin menghela napas lelah, patung bernyawa di sampingnya itu akan tetap seperti itu. Bahkan sudah dua jam berlalu sejak laki-laki itu tertidur, hingga kini belum bergerak walau sedikitpun.
Antara patung dengan mumi mana yang paling cocok untuknya ya gumam Karin dalam hati sembari menggelengkan kepalanya heran. Karin mengambil bekal makan siangnya dari dalam tas lalu meletakkannya di atas meja.
Ketika membuka kotak bekal itu terlihatlah nasi goreng buatan mamanya yang sangat menggugah seleranya. Perutnya yang lapae sudah minta diisi, jadilah Karin makan dengan nikmatnya seakan hanya dia seorang diri di kelas itu.
Rupanya aroma makanan yang sedang di nikmati Karin tercium oleh Aldi hingga membuat laki-laki itu merasa lapar juga. Aldi mengangkat kepalanya dan mendapati Karin yang masih makan dengan lahapnya.
Tergoda dengan makanann itu Aldi menyambar sendok yang di pegang oleh Karin lalu menarik kotak bekal perempuan yang kaget itu. Bagaimana tidak kaget kalau sedang asiknya makan tiba-tiba di rebut.
Makanan yang tinggal setengah itu langsung dilahap Aldi dan dengan cepat sudah habis tanpa sisa. Karin semakin tercengang melihat hal itu.
"Hey apa yang kau lakukan? kenapa kau menghabiskan bekalku?" marah Karin menarik memegang kotak bekalnya yang sudah bersih tanpa sisa.
"Besok lagi bawa" ucap Aldi lalu meminum air milik Karin yang juga ada di meja hingga tinggal setengahnya.
Karin menatap Aldi dengan sangat kesalnya hingga ia melayangkan pukulan di kepala laki-laki itu dengan cukup kerasnya. Ia tidak peduli lagi dengan dirinya yang murid baru dan harus memberi kesan baik di hari pertama sekolah.
Yang penting bagi Karin melampiaskan marah dan kesalnya pada orang yang sudah menghabiskan bekal spesial buatan mamanya itu.
TAK
Karin berdiri sembari tolak pinggang menatap kesal pada Aldi yang balik menatapnya dengan pandangan polos dan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Laki-laki itu juga tidak marah karena Karin sudah menjitaknya cukup keras, entah kenapa baginya jitakan Karin hanya seperti pijatan saja.
"Siapa yang menyuruhmu mengambil makan siangku huh? bahkan kamu juga meminum airku tanpa ijin" pekik Karin melotot kesal.
Aldi hanya mengangkat bahunya acuh lalu tanpa perduli dengan marahnya Karin. Beberapa siswa yang sudah memasuki kelas menatap Karin tidak percaya karena berani memukul bahkan memarahi anak pemilik sekolah yang sangat tidak bisa di sentuh apa lagi di dekati itu.
Sisi dan kedua temannya langsung mendekati Karin tapi agak berjarak satu meja. Sisi menatap marah pada Karin yang sama sekali tidak melihat kearahnya.
"Heh anak baru, belum satu hari aja udah belagu" ucap Usi teman Sisi.
"Kamu tahu gak kalau Aldi itu anak pemilik sekolah ini, kamu mau ya di usir dari sini karena berani melawannya" sambung Kasi.
Karin memutar bola matanya malas mendengar ucapan para pengganggu itu, ya Karin sudah memberi cap pengganggu pada Sisi dan dua temannya. Lihat saja buktinya sekaran.
"Terimakasih peringatannya, tapi maaf aku gak sama siapapun, selagi gak melanggar peraturan sekolah gak akan ada yang bisa ngeluarin aku seenaknya sekalipun anak pemilik sekolah" ucap Karin santai sembari memasukkan kotak bekalnya.
Merasa diabaikan membuat Sisi marah karena selama ini tidak pernah ada yang berani padanya. Ia selalu membully siapa saja yang berani padanya, bahkan siapapun yang didengarnya mengaku sebagai kekasih Aldi terang-terangan akan dibully habis-habisan hingga keluar sendiri dari sekolah itu.
"Heh anak baru!" bentak Sisi menggebrak meja di hadapannya dengan tatap permusuhan pada Karin yang sangat kentara.
"Kamu itu cuma anak culun yang jelek dan udik, jadi jangan sok, di sini itu aku yang berkuasa untuk para perempuann bahkan para kaum cowokpun memujaku, jadi kamu jangan coba-coba jadi tuan putri disini" marah Sisi.
Sebagai pemuja sekaligus orang yang mencintai Aldi, Sisi tidak senang jika ada yang dekat-dekat dengan laki-laki itu. Bahkan dirinya sendiripun tidak bisa sekedar duduk bersama apa lagi sampai menatap kesal dan marah seperti itu. Di tambah respon Aldi yang hanya diam dan acuh membuat Sisi semakin berang tidak terima.
Aldi yang memang terganggu dengan kehadiran Sisil dan teman-temannya yang mengganggu kesenangannya membuat kesal Karin jadi kesal sendiri. Aldi menatap tajam pada tiga perempuan di depannya sembari bersidekap.
"Hey tuan mumi alias patung bernyawa, usir tuh pacarmu yang berisik" bisik Karin pada Aldi yang membuat tubuh Aldi sedikit menegang.
Pasalnya selama ini tidak pernah ada seorang perempuan yang berani mendekati apa lagi melakukan hal yang demikian padanya seperti yang di lakukan Karin selain seseorang dimasa lalu. Meskipun panggilan Karin padanya begitu tapi Aldi tidak bisa berbuat banyak karena memang julukan yang di terimanya sebagai orang yang jarang berbicara maupun berekspresi beragam.
Melihat Karin mendekati Aldi sembari berbisik semakin memantik kecemburuan pada Sisi yang sangat iri. Sisi tidak pernah berhasil menarik perhatian Aldi bagaimanapun caranya, sedangkan Karin yang murid baru dan culun bagitu mudahnya dekat dengan Aldi hingga berbisikpun tidak dimarahi.
"Jauh-jauh dari Aldi ku culun" sentak Sisi hendak menarik rambut Karin yang di kuncir dua di depan.
Tapi tangan Aldi sudah lebih dulu memukul tangan Sisi kuat hingga menghantam tembok di samping perempuan itu. Sisi meringis kesakitan akibat kerasnya tangannya menghantam tembok.
"Auw sakit banget, Al tangan aku sakit nih gara-gara dia kamu harus balas dia untukku" ucap Sisi dengan wajah sedih dan memegangi tangannya yang sakit.
"Dasar perempuan cu.."
"Pergi" sela Aldi menghentikan ucapan Usi yang akan di lontarkan pada Karin.
Pandangan tajam dan muka datar Aldi membuat ketiga perempuan itu takut dan bergerak pergi ke arah keluar menuju UKS untuk mengobati tangan Sisi.
Setelah ketiga perempuan itu pergi Karin menghela napas, baru beberapa jam saja dia berada di sekolah itu sudah memiliki orang yang membecinya. Kalau di pikir-pikir bahkan Karin tidak keluar dari kelas sudah ada di kelas itu sendiri yang sangat tidak menyukainya.
Bagaimana kalau ia keluar dari kelas dan beraktifitas seperti yang lainnya, kekantin, ketaman sekolah, ke perpustakaan. Pati akan lebih banyak lagi masalah juga orang-orang seperti itu akan bermunculan pikir Karin geleng kepala.
Aldi yang melihat perempuan di sampingnya geleng kepala bisa mengerti apa yang dipikirkan. Tentu saja segala kemungkinan yang akan terjadi apa lagi Aldi membela Karin, saat ini saja masih ada teman di kelas mereka yang melirik-lirik keduanya meski tidak mereka perdulikan.
Namun bisik-bisik beberapa siswa dapat Aldi dengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
"Bisa gempar kalau sampai satu sekolah tahu Aldi belain si cupu"
"Si cupu bakalan dalam masalah"
"Pasti cewek-cewek yang lain bakalan bully dia terus kalau sampai keluar kelas"
Aldi menghela napas mendengar hal itu, apa semua cewek selalu berpikiran sempit sampai cuma masalah sepele jadi sebesar itu batin Aldi.
Bel masuk kembali berbunyi untuk pelajaran selanjutnya, semua murid masuk kedalam kelas dan mulai belajar lagi. Begitupun dengan kelas 12 A IPA tempat Karin belajar sekarang.
Semua murid fokus belajar dan mendengarkan apa yang dijelaskan guru di depan hingga datanglah Sisi yang baru masuk bersama dua temannya. Guru yang belum melakukan absensi menatap ketiganya heran.
"Kenapa kalian baru masuk? kalian sudah terlambat 30 menit" ucap guru pria yang sudah paruh baya itu.
"Maaf pak kita habis dari UKS" ucap Sisi dengan wajah yang masih sedih.
"Siapa yang sakit"
"Sisi pak" sahut Usi.
"Tapi kamu terlihat biasa saja" guru itu tidak melihat adanya ciri-ciri orang sakit pada Sisi selain wajah sedihnya, dan itu bisa saja karena patah hati pikir guru itu.
"Tangan saya sakit pak, tadi di pukulkan ke tembok sama anak baru itu" adu Sisi menunjuk pada Karin yang masih terlihat menulis bersama Aldi dan hanya mereka berdua yang tidak perduli dengan kedatangan Sisi dan temannya.
"Kenapa begitu? mana yang di pukulkan ketembok?" tanya pak guru membuat Sisi menunjukkan tangannya yang hanya memar sedikit saja.
"Ini pak, sakit banget tahu pak, dia pukulkannya keras banget" rengek Sisil.
Pak guru itu menatap kearah muridnya lalu bertanya.
"Siapa yang namanya Karin?" yang di panggil mengangkat tangannya.
"Kenapa kamu pukul Sisi pakai tembok?" tanya pak guru yang memang tidak pernah menganggap serius aduan yang menurutnya tidak masuk akal, apa lagi di jam pelajaran.
"Maaf pak, saya gak pernah mukul dia pakai tembok karena saya gak kuat pak kalau gangkat tembok, yang ada saya ketimpahan" sahut Karin santai.
Guru mengangguk membenarkan, dengan wajah malasnya pak guru menatap Sisi dan temannya.
"Karena kalian bertiga sudah terlambat cukup lama dan mengganggu jam pelajaran, jadi sekarang keluar lalu berdiri di depan kelas sampai jam saya selesai"
"Tapi tangan daya sakit pak" rengek Sisi tidak terima di hukum lagi, tadi di jemur sekarang berdiri di luar males banget gerutunya dalam hati.
"Itu cuma memar sedikit, jangan manja dan cepat keluar, lagiankan yang berdiri kaki kamu bukan tangan, lain cerita kalau kamu berdiri pakai tangan, lalu kaki yang di atas" ucap pak guru kesal.
Sisi dan kedua temannya keluar kelas lalu berdiri di depan pintu menghadap guru yang mengajar. Sumpah serapah di ucapkan Sisi dan temannya dalam hati untuk Karin karena sudah membuatnya dua kali di hukum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!