Jutaan elemen asing bergerak seperti cahaya memenuhi semesta kehampaan yang gelap gulita tersebut, bergesekan dan saling bertabrakan, menghasilkan ledakan dahsyat yang terus memicu badai ruang dan waktu.
Di dalam semesta kehampaan tanpa batas itu, sebuah bola transparan yang terlihat seperti gelembung air terus bergerak, melesat menuju pusat badai.
Sesekali gelembung air transparan itu terkena hantaman elemen asing, membuatnya terpental, dan terombang-ambing dengan ekstrem.
" Dhuar...dhuar...." ledakan dahsyat terus bergema, menghadirkan percikan cahaya yang menyilaukan mata, namun tiga sosok yang berada di dalam gelembung air itu tidak terpengaruh sedikitpun.
Mereka adalah Qing Ruo, Sang Penguasa Benua Teratai Biru, bersama sang istri, Qing Ling yang juga seorang penguasa, dan pelayannya, Yu Jieru monster pelahap langit dari klan Dewa Ikan, Shen Yu.
Di dalam bola perisai Air Langit, Qing Ling dengan tenang terus mengirimkan kekuatan penyembuhan pada Qing Ruo, sedangkan Yu Jieru yang duduk Lima meter dari mereka, dengan tenang menjaga bola perisai Air Langit yang terus begerak.
Tiba-tiba Qing Ling panik, saat kekuatan dalam tubuh Qing Ruo tiba-tiba menjadi kacau kembali.
" Penguasa putri, apa yang terjadi?" tanya Yu Jieru ikut panik.
" Lianghao, aku juga tidak mengerti..." ucap Qing Ling sambil meminta Yu Jieru untuk tetap mengendalikan bola perisai transparan itu.
" Apakah hati iblis telah muncul, tapi bukankah itu seharusnya muncul di tahap lima atau tahap enam semi abadi. Gege sadarlah...." Qing Ling membatin, menatap Qing Ruo dengan khawatir.
Di dalam Alam bawah sadar. Qing Ruo berusaha untuk tetap tenang, mengendalikan kemarahan dan kekecewaannya. Kemarahan atas kelemahannya yang harus mengorbankan banyak orang terutama melukai Qing Ling, Yuan Bai dan rombongannya memasuki Badai Ruang dan Waktu. Kemarahannya atas kehadiran Dalu Wang Heng, serta kekuatan jahat lainnya yang berusaha mengganggu ketenangan Benua Teratai Biru, yang dapat menganggu dan membahayakan orang-orang yang dia sayangi.
Pada saat dirinya berusaha untuk menenangkan diri, Qing Ruo dikejutkan dengan kenangan buruk mengenai lalunya, yang disertai muncul sosok yang menyerupai dirinya.
" Argh..., Qing Ruo, diriku yang malang, apa yang kamu perjuangkan? Kematian di depan mata, tetapi apakah ada orang yang peduli? Kamu hanya manusia bodoh yang begitu Naif yang menganggap diri begitu berarti untuk orang lain. Apakah kamu ingat saat masih berada di Kota perak, kamu selalu dihina, dan dilecehkan oleh orang-orang, bahkan oleh anggota klan yang kamu lindungi dengan nyawamu..." sosok bermata gelap seperti dirinya itu mengoceh, memprovokasi, dan menggoyahkan tekad Qing Ruo.
" Pergi dan jangan ganggu aku!" ucap Qing Ruo pelan, mencoba melawan penindasan sosok itu.
" Qing Ruo yang malang. Aku adalah dirimu, dan dirimu adalah aku, lalu bagaimana bisa dirimu mengusir diriku. Kita berasal dari tempat yang sama, sama-sama naif dan bodoh, yang selalu memaksa diri dan mengandalkan orang lain. Tanpa darah emas Luo Feng, kamu hanyalah orang cacat yang lemah...."
" Argh..." Teriak Qing Ruo mulai ikut marah.
Di dunia luar.
" Suamiku, bertahanlah. Jangan biarkan kemarahan dan kebencian menguasai hati dan kesadaranmu," ucap Qing Ling sambil terus mengirimkan kekuatan penyembuhan, dan mengorbankan dirinya yang jug masih terluka.
Di dalam alam bawah sadar.
" Akhirnya. Kamu menunjukkan jati dirimu. Qing Ruo yang pemarah, pendendam dan sang pembantai tanpa ampun, keluarkan emosimu. Kamu yang begitu pemarah saat orang lain mengganggu ketenangan hidupmu, tetapi kamu tidak pernah memikirkan orang lain saat mereka diganggu oleh dirimu..." sosok bermata gelap itu tertawa bahagia.
" Pergi!" teriak Qing Ruo kesal, karena sosok itu terus mengganggu konsentrasinya.
" Qing Ruo, ternyata kamu mulai kasar, Aku suka itu. Selama ini kamu selalu menahan diri dan berperilaku sopan untuk menutupi kejahatan dan kekejamanmu, membangun citra diri yang baik agar dapat dianggap sebagai pahlawan. Qing Ruo, tanpa kekuatan yang diberikan oleh orang lain, kamu hanya omong kosong, bahkan pujian dan hormat yang kamu terima selama ini mungkin akan berganti dengan cacian dan hinanaan jika kamu itu lemah..."
" Jika tidak pergi, maka diam..." ucap Qing Ruo sekali lagi.
" Diam? Apakah ini sebuah negosiasi? Dan aku setuju, tetapi dengan syarat...." tersenyum licik.
" Aku tidak akan pernah bernegosiasi dengan makhluk seperti dirimu. Jika ingin bicara, silakan...." ucap Qing Ruo memejamkan matanya.
" Oh baik," jawab sosok itu lalu duduk di hadapan Qing Ruo.
" Dahulu kala, ada seorang pemuda cacat yang putus asa, menantang kematian dan berharap pada keberuntungan langit. Tiba-tiba langit mendengar, dan sang pemuda itu benar-benar bertemu dengan keuntungannya, bertemu dengan orang lain yang rela membagi kekuatan hidupnya, lalu bocah naif itu menjadi kuat, dan tiba-tiba di cintai semua orang, atau hanya perasaannya saja. Jika pemuda itu masih cacat, aku rasa dia hanya akan menjadi tukang sampah, bahkan wanita yang mengaku mencintainya, mungkin juga..." sosok itu tiba-tiba menghentikan kata-katanya saat merasakan aura kemarahan dari sosok Qing Ruo.
" Tutup mulutmu!" ucapnya dingin.
" Ayo lepaskan kemarahanmu," ucapnya senang, karena mengetahui kelemahan Qing Ruo.
" Jangan sombong. Jika kamu tidak kuat, apakah kamu yakin dia akan menjadi ibu dari anak-anakmu?"
" Argh...." Qing Ruo kesal, hingga memuntahkan darah segar dari mulutbya, membuat sosok itu tertawa terpingkal-pingkal.
" Penguasa putri apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Yu Jieru panik.
" Lianghao, jangan mendekat..." ucap Qing Ling cepat, saat merasakan ledakan aura marahan keluar dari tubuh Qing Ruo.
" Ini benar-benar serangan hati iblis.." Qing Ling membatin.
" Qing Ruo menyerahlah. Jika tidak, aku akan membiarkan luka itu membunuhmu. Jika kamu menyerah, aku akan membantumu, bahkan membuatmu menjadi semi abadi tingkat sembilan..." sosok bermata gelap itu terus merayu.
Qing Ruo terdiam sesaat lalu meminta sosok bermata hitam itu mendekatinya.
" Swhus..." Qing Ruo meraih lehernya dan mencekiknya.
" Ukh..." Qing Ruo tersedak dan erbatuk-batuk, sambil melepaskan cengkraman tangannya, membuat sosok itu tertawa terpingkal-pingkal.
" Bodoh! kamu tidak bisa membunuh dirimu sendiri. Jika kamu mau, maka biarkan aku yang melakukannya..." sambil mengeluarkan pisau hitam dengan aura kematian.
Qing Ruo terdiam, menatap sosok bermata gelap itu dengan tajam.
liam menit keheningan terjadi di antara mereka berdua, membuat suasana di dunia luar sedikit tenang.
" Aku tidak bisa membunuh diriku sendiri, tetapi sifat itulah yang akan membunuhku. Kemarahan, kebencian, dan keegoisan. Semua sifat yang berseberangan dengan kebaikan. Jika kamu adalah diriku, maka tinggalah bersamaku. Memahami diri sendiri dan menerima kelemahan bahwa itu adalah kenyataan bukanlah hal yang buruk. Kamu tidak bisa memaksa diri agar telihat kuat, apalagi memaksa diri agar disukai oleh banyak orang, dan kamu juga tidak bisa memaksa orang lain agar tetap mencintaimu. Dirikubyang lainnya, mari bersama bertarung melawan kepahitan dan memperjuangkan prinsip kebenaran tanpa pamrih," ucap Qing Ruo pelan, membuat sosok bermata gelap itu tiba-tiba lenyap.
Tiba-tiba aura kekacauan, kemarahan dan kebencian yang sebelumnya memenuhi bola perisai, kini perlahan hilang dan menjadi tenang kembali.
" Akhirnya..." ucap Qing Ling lega, sambil menenangkan Yu Jieru turut merasa senang.
👉👉👉
Teman-teman, author sudah membuka paket dukungan di **********. Bagi teman-teman yang berminat di persilahkan. Terima kasih.🙏🙏🙏
Lima hari kemudian Qing Ruo membuka mata, memalingkan wajahnya menatap Qing Ling yang duduk di belakangnya.
" Gege, tenanglah. Pulihkan dirimu..." dengan senyumnya yang manis.
" Ling er, terima kasih..." ucap Qing Ruo sambil menjelaskan keadaannya yang sudah mulai pulih, serta meminta sang istri untuk memulihkan dirinya.
" Tapi gege..."
" Ling er, kamu juga terluka. Selain itu kamu juga harus memulihkan kekuatan yang telah kamu gunakan memuluhkan diriku beberapa hari ini." dengan wajah serius.
Tampak keengganan di wajahnya, tetapi Qing Ling hanya bisa menggangguk.
" Baik. Tapi bagaimana dengan gege?"
" Ling er, aku kini hanya memerlukan waktu untuk pulih kembali. Tenanglah. Aku ingin Ling er kembali ke dalam dunia jiwa, menemani An er..." ucapnya lembut.
" Baiklah." sambil memasuki gerbang dimensi dunia jiwa yang telah Qing Ruo buka sebelumnya.
Setelah Qing Ling pergi ke dalam dunia jiwa, Qing Ruo lalu kembali memulihkan dirinya.
" Lianghao, jika kita sudah tiba di pusat Badai Ruang dan Waktu, kabari aku..."
" Baik penguasa," jawab Yu Jieru dengan hormat, yang ikut merasa senang saat melihat sang tuan yang kini telah sadar dan dapat memulihkan diri.
****
Di dalam Dunia Jiwa.
Qing Ling memasuki kamar utama istana emas dengan tergesa-gesa, untuk menemui Qing Lian An yang Sudah beberapa hari ditinggalkanya.
" Penguasa putri..." Huli Bai dan Huli Hei yang sedang mengasuh Hu Qing menyambut kedatangan Qing Ling.
" Huli Bai, bagaimana kabar An er..." sambil meraih Qing Lian An dari pelukan Huli Bai.
" Penguasa, putri Lian An untuk beberapa hari ini cukup tenang...." ucap Huli Bai laporkan pekerjaannya dengan rinci.
" Huli Bai, Huli Hei, terima kasih. Kalian kembalilah ke istana Naga Emas untuk beristirahat..." sambil menatap wajah mungil yang tertidur pulas itu.
" Tapi Penguasa..."
" Tenanglah, situasi sudah aman. Awasi Hu Shan dan yang lainnya...."
" Baik Penguasa putri," jawab Huli Bai dan Huli Hei lalu meninggalkan tempat itu.
Setelah Huli Bai dan Huli Hei pergi, Qing Ling lalu membaringkan Qing Lian An di atas tempat tidurnya, dan menggunakan kesempatan itu untuk memulihkan diri.
****
Halaman Istana Naga Emas.
Hu Shan, Tu Hai, Tian Feng dan semua pelayan yang ada di dalam dunia jiwa, yang sebelumnya ikut bertempur membantu Qing Ruo dalam pertemouran, duduk dengan tenang memulihkan diri.
Tidak jauh dari tempat mereka, duduk Zin, Zan, Liong Hei dan Jinse, yang sesekali menaburkan kristal jiwa di sekitar tempat itu.
" Saudara Zin, tampaknya saudara Yuan Bai dan Yuan Hei adalah yang paling berat lukannya..." ucap Liong Hei yang kini telah menggunakan tampilan tubuh manusia.
" Benar, jika saja mereka tidak menerima darah emas penguasa muda, mungkin saat ini kita tidak akan melihat mereka lagi," ucap Zin sedih.
" Tenanglah. Dengan sumber daya yang ada di dalam dunia jiwa ini, aku yakin mereka akan segera pulih..." Zan menimpali.
" Benar, kita hanya perlu bersabar..." ucap Liong Hei dengan wajah sedih, yang juga masih begitu kecewa karena tidak diikutsertakan oleh Qing Ruo dalam pertempuran tersebut.
Pada saat mereka sedang berbincang-bincang, Huli Bai dan Huli Hei yang membawa Hu Qing tiba di tempat itu, menatap Hu Shan dan yang lainnya yang sedang memulihkan diri.
" Saudara Zin, penguasa putri telah kembali, dan saat ini berada di istana emas..." Huli Bai menjelaskan.
" Syukurlah, itu berati penguasa muda baik-baik saja," ucap Liong Hei.
" Sepertinya demikian," ucap Huli Hei sambil menantap sang suami, Tu Hai yang sedang memulihkan diri.
" Lalu apakah ada perintah lainnya?" tanya Jinse.
Huli Bai dan Huli Hei menggelengkam kepala.
" Pemguasa putri meminta kita untuk tetap mengawasi, dan mengobati mereka," jawah Hui Hei.
" Baik, silakan saudari masuk dan beristirahat di dalam. Serahkan mereka lada kami," ucap Liong Hei dengan hormat dan ramah.
" Terima kasih saudara," ucap Huli Bai dan Huli Hei sambil meninggalkan tempat itu.
*****
Jantung Benua Teratai Biru.
She Mei Lu yang sebelumnya secara diam-diam pergi ke wilayah timur Benua teratai biru, akhirnya kembali tiba di jantung Benua Teratai Biru.
" Swhus...." tubuhnya muncul di atas gunung Xing Guang, yang kini menjadi tempat kediaman Klan Qing.
Dengan tenang sosok itu pergi ke gunung barat, yang merupakan kediaman khusus keluarga inti klan, lalu muncul di halaman istana barat.
" Youyu er," ucap Qing Ruyue menyambut kedatangannya.
" Nenek, aku ingin memasuki aula istana jiwa," ucap She Mei Lu, sambil berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.
" Kebetulan sekali..." ucap Qing Ruyue membawa She Mei Lu ke dalam ruangan rahasia klan itu.
Di dalam ruangan. Telah hadir Qing Peng, Qing Xia, Qing Long, Zishu, Qing Duan Ren dan Ling Yun.
" Ayah, ibu..." ucap She Mei Lu menyapa Qing Peng dan Ling Yun, serta semua orang yang ada di dalam ruangan itu yang tampak begitu cemas.
" Youyu er..." ucap Ling Yun dengan wajah sedih.
" Ibu tenanglah..." mencoba menenangkan Ling Yun, yang sebenarnya dia juga begitu khawatir.
" Kakak..." ucap Zishu menghamburkan diri memeluk She Mei Lu sambil menangis tersedu-sedu.
" Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja..." mengusap-usap punggung Zishu sambil menatap lencana giok jiwa Qing Ruo dan Qing Ling yang masih retak.
" Ayah, ibu, bagaimana kondisi lencana giok jiwa sebelumnya?"
" Ini lebih baik dari sebelumnya, bahkan lencana giok jiwa Ruo er bahkan hampir hancur..." Qing Peng menjelaskan, membuat jantumg She Mei Lu berdetak dengan kencang.
" Itu berarti mereka sudah aman..." ucap She Mei Lu pelan.
" Sepertinya kakak tahu. Kakak apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Qing Zishu dengan tatapan memohon.
She Mei Lu menghembuskan nafas panjang lalu menantap semua orang yang ada di dalam ruangan yang juga melihatnya dengan tatapan memohon.
" Adik Ruo dan adik Ling ternyata merahasiakan sesuatu yang sangat mengerikan dari kita," ucap She Mei Lu pelan, membuat semua orang ada di dalam ruangan itu terkejut
" Youyu er, apa itu?" tanya Qing Peng, cepat.
" Ayah, ternyata selama ini mereka memiliki musuh yang sangat kuat, bahkan salah satu dari mereka adalah seorang pendekar semi abadi tingkat enam, dan seorang dewa. Dalam pertempuran yang sangat mengerikan itu, Adik Ruo dan adik Ling, dan semua pelayannya begitu kewalahan, hingga akhirnya mereka menyeret sang lawan ke dalam badai ruang dan waktu..." ucap She Mei Lu sambil meneteskan air mata, menahan rasa sesak di dadanya, bahkan Zishu yang sebelumnya sudah tenang, kini menangis kembali.
" Kakak, lalu apa yang terjadi?" tanya Qing Zishu.
" Zishu er, tentu saja mereka melanjutkan pertempuran di dalam badai ruang dan waktu..."
" Tapi bagaimana kakak bisa tahu?" tanya Zishu.
" Karena kakak hadir dalam pertempuran itu, tapi Kakak terlambat, " ucap She Mei Lu pelan.
" Apa! Kakak di mana saat itu?"
" Gunung Dalu, Wilayah Makam Waktu..."
" Itu adalah wilayah Timur Benua Teratai Biru!" ucap Qing Ruyue.
" Nenek Agung Benar..." jawab She Mei Lu pelan.
" Tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Ling Yun dengan yakin, menatap lencana giok jiwa yang secara perlahan mulai membaik tersebut.
" Semoga kakak Ruo dan kakak Ling baik-baik saja," ucap Qing Zishu sambil menyeka air matanya.
Di tempat lain.
Kawasan gunung Dalu.
Orang-orang dari klan She dan Klan Mu terus berdatangan untuk melihat kawasan gunung Dalu yang sebelumnya digunakan sebagai arena pertempuran.
" Jangan memasuki pusat pertempuran, atau kalian akan menjadi kabut darah," ucap She Wang Hong mengingatkan semua orang.
" Maksud patriark?" tanya seorang murid penasaran.
" Selain berbagai jenis mantra formasi yang masih aktif, aura pembunuhan ini juga bisa membunuh." She Wang Hong menjelaskan, membuat semua orang yang datang di tempat itu hanya terdiam. Namun sebagian dari mereka ada yang tidak percaya, terlebih lagi saat melihat tiga bilah pedang Xue Luo yang tertinggal di tempat itu, tertancap dan terus berdengung yang sesekali melepaskan kekuatan petir.
" Lihat artefak itu!" ucap seorang murid dari klan She mununjuk pagoda emas tujuh lantai setinggi satu meter tergeletak dengan kondisi retak, yang juga masih memancarkan energi kekacauan.
" Swhus..." seorang pendekar tingkat dewa langit bergerak memasuki tempat itu, namun dari jarak lima ratus meter, tiba-tiba tubuh itu meledak.
" Dhuar...." ledakan keras yang disertai dengan cipratan darah dan potongan tubuh yang terlempar ke berbagai arah, mengejutkan semua orang.
" Benar-benar mengerikan. Sisa energi pertempuran bahkan bisa menbunuh pendekar dewa tingkat langit seperti semut," ucap keramaian itu dengan wajah tegang.
She Wang Hong hanya bisa menggelengkan kepala.
" Aku yang seorang tingkat dewa kaisar saja hampir terbunuh, lalu bagaimana dengan kalian," ucapnya lalu meninggalkan tempat itu.
*****
Di dalam semesta kehampaan.
Gelembung perisai air langit terus bergerak, melesat seperti kilatan cahanya menunju pusat badai ruang dan waktu.
Tiga bulan berlalu. Yu Jieru mulai melihat cahaya biru yang sangat besar terang.
" Penguasa, kita hampir tiba.." ucapnya mengabari Qing Ruo yang masih memulihkan diri.
" Baik," jawab Qing Ruo membuka matanya, menatap cahaya yang semakin terang.
" Lianghao dimana kita saat ini?" tanya Qing Ruo ragu.
" Penguasa, saat ini kita memasuki samudera kehampaan, itu berati kita sudah dekat dengan pusat badai ruang dan waktu..."
" Lalu cahaya itu?"
" Penguasa, itu adalah sinar biru dari Pilar Langit. Walaupun terlihat berwarna biru, pilar langit sebenarnya adalah giok berwarna putih...."
" Lalau di mana badai ruang dan waktu yang melindungi pilar Langit?"
" Cahaya biru yang kita lihat saat ini. Itu adalah ledakan dari jutaan elemen yang bergerak di sekitar pilar yang terus menerus bertabrakan...."
Qing Ruo terdiam.
" Sangat mengerikan, lalu berapa lama lagi kita akan tiba?"
" Satu atau dua hari lagi..." jawab Yu Jieru pelan dengan wajah sedikit ragu.
" Lianghao, ada apa?"
" Sepertinya telah terjadi sesuatu..."
" Maksudnya?"
" Penguasa Lihat! Ada cahaya merah dari dalam pilar, dan itu berarti ada kekuatan lain yang sedang bergerak disana."
" Benar. Jika itu adalah kekuatan kecil, sangat tidak mungkin cahaya itu dapat terlihat dari tempat ini. Lianghao, apa pendapatmu?"
" Sepertinya perjalanan kita menuju daratan ilahi akan tertunda, namun kita juga tidak akan bisa terus menerus berada di dalam badai ruang dan waktu..." sambil melihat dinding perisai yang mulai mengikis.
" Lalu apa solusimu?"
" Penguasa, sebaiknya kita pergi ke salah satu benua saja."
" Baik," jawab Qing Ruo, lalu kembali memulihkan diri.
***
Di dalam pusat Badai Ruang dan Waktu, di kawasan bawah pilar giok putih raksasa setinggi dua puluh lima kilo meter, dengan diameter dua kilo meter itu, tujuh sosok dengan jubah perang emas, yang merupakan para pendekar semi Abadi tingkat empat dan lima, beserta ribuan para pendekar tingkat dewa surga hingga tingkat kaisat dewa terus menerus melepaskan tebasan pedang secara bersamaan ke arah bawah pilar, menyerang sosok hitam raksasa yang terus bermunculan untuk mendekati pilar giok tersebut.
" Dhuar...dhuar..." ledakan dahsyat yang sangat mengerikan menghancurkan sosok itu.
" Argh... Baj***n sejak kapan makhluk rendahan ini memiliki keinginan liar..." teriak salah satu dari mereka kesal sambil melepaskan tembakan cahaya dari pedang emas yang ada di tangannya.
" Jenderal Guang Chu, jangan terlalu banyak bicara, lagi pula ini bukanlah tugas berat," ucap seorang jenderal sambil melepaskan tembakan petir dari tombak emas yang ada di tangannya, membuat jenderal yang bernama Guang Chu tersebut terdiam.
" Jenderal besar Luo Xing benar. Lagi pula sebentar lagi akan ada pergantian petugas..." seorang jenderal menimpali.
" Jenderal Dalu Rong, jaga bicaramu, aku tidak butuh nasehat darimu" ucap Guang Chu kesal.
" Guang Chu, jaga bicaramu. Itu semua karena kamu selalu mengeluh. Bukankah ini sudah menjadi kewajiban kita. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan berjaga di tempat ini..." Jenderal lain menimpali.
" Ck..ck..ck... Kongqi Han, kamu benar-benar bijaksana, tapi-"
" Jaga sikap kalian. Jika kalian terus bicara, setelah meninggalkan tempat ni, aku akan menghukum kalian," ucap Luo Xing kesal, memotong pembicaraan para jenderal bawahannya itu, membuat tiga jenderal lainnya tertawa cekikikan.
" Heian Bai, Heian Shi, Dalu Yin, apakah kalian mentertawaiku...?" Dalu Chu kesal.
" Guang Chu cukup..." ucap Luo Xing kesal membuat para Jenderal itu terdiam..
***
Di bagian bawah pilar giok.
" Argh...." sosok raksasa, dengan tubuh setinggi lima belas meter, dengan aura kemarahan dan pembunuhan yang sangat kuat, menatap ekarah Luo Xing dan pasukannya dengan murka. Selain itu, beberapa sosok di antara pasukan kegelapan itu, memiliki dua kepala hingga empat kepala, bahkan beberapa di antara mereka, memiliki empat hingga enam tangan.
" Argh... Sejak kapan para dewa ini bekerja sama, bukankah selama ini mereka selalu bermusuhan..." sambil melepaskan pukulan tapak hitam, menghalau serangan yang dilepaskan oleh ke tujuh jenderal dewa yang berada di atas mereka.
" Jenderal, kita sudah terlalu lama berada di tempat ini, aku takut Peti Iblis Kegelapan tidak mampu lagi bertahan...." seorang komandan berbicara mengingatkan sang jenderal.
" Argh...! Apakah rencana ratusan ribu tahun ini akan gagal lagi..." dengan wajah kesal.
" Jenderal, kita jangan terlalu gegabah. Karena mereka juga tidak setiap waktu berjaga di tempat itu, sebaiknya kita mundur dulu, mencari tempat untuk beristirahat dan menyusun kekuatan."
" Komandan benar, tapi kita tidak mungkin kembali ke Neraka Besar...."
" Jenderal benar, karena selain terlalu jauh, kita juga tidak ingin membuat yang mulia murka. Satu-satunya tempat yang dapat kita tuju adalah salah satu dari tiga benua setengah abadi yang ada..."
" Benar, sebaiknya kita pergi ke Benua Teratai Hitam saja..."
" Tapi jenderal, tempat itu terlalu jauh..."
" Tidak masalah. Walaupun jauh, tempat itu adalah satu-satunya yang memiliki gerbang terbuka, berbeda dengan benua Teratai Merah dan Teratai Biru yang memiliki gerbang tertutup, tempat yang hanya bisa dimasuki, tetapi memiliki akses jalan keluar yang sangat sulit, aku tidak menginginkan hal itu, bahkan para dewa sekalipun sulit keluar dari tempat itu..."
" Argh..., Andai saja pelahap langit masih hidup, kita tidak akan kesulitan seperti ini...." seorang jenderal mendengus kesal.
" Lalu jenderal, apakah, kita akan mundur sekarang?" tanya sang komandan.
" Sebaiknya tanya pangeran dulu.."
" Baik jenderal." bergegas meninggalkan sosok yang terus mengerahkan pasukan iblis dari neraka besar menyerang pasukan para dewa yang berjaga di sekitar pilar giok putih tersebut.
Tidak lama berselang, sosok komandan itu kembali, dan melaporkan bahwa pangeran yang berada di dalam Peti Iblis Kegelapan menyetukui pendapat itu.
" Jika demikian, mundur!" ucapnya memberi perintah..
Tindakan pasukan kegelapan dari nerka besar yang bergerak menjauh dari Pilar Langit membuat ketujuh sosok jenderal yang menggunakan jubah perang emas itu sedikit lega.
" Aku yakin mereka pasti menuju Benua Teratai Hitam," ucap Luo Xing.
" Jenderal besar, lalu apa yang harus kita lakukan?" Guang Chu.
" Pergi dan dahului mereka, minta penguasa Benua Teratai Hitam, Bai Xin untuk menutup gerbang dunia kecil mereka."
" Lalu siapa yang akan pergi?" tanya Kongqi Han.
" Jenderal Heian Bai, Jenderal Dalu Rong, kalian berdua pergi dan dahului mereka..." ucap Luo Xing.
" Tapi Jenderal...." ucap Dalu Rong ragu, menatap Heian Bai, dari klan Shen Heian, dewa kegelapan yang juga enggan meninggalkan Luo Xing.
" Tidak ada tapi-tapi. Jika kalian tidak mau, maka aku dan jenderal Guang Chu yang akan pergi. Tapi ingat, tanggung jawab menjaga tempat ini aku serahkan pada kalian," ucap Luo Xing serius.
" Baik jenderal," jawab Dalu Rong dan Heian Bai, lalu bergegas meninggalkan tempat itu.
Setelah Dalu Rong dan Heian Bai pergi, Luo Xing dan para jenderal dewa yang mewakili lima klan dewa lainnya, memulihkan diri.
🙏🙏🙏
1 chapter dulu. Semoga besok bisa 2 chapter.
Terima kasih.
👉 Update setiap hari jam 04.00 WIB.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!