Bulan ramadhan akan segera berakhir.
Di beberapa hari terakhir Ramadhan sudah menjadi kebiasaan para ibu-ibu membuat kue dan makanan untuk menyambut datangnya hari fitri yang di nanti-nanti umat muslim di dunia.
Kebetulan rumah Tian tak begitu jauh sehingga bisa kapan saja Tian bisa main bersama anak-anak nya kerumah orang tuanya.Dua bulan sebelum pindah Tian sudah melakukan aktifasi menjadi Stokis produk ternama dan sedang booming ² nya saat itu. Alasannya ya selain karna produk itu adalah produk herbal yang bagus, juga agar supaya di rumah baru nya Tian mempunyai kesibukan dengan berjualan.
Dua minggu berjalan menempati rumah barunya, menjelang sore tiba, saat itu Tian sedang memasak di dapur. Agak sedikit rempong di dapur menyiapkan menu makanan untuk menyambut suami tercinta yang akan pulang saat itu.
Dua minggu bertetanggaan denga si Rofah membuat Tian semakin sedikit demi sedikit jadi tahu bagaimana si Rofah itu.
Yang suka datang tiba-tiba. Datang tak tahu waktu, suka nyelonong.. rumah orang lain di anggap bagai rumah sendiri lah tepatnya...
Supaya bisa berkonsentrasi memasak dengan benar tanpa gangguan inik onok dari si Rofah itu Pintu depan dan belakang ia kunci. Hanya jendela rumah dan dapur yang masih sengaja ia biarkan terbuka.
Alangkah gila kan kalau sudah tau semua pintu di kunci masih mau masuk juga lewat jendela yang masih di buka??? Keterlaluan dong.. hahaa
Dan untungnya saja tidak sampai seperti itu.. hihiii
Menu masakan terakhir sudah hampir selesai..
Tiba-tiba..
Betapa terkejutlah si Tian... Nongol kepala si Rofah dari jendela dapurnya itu.
Sontak Tian kaget dan berteriak "Astagfirullaaahhh....!!!" Sambil memegangi dada supaya hatinya tidak Rontok.. eeaakk,, eeaakk,, eeaakkk..... Rambut kali, rontok. Wxwxxwxx....
Kaget ya?? Ucap si Rofah sambil meringas meringis yang padahal sama sekali tidak manis peringisannya itu.
Ini lo. Aku mau antar ini ke kamu.. aku panggil-panggil kamu diam aja. Pintu depan dan belakang kamu kunci. Emang masak apa sih sampai-sampai pintu di kunci semua. Buka pintunya. Tambahnya lagi.
Sudah seperti babunya saja saya di suruh-suruhnya. Tapi ya sudah lah.. acara memasak ku pun sudah selesai. Gerah pula memasak dalam ruangan tertutup.
Nih aku ambilkan sayuran yang ada di pekarangan belakng rumah. Kata Rofah lagi..
Tidak langsung diterima pemberian Rofah itu oleh Tian. Malah Tian mendudukan dirinya di depan pintu dapurnya sambil berkipas² karna kegerahan setelah selesai masak td.
Serasa sudah hafal dengan sifat si Rofah.. di biarkannya saja Rofah itu, sampai Rofah meletakkannya sendiri pemberiannya di atas meja dapur.
Bergerumuh dalam hati Tian.." Pura-pura ngasih pasti ujung-ujungnya ada maunya"..
Dan benar saja.. tak beberapa lama bekata lah lagi si Rofah itu pada Tian. itu ya.. aku letakan di atas meja.
Sekarang ambilkan cream wajah yang kamu jual gih. Aku mau mandi... Katanya.
Tian hanya menjawab santai... Ambil aja sendiri di etalase lah. Capek aku habis masak.
Padahal dengan berkta seperti itu Tian berharap Rofah itu tidak akan mengambil sendiri, karna kebanyakan orang butuh sesuatu, meminjam atau meminta jika tidak orang yang di minta dan di pinjami mengambilkannya sendiri pasti yang butuh akan sungkan untuk mengambil sendiri. Apalagi itu barang dagangan dan untuk di jual..
Tapi bukan Rofah namanya kalau masih punya rasa sungkan. Dan di ambilnya lah langsung dari etalase milik Tian day dan night cream plus sabun untuk pencuci mukanya.
Udah ya Tian. Aku bawa ini... katanya lagi. Sambil memperlihatkan apa yang diambilnya itu pada Tian. Besok-besok lagi kalau aku ada sayuran yang bisa di ambil dari pekarangan aku tukar lagi dengan day night cream plus sabun mukanya ya Tian. Sambil menunggu ini semua aku pakai habis, sayuran di pekaranganku pasti sudah banyak lagi. Tambahnya...
Tian hanya berkipas² dari tadi. Sambil mendengarkan saja celoteh Rofah.. bukan karna tak brani berkata-kata.. hanya saja ia malas bicara, karna akan semakin betah saja nanti si Rofah itu.
Biar cepat pulang, cepat pergi.. itu saja yang di fikirkan Tian dengan Diam dan Santainya itu.
Setelah Rofah pulang.. bergegaslah Anin mencari kedua anaknya untuk ia suruh mandi. Dan sama sekali belum tertarik untuk melihat sayuran apa yang di tukar si Rofah dengan produk yang di jualnya itu.
Sudah selesai memandikan anak-anaknya.. semua sudah beres. 5 menit sebelum maghrib tiba, Tian merasa haus. Di ambilnya lah air dingin dalam kulkas. Sambil minum terarahlah matanya ke arah bungkusan plastik hitam pemberian Rofah.
Di buka dan dilihartnya...
Pucuk daun ubi 1 ikat, 1 nanas mentah (masih mending dikit lah ya kalau sudah tua gitu.. biar bisa di biarkan beberapa hari biar bisa masak dan enak di makan). Dan petai muda 3 baris( 3 baris ya.. bukan 3 ikat🙃, kalau 3 ikat mah mending.. bisa di jual. Haha😂)
Hanya istighfar yang Tian ucap dalam hati.
Punya tetangga super duper aneh dan gag punya malu.. entahlah kata apa yang pas dan cocok untuk menyebutnya itu.
Lagi-lagi hanya bergumam... "Kog adaaa ya orang seperti itu???"
5 menit setelah maghrib, tibalah suami Tian di rumah.
Sudah sholat mas? Tanya Tian.
Sudah.. tadi di jalan mampir dan sholat di masjid. Balas suaminya.
Di siapkanlah makanan untuk suaminya itu oleh Tian. Dan bertanya lah Suami nya.. kamu beli petai? Beli petai dimana? Kata suaminya (karna kebetulan suaminya melihat petai yang di kasih si Rofah di atas meja)
Kalau beli mah masa iya cuma segitu. Paling tidak 1 ikat kan isinya 5 sampai 7 baris. Dan tua-tua juga isinya.. itu lo masih muda-muda banget mas. Balas Tian.
Lalu?? Kata suaminya.
Di kasih si Rofah. Petai muda 3 baris. Nanas mentah sama pucuk daun ubi 1 ikat.
Jadi tadi dia ambil sepasang Cream wajah sama sabun buat cuci muka. Begitu kata Tian.
Suami Tian bengong sebentar.. lalu berkata.
"Maksudnya, dia ngajak barter gitu ya"?
1 hari sebelum lebaran tiba ibu Tian membuat kue namun karna salah dalam membuat adonan kue tersebut ada kesalahan, menjadikan kue tersebut rasanya menjadi masam-masam pahit atau kalau orang jawa bilang rasanya tengik.
Waktu itu semua sedang puasa, belum ada yang sempat mencicipi.
Dan saat waktu buka puasa terakhir di bulan ramadhan tersebut barulah ibu Tian menyiapkan q piring kue tersebut untuk di cicipi baru selebihnya akan di jadikan suguhan dalam toples agar di cicipi para tamu yang datang saat idul Fitri besok harinya.
Saat setelah semua selesai berbuka, Tian pun datang ke rumah ibunya lagi bersama suami dan anak-anak nya. Sambil menyambut malam takbir kami bersantai bersama menikmati cemilan dan menonton tv.
Ayah Tian yang memulai lebih dulu mencicipi kue yang di buat ibu Tian siang tadi.
Loh kok rasanya tengik bengini?? Kata ayah Tian. Karna semua penasaran.. semua pun ikut mencicipinya dengan bersamaan..
Iya, kog kayak begini rasanya ya buk? Tambah Tian..
Waduuhh,, ini sepertinya salah adonan atau ada kesalahan memasukan bahan yang di pakai untuk membuat tadi mungkin. Padahal sudah ada ibu siapkan 1 toples untuk suguhan di meja ruang tamu untuk besok.
Lalu ibu beranjak ke dapur. Dan memisahkan kue tengik tersebut dari kue-kue yang lain yang sudah di siapkan tersusun rapi di dalam toples-toples cantik yang di milikinya.
Saat keesokan harinya mentari memancarkan sinarnya, tanda idul fitri sudah hadir.
Setelah sholat Ied di masjid kami pulang ke rumah masing-masing. Setelah sarapan tian bersama anak dan suaminya kerumah orang tua Tian lebih dahulu untuk sungkeman. Setelah selesai sungkeman, Tian masih belum beranjak dari rumah orang tuannya. Sudah banyak datang saudara-saudara yang lain, dan lanjut mereka semua mengobrol santai menikmati suasana idul Fitri.
Kue yang tengik itu di tarok di mana buk? Kata Tian.
Di meja dapur, tapi masih di dalam toples belum di keluarkan dari toples, sengaja tidak ibu keluarkan di meja depan. Jwb ibu Tian.
Datang lah si Rofah, bertamu.
Setelah bersalaman dengan keluarga Tian, duduk lah sebentar. Lalu pamit numpang ke toilet. Entah benar-benar mau ke toilet atau hanya alasannya saja, di biarkan saja oleh Tian dan keluarganya.
Tak lama kemudian, keluarlah si Rofah dari kamar mandi yang ada di dekat dapur ibu Tian.
Dan langsung seperti agak terburu-buru pamit untuk pulang. Dengan kantong saku celananya yang teelihat menggembung seperti berisi sesuatu dan beda dari sebelumnya saat dia datang bertamu kerumah ibu Tian.
Dengan senyum-senyum sendiri dan beranjak ke dapur ayah Tian seolah mengerti dari apa yang sudah di lakukan si Rofah setelah numpang ke kamar mandi tadi.
Tak lama keluarlah ayah Tian dengan tertawa sambil berkata..
Itu tadi si Rofah pulang-pulang kantongnya terlihat berisi banget.. sepertinya keluar dari dapur sambil ngantongin kue ini. Pantas saja kue yang masih utuh dalam toples yang ada di meja belakang sampai berkurang hampir setengahnya. Ucap ayah Tian.
Dan Tian juga beberapa saudara yang lain tertawa cekikikan sambil berkata "Makan tuh kue tengik"...😂😂😂