NovelToon NovelToon

Restart: Mafia Second Chance

Masa Depan Jadi Masa Lalu

cerita ini mengambil waktu di tahun 2225 di masa depan. di jaman itu Indonesia sudah menjadi negara maju dan ibu kota negara telah di pindahkan ke pulau Kalimantan.

******

di sebuah gang sempit tampak seorang siswa SMA sedang di hajar habis-habisan oleh beberapa siswa lainya yang juga menggunakan seragam yang sama dengannya.

siswa yang di hajar itu adalah seorang yang menyandang julukan pecundang di sekolahnya dan nama sebenarnya dari siswa itu adalah Erwin Aksa.

"sial*n kau Erwin! berani-beraninya kau merebut Santi dariku!" ucap salah seorang pria yang sedari tadi memukuli wajah Erwin.

Erwin terjatuh ke tanah karena pukulan pria itu sangat kuat.

"ma.... maafkan aku, tapi bukankah dia itu tak suka padamu. bahkan dia juga bukan pacarmu, jadi tidak cocok jika aku di sebut merebut." ucap Erwin dengan suara yang bergetar ketakutan.

"duh, aku sudah membuat masalah dengan orang yang menakutkan." batin Erwin.

"apa katamu hah!!" bentak pria itu dan langsung menendang kepala Erwin hingga wajah Erwin menghantam tanah. "tidak ada yang tahu apakah dia menyukaiku atau tidak! camkan itu!!"

kemudian pria itu meninggalkan Erwin yang masih terkapar di tanah. pria itu tampak sangat kesal pada Erwin, bagaimana tidak, gadis yang di sukainya di pacari oleh orang lain, dan parahnya yang menjadi pacarnya adalah si pecundang Erwin.

hari-hari berikutnya, Erwin di hajar lagi oleh mereka, hampir setiap pulang sekolah ia di hajar dan di palak oleh orang yang sama. bukan hanya itu, ia juga bahkan sering di hajar di sekolah.

suatu hari di sekolah, tepatnya di sebuah atap gedung tempat Erwin biasanya menyendiri, Erwin sedang duduk bersama pacarnya yang bernama Santi Astina. saat itu mereka sedang makan siang di jam istirahat. Santi membuka bekal makan siangnya dan menunjukkan bekalnya pada Erwin sambil tersenyum manis menatap Erwin.

"aku memasaknya sendiri loh.... ku harap kau menyukainya." ujar Santi sambil menyodorkan bekal tersebut.

kemudian Erwin meraih bekal itu sambil memegang kedua tangan Santi yang menyodorkan bekal itu.

"terimakasih, aku sangat senang menerimanya." balas Erwin sambil membalas senyuman Santi.

seketika wajah Santi langsung memerah saat Erwin tersenyum sambil memegang kedua tangannya. lalu Santi menoleh dengan ekspresi yang malu-malu dan berusaha menyembunyikan wajah malu-malunya dari Erwin.

"a..... apa kau mau ku su.... suap?" tanya Santi dengan nada ragu-ragu.

"hmm..... boleh juga!" jawab Erwin dengan cepat sambil mempertahankan senyumnya.

"baiklah..... buka mulutmu." ucap Santi sambil menyendok makanan di bekal itu.

"ah....." Erwin membuka mulutnya sesuai perintah Sinta.

belum sampai satu suapan ke mulut Erwin, tiba-tiba kepala Erwin di tendang dari belakang oleh seorang pria yang sebelumnya selalu menghajarnya.

hal itu membuat Erwin terjatuh ke lantai.

Santi terkejut melihat hal itu, dan ia langsung berdiri dan membentak pria yang menendang Erwin.

"Rimo!! apa-apaan kau ini!?" bentak Sinta dengan ekspresi yang tampak sangat marah.

"apa-apaan? bukankah sudah jelas aku ingin kau sadar bahwa pria lemah ini tak pantas untukmu!" balas Rimo dengan tegas.

"pantas dan tidaknya bukan urusanmu! jadi jangan seenaknya menghajar pacarku!" bentak Santi lagi.

kemudian Rimo langsung menoleh pada Erwin dengan tatapan penuh kebencian. lalu Rimo memberi kode pada kedua temanya untuk menahan Santi.

kemudian Rimo langsung menendang perut Erwin dengan kuat.

"ayo bangun sial*n!! lawan aku!!" bentak Rimo yang terung menendang Erwin.

Erwin pun berusaha untuk berdiri untuk melawan Rimo.

sementara itu, Santi yang melihat tindakan Rimo langsung bergerak untuk mencegah Rimo menghajar Erwin, namun dirinya langsung di hadang oleh kedua teman Rimo.

"kasihan sekali kau! selalu di lindungi oleh wanita! dasar tak berguna!" ucap Rimo sambil menatap Erwin dengan tatapan yang angkuh.

setelah itu Rimo langsung melanjutkan serangan berikutnya dan menghajar Erwin tanpa ampun.

namun Erwin tak menyerah, ia terus berusaha berdiri meskipun berkali-kali terkena pukulan hingga terjatuh.

"selama aku masih hidup! itu artinya aku masih belum kalah! aku masih punya kesempatan menang!" ucap Erwin dengan lantang sambil berdiri sempoyongan dengan wajah penuh memar pukulan Rimo.

melihat Erwin yang terus berjuang dengan cara itu membuat Santi tersentuh sekaligus takut karena itu bisa saja membunuh Erwin.

"tchi..... bikin jengkel saja!" ucap Rimo sambil ngos-ngosan karena kecapean menghajar Erwin. "dia yang di hajar malah aku yang capek!"

kemudian Rimo menegakkan tubuhnya sambil mengangkat wajahnya dengan angkuh dan menatap Sagit dengan tatapan yang mengintimidasi.

"hari ini cukup di sini saja! jangan sampai mati ya, bisa-bisa aku kena masalah!" ucap Rimo dengan nada mengejek.

setelah itu Rimo dan kawan-kawannya langsung pergi dan berlalu dari tempat itu. sementara itu, Santi tampak meneteskan air matanya, lalu ia langsung berlari menghampiri Erwin dan langsung memeluk Erwin erat-erat sambil menangis tersedu-sedu.

Erwin yang melihat Santi menangisi dirinya hanya bisa diam tak bersuara sambil mengelus kepala Santi dengan lembut.

sejak kejadian hari itu, setiap libur sekolah, Erwin selalu mengunjungi rumah kakeknya yang tinggal di desa pedalaman. tujuan Erwin selalu berkunjung adalah untuk mempelajari bela diri 'silat' yang sudah di turunkan secara turun-temurun di desa itu. selain bela diri, ia juga bahkan di berikan ilmu tenaga dalam yang sangat kuat oleh kakeknya, dan bukan hanya itu, ia juga di turunkan ilmu-ilmu gaib yang sudah tak di percayai keberadaanya oleh masyarakat di jamannya itu.

note: di jaman ini masih banyak masyarakat yang masih bertahan di daerah pedalaman.

*****

suatu malam, tepatnya di malam Natal, Erwin berkencan dengan Santi. mereka mengunjungi sebuah bukit yang menjadi salah satu tempat favorit para muda-mudi dalam menghabiskan waktu bersama.

saat itu, Santi dan Erwin sedang duduk di sebuah kursi khusus di tempat itu.

saat itu, keduanya tampak tenggelam dalam kenikmatan asmara.

dan saat sebuah petasan meledak di udara, timbullah bunga-bunga api yang indah mewarnai langit malam itu. saking indahnya, tanpa sadar keduanya pun mulai berciuman dan menikmati suasana itu, terlebih lagi saat itu tak ada orang di sekitaran mereka.

saat itu, Erwin tidak mengetahui bahwa ciuman pertama Santi dengannya adalah ciuman terakhir bagi Santi.

ketika mereka berdua pulang dari tempat itu. di perjalanan mereka di hadang oleh sekelompok orang yang tak di kenal.

orang-orang itu berusaha merebut Santi dari Erwin.

Erwin pun tidak tinggal diam dan langsung menghajar kelima orang yang menghalangi jalan mereka.

meskipun saat ini Erwin sudah mempelajari ilmu silat dan lain sebagainya, akan tetapi ia tetap tak bisa menang melawan lima pria itu karena dirinya masih belum cukup kuat untuk menguasai semua yang ia pelajari.

pada akhirnya Santi pun terbunuh dan kelima orang itu pergi meninggalkan Erwin yang tengah sekarat. saat terbangun, ia sudah berada di rumah sakit.

kejadian malam itu sudah di tangani kepolisian, dan di ketahui pelakunya adalah anggota kelompok Mafia Elang Hitam.

Erwin hanya bisa menangisi hal itu, dan sejak saat itu Erwin pun memperdalam ilmunya dan berniat untuk balas dendam pada pembunuh Santi.

******

lima tahun kemudian, Erwin memutuskan untuk mendatangi pamannya setelah ia mendengar informasi rahasia bahwa pamannya itu sedang mengembangkan sebuah mesin waktu.

"mungkinkah aku punya kesempatan untuk mengubah garis dunia ini?" ucap Erwin sambil berseringai licik.

Kalau ada yang minat baca karya saya yang lainnya bisa cek di profil author ya...

Konflik

setelah lima tahun berlalu, Erwin pun menemui pamannya. saat ini ia sedang berada di depan sebuah gedung perusahaan yang sangat tinggi dan memiliki banyak lantai di atasnya.

"yang benar saja?, apa dia salah kasih alamat padaku?" ucap Erwin saat melihat gedung pencakar langit itu.

alasan Erwin mengatakan hal itu karena saat ini seharusnya pamannya sudah di larang oleh pemerintah untuk melanjutkan pengembang mesin waktu. jadi jika pamanya melanjutkan proyek itu berarti harusnya proyek itu sudah menjadi proyek ilegal.

bagi Erwin saat ini, tidak mungkin ada perusahaan mau melakukan kerjasama dengan proyek ilegal seperti itu. dan lagi di perusahaan itu tidak mungkin bisa menyembunyikan ruang proyek, karena jika ada pasti sudah di curigai oleh banyak orang.

setelah Erwin masuk ke dalam gedung, ia membuka ponselnya dan melihat petunjuk untuk masuk ruangan proyek pamannya itu.

"paman benar-benar kehabisan ide sampai membuatkan cara masuk ke ruangan itu. ia bahkan menyuruhku untuk tidak sembarangan bertanya pada pegawai di sini." ucap Erwin yang memasuki sebuah lift.

di dalam lift itu hanya ada Erwin seorang diri, lalu Erwin mengeluarkan sebuah kartu berlogo burung, namun tak di ketahui burung apa, dan Erwin mendekatkan kartu itu pada tombol lift. setelah itu tiba-tiba muncul cahaya hijau yang melakukan scanning terhadap kartu itu.

"wah, tidak ku sangka, apa mungkin ini cara masuk ke ruang khusus yang tersembunyi?" ucap Erwin dengan kagum.

apa yang di katakan oleh Erwin benar, kartu itu adalah alat khusus yang bisa membawa lift turun ke ruang bawah tanah yang menjadi sebuah ruangan rahasia yang hanya bisa di kunjungi oleh orang-orang tertentu.

"kebanyakan orang pasti hanya menekan tombol, jadi lift ini tidak akan membawa mereka ke bawah. dengan cara ini mereka bisa membuat orang-orang tidak mencurigai mereka, sungguh menarik." ucap Erwin sambil tersenyum saat ia merasa liftnya bergerak ke bawah.

saat ini Erwin sudah berada di ruangan tersebut, dan setelah berjalan-jalan sebentar ia pun bertemu dengan pamannya di sebuah ruangan khusus berkat bantuan seseorang yang ada di ruangan itu.

note: sebelumnya paman Erwin sudah memberi tahu Erwin untuk bertanya pada orang di ruang rahasia saja.

setelah bertemu pamannya, paman Erwin yang bernama Eledar Aksa itu mulai menjelaskan tentang mesin waktu kepadanya.

mesin waktu buatan pamannya itu sudah banyak memakan korban meninggal dunia. hal itulah menjadi salah satu alasan pemerintah menghentikan penelitian itu secara paksa. namun semangat Eledar tidak pudar hanya karena hal itu. ia terus melanjutkan proyek nya meskipun harus menjadi proyek ilegal.

"ini terakhir kalinya aku akan bertanya!" ucap Eledar dengan nada serius sambil menatap Erwin. lanjutnya, "apa kau yakin ingin menjadi subjek percobaan yang ke 92?"

"ya, aku sudah siap!" jawab Erwin dengan lantang karena saat ini ia percaya bahwa semua teori pamannya itu sudah sempurna.

"kalau begitu kita mulai uji cobanya sekarang!" tegas Eledar sambil menatap Erwin yang kini sudah memakai sebuah helm khusus.

"ya, silahkan di lanjutkan!" balas Erwin.

"helm itu akan mengekstrak semua ingatanmu, lalu semua ingatanmu sampai hari ini akan di kirim ke masa lalu. jika kau berhasil menembus waktu, tolong ingat janjimu dan beritahu aku yang di masa lalu bahwa teori ku sampai saat ini sudah benar!" ucap Eledar yang kemudian mengaktifkan semua fungsi mesinnya.

"baiklah! aku pasti akan menepati janjiku!" ucap Erwin sambil mengangguk.

tak butuh waktu lama, Erwin pun seolah kehilangan kesadarannya, dan tiba-tiba.....

~WHOOSS~

perlahan Erwin membuka matanya. ia melihat sosok yang tampak buram di hadapannya. bersamaan dengan sosok itu ia juga mendengar suara yang samar-samar.

setelah pandangan Erwin sudah normal, Erwin pun terkejut dan bola matanya melebar melihat situasi yang ada di sekitarnya.

lalu Erwin melihat tangan dan kakinya serta baju yang di pakainya saat ini.

sekali lagi, Erwin kembali terkejut. ia lalu berdiri perlahan sambil melihat-lihat dirinya yang saat ini sedang menggunakan seragam SMA nya. ia saat ini merasa takjub sekaligus senang karena berhasil kembali ke masa lalu yang ia inginkan, yaitu tahun 2224 yang merupakan satu tahun sebelum kematian Santi.

sementara itu, pria yang pertama kali di lihat oleh Erwin itu hanya menatap Erwin dengan bingung dan kesal karena Erwin tampak mengabaikan dirinya.

pria itu adalah Rimo, dan saat ini, Rimo dan kedua temannya itu sedang menghajar Erwin.

"hei sial*n!! apa kau tak mendengar ku dari tadi hah!?" bentak Rimo sambil menarik kerah baju Erwin dengan kasar.

Erwin terkejut ketika melihat Rimo melakukan hal itu padanya. namun Erwin berhenti terkejut dan langsung berseringai sambil menatap Rimo dengan tatapan tajam.

Rimo tak terima dengan tindakan Erwin yang terlihat ingin melawan, sehingga Rimo langsung melayangkan tinjunya ke wajah Erwin.

lalu Erwin dengan cepat menahan tinju itu dengan telapak tangannya, namun pukulan itu tak bisa di tahannya sehingga tangannya kesakitan dan wajahnya tetap kena hantaman tinju Rimo.

Erwin terdorong ke belakang dan hidungnya mengeluarkan darah.

"si*l, tubuhku di masa ini benar-benar lemah! padahal tubuhku di masa depan bisa menahan pukulan seperti itu, tapi di sini tidak bisa!" batin Erwin.

"oh! kau benar-benar mau melawanku ya?" ucap Rimo dengan nada angkuh dan meremehkan.

"tchi, sepertinya satu-satunya yang bisa ku andalkan sekarang hanyalah tehnik bertarung, bukan kekuatan!" ucap Erwin dalam hati dan tanpa basa-basi langsung memutar tubuhnya dengan cepat dan langsung melontarkan tendangan tepat ke ulu hati Rimo.

"siapa pun pasti kesakitan jika ulu hatinya kena serangan seperti itu." batin Sagit yang kemudian bergerak maju dengan cepat sambil meraih rambut Rimo dan menariknya sambil mengangkat lutut kakinya.

hal itu membuat kepala Rimo menghantam lutut Erwin.

kedua teman Rimo yang melihat hal itu tak diam saja, mereka langsung menyerang Erwin, namun Dangan cepat Erwin melayangkan tendangan pada kemalu*n dan ulu hati mereka.

mereka bertiga pun hanya bisa tersungkur di tanah sambil menatap Erwin dengan tatapan yang tidak percaya.

"ba.... bagaimana mungkin dia sekuat ini?"

"padahal selama ini dia selalu kita tindas! tapi kenapa hari ini dia berbeda?"

"apa selama ini kau menyembunyikan kemampuanmu kepar*t!" bentak Rimo yang masih menahan sakit sambil tersungkur.

melihat reaksi mereka, Erwin pun tersenyum licik.

"dasar orang bodoh! jika kalian berani menyentuhku lagi, akan ku kuliti kalian!" ucap Erwin dengan tatapan yang mengancam.

setelah itu Erwin pun berlalu dari tempat itu.

ketika Erwin memasuki kelasnya, yaitu kelas XI IPA, ia langsung berpapasan dengan Santi Astina pacarnya yang akan mati setahun kemudian.

saat itu, keduanya berpapasan dalam jarak yang sangat dekat, dan Erwin yang melihat Santi tampak baik-baik saja, iapun langsung memeluk Santi dengan ekspresi yang tampak sangat sedih dan menderita karena rasa kehilangan.

"hentikan!" bentak Santi yang berusaha lepas dari pelukan erat Erwin, dan setelah ia berhasil lepas dari pelukan Erwin, ia langsung menampar Erwin dengan sekuat tenaga.

~PLAK!!~

"apa yang kau lakukan!? dasar lancang!?" bentak Santi lagi dengan ekspresi yang sangat marah.

melihat reaksi Santi seperti itu membuat Erwin terkejut bukan main. matanya terbelalak menatap Santi. sementara itu para siswa di kelas yang melihat kejadian itu menjadi gaduh dan mulai mengutuk dan mencibir Erwin.

saat itu pun Erwin tersadar akan satu hal penting yang ia lupakan.

"aku lupa saat ini aku belum punya hubungan apapun dengan Santi." ucap Erwin dalam hati dengan ekspresi yang masih terkejut.

Kalau ada yang minat baca karya saya yang lainnya bisa cek di profil author ya...

Berhadapan Dengan Mafia!

setelah kejadian memalukan yang di perbuat Erwin di jam istirahat, Erwin pun langsung bertemu dengan Santi ketika pulang sekolah.

selama jam pelajaran berlangsung, Erwin tidak punya kesempatan untuk berbicara dengan Santi, di tambah lagi banyak yang tidak suka dengan Erwin karena kejadian itu.

saat ini Erwin sedang berdiri di salah satu koridor dan menunggu Santi yang akan lewat di tempat itu.

tak lama kemudian Santi pun muncul dan lewat di tempat itu.

ketika Erwin melihat kedatangan Santi, Erwin langsung menghalangi jalan Santi.

"bisakah kau menyingkir?" ucap Santi sambil menatap Erwin dengan tatapan tajam.

"aku hanya ingin minta maaf mengenai kejadian tadi." ucap Erwin yang membalas tatapan tajam Santi dengan tatapan yang ramah.

Santi hanya diam saja dan tak membalas perkataan Erwin.

lalu tak berlama-lama, Santi langsung melangkah dan berjalan melewati Erwin tanpa menatap Erwin sedikitpun.

Erwin yang merasa terabaikan itu langsung berbalik badan dan meraih tangan Santi.

"tunggu dulu, aku hanya ingin kau memaafkanku." ucap erwin dengan nada yang lembut.

"lepaskan tanganku!" ucap Santi memerintah tanpa menoleh pada Erwin.

"tapi...."

"berhentilah meminta maaf! aku tak punya kewajiban untuk memaafkanmu!" ucap Santi dengan tegas dan memotong ucapan Erwin.

mendengar ucapan Santi itu membuat Erwin langsung mengerti, bahwa saat ini Santi tak mau di ganggu oleh orang yang asing baginya.

"sangat sedih rasanya melihat orang yang di cintai tak lagi mengenali cintanya." ucap Erwin dengan nada lirih.

Santi yang mendengar itu hanya mengabaikannya dan menganggap bahwa Erwin sedang ngawur dan hanya ingin bermodus untuk mendekati dirinya.

"apa kau tak dengar perkataan ku hah?!" ucap Santi dengan tegas sambil menoleh dengan tatapan tajam, dan saat itu ia melihat Erwin yang tampak sedang bersedih. ia melihat Erwin sedang menundukkan wajahnya agar ekspresi sedih Erwin tak terlihat olehnya.

meskipun melihat ekspresi Erwin yang bersedih, hati Santi sama sekali tidak tersentuh apa lagi bersimpati. Santi justru terlihat kesal dan makin marah dengan tindakan Erwin.

"jangan menghambatku dasar aneh!" bentak Santi sambil menghempaskan tangan Erwin sehingga Erwin melepaskan genggamannya pada Santi.

ketika Santi berlalu dari tempat itu, Erwin hanya bisa tertunduk lesu karena tak berhasil meminta maaf pada Santi. namun di lain sisi, tampak seorang gadis cantik yang sedang memperhatikan Erwin yang tengah bersedih itu, dan gadis itu sudah mengintip dirinya bahkan sebelum Santi lewat di tempat itu.

gadis cantik itu bernama Lisa Alina, teman sekelas Erwin dan Santi.

*****

ketika Erwin sudah kembali ke rumahnya, ia melihat ruang tamunya sedikit berantakan, dan saat ia masuk ke dapur, ia juga melihat ada banyak perabotan kotor yang menumpuk dan belum di cuci. setelah itu ia masuk ke kamarnya dan melihat betapa berantakan kamarnya itu.

ia melihat banyak pakaiannya yang terhambur di atas kasur dan buku-bukunya juga berserakan di atas kasur.

melihat kondisi rumahnya itu iapun langsung menghela nafas panjang.

"sepertinya diriku di masa ini memang benar-benar pemalas!" ucapnya dengan lesu. "baiklah! sebaiknya aku membersihkan rumah ini dulu barulah mencari tahu tentang pembunuhan di masa depan!" ucap Erwin dengan penuh semangat sambil meletakkan tasnya pada tempatnya.

note: Erwin hanya tinggal seorang diri karena kedua orangtuanya telah meninggal. saat ini Erwin hanya bisa bertahan dengan uang hasil kerja paruh waktunya sepulang sekolah.

******

beberapa jam kemudian, semua aktifitas bersih-bersih yang di lakukan Erwin sudah selesai, dan seluruh isi rumah sudah tertata dengan rapih. bahkan saat ini Erwin sudah selesai makan malam dan langsung menuju ke kamarnya untuk melakukan pencarian informasi melalui komputernya.

saat ini, Erwin sedang mencari tahu semua informasi tentang kelompok Elang Hitam yang dulu pernah membunuh Santi.

"si*l, aku tak menemukan informasi yang berguna, sampai saat ini belum banyak informasi tentang kelompok Elang Hitam di internet. sebenarnya apa yang orang itu cari dari Santi, saat itu mereka terlihat sangat berhati-hati dengan Santi." ucap Erwin sambil mengelus dagunya dan berpikir.

sesaat setelah berpikir, mata Erwin tiba-tiba terbelalak seolah menyadari sesuatu.

"tunggu dulu, apa saja yang bisa di waspadai dari seorang siswi SMA?" ucap Erwin sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"ada dua kemungkinan yang kuat! pertama anak dari bos mafia musuh? atau kedua punya sesuatu yang bisa menjadi bahaya bagi kelompok mereka."

setelah itu Erwin mulai berpikir sejenak lalu sesaat kemudian ia langsung berdiri dan berjalan keluar kamar.

"sebaiknya aku pastikan sendiri, rasanya aku punya dugaan yang masuk akal untuk kemungkinan yang kedua." ucap Erwin sambil terus berjalan hingga ia keluar rumah.

*****

saat ini Erwin sudah berada di suatu gang yang sunyi. di samping kiri dan kanannya hanya ada tembok yang tingginya sekitar tiga meter. di gang itu hanya ada sekitar tiga lampu yang jaraknya berjauhan, dan ketiga lampu itu memiliki nyala yang redup sehingga area itu tampak sedikit gelap.

Erwin terus berjalan maju secara perlahan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"jika tidak salah, Santi pernah bercerita tentang gang ini. dia bilang bahwa dia pernah melihat ada beberapa orang di tempat ini yang sedang melakukan jual beli narkoba. mungkinkah orang yang di maksud itu adalah kelompok Elang Hitam? jika iya, maka itulah alasan mengapa Santi bisa menjadi target Elang Hitam." ucap Erwin dalam hati.

tak lama kemudian, Erwin menghentikan langkahnya dan menoleh ke sampingnya.

di samping Erwin saat ini terdapat sebuah lorong, dan lorong itu mengarah ke sebuah lahan kosong yang sempit.

dengan rasa penasaran, Erwin langsung berjalan di lorong itu.

jarak lorong itu dengan lahan kosong hanya sekitar tiga meter, sehingga saat ini, Erwin sudah berada di sebuah lahan sempit dan ia langsung melihat terdapat setidaknya lima orang pria.

dari lima pria itu, dua di antaranya adalah pembeli, sedangkan tiga lainnya adalah penjual narkoba.

"apa kau juga ingin membeli?" tanya salah satu anggota Elang Hitam yang melihat kedatangan Erwin.

"hei, bukannya kau harus berjaga di depan lorong itu?" tanya salah satu anggota Elang Hitam pada temannya yang di tugaskan berjaga.

"iya-iya, tadi aku merasa bosan berdiri saja di sana, jadi aku datang kemari." ucap anggota yang di tugaskan itu sambil berjalan mendekati Erwin.

tak butuh waktu lama, saat ini salah satu anggota Elang Hitam itu sudah tiba di hadapan Erwin.

"apa kau juga ingin membelinya? aku yakin kau sudah lihat apa yang kami jual barusan!" ucap pria di depan Erwin dengan tatapan tajam dan waspada.

Erwin yang mendengar itu langsung berseringai licik dan langsung membalas tatapan pria di depannya dengan tatapan yang tajam dan mengintimidasi.

"aku masih mengingat wajah-wajah kalian, meskipun saat ini ada dua wajah yang masih asing, tapi wajah kalian bertiga terekam jelas di ingatanku!" ucap Erwin bersemangat.

"hah?! bicara apa kau sial*an!" ucap pria itu dan tanpa basa-basi basi langung mengayunkan tinjunya pada Erwin.

Namum dengan lincah Erwin menepis pukulan itu sambil melakukan pukulan yang kuat tepat pada tenggorokan pria itu sehingga pria itu terdorong ke belakang dan kesulitan untuk bernafas.

Erwin tak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menendang kemalu*n pria itu dan saat pria itu menunduk kesakitan, dengan cepat Erwin menendang kepala pria itu dengan arah vertikal kebawah sehingga kepala pria itu langsung menghantam tanah dengan sangat kuat, dan membuat pria itu langsung hilang kesadaran.

keempat pria yang melihat hal itu langsung terkejut, mengapa tidak, saat itu semuanya terjadi dalam sekejap mata.

tak butuh waktu lama, kedua teman pria itu langsung menatap Erwin dengan tatapan mengancam.

sementara itu salah satu teman pria itu langsung bergerak ke arah lorong dan berjaga agar Erwin tak punya kesempatan untuk kabur.

"sepertinya ini akan menjadi pertarungan yang seru!" ucap Erwin sambil berseringai melihat tindakan dua anggota yang tersisa di tempat itu.

Kalau ada yang minat baca karya saya yang lainnya bisa cek di profil author ya...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!