Hiruk pikuk terdengar dimana-mana, hal yang lumrah terjadi di semua bandara di dunia, begitupun yang terjadi di salah satu bandara di inggris yaitu oxford airport. Seperti saat ini tampak hiruk pikuk dengan segala kegiatan yang dilakukan pada umumnya di bandara. Sebagian orang mengobrol sambil menunggu waktu keberangakatan, sebagian orang berlarian mengejar waktu keberangkatan, sebagian orang duduk sambil menikmati makan ringan, atau hanya sekedar duduk membaca koran, ataupun sibuk dengan gadget untuk menelpon, chatting atau hanya sekedar memeriksa media sosial.
Diantara hiruk pikuk bandara duduk seorang wanita sambil meminum coklat hangat di ruang tunggu keberangkatan setelah sebelumnya melakukan check in dan menyerahkan kopernya kepetugas maskapai untuk dimasukkan ke bagasi. Ia adalah Kusumu Wijaya, wanita berusia 30 tahun yang memiliki IQ diatas rata-rata,memiliki tinggi 160 cm dan tubuh yang proporsional, berambut hitam sebahu, berkaca mata. Wanita yang berprofesi sebagai dokter spesialis bedah thoraks kardiovaskuler dan dokter sedang mencari beasiswa untuk studi selanjutya. Kusuma Wijaya adalah anak kedua dari empat bersaudara, yang terlahir dari pasangan Aditya Wijaya dan Dewi Ayuningsih.
"Hal yang menyenangkan hati banyak sekali kalau kita bermimpi...", terdengar nada dering di handphone yang sedang digenggamnya berbunyi, nada dering handphone nya adalah soundtrack dari salah satu kartun favoritnya ketika ia masih kanak-kanan. Nada dering yang tidak pernah ia ganti meskipun ia berkali -kali mengganti handphone. Tampak layar handphone manampilkan nama sipenelpon 'home'', kusuma mengusap ikon hijau kemudian mendekatkan handphone salah satu telinganya.
" "
" waalaikumussalam ma, iya ma "
" "
" aku udah dibandara ma , besok sore tiba di indonesia, mungkin malam baru sampai dirumah". Sambil melihat jam berwarna hitam yang melingkar dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 08:25 waktu setempat, jam yang dapat terhubung ke handphone, yang saat ini disebut smartwatch.
" "
" Waalaikumussalam ma". Setelah panggilan di akhiri Kusuma menghela nafasnya, "haah". Helaan nafas itu merupakan cara Kusuma mengexpersikan keengganannya untuk kembali ke negaranya. Kusuma harus kembali ke Negaranya setelah dua belas tahun lamanya menetap di oxford untuk menempuh pendidikan dan bekerja. Ia begitu enggan untuk kembali, namun titah dari sang mama kali ini tidak dapat ditolaknya.
Sementara disebuah rumah mewah berwarna putih bernuansa classic modern, disalah satu kota di negara Indonesia seorang wanita bernama Dewi Ayuningsih, wanita yang masih terlihat kecantikannya meskipun, Wanita itu sudah berusia 50 tahun. ia sedang berada disebuah kamar, kamar yang sudah lama tidak disingahi oleh sang pemiliknya, sekilas ia menatap isi dari kamar tersebut sambil mendudukkan dirinya ditepi tempat tidur yang berada dikamar tersebut, kemudian ia mencari kontak di handphone yang sedang ia genggam, menunggu beberapa detik hingga sambungan telponnya diangkat oleh nomor yang ditujunya. Dewi sedang menelpon sang putri yang sudah tidak pulang kerumah selama dua belas lamanya. Meskipun ia beberapa kali mengunjungi putrinya, namun kerinduan seorang ibu seakan tak ada habisnya.
"Assalamualaikum "
" "
"kamu jadi pulangkan?, kali ini mama tidak menerima alasan apapun, kamu harus sampai di indonesia paling lambat lusa" , dewi bertanya dengan intonasi besar dan sedikit penekanan di setiap katanya.
" "
"baiklah kalau begitu, assalamualaikum"
" ".
Tutt, dewi mengakhiri sambungan telponya, setelah mendengarkan jawaban dari putrinya, ia sedikit merasa lega meskipun hanya sedikit, "mama harus melakukanya demi kebaikan semua",bermonolong dalam hati.
Setelah sambungan telpon berakhir dewi masih enggan beranjak dari kamar itu, ia masih berada di posisi yang sama sambil mengenang sang pemilik kamar hingga tidak terasa sudah satu jam ia berada disana. Kemudian ia beranjak keluar dari kamar tersebut, ia menuruni tangga menuju ke area dapur untuk menemui salah satu asisten rumah tangga karena ini jamnya para asistan berada didapur untuk memasak makan untuk makan malam. Dewi memiliki beberapa asisten rumah tangga diantarnya sumi, lili, wati, dan siti.
"bik " dewi mendekat dan memanggil bik sumi, bik sumi adalah asisten rumah tangga yang sudah mengabdi selama 20 tahun padanya. Bik sumi sudah berusia 60 tahun dan sudah dianggap sebagai keluarga oleh Dewi dan seisi rumah tersebut.
"iya buk" bik sumi yang sedang mengaduk panci berisi sop untuk hidangan makan malam menghentikan kegiatannya,
" kamar kusuma tolong dibersihkan lagi ya" pintanya pada bik sum.
" tadi pagi sudah dibersikannya bu, apakah masih ada yang kotor bu?" tanyanya sekaligus memberitahu bahwa ia dan asisten rumah tangga yang lainnya selalu membersihkan kamar tersebut meskipun sudah lama tidak ditinggali.
" sudah bersih sih bik, tapi saya mau lebih bersih lagi, besok kusuma sampai, saya ingin ia merasa nyaman setelah sampai dirumah, karna ia pasti kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh" dewi menjelaskan pada bik sum, ia bukan tipe majikan yang tidak menghargai orang yang bekerja padanya.
" oh baik buk nanti saya sendiri yang akan membersihknnya lagi". jawabnya bik sum.
" baik lah bik, terimakasih, ya sudah bik lanjutkan saja masaknya saya mau mandi dulu, nanti kalau makan malam sudah siap panggil ya bik" Dewi meninggalkan menuju kamarnya
Ting tong " your attention please passenger...". Suara dari pengeras suara bandara terdengar, menandakan sudah waktunya untuk memasuki pesawat. Kusuma sekali lagi melihat ke jam tanganya, memastikan sudah saatnya ia berangkat.
" Haah, sudah waktunya, mari menghangatkan tubuh dengan sinar matahari untuk beberapa hari kedepan" Kusuma bermonolog untuk menyemangati dirinya. Apa yang ia katakan benar adanya, di indonesia matahari bersinar sepanjang tahun, tidak seperti saat ini di oxford matahari sudah tidak tampak beberapa hari dan beberapa bulan kedepannya, hal ini karna saat ini sedang musim dingin, sehingga suhu berada pada 8 derajat celcius.
Kusuma mengeluarkan paspor dari tas dan menyelipkan tiket didalam paspornya untuk mempermudah ia saat memasuki pesawat, kusuma memasukan gadgetnya ke dalam tas, merapikan ikatan rambutnya, merapikan jaket, kupluk, syal, meletakkan backpack dipunggung dan memastikan tidak ada yang tertinggal ditempat yang ia duduki kemudian melangkah menuju gate keberangkatan.
Kusuma melangkah sambil bermonolog"secara harafiah rumah adalah satu bagunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu, tapi bagi Ku rumah berarti keluarga dimana seseorang merasa aman dan nyaman untuk tinggal bersama dalam jangka waktu tertentu".
Setelah melewati pemeriksaan tiket dan identitas oleh pramugari di pintu pesawat, kusuma menuju tempat duduk sesuai dengan yang tetera di tiket, sebelum duduk ia memasukkan tasnya ke dalam kabin kemudian duduk dikursinya. Lima menit kemudian pengumuman dari pramugari terdengar " your attention please passanger ...", pramugari memberitahu penumpang untuk memasang sabuk pengaman, mematikan daya handphone dan memperagakan prosedur keselamatan karena pesawat akan segera take off. Kusuma memposisikan dirinya senyaman mungkin untuk perjalanan jauh yang memakan waktu kurang lebih 30 jam.
Kusuma turun dari pesawat untuk transit dibandara terakhir kalinya di negara ber icon singa yaitu changi airport. Changi airport terkenal dengan arsitekturnya mengagumkan yang memiliki air terjun buatan didalamnya. Arsitektur yang memanjakan mata dan sangat instagramble untuk berswafoto, sehingga dapat menghilangkan kebosanan kala waktu transit memakan waktu berjam-jam lamanya.
Setelah turun dari pesawat kusuma menuju toilet untuk membasuh muka sehingga dapat menyegarkan moodnya, Kusuma juga melepaskan jaket,syal,kupluk untuk menyesuaikan dengan iklim di negara tersebut, iklim yang sama dengan negaranya, karena akan terlihat aneh dan sangat tidak nyaman memakai jaket, syal dan kupluk di cuaca panas seperti ini , setelah melepaskan jaket, syal dan kupluk yang ia gunakan sebelumnya , kusuma melipat dan memasukkan kedalam bacpack. Kusuma memanfaatkan waktu transitnya selama 3 jam untuk meregangkan otot dengan berjalan- jalan diarea bandara dan mecari makan dan minuman.
Setelah lelah bekeliling di area bandara, Kusuma singgah di sebuah restoran cepat saji untuk mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan, Ia sedang berdiri didepan pramusaji restoran yang terknal dengan slogan "jago nya ayam".
" can I help you?" tanya seorang pramusaji yang berjenis kelamin pria untuk mempersilahkan kusuma menyebutkan pesanannya.
" I want one chicken hot spicie, one beef burger, one bottle mineral water" ucapnya.
" oke, wait a letter, totaly 35 dollar singapore"
" this is " Kusuma menyerahkan uang 50 dollar mata uang negara tersebut yang sebelumnya sudah ia siapkan sebelum berangkat dari oxford, karna ia sudah mengetahui rute transit yang akan ia lalui.
sang pramusaji menerima uang yang diberikan kusuma, dan mengembalikan senilai 15 dollar" this your money, and your order" ucap sang pramusaji dengan senyumnya
" thanks" kusuma menjawab dan menyungingkan sedikit senyuman
" you are welcome dan have nice day" ucap sang pramusaji.
Kusuma memilih tempat duduk disudut ruangan dekat dengan jendela, ia menikmati makanan dan minumannya sambil mengamati arsitektur bangunan, dan orang-orang yang berlalu -lalang. Kusuma melirik ke jam tangannya ,tidak terasa kusuma sudah menghabiskan waktu 1 jam berada di restoran cepat saji tersebut. Kusuma segera beranjak menuju gate keberangkatab karena waktu transitnya hanya tersisa 30 menit lagi.
Akhirnya setelah perjalan panjang yang memakan waktu hampir 30 jam dari benua Eropa ke benua Asia, disini la kusuma berada, di bandara internasional soekarno hatta. Kusuma melepaskan sabun pengaman setelah pengumam dari pramugasi mempersilahkan para penumpang untuk turun.
Kusuma masih duduk ditempatnya sambil melihat keluar dari jendela pasawat, tampak matahari sudah mulai kembali ke peraduan, sang surya menampilkan siluet kemerahan yang mengangungkan, ia menunggu para penumpang lain keluar dari peswat agar ia tidak berdesak desakan, toh ia tidak sedang dikejar waktu. Tampak semua penumpang sudah mulai keluar dari pesawat, Kusuma berdiri dari tempat duduknya, mengambil backpack dari kabin, ia melangkah menuju pintu pesawat, sang pramugari menyapa" terimakasih sudah menggunakan maskapai kami...", sambil menyunggingkan senyum. Kusuma hanya mengangguk dan membalas dengan senyuman.
Kusuma turun dan menuju ke area tempat mengambil bagasi, sambil menunggu ia mengaktifkan data seluler dan mensetting waktu di handphone yang otomatis waktu pada jam tanganya juga akan berubah karna terkoneksi ke handphone nya.Hal ini ia lakukan karena adanya perbedaan waktu antar oxford dan jakarta . Di jakarta lebih cepat sekitar 8 jam dari pada waktu di oxford. Ia memeriksa beberapa pesan dan riwayat panggilan telpon yang masuk diaplikasi yang ada di handphone. Ia merasa kecewa karena dari semua pesan dan riwayat panggilan tidak ada satu pun dari orang yang sangat ia harapkan. " selalu seperti ini" berucap dalam hati
Setelah memperoleh koper, kusuma menggeret kopernya menuju pintu keluar, ia masih berharap orang yang sangat diharapkannya datang menjemput.
Tampak sekelompok orang yang berdiri di batas penjemputan memanggil dan memegang kertas bertuliskan nama-nama orang yang akan dijemput , Hal ini untuk memudahkan orang yang dijemput melihat dan mengenali orang yang menjemput.
Kusuma melirik ke arah sekelompok orang tersebut, tampak seorang pria paru baya memegang kertas bertuliskan " Kusuma wijaya dari oxford" , Ia menghampiri pria tersebut meski tidak mengenalinya.
Kusuma tampak mendekat ke pria tersebut, "non kusuma wijaya?.." pria itu mencoba mengenali orang yang dijemputnya,
"iya, saya" jawab kusuma. Ia membatin " yang dijemput dan menjemput tidak saling mengenal,,haah"
"saya anton non,..." menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan kusuma." saya di suruh ibu dewi untuk menjemput non, saya supirnya ibu" sambungnya mencoba menjelaskan siapa dirinya.
Kusuma membalas uluran tangan anton, tampak expersi kekecewaan diwajahnya, Ia melakukan perjalanan jauh pada akhirnya hanya dijemput oleh supir sang mama.
" sini kopernya non biar saya bawa" anton meraih koper dari pengangan tangan kusuma.
Kusuma memberikan koper pada anton," makasih pak" ucapnya
" kembali kasih non, mari non mobilnya ada disana" anton berucap sambil sambil melangkan dan menunjukkan dengan tangan arah dimana mobil terparkir. Kusuma mengikuti langkah pria itu.
Kusuma sudah berada di mobil ia duduk di kursi penumpang dibelakang kursi pengemudi.
" ini jamnya orang pulang kantor non, bisa 2 jam baru sampai rumah " anton menjelaskan kondisi lalu lintas sambil menghidupkan mesin dan mobil mulai melaju," non tidur aja nanti saya bangunkan kalau sudah sampai, non pasti capek sudah duduk dipesawat berpuluh puluh jam" hal ini ia ucapkan karena tampak expresi kelelahan diwajah kusuma.
" iya pak," kusuma merendahkan posisi kursi untuk mendapat posisi yang nyaman, dan memandang keluar jendela,
Kemacetan adalah PR terbesar untuk pemerintah kota ini, meski pemerintah silih berganti sudah melakukan bebapa usaha untuk mengurangi kemacetan, tapi kemacet di jakarta tidak pernah sepenuhnya hilang.
" jakarta masih sama kayak 12 tahun lalu, apa keberadaannya ku juga masih sama seperti 12 tahun lalu? "bertanya dalam hati," seperti masih, hari ini aja aku cuma dijemput supir, 12 tahun ngak akan merubah apapun ".Ia menjawab sendiri apa yang ia tanyakan dalam hatinya.
Kusuma mencoba memejamkan matanya, kemudian tertidur, perjalan jauh jelas membuat ia kelelahan fisik ditambah kekecewaan yang ia dapat saat sampai di jakarta tentu semakin menambah kelelahannya.
"Non,,,Non,,,Non Kusuma" terdengar sayup-sayup suara anton tedengar.
Kusuma membuka matanya pelahan" iya pak? " menyahuti panggilan dari anton.
" sudah sampai non" anton menjelaskan alasannya membangunkan kusuma,
Kusuma melihat ke arah luar mobil sambil mengembalikan kesadarannya, tampak rumah yang ia tinggalkan 12 tahun masih tampak sama hanya berbeda warna cat nya saja, anton turun dari kursi pengemudi dan membukakan pintu untuk kusuma
" non masuk aja nanti kopernya saya antar ke kamarnya non" mempersilahkan kusuma untuk keluar dari mobil.
Kusuma mengambil backpacknya dan keluar dari mobil" makasih ya pak" ucapanya sambil menyungingkan senyum
"Non,,,, non kusuma,,," teriakan terdengar dari arah belakang ketika kusuma mencoba membuka pintu kamarnya namun ternyata terkunci, teriakan itu adalah suara bik sumi, " non sudah sampai? , maaf bibi ngak bukain pintu, tadi lagi sholat" sambungnya.
Benar adanya tidak ada yang mebukakan pintu untuknya , tidak ada yang menyambutnya dengan pelukan, beruntung pintu rumah tidak terkunci sehingga kusuma bisa masuk kerumah dan naik ke lantai 2 menuju kamarnya. Jika saja pintu terkunci mungkin saat ini ia masih bediri mematung didepan pintu.
Tadinya Kusuma berharap tidak adanya sambutan di dirumah hanya prank, yang kemudian berubah menjadi sambutan hangat nan meriah ,pelukan dan ciuman lembut dipipi oleh seisi rumah. Namun harapannya haya akan menjadi harapan, karena situasi ini adalah real. Situasi yang sudah biasa ia hadapi sejak ia memiliki ingatan, situasi dimana ia selalu diabaikan dan keberadannya tak dianggap. Harusnya ia sudah membiasakan dirinya agar tidak kecewa. Tapi lagi-lagi ia hanya seorang yang selalu megharapkan kehangat keluarga. Apakah ia salah dengan berharap demikian?, tentu tidak, hanya saja ia salah menempatkan harapannya pada keluarga yang salah.
" non,,," bik sumi mengulangi sapaannya karena kusuma terdiam sambil mandangi wajah tua bik sumi.
" bim sum..." kusuma tersadar dari lamunannya kemudian menghambur ke pelukan bik sum." bibik sehat ?" tanyanya masih belum melepaskan pelukan. Didalam pelukan bik sumi ,kusuma menemukan kehangatan seorang ibu.
" bibik sehat non, non apa kabar?" bertanya sambil mengusap punggung kusuma.
" Baik dong bik, ini buktinya sampe rumah dengan utuh" kusuma melepaskan pelukan sambil menunjukkan jari telunjuk ke arah tubuhnya dan tersenyum.
" iya bibik senang non akhirnya kembali kerumah" tampak air matanya sudah mengalir dari kedua mata wanita yang sudah berumur ini.
" husss,,," kusuma berucap sambil menghapus air mata yang mengalir dipipi bik sumi dengan kedua ibu jarinya "kok nanggis sih bik ?" sambungnya dan tersenyum.
" bibik kangen non, bibik pikir kita ngak bakal ketemu lagi" ucapnya dengan air mata yang masih terus membasahi pipinya meskipun kusuma sudah menghapusnya.
" udah dong bik,,,jagan nanggis, aku ikutan nanggis loh" kusuma berucap dan menjadikan tangisan bik sumi alasan kenapa saat ini ia juga menangis, tentu itu hanya alasannya saja, karna tanggisannya adalah air mata kekecewaan yang sudah ia tahan sejak beberapa jam lalu saat sampai dijakarta.
Bik sumi dan kusuma masih sesungutan untuk beberapa saat, sampai kusuma mencoba mencairkan suasana" bik aku lelah loh, mau sampai kapan kita berdiri disini?" tanyanya dengan intonasi semanja mungkin agar wajahnya tampak ceria.
" Astagfirullah,,," seakan tersadar, bik sumi menghapus air matanya dan merogoh kantong baju daster yang ia gunakan." ini kuncinya non" menyerahkan kunci kamar kepada kusumua.
Kusuma menerima kunci dan memasukkannya kedalam gagang pintu, terdengar bunyi CEKLEK dan pintu pun tebuka. Kusuma memasuki kamar dan menuju ketempat tidur diikuti oleh bik sumi. Kusuma melepaskan back pack kemudian meletakkannya di atas tempat tidur. Kusuma mendudukan dirinya ditepi tempat tidur, lagi- lagi bik sum mengukuti apa yang ia lakukan.
" kamar non tidak berubah,,, kamar non selalu dibersihkan setiap hari sama seperti ruangan lain dan dikunci, jadi tidak ada yang masuk sembarangan kesini" bik sumi menjelaskan karena kusuma tampak menelisik seisi kamar.
" Hmm,,,, kena,,," pertanyaan kusuma tehenti karena suara ketukan terdengar dari pintu kamar.
"pemisi non, ini kopernya" suara anton terdengar .Bik Sumi berdiri menuju pintu dan mengambil koper yang diserahkan oleh anton, kemudian menggeretnya kedalam kamar.
" Non mandi dulu biar seger, bibik mau siapin makanan kesukaan non, nanti isi kopernya biar bibik yang bereskan" bik sumi pamit, yang dibalas anggukan oleh kusuma.
Satu jam berlalu, kusuma kini sudah mandi dan beganti pakaian dengan sepasang piama berlegan pendek dan celana setinggi lutut, sekali lagi ia mengecek handphone namun tidak ada pesan atau panggilan telpon dari orang yang ia harapkan.
Kusuma meletakkan handphone diatas nakas kemudian keluar dari kamar menuruni tangga menuju ruang makan.
" ngeh"
" "
" ngeh"
" "
terdengar bik sumi sedang mengobrol dengan seseorang lewat handphone ,
" sebentar lagi tur,,,,."
Kusuma menarik kursi sehingga terdengar bunyi gesekan anatara kursi kayu dan lantai marmer diruangan itu, bunyi itu membuat bik sumi menghentikan obrolanya, dan reflek menekan tombol ber icon merah dilayar handphonenya.
" non udah sudah lama?". tanya bik sumi, ia sedikit kaget akan keberadaan kusuma di ruangan makan.
" baru kok bik, bibik masak banyak sekali, " ucapnya karena saat ini ia melihat terhidang banyak makanan diatas meja," bibik lagi nelpon?, lanjutkan aja bik, aku bisa kok ambil makan sendiri, udah tua ini" kusuma berucap sambil menyendokkan makanan kesukaannya sejak kecil yaitu mie goreng seafood kepiring yang ada dihadapannya
" sudah kok non," jawabnya sambil menuangkan air ke gelas lalu meletakkan kehadapan kusuma.
" bibik masak sebanyak ini untuk siapa? " tanyanya
"buat non kusuma "
"buat aku sendiri bik? " sambil menggeleng,pertanda ia tidak akan sanggup menghabiskan makanan yang berbagai menu, tampak mie goreng seafood, pecal, ayam bakar, nasi liwet, rendang " ini mah banyak banget bik seminggu juga aku ngak habis" sambil menyunggingkan senyum.
" iya, semua buat non, non makan aja yang mana non suka ngak habis ngak apa-apa kok non" bik sumi menjawab dan menarik kursi didepan kusuma untuk ia duduki." cuma non aja sama bibik dirumah ini"
" oh iya bik, saya sampai lupa, yang lain kemana?" sambil menyuapkan mie goreng seafood ke mulutnya.
" ibu, bapak, non arumi, den agung udah berangkat tadi pagi ke resort non"
"oh,," hanya kata itu yang terucap dari bibirnya, kusuma membatin" segitu ngak pentingnya aku?". Kusuma merasa keberadaan tetap sama seperti dua belas tahun lalu, keberadaan yang tidak diharapkan.
Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalanya, seperti tidak bisakah mereka menunggunya ?, kenapa tidak menunggunya kemudian berangkat bersama ke resort tempat acara pernikahan adiknya agung? , toh acara masih tiga hari lagi, tapi semua pertanyaan itu tidak ia utarakan karena tidak mungkin ia utarakan ke bik sumi yang jelas tidak akan tau jawabnya.
Suasana menjadi hening tidak ada lagi obrolan diantar mereka sampai bik sumi memecahkan keheningan "besok kita berangkat pagi pukul 08.00 non, biar makan siang kita udah disana" ia coba mencairkan suasa karna raut wajah kusuma tampak sedih mengetahui semua keluarganya tidak ada dirumah.
Tidak ada jawab dari kusuma, bik sumi melanjutkan pembicaraannya" gaun non untuk acara udah dibawa sama ibu, besok kita berangkat diantar anton"
" iya bik, besok bangunkan aku ya, takutnya aku ngak kebagun" ucap kusuma sambil memaksakan senyumnya.
" siap non" bik sumi berucap sambil mengangkat dua jempolnya.
Setelah selesai menyantap makanannya, kusuma pamit untuk kembali ke kamarnya. Saat kusuma akan beranjak bik sumi berucap" tidak semua yang terlihat seperti sebenarnya non" .
Kusuma tidak menjawab ia hanya menyungingkan senyum dan menggangguk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!