Seorang lelaki gagah berjalan cepat setengah berlari di sepanjang koridor kedatangan internasional di bandara. Secepat kilat ia melesat. Penerbangan dari Eropa telah tiba di bandara kota Jakarta.
Ia berhenti tepat setelah menabrak seorang gadis dari belakang. Tapi ia tak menghiraukannya dan terus berjalan dengan begitu tergesa-gesa. Dia berhenti dan memperhatikan sekeliling seperti sedang mencari seseorang. Sesekali melihat waktu di jam tangannya. Mondar-mandir kesana kemari dan..
"Bruukk..... " Segelas cup kopi panas tumpah
"Aaahhh panassss.... huhhhhhh." Seorang gadis meringis menahan panas tak kala kopi itu tumpah mengenai kemeja pink peach yang dikenakannya. Rupanya lelaki itu menubruk gadis yang bernama Rachel ketika dia membalikan badannya.
"Heii Nona apa anda tidak memperhatikan jalannya. Lihat apa yang anda lakukan pada jasku." Hardik lelaki itu.
Rachel terperangah mendongak. Kaget sekaligus terpesona. Keindahan yang sangat nyata, keindahan hakiki dihadapannya. Seperti sebuah pahatan mahakarya. Seperti terlempar dalam sebuah kesenyapan. Rachel tak mampu berkata hanya wajah tanpa ekspresi diperlihatkannya. Seperti mimpi bertemu dengan seorang lelaki tampan.
Ini rasanya seperti masih jet lag karena Rachel baru kembali dari Paris.
"Anda yang seharusnya berjalan dengan menggunakan mata anda, bukan malah menyalahkan orang lain. Apa anda tidak lihat baju saya juga jadi kotor." Dengan mengipas-ngipas baju kemejanya.
Lelaki itu tak menghiraukan dan hanya terfokus pada jam yang ada ditangannya.
"Aarrggghhh... " Gerutunya sendiri menahan kesal. Tiba-tiba ada seorang laki-laki lagi yang usianya hampir sebaya dengan lelaki tampan itu datang menghampiri dengan sangat cepat.
"Maaf tuan saya telat, ada yang harus saya urus tadi. Dan anda harus cepat berangkat karena rapat sudah akan dimulai. Dewan direksi sudah berkumpul menunggu kedatangan anda." Ucap laki-laki yang lebih tepatnya seperti seorang assisten pribadi.
"Ya seharusnya aku tidak melakukan penerbangan komersial mungkin akan tepat waktu untuk tiba disini."
Kedua lelaki itu pergi tanpa sepatah kata pun. Merasa seperti tak ada apa-apa dan tak ada kejadian apa-apa. Hanya tinggalah Rachel sendiri menatap kepergian lelaki misterius itu..
"Zaman memang sudah semakin kacau, apa susahnya dia meminta maaf padaku. Dasar lelaki sombong," ucap Rachel dengan geram
Rachel teringat dan hampir terlupa bahwa dia harus melakukan wawancara di sebuah Perusahaan. Dia harus bergegas cepat karena 1 jam lagi wawancara akan dimulai. Untunglah July sahabat Rachel sudah datang menjemput dan siap untuk mengantarkannya.
July menatap Rachel dibalik kemudinya.
"Apa kau yakin pergi wawancara dengan pakaian kotor seperti itu?" tanya July meyakinkan
"Ya aku tak punya pilihan lain lagi Jul, Kalaupun aku harus ke butik itu akan memakan waktu yang banyak?"
"Lagi pula aku tak punya pilihan, pemberitahuan wawancaranya mendadak. Jadi aku langsung pesan tiket dari Paris untuk segera datang kesini." Sambungnya lagi.
Sesampainya ditempat itu Rachel mengempaskan pintu mobil dengan tidak sabar, dia hanya punya waktu 10 menit untuk sampai di ruangan wawancara. Padahal tadi dia sudah meminta July untuk ngebut. Tetap saja sedikit terlambat. Waktu memang tak bisa ditangkap. Tak pernah pula jatuh. Tidak bisa dikejar dan tidak bisa diperangkap. Itulah waktu.
Di pintu masuk ke lobi perusahaan pun Rachel masih harus melalui pemeriksaan. Semua prosedur memang harus dipatuhi. Meletakan tasnya untuk di cek alat oleh petugas. Lebih mirip pemeriksaan di bandara tepatnya. Apakah memang seperti ini masuk kesebuah perusahaan raksasa di kota Jakarta.
Ketika sudah sampai di sebuah ruangan yang telah ditentukan Rachel tidak melihat seorang pun di sana. Perasaannya tidak tenang. Apa hanya dia yang melakukan wawancara hari itu.
Seorang wanita dengan pakaian blazzer yang membungkus pas tubuhnya itu datang menghampiri.
"Anda nona Rachel?" tanya wanita itu
"Ya saya Rachel."
"Bersiap-siaplah, sebentar lagi anda akan diwawancara langsung oleh presdir. Dan pakaianmu, " ucap wanita itu seraya menatap ke arah pakaiannya yang kotor terkena tumpahan kopi.
Rachel sudah dipanggil untuk masuk ke ruangan presdir.. Langkahnya dengan sangat percaya diri masuk ke ruangan itu.. Tapi...
Bersambung.....
Rachel memandang setiap sudut ruangan yang ada di sana tapi tak tampak seorang lelaki yang disebut presdir itu. Tak disangka Rachel terperangah dengan sesosok lelaki yang ada dibalik kursi besarnya. Kursi yang mampu menghalangi tubuh dari orang yang ada dibalik itu. Ketika kursi itu membalik ke arahnya, lelaki itu tersenyum simpul dengan pandangan yang mampu menggetarkan hati.
" Jadi kau yang bernama Rachel?." Tanyanya memulai percakapan.
"Iya saya yang bernama Rachel". Rachel menjawab dengan perasaan kikuk.
"Apa kau mau terus berdiri di sana?." Tanyanya lagi mengisyaratkannya untuk duduk dihadapannya.
Rachel dengan tubuh yang sedikit gemetar. Bagaimana tidak, lelaki itu yang ditemuinya di bandara, lelaki yang sudah menubruknya sampai kopi panas tumpah mengenai kemejanya.
"Oh Tuhan apa ini, dia presdir nya. Apa aku tidak salah. Tamatlah aku."Gumam Rachel dalam hati.
Rachel melihat di mejanya tertulis Presiden Direktur.
"Ya memang benar dia.. matilah aku." Ujarnya lagi.
"Ternyata dunia kecil ya nona sampai kita bertemu lagi." Lelaki itu sedikit menggoda Rachel
"Oh iya tuan apa anda masih mengingat saya."Timpal Rachel.
"Bagaimana tidak, kau yang menumpahkan kopi ke jas ku."
Ingin rasanya Rachel menjawab dan sedikit memarahi lelaki itu tapi ditahannya.
"Demi pekerjaan ini tahan sebentar." Gerutunya dalam hati.
"Tentang hal itu mungkin saya sudah salah paham, mohon tuan memaafkan saya." Rachel mencoba untuk memainkan triknya. Sebenarnya dia malas kalau harus berpura-pura. Sekalipun lelaki itu tampan bak pangeran tapi tidak mengubah pandangannya sedikitpun tentang sosok itu.. Sosok sombong dan angkuh.
"Oke tak masalah. Aku hanya ingin melihat kemampuanmu dalam bekerja. Tunjukan padaku apa kau sanggup mengemban tugas ini. Seorang lulusan salah satu universitas terkenal di dunia. Aku kasih waktu 3 bulan sebagai training." Ujar presdir perusahaan itu sambil melempar pelan CV dari Rachel.
"Nanti ada Liu yang akan menjelaskan apa saja pekerjaan untukmu." Sambungnya lagi sembari mengulurkan tangannya memberi ucapan selamat. Rachel membalas dengan mengulurkan tangannya pada lelaki itu dengan sedikit tersipu malu.
"Soal ini maaf bukannya saya bersikap kurang sopan."Rachel menunjuk pakaiannya sendiri.
"Soal itu aku paham." Jawab Lelaki dihadapannya tanpa ekspresi apa-apa.
"Sebenarnya dia orang seperti apa sih, tadi hangat sekarang judes." Gerutunya lagi dan lagi.
"Maaf nona Rachel silahkan ikut dengan saya."Perintah Liu assisten pribadi presdir.
Rachel mengikuti langkah Liu.
"Dia bukannya lelaki yang tadi menjemput presdir di bandara ya.."Gumam Rachel
Berhenti di sebuah ruangan yang tak jauh dengan ruangan presdir.
"Nona silahkan ini ruangan anda."
"Perkenalkan saya Liu assisten presdir Sawn." Sambungnya lagi.
"Iya tuan Liu kita belum berkenalan, Saya Rachel. Senang bisa bertemu dengan anda. Dan terimakasih sudah mengantarkan saya kesini." ucap Rachel memperlihatkan wajah senangnya.
"Sama-sama nona ini sudah menjadi tugas saya membantu anda, jangan sungkan kalau anda membutuhkan bantuan saya. Anda bisa menempati ruangan mulai saat ini."
"Kalau tidak ada yang anda tanyakan lagi saya mohon diri." sambung Liu. Liu pergi meninggalkan ruangan Rachel dan langkah nya terhenti.
"Tuan Liu maaf ada yang mau saya tanyakan." Rachel sedikit meminta Liu untuk berhenti sejenak. Liu dengan memasang wajah tersenyum menghampiri Rachel kembali.
"Tuan Liu saya merasa ada yang aneh, kenapa presdir tidak mewawancara saya secara formal. Dan kenapa saya langsung ditempatkan di bagian ini." Tanya Rachel penasaran kenapa dia ditempatkan di bagian Kepala Design.
"Presdir kita cukup menilai dari apa yang dia lihat." Ucap Liu singkat.
***Bersambung***....
Hari pertama kerja
Rachel mulai membereskan barang-barangnya ke ruangan barunya. Dia mulai menata rapih setiap benda yang di pajangnya. Membuat nyaman itulah alasannya, tidak jenuh dan tidak cepat bosan. Hari pertama bekerja dia sudah disuguhi oleh beberapa map yang menumpuk, map yang melambai-lambai meminta untuk diperiksa.
Beberapa karyawan ada yang berlalu lalang di depan ruangan yang kebetulan pintunya tidak ditutup, bahkan sampai ada yang bergosip membicarakan dirinya.
"Oh itu karyawan baru itu ya.. bisa-bisanya dia langsung jadi kepala bagian."
"Pasti ada apa-apanya dengan presdir."
"Cantik juga sih pantesan aja."
Kalimat-kalimat yang terdengar seperti ibu-ibu tetangga yang sering bergosip ria.
"Dasar perempuan bisanya bergosip." Keluh Rachel acuh tak acuh melirik tajam ke arah luar.
Seketika gerombolan penggosip tadi bubar dengan cepat tanpa perintah. Rupanya dari depan nampak Presdir datang untuk masuk ke ruangannya. Siapa yang tidak tertarik melihat makhluk hidup satu ini.
Sawn Arthur.. namanya Sawn Arthur, presdir dari perusahaan grup Moon. Perusahaan yang sangat berpengaruh di kota X. Karena tangan dinginnya, dia mampu membangun perusahaan raksasa yang meroket di segala bidang. Bahkan banyak perusahaan kecil, menengah sampai perusahaan besar ingin bekerja sama dengan perusahaan Moon.
Sawn Arthur .... laki-laki tampan rupawan dengan rahang yang tegas, wajah oval, hidung mencuat tanpa celah dan bibir tipis menarik. Mata tajam dengan alis yang tebal mampu membuat setiap perempuan terpikat. Tubuh yang tinggi tegap bak seperti model, terlalu sempurna untuk dijabarkan. Tangan dingin sedingin hatinya mampu menggetarkan jiwa yang bergejolak.
Sawn Arthur ... anak dari Suman Arthur seorang pebisnis handal yang disegani oleh rekan maupun saingannya. Dan yang dikenal dari Suman Arthur sudah menjadi rahasia umum diberbagai kalangan, dia adalah seorang pensiunan mafia pada masanya.
Sawn mewarisi kepiawaian berbisnis dari ayahnya, tetapi beredar kabar kalau hubungan antara ayah dan anak itu kurang baik.
Sawn berjalan melewati pintu Rachel yang terbuka dengan sedikit melirik tanpa terlihat, meneruskan berjalan tanpa berhenti.
"Dia seperti bukan gadis biasa, seperti gampang namun sulit."Ucap Sawn dalam hati sedikit memikirkan Rachel. Liu yang selalu menemani Sawn menjelaskan tentang agenda yang sudah dijadwalkam hari ini.
"Liu, coba kau selidiki tentang karyawan baru itu. Cari tahu semua hal tentang dirinya." Potong Sawn kurang fokus apa yang dijelaskan Liu.
"Baik tuan akan saya selidiki, apakah ada masalah dengan nona Rachel?."
"Sedikit penasaran saja seperti apa dia, seperti gadis yang lainnya atau dia istimewa."Senyum Sawn menghiasi bibirnya.
"Baru kali ini setelah sekian lama tuan Sawn tertarik untuk mencari identitas seorang gadis"Bisik Liu sambil melanjutkan pembahasan agenda harian.
Waktu sudah menunjukan jam pulang kantor.
Rachel bergegas untuk pulang karena hujan sudah mulai turun. Dia mencari taxy di depan lobi kantor. Tapi tak satupun taxy yang datang. Sawn dan Liu berada di sebuah mobil mewah yang hanya di produksi 3 buah di dunia. Sawn melihat Rachel yang sudah mulai kehujanan. Dia menyuruh sopir untuk berhenti. Membuka kaca jendela dan memerintahkan Liu untuk mengajak serta Rachel.
Rachel menolak karena tak enak hati, bersikeras menolak ajakan itu dan memilih berlari menerobos hujan yang tidak terlalu deras.
Merasa ada penolakan mobil Sawn pergi melaju dengan cepat.
"Rupanya gadis itu punya nyali untuk menolakku, baru kali ini ada penolakan. Seperti apa dia sebenarnya." Bisik hati kecil Sawn diliputi perasaan sedikit kesal.
***Bersambung***....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!