NovelToon NovelToon

Menikah Tak Harus Cinta

4 tahun

Lala adalah seorang gadis mungil yang cantik.Tingginya 156 cm, rambutnya panjang dan kulitnya putih.Usianya sudah menginjak 29 tahun tapi wajahnya masih seperti anak ABG.Saat ini dia memiliki hubungan spesial dengan seorang pria, anak dari salah satu pengusaha kaya di kotanya bernama Juna.

Sudah empat tahun mereka menjalin hubungan mungkin sudah waktunya mereka melanjutkan ke tahap yang lebih serius.Tetapi setiap kali Lala menanyakan kapan Juna akan menikahinya pria itu tidak bisa menjawab dengan jelas.Juna selalu bilang kalau dia belum siap untuk menikah, dia masih ingin bersenang-senang dengan teman-temannya.

Kedua orang tua Lala sudah mendesak agar dia segera menikah dengan Juna mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi.Tapi apa daya, Juna belum mau mengakhiri masa lajangnya.Lala sendiri menutupi dari kedua orang tuanya bahwa Juna belum siap untuk menikah.Setahu mereka Lala lah yang belum ingin menikah karena terlalu menikmati karirnya, bukan Juna.

Sore ini sepulang dari kerja Lala berdiam di kamarnya.Dia sibuk dengan hpnya mengirim pesan pada Juna.

"Mas, nanti malam jalan yuk ...."

"Maaf sayang, sepertinya nanti malam mas sibuk."

"Kita sudah lama ngga ketemu, apa mas ngga kangen aku?"

"Nanti sayang, kalau ada waktu mas pasti ajak kamu jalan."

Lala melemparkan hpnya ke kasur.Ada gurat kekecewaan di wajahnya.Ini sudah kesekian kalinya.Juna sering kali menolak ajakan Lala untuk sekedar makan berdua atau jalan keluar.Juna terlalu sibuk dengan dunianya.

Mungkin dia sibuk membantu usaha orang tuanya, atau sibuk mabuk-mabukan dengan teman-temannya, atau mungkin dia punya ...

Lala berdebat sendiri dengan pikirannya.

Sekian lama menjalin hubungan dengan Juna membuat Lala tahu kebiasaan buruk kekasihnya itu termasuk mabuk-mabukan.Bagi Lala apapun bisa dia toleransi asalkan Juna tidak selingkuh dengan perempuan lain.Lala bisa memaafkan jika Juna menolak bertemu dengannya dengan alasan sudah janjian dengan teman-temannya akan pergi ke klub malam.Itu sudah biasa bagi Lala.

Selama empat tahun pacaran belum pernah sekalipun Lala merayakan tahun baru bersama.Juna selalu merayakannya bersama teman-temannya.Lelaki itu lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya daripada bersama Lala, kekasihnya.Lala sendiri bingung hubungan apa yang sedang dia jalani dengan Juna, tidak ada kepastian dan kejelasan.Dia merasa hubungan ini hanyalah sebuah status.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Lala.

"Tante... buka pintu," teriak seorang anak dari balik pintu.

Itu adalah Reyhan, bocah laki-laki berumur lima tahun, anak dari kakak Lala.Segera Lala membuka pintu kamarnya.Keponakan tersayangnya pasti ingin mengajaknya bermain.Lala hanya 2 bersaudara.Kakak laki-lakinya sudah menikah dan mempunyai seorang anak yaitu Reyhan.Setelah pintu dibuka Reyhan langsung melompat ke pelukan Lala.Anak itu manja sekali kepadanya karena Lala sangat menyayanginya.Bagi Lala, Reyhan bukan hanya sekedar anak kecil, dia adalah penghibur Lala saat di rumah.

Lala lebih memilih menghabiskan waktu bersama Reyhan daripada pusing memikirkan hubungannya dengan Juna.Reyhan juga menjadi alasan Lala bisa menghindar untuk sekedar ngobrol santai dengan orang tuanya karena nanti ujung-ujungnya pasti membahas kapan Lala akan menikah.

"Tante, ayo beli burger," rengek Reyhan.

"Kamu sudah mandi?" Reyhan mengangguk.

"Kalau gitu tante mandi dulu sementara Reyhan bilang ke papa kalau Reyhan mau pergi sama tante."

"Horeee .... " Anak itu berlari kegirangan menuju kamar papanya di lantai dua rumah mereka.

Senyum Reyhan selalu bisa membuat Lala melupakan masalahnya.

* * * *

Lala sudah berada di ruang kerjanya.Dia adalah kepala bagian personalia di sebuat pusat perbelanjaan di kotanya.

"Kusut amat mukanya Neng."

Terdengar suara Riris mengalihkan perhatian Lala dari layar komputer di depannya.Lala melihat kepala Riris menyembul dari balik pintu.Riris adalah teman baik Lala selama bekerja di tempat ini.Usianya baru 24 tahun tapi dia sudah menikah dan mempunyai seorang anak.

"Apa sudah jam makan siang?" tanya Lala sambil melirik jam di tangannya.

"Iya, makanya aku mau ngajakin kamu ke kantin."

Lala segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kantin bersama Riris.

"La, kamu ada masalah lagi?"

"Tau lah Ris, Mas Juna semakin hari semakin sulit ku ajak jalan."

"Bukannya dari dulu dia memang jarang mengajak kamu jalan?"

Lala menoleh menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, sementara Riris hanya mengangkat bahunya tanpa merasa bersalah.

"Aku benar kan? sebenarnya apa yang kamu harapkan dari laki-laki seperti itu?"

"Aku mencintainya Ris, kamu tahu aku sangat sulit untuk jatuh cinta."

Lala mengingat kembali bagaimana kisah cintanya kandas bersama Theo.Dia memerlukan waktu hingga hampir dua tahun sampai akhirnya bisa move on dan akhirnya jatuh cinta dengan Juna.

"Coba bukalah matamu La, selama empat tahun pacaran dia lebih banyak mengabaikanmu.Kalian paling ketemu hanya sebulan sekali, dia juga jarang sekali mengirim pesan sekedar menanyakan kabarmu, aku benarkan?" Riris mulai sewot.

"Tapi dia tidak mau putus denganku.Setiap kali aku meminta untuk mengakhiri hubungan ini dia selalu menolak.Bukankah itu tandanya dia ingin mempertahankan aku?"

"Dengarkan aku Viola, kalau Pangeran Tampanmu itu benar-benar mencintaimu dia pasti segera menikahimu tanpa kau minta!"

Lala terdiam mendengar kata-kata Riris.Selama ini hanya Riris yang mengerti benar bagaimana pasang surut hubungannya dengan Juna.Lala terbiasa menceritakan masalahnya pada Riris tanpa ada yang ditutup-tutupi.Sementara Riris adalah sahabat yang ceplas ceplos, berani mengatakan apapun pendapatnya baik atau buruk walaupun mungkin menyinggung perasaaan akan tetap dia katakan.

Tidak terasa mereka sudah sampai di kantin khusus karyawan.Selesai memilih makanan Lala mengedarkan pandangan mencari kursi yang kosong agar mereka bisa duduk dan makan.

"Itu Ris, sebelah Deni dan teman-temannya masih kosong kita bisa duduk di sana."

"Oke, kita ke sana." Mereka berdua berjalan beriringan.

"Den, boleh gabung ya ... " Lala menyapa Deni sekaligus meminta ijin duduk satu meja dengan mereka.

Deni adalah seorang cleaning servis.Dia juga sedang makan bersama teman-temannya team cleaning servis.

"Iya, silahkan La .... "

"Gimana kerjaan kalian? ada keluhan?"

"Seperti biasanya La, ngga ada masalah," Deni menjawab pertanyaan Lala tanpa ada rasa canggung sedikitpun.

Begitulah akhirnya mereka makan siang sambil ngobrol santai.Walaupun Lala mempunyai jabatan yang cukup tinggi dia tidak malu untuk berteman dengan siapapun.Lala meminta teman-temannya memanggil namanya saja di luar jam kerja tanpa embel-embel 'Bu' di depannya.Mungkin karena itu dia sangat disukai di lingkungan kerjanya selain karena kecantikannya.

Pertemuan

Selesai makan siang Lala dan Riris berjalan menuju ruang kerja masing-masing.

"Ris, tadi sewaktu makan kok aku ngerasa ada yang ngeliatin ya, kamu tau ngga?"

"Kamu kan cantik La, udah biasa kan ada yang ngeliatin kamu."

"Iya juga sih," Lala menjawab dengan polosnya.

"Nah itu tau, pake nanya lagi."

"Tapi yang tadi beda Ris, aku ngerasa kayak bener-bener ada yang ngawasin aku."

"Iya-iya tau, tadi Nova ngawasin kamu terus sampai ngga kedip."

"Di mana? Kok aku ngga tau?"

"Mana kamu bisa tau, orang dia duduk di belakang kamu.Tuh, orang kalau udah naksir baru ngeliat punggungnya aja bisa ngga kedip apalagi ngeliat mukanya."

"Apa sih kamu Ris, semua cowok yang belum nikah kamu bilang naksir sama aku."

"Nova kayaknya serius naksir sama kamu kali La, buktinya dia pernah ke rumahmu sekedar ingin ketemu padahal dia tau kamu sudah punya pacar."

"Sssttttt ... Jangan keras-keras ngomongnya, nanti ada yang dengar.Lagian itu cuma main doang bukan apa-apa."

"Tapi si Nova itu rumahnya jauh dari rumahmu,udah beda kabupaten, beda kota di bela-belain datang kerumahmu demi apa coba?"

"Ya kali aja dia lagi ngga ada kerjaan."

"Aku kasih tau ya Viola sahabatku, kekasihmu si pangeran tampan yang jarak rumahnya tidak sampai sepuluh menit aja ngga pernah main ke rumahmu, ini Si Nova yang jarak rumahnya puluhan kilo mungkin ratusan kamu bilang ngga ada kerjaan.Coba deh La, buka mata sama pikiran kamu!"

"Deg!"

Lagi-lagi kalimat Riris seperti membangunkan Lala dari mimpi.Memang menyakitkan tapi apa yang dikatakan Riris benar.Meskipun jarak rumah Juna dan Lala cukup dekat, Juna jarang sekali mendatangi Lala di rumahnya.Setiap kali mereka berkencan Juna lebih memilih untuk mengajak Lala bertemu di suatu tempat daripada menjemputnya di rumah.

Riris berlalu menuju ruang kerjanya.Lala duduk terdiam di kursinya memikirkan apa yang baru saja dikatakan sahabatnya itu.Kemudian Lala teringat beberapa bulan yang lalu saat Nova tiba-tiba datang ke rumahnya.

Flash back on

Seorang laki-laki memakai jaket abu-abu sudah berdiri di depan rumah Lala.Di sampingnya terparkir motor sport terbaru yang harganya cukup mahal, berwarna merah.

"Nova ... Kok kamu bisa sampai sini?" tanya Lala kaget.

"Iya, iseng aja ngga ada kerjaan."

"Rumah kamu jauh lho, bisa-bisa nya iseng sampai sejauh ini."

"Udah beberapa hari kamu ngga kerja, aku kangen sama kamu."

"Aku kan ambil jatah cuti Nov, lagian kangen-kangen kayak orang pacaran aja."

"Emang itu yang aku harapakan, kamu jadi pacarku." Nova menjawab datar tanpa ekspresi, sementara pipi Lala memerah.

Lala sudah sering digombali banyak lelaki tetapi tetap saja wajahnya memerah setiap kali ada yang merayunya.Meskipun begitu dia tidak pernah menanggapi serius semua rayuan itu.Baginya hanya ada satu pangeran tampan di hatinya.Ya, hanya Juna lah yang bisa mengisi hatinya tapi tidak bisa mengisi hari-harinya.

"Aku sudah punya pacar tau!"

"Iya ... aku tau, aku rela nunggu kamu putus dengan pacarmu."

"Wah ... Kamu doa'in aku yang jelek-jelek."

"Bukan mendoakan, tapi selama janur kuning belum melengkung aku masih ada harapan."

Setelah ngobrol beberapa saat Nova pamit pulang.Tak berapa lama ada pesan masuk di hp Lala.

"Kalau kamu putus dengan pacarmu datanglah padaku.Kalau kamu tidak mau, aku yang akan datang padamu.Aku akan menerima mu apapun keadaanmu.Aku berjanji padamu."

Begitu isi pedan dari Nova.Entah kenapa Lala justru kesal setelah membaca pesan tersebut.

"Apa-apaan ini! Aku tidak kenal dekat denganya,bahkan belum pernah bicara sekalipun di tempat kerja tiba-tiba datang ke rumah bilang kangen dan sekarang menungguku putus dengan pacarku.Memangnya dia pikir dia siapaku!" Lala uring-uringan sendiri melampiaskan kekesalannya.

Flash back off

Sejak saat itu Lala sebisa mungkin menghindari Nova.Dia masih kesal setiap kali teringat isi pesan dari Nova.Lala tidak tahu kalau Nova diam-diam tetap memperhatikannya.

* * * *

Sore hari setibanya di rumah, Lala menerima telfon dari kekasih hatinya.

"Sayang... nanti malam kita ketemu ya, aku kangen banget sama kamu."

Betapa girangnya hati Lala saat ini.Segera dia menjawabnya.

"Iya mas."

"Mas tunggu di tempat biasa ya ... "

"Mas ngga jemput aku dirumah aja?"

"*Ngga usah sayang... K*ita kan perginya malam-malam.Ngga enak nanti jadi omongan tetangga."

"Oke mas, i miss you."

"Miss you too honey."

Lala sudah tidak sabar akan bertemu Pangeran Tampannya malam ini.Matanya berbinar, wajahnya ceria, penuh senyum seperti orang yang baru saja jatuh cinta padahal ini sudah tahun ke empatnya bersama Juna.

Malam harinya Lala berangkat menemui Juna di tempat mereka biasa bertemu.Lala berangkat dengan mengendarai motor maticnya.Walaupun keluarganya memiliki mobil tapi Lala terbiasa mengendarai motor.Sampailah Lala di cafe tempat dia dan Juna janjian.Selesai memarkirkan motornya Lala berniat langsung masuk ke dalam cafe tetapi kemudian dia mendengar suara yang sangat familiar.

"Sayang ...."

Lala menoleh ke sumber suara, rupanya Juna sudah menunggunya.Lala berlari ke arah Juna kemudian memeluknya.Juna membalas pelukan itu dengan hangat.Mereka bak sejoli ABG yang sedang dimabuk cinta.Setelah melepaskan pelukan mereka saling tatap kemudian tersenyum bersamaan.Tidak bisa diungkapkan betapa Lala sangat mencintai pria ini.

"Aku sangat merindukanmu Mas."

"Aku juga merindukanmu Sayang." Juna menjawab sambil mencubit hidung Lala yang mancung.

"Ayo kita masuk."

Juna menggandeng tangan Lala mengajaknya masuk ke dalam cafe.

Inilah Arjuna Wibawa atau Juna, dia adalah pribadi yang hangat.Wajahnya yang tampan, badan yang tinggi atletis ditambah harta yang melimpah membuat Juna menjadi sosok lelaki yang hampir sempurna di mata banyak wanita termasuk Lala.Betapa Lala sangat terhipnotis oleh ketampanan Juna hingga tidak bisa melihat bahwa Juna sudah mengabaikannya selama ini.

Selesai makan sejoli itu melanjutkan ngobrol di taman belakang kafe tersebut.

"Mas ... kenapa kamu jarang sekali ke rumah? Bapak ibu sering menanyakanmu."

"Aku sibuk sayang, sekarang aku fokus membantu salah satu usaha ayah."

"Bapak ibu terus menanyakan kapan kita akan menikah."

"Jangan bahas itu Sayang, nanti kalau sudah waktunya pasti aku akan menikahimu."

"Tapi kapan mas? Sudah empat tahun dan jawabanmu masih sama!" Lala mulai ketus.

"Sabar Sayang, nanti aku pasti menikahimu."

"Aku butuh kepastianmu mas, ibu mendesak akan menjodohkanku dengan anak salah satu sahabatnya!"

Juna hanya diam saja.Raut mukanya berubah.

"Kenapa diam saja Mas? Apa kamu akan membiarkanku menikah dengan orang lain?!"

Lala sudah tidak bisa menahan kesabarannya.

"Iya ... iya ... Aku mendengarmu! Kenapa kamu selalu bahas ini sih?!" Juna menjawab dengan nada suara yang mulai meninggi.

"Karena aku sudah lelah Mas, aku sudah lelah menunggumu, aku lelah dengan janji-janjimu,aku lelah selalu kau abaikan.Aku lelah denganmu!" Lala menjawab dengan suara bergetar dan air mata yang mengalir di pipinya.

Juna menatap wajah kekasihnya itu dan tak bisa berbuat apa-apa.Bagaimanapun juga dia mencintai wanita ini.

"Kalau kamu memang tidak ingin menikahiku, kenapa kamu selalu menolak untuk mengakhiri hubungan ini?" Suara Lala mulai pasrah.

"Sudahlah Viola, jangan dibahas lagi! Lebih baik kita pulang.Setiap kali kita ketemu pasti akhirnya seperti ini ...."

"Iya ... Kamu benar Mas, selalu kamu menghindar dan pergi seperti pengecut!" jawab Lala tegas sambil menyeka air matanya.

"Aku memberimu waktu satu bulan.Jika selama sebulan ini kamu tidak bisa memberikan kepastian kapan akan menikahiku, mungkin aku benar-benar akan menikah dengan orang lain!"

Lala berlalu pergi sementara Juna hanya diam terpaku di tempatnya.

Sembab

Lala mengendarai sepeda motornya pergi dari tempat itu.Air mata tidak berhenti menetes di pipinya.Dia bingung tidak tahu akan kemana.Tidak mungkin dia pulang ke rumah dengan kondisi mata merah habis menangis.Lala kembali memikirkan pertemuannya dengan Juna.Awal pertemuan selalu hangat penuh canda dan cinta tetapi selalu diakhiri dengan pertengkaran.

Dulu hubungan mereka sangat mesra.Juna sangat hangat dan begitu memperhatikan Lala, sementara Lala tidak banyak menuntut kepada Juna, dia sangat mempercayai kekasihnya itu.Setelah dua tahun mereka bersama, Lala mulai menanyakan keseriusan Juna terhadap hubungan ini.Dia mulai membahas soal pernikahan.Sejak itulah Juna mulai pelan-pelan menghindar dari Lala walaupun tidak mengurangi rasa sayangnya.

Sebenarnya waktu itu Lala belum terlalu memikirkan pernikahan, dia hanya menuruti kemauan orang tuanya yang terus mendesaknya untuk menikah dan itu membuat Lala tertekan.

Tanpa sadar Lala sudah berhenti di depan sebuah rumah yang cukup sederhana.Ini adalah rumah Riris.Kemana lagi Lala akan mencurahkan isi hatinya selain kepada Riris.Lala mengetuk pintu rumah Riris.

"Ini baru jam 8, harusnya Riris belum tidur," gumam Lala dalam hati.

Segera pintu dibuka.

"Lala ... ?! Kamu sama siapa?" Riris melihat sekeliling mencari orang lain yang mungkin datang bersama Lala.Melihat mata Lala yang merah dan sembab Riris segera mengajaknya masuk dan mempersilahkannya duduk.

"Aku ganggu ngga Ris?"

"Ngga lah, mana ada teman datang dibilang ganggu?"

"Dimana Rafa?" tanya Lala berusaha santai.

"Udah tidur, kalau bapaknya kebetulan ada jatah ronda," Riris menjelaskan tanpa diminta, seolah tahu maksud kedatangan Lala.

Lala hanya menunduk diam.

"Aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja, mau cerita?"

Lala bingung harus mulai dari mana.

"Aku habis bertengkar dengan Mas Juna." Lala berbicara pelan.

"Apa masalah pernikahan lagi?"

"Dia masih tidak bisa memberi kepastian kapan akan menikahku."

"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu Viola."

"Kali ini aku memberinya waktu tiga puluh hari.Jika dia tidak juga memberi kepastian aku mengancam akan menikah dengan orang lain."

"Aku tidak yakin itu akan berhasil," jawab Riris pesimis.

"Kamu pernah memberikan ancaman yang sama sebelumnya, tidak hanya sekali," imbuhnya menegaskan.

Sebenarnya Riris muak sekali dengan Juna walaupun mereka belum pernah berjumpa.Hanya melihat bagaimana Lala sering kali dibuatnya menangis itu sudah cukup menjadi alasan untuk membencinya.Riris bahkan malas menyebut nama Juna dan lebih memilih menyebutnya 'Pangeran Tampan'.

"Entahlah Ris, mungkin kali ini aku benar-benar akan menikah entah dengan siapa itu.Ibu bilang akan menikahkanku dengan anak sahabatnya jika aku tidak segera menikah."

"Terus apa masalahnya? Kenapa kamu tidak mau? Karena tidak cinta? Itu alasan klasik La.Cinta bisa datang dengan sendirinya."

"Aku tidak kenal orang itu."

"Kamu itu cantik La.Kalau kamu tidak mau dengan pilihan orang tuamu kamu bisa mencari orang lain.Begitu kamu putus, akan ada banyak sekali laki-laki yang bersedia menikahimu.Tergantung kamu mau membuka hati untuk salah satu dari mereka atau tidak."

Lala hanya diam.Air matanya mulai menggenang.

"Sudahlah La, jangan mengharapkan keseriusan dari Pangeran Tampanmu.Kamu hanya akan kecewa lagi."

Riris benar, setiap kali Lala bertemu Juna bisa dipastikan ada pertengkaran.Lala tahu hubungannya dengan Juna sudah tidak sehat.Dan apa yang bisa diharapkan dari hubungan ini jika masih dilanjutkan?

* * * *

Hari sudah pagi.Lala malas sekali membuka matanya tapi dia harus pergi bekerja.Setelah selesai mandi dan berpakaian Lala duduk di depan meja riasnya.Dia menatap wajahnya di cermin dan melihat matanya yang masih sedikit merah dan sembab karena hampir semalaman menangis.Akhirnya Lala memakai kacamata untuk menutupi matanya yang sembab.

* * * *

Sudah jam makan siang.Seperti biasa Riris mengajak Lala ke kantin.

"Gimana perasaanmu? Sudah lebih baik?" tanya Riris.

"Aku baik-baik saja Ris, makasih untuk semalam."

"Kali ini kamu harus tegas mengambil keputusan!"

Tiba-tiba hp Lala berbunyi.Ada pesan masuk rupanya.

"Kacamata tidak bisa menyembunyikan kesedihanmu."

Begitu isi pesan yang baru saja Lala baca.

"Emang mataku masih kelihatan sembab ya Ris?" Lala segera memastikannya pada Riris.

"Ngga gitu kelihatan sih sebenarnya.Kamu kan udah pake kaca mata.Kenapa nanya gitu?"

Lala menyodorkan hpnya agar Riris bisa membaca pesan yang baru saja Lala terima.

"Dari Nova?" Riris melongo setelah membaca pesan itu.

"Gila ya ni anak ... Dari kejauhan aja dia bisa tau kalau kamu sedih," lanjut Riris sambil terkekeh menggoda Lala sementara Lala hanya bisa menekuk wajahnya.

"Kamu ngga mau balas pesan dari Nova?"

"Males," jawab Lala sekenanya.

Nova adalah laki-laki pendiam.Dia jarang sekali bicara kecuali pada teman-teman dekatnya.Sebenarnya penampilan Nova tidaklah buruk.Badannya tinggi dengan perawakan yang sedikit kurus, kulitnya sawo matang dan hidungnya mancung.Wajahnya cukup manis, hanya saja Lala terlanjur tergila-gila dengan Juna.Baginya Juna adalah yang paling segalanya.Lala mengedarkan pandangan mencari sosok Nova.Akhirnya dia menemukan Nova duduk berjarak tiga meja dari tempat duduknya sekarang.Tak sengaja mata mereka bertemu.Lala jadi salah tingkah lalu kembali fokus ke makanan yang ada di piringnya.

"Aku ngerasa ada sesuatu sama si Nova ini.Kamu ngerasa ngga?" Riris mulai ngoceh.

"Sesuatu apa maksudmu?"

"Ngga tau La, kayak misterius gimana gitu.Coba kamu perhatiin deh!"

"Kaya kurang kerjaan aja Ris, sepertinya kamu yang naksir dia" jawab Lala sambil tersenyum absurd.

"Husss ... Jangan ngarang kamu! Aku masih berpikir kalau dia benar-benar menyukaimu.Jadi mungkin aku akan menjodohkanmu dengannya agar kamu bisa melupakan pangeran tampanmu." Riris tersenyum penuh kemenangan.

"Coba aja kalau bisa," jawab Lala menantang.

Kembali ke ruang kerjanya, Lala melamun memikirkan kata-kata Riris tadi sewaktu di kantin.Apa mungkin sekarang saatnya bagi Lala untuk membuka hatinya untuk orang lain.Walaupun Lala mengancam Juna dengan memberinya waktu tiga puluh hari, dia sendiri tidak yakin dengan ancamannya itu.

Sebelumnya Lala sudah pernah memberikan ancaman yang sama, hasilnya justru Juna menghilang tanpa kabar selama hampir dua bulan.Kemudian tiba-tiba dia datang menemui Lala memohon maaf dengan berbagai alasan. Dan Lala pasti memaafkannya.Entah Lala tidak serius dengan ancamannya ataupun karena dia takut kehilangan pangeran tampannya itu.Tapi sekarang berbeda keadaannya.Lala sudah tidak muda lagi, desakan dari orang tuanya untuk segera menikah sudah tidak bisa dihindari.

Selain itu Lala sudah berada di titik paling jenuh menghadapi hubungannya dengan Juna yang dia rasa hanya "jalan di tempat".Setelah sekian lama tidak ada kepastian memaksanya harus membuat keputusan yang tegas.Dia sudah seperti pengemis karena terus-terusan meminta perhatian dari Juna.Dia bahkan merasa sudah tidak ada harga dirinya lagi karena seringnya meminta Juna menikahinya, seolah-olah tidak ada pria lain yang mau dengannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!