Luna Bagaskara gadis cantik berumur 18 tahun ini sebentar lagi mau naik ke kelas 3 SMA. Wanita cantik yang kerap di panggil Luna tidak seperti gadis remaja pada umumnya. Ia lebih menyukai pria berumur.
Albert Gondokusumo. Pria tampan ini adalah seorang duda kaya raya yang di tinggalkan oleh istrinya. Semenjak pasca bercerai, Albert ini lebih fokus meniti kariernya untuk masa depan yang akan dia raih. Ia bermimpi ingin mempunyai seorang wanita yang setia, manja dan juga bisa menghargainya. Dengan banyaknya harta kekayaan, tidak bisa membuat Albert bahagia. Tapi dengan adanya harta, dia bisa menyibukan dirinya melupakan sejenak beban masalah dalam pikirannya. Contohnya dengan berlibur keluar negeri atau luar kota.
Hari ini tepat hari ulang tahun Luna yang ke 18 tahun. Albert sibuk menyiapkan kado spesial buat anak kesayangan sang sahabat. Dari siang ia muter-muter gak jelas mencari sesuatu yang akan dia berikan kepada Luna.
Terlahir kali Albert bertemu Luna masih umur 5 tahun. Albert sendiri sudah dewasa dan sudah mempunyai pacar, dan sekarang dia tidak menyangka Luna sudah berumur 18 tahun saja.
"Luna, bagaimana bisa Aku memberikan kado jepitan ini. Oh tuhan tolong Aku," ucap Albert saat dirinya terus mencari sesuatu.
Saat ia melangkah keluar Mall, Albert baru ingat dia punya seorang kenalan. Langkah kakinya ia belok kan ke arah kanan. Tepat ada sebuah toko perhiasan para sultan, Albert benar-benar tidak menyangka dirinya bisa selupa ini. Di toko ini Albert terus mencari kalung berlian yang akan dia berikan kepada Luna.
Sebuah kalung berlian yang sangat cantik, Albert sudah klop dengan kalung hadiahnya. Gadis cantik nan manja itu pasti suka dengan kado yang akan dia berikan kepadanya.
Sementara di rumah Luna.
Semua tamu undangan sudah Luna sambut dengan baik, waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam, dan pesta sudah di mulai.
Mahkota cantik itu melingkar di kepala Luna menandakan dirinya adalah anak istimewa dari keluarga Bagaskara. Putri kedua dari keluarga Papih Bagas ini kerap banyak yang menyukainya termasuk anak pria dari anak teman Papih-nya.
"Sayang, acara sudah mau di mulai, Kamu segera naik ke atas panggung," usul Mamih Irish.
"Baik, Mih." Sahut Luna sambil menggandeng kedua tangan Papih dan Mamihnya. Sayang sekali Kakak Luna yang bernama Lucas tidak bisa ikut hadir di acara meriah ini.
Semua orang bertepuk tangan setelah Luna berada di atas panggung yang di dekor mewah. Raut wajahnya terpancar ceria menandakan bahwa dirinya telah beruntung menjadi putri keluarga Bagas.
Di depan rumah Luna. Albert datang membawa bunga dan juga kado kecil yang akan ia berikan kepada teman sahabatnya. Ia melangkahkan kakinya menuju halaman belakang seperti yang di arahkan petugas.
Saat ini Luna sedang meniup lilin di kerumuni semua tamu undangan. Albert tidak begitu melihat sosok Luna, ia hanya duduk sambil menunggu acara potong kue selesai.
Stelan Jas hitam, kameja putih itu membuat semua orang terpana melihat duda tampan itu yang sedang duduk berdiam memegang bunga.
"Albert," pekik Bagas menghampirinya.
Albert pun tersenyum sambil merapihkan jas, ia meletakan bunga di atas meja dan bersalaman dengan sang sahabat.
"Aku kira Kamu tidak akan hadir di acara pesta anakku," ucap Bagas.
"Kau ini, Aku sudah bilang akan hadir," sahutnya sambil tertawa kecil. Seorang pelayan menghampiri mereka untuk memberikan minuman.
"Papih."
Terdengar suara indah dari arah belakang membuat sosok Albert penasaran dengan suara itu. Perlahan dirinya melihat ke arah sumber suara. Mata Bagas langsung berbinar melihat gadis cantik yang saat ini mengenakan gaun peach melekat indah di tubuhnya.
"Luna," batin Albert terpana.
Luna berlari ke arah Papih dan juga Albert. Ia melewati Albert yang sedang berdiri melihat ke arahnya. Wangi maskulin yang pernah Albert kenal, dari kecil bau maskulin ini sangat familyar. Luna tidak pernah gunta-ganti minyak wangi pemberian Albert saat ulang tahun Luna yang ke 5 tahun.
"Minyak wangi ini, tidak asing di hidungku," batin Albert seraya melihat punggung Luna dari arah belakang.
"Papih, acara Luna belum tuntas kenapa tiba-tiba turun," rengek Luna bergelayut manja di tangan Papih-nya.
"Perkenalkan sayang ini Om Albert, apa Kamu masih ingat," ucap Bagas memperkenalkan kembali Luna dengan Albert.
Luna langsung melihat ke arah belakang, Albert langsung terpesona melihat wajah cantik seorang gadis remaja itu. Terakhir kali Albert memberikan kado hadiah minyak wangi saat Luna masih kecil sebelum ia pindah rumah ke luar negeri. Dan setelah dewasa Albert kembali lagi ke Indonesia, ia tidak pernah berjumpa dengan Luna lagi karena mengharuskan ia sibuk dengan pacaran dan juga kerjaan-nya. Ia hanya bisa bertemu Bagas saat ada acara pertemuan mereka saja.
Pertemuan kedua Luna dengan Albert membuat keduanya berkenalan kembali dan mungkin Luna tidak mengingat Albert saat ia masih kecil.
"Hallo, Om." Sapa Luna mengulurkan tangannya dengan suara indah yang menggema dia daun telinga Albert.
"Hai, Albert. Panggil saja Om," sahut Albert membalas uluran tangan indah Luna. Mata keduanya bertemu saat Albert menatap wajah cantik Luna.
Deg!
Luna merasa sosok Albert ini pernah ia temui, tapi dimana. Luna hanya bisa diam membisu, wajah tampan Albert membuat dirinya tidak mau melepaskan genggaman tangan Albert.
"Luna, Kamu ini kebiasaan, cepat lepaskan tangan Om Albert," ucap Bagas membuyarkan lamunan keduanya.
"Om, ini yang ada di pajangan photo bersama Papih bukan?" tanya Luna sedikit menyelidik.
"Oh, iya. Om Albert ini sahabat Papih sayang, dia juga yang pernah kasih Kamu hadiah berupa parfum dari luar negeri yang menjadi pavorite Kamu sampai sekarang. Oh iya Al, Luna sampai saat ini masih pakai merk parfum yang Kamu berikan pada anakku Luna," seru Bagas.
Albert tercengang, dirinya tidak menyangka Luna menyukai hadiah kecil darinya. Ia langsung tersenyum kikuk, saat Luna mendekatinya.
"Om, Albert terima kasih yah," ucapnya membuat Albert gugup.
Ia hanya bisa mengangguk dan langsung memberikan bunga juga kado kecil darinya.
"Selamat ulang tahun Luna, mungkin hadiah ini tidak seberapa tapi Om harap Kamu menyukainya," ucap Albert memberikan bunga juga kado kotak kecil kepada Luna.
"Terima kasih Al, Kamu selalu memberikan kejutan untuk Anakku Luna. Kalau begitu Luna Kamu temani dulu Om Albert, Papih kebelakang dulu," ucapnya seraya tersenyum dan meninggalkan mereka berdua.
Luna pun dan Albert duduk di meja yang sudah tersedia dua gelas minuman. Luna hanya bisa senyum-senyum ke arah Albert, sambil menghirup bunga yang sangat wangi dari tangannya.
"Om, terima kasih banyak, boleh Aku buka kadonya," pinta Luna yang segera di angguki oleh Albert.
Dengan senang hati Albert tersenyum sambil melihat Luna membuka kotak hadiah kalung itu dengan mata berbinar.
"Woow, Om. Ini beneran buat Luna?" tanya Luna memastikan sambil memegang kalung berlian berbentuk hati.
"Itu tidak seberapa Luna, Kamu pasti cocok memakai kalung itu," sahut Albert mencoba bersikap tenang.
"Om, bisa kah pakaikan kalung ini untuk Luna?" pinta Luna seraya berdiri dan memberikan kalungnya.
Albert pun langsung memakaikan kalung berlian itu dengan degupan jantung yang tidak menentu. Setelah lima tahun lamanya ia tidak merasakan debaran jantungnya. Dan sekarang berkat Luna jantungnya kembali merasakan hal yang tidak biasa lagi.
Walaupun Albert sering berkencan dengan model papan atas atau pun artis tapi belum pernah membuat jantungnya berdetak lebih cepat seperti kepada Luna.
Setelah selesai mengalungkan kalung ke leher jenjang Luna. Luna menghadap ke arah Albert hingga wajah keduanya kembali saling menatap.
"Omegot, wajah Om Al, membuatku klepek-klepek," batin Luna menjerit girang.
BERSAMBUNG.
Luna masih menatap wajah tampan Albert, membuat Mamih Luna yang kini sudah ada di hadapan mereka terlihat heran dan mengerutkan dahinya. Albert pun langsung tersadar dan melepaskan genggaman tangan Luna secara tiba-tiba. Mamih Soraya hanya bisa terkekeh melihat tingkah laku putrinya.
"Sayang," ucapnya membuyarkan lamunan Luna.
Albert hanya bisa berdehem dan mengalihkan pandangannya.
"Tampan sekali," ucap pelan membuat Soraya langsung menjitak kepala putrinya. Soraya dan Luna sudah seperti sahabat walaupun status mereka Anak dan Ibu tapi Soraya berhasil membuat Luna menjadi sahabat baiknya. Soraya tidak mau pergaulan putrinya terjerumus ke lubang yang salah. Maka dari itu ia selalu memperlakukan Luna seperti teman tidak ada masalah yang mereka tutupi semua saling terbuka. Luna sendiri walaupun manja tapi dia tidak pernah menentang atau pun melawan kedua orangtuanya. Soraya dan Bagas berhasil mendidik anak-anak mereka menjadi anak yang baik, sopan dan ramah. Tapi tetap saja keturunan m*sum dari Soraya kepada Luna menular.
"Mamih, sakit tahu," rengek manja membuat Albert menjadi gemas sendiri kepada gadis yang baru saja menginjak 18 tahun ini.
"Al, maafkan putriku, waahh kalung dari siapa ini," goda Soraya.
"Mih, ini dari Om Al. Cantik bukan kalung pemberian Om Al," serunya sambil melihat ke arah Albert yang sedang berdiam diri sambil memperhatikan gadis cantik itu.
"Itu tidak seberapa Luna, Om hanya memberikan kalung untukmu saja," jawabnya.
"Al, ini hadiah istimewa Luna di malam ulang tahunnya. Terima kasih banyak, dan maafkan Luna dia sangat cerewet," ucap Soraya membuat Albert tertawa renyah dan juga Luna hanya bisa cemberut.
Soraya pun langsung mengajak Albert masuk kedalam rumahnya dan menyediakan dia makanan juga minuman. Bagas pun datang setelah dia menghubungi putranya Juno yang sekarang ada di luar negeri. Mereka pun berbincang ria sambil becanda satu sama lain. Luna hanya bisa duduk diam sambil curi-curi pandang kepada Albert.
"Om, istri Om dimana?" tanya Luna tiba-tiba.
Albert pun hanya bisa tertawa kecil sambil melihat ke arah Luna. Soraya hanya bisa memutar bola matanya malas. Putrinya ini sangat kepo dan tentunya ia malah tidak mau gabung bersama teman-temannya. Luna hanya ingin bergabung bersama kedua orangtuanya yang saat ini bersama Albert.
"Om, tidak punya istri Luna," jawabnya santai membuat Luna berbinar seakan ada kesempatan untuknya masuk ke dalam hati Albert.
"Waah, berarti Om perjaka tua dong," ceplosnya membuat kedua orangtua Luna menatap secara bersamaan ke arah putrinya yang sangat bawel itu.
"Luna, Om Al seorang duda tampan nan kaya raya," bisik Soraya sambil mencubit perut putrinya.
"Ihh Mamih, kenapa tidak dari dulu Om Albert ajak kerumah," ceplosnya kembali.
Bagas hanya bisa menggelengkan kepalanya begitu juga Albert hanya bisa tertawa kecil mendengar dan melihat tingkah laku Luna yang sangat menggemaskan.
"Maafkan anak Kami yang sangat bandel ini Al, dia harus di rukiyah biar tidak terlalu cerewet," seru Soraya membuat semuanya tertawa begitu juga Albert.
Luna pun tertawa kecil karena memang Soraya selalu membuat lelucon untuknya. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul tengah malam, para tamu sudah mulai pulang begitu juga Albert pamit untuk pulang.
Rasa tidak rela ada di hati Luna yang saat ini akan berpisah dengan Albert. Luna hanya bisa diam sambil menatap punggung Albert masuk kedalam mobil. Lambaian tangan Albert kepada Luna seakan memberikan kode isi hatinya.
"Duda, oh duda. Dia ahhh kenapa Om Albert sangat tampan dan gagah sekali woww super Daddy," seru Luna sambil berjingkrak setelah mobil Albert menghilang dari pandangannya.
Albert pun di dalam perjalanan hanya bisa tersenyum mengingat tingkah laku gadis manja berada di hadapannya.
"Gadis itu, ahh tidak kenapa Aku selalu memikirkan senyumannya. Luna gadis cantik dan dia tidak pantas Aku pikirkan. Umur dia sama Kamu jauh berbeda Al, Kamu bahkan bisa di kira Papah Luna karena umur Kamu dan Bagas hanya selisih dua tahun," ucap Albert merasa kecewa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!