NovelToon NovelToon

Menikahi Anak Majikan

Satu. Anak berbakti

Selesai subuh, Kania pergi menyiapkan sarapan di dapur. Tapi dia sudah di dahului Ibu Sumi. Ibu Kandung Kania

Sedikit kesal, Kania menegur.

' Ibu..!?"

Bu Sumi menoleh dan tersenyum lembut kepada Kania.

"Sudah bangun, sayang."

" Ibu masak apa? Sini, biar Kania yang lanjutin. Sudah di bilangin, nggak boleh kerja. Ibu nggak pernah dengerin omongan Nia...".Kania manyun.

Ibu kembali tersenyum menanggapi protes Kania

" Tidak apa. Sekali- kali, Ibu kangen juga ingin memasakkan sesuatu untukmu."

Menepis pelan tangan kania yang ingin mengambil alih spatula.

Wajah kania langsung cemberut. Ibu pura- pura tidak melihatnya.

"Lebih baik kamu mandi, Sebentar lagi nasi goreng kesukaanmu siap disantap." saran Ibu.

Kania masih enggan beranjak.

" Yakin, Ibu nggak perlu bantuan Kania?"

Ibu mengangguk

"Yakin, Sayang... lekas mandi!" Mencubit gemas pipi Kania dan mengusir paksa Kania pergi.

Kania terkekeh.

"Ya sudah. Nia mandi dulu, Bu."

Setelah menyelesaikan ritual mandi, Kania masuk kamar untuk bersiap.

Mengenakan kaos longgar lengan panjang warna abu- abu, dipadu rok kulot, dan hijab sebatas dada dengan warna senada. Kania terlihat sederhana dan pantas memakainya.

Keluar kamar, aroma nasi goreng menyambut.

Ibu Sumi tersenyum lucu ketika melihat hidung Kania kembang kempis mengendus aromanya

" Hmmmm...enak, nih!"

"Kalau enak, jangan dilihatin saja, Ayo dimakan, dong, sayang." ajak Ibu.

" Ok. Ibu. Siapa juga yang bisa nolak nasi goreng enak buatan Ibuku, yang cantik. Hehe." Kania menggoda Ibu

" Kamu itu? bisa aja merayu ibu." cibir Bu Sumi seraya terkekeh pelan.

Kania Ikut tertawa, menggeser kursi pelan Ikut duduk manis di meja makan berhadapan dengan Ibu.

Setelah berdoa sebentar Kania sarapan dengan lahap.

Dia rindu sekali dengan rasa masakan ibu. Bahkan matanya berkaca- kaca saat makan.

"Ayo tambah lagi! katanya enak, tapi makannya sedikit sekali." Ibu melihat piring Kania yang sudah kosong melompong.

"Alhamdulillah. Kania sudah kenyang. Sumpah! enak banget. Nasi goreng buatan Ibu memang tak ada duanya." Mengacungkan dua jempol pada Ibu.

Setelah membereskan meja makan dan mencuci piring kotor, Kania pamit untuk bekerja.

"Hati- hati di jalan, Ingat Jangan mengebut..." pesan Ibu, Saat Kania menyalami dan mencium pipinya sebelum pergi.

"Iya... Kania kan cuma bawa sepeda. Ibu suka berlebihan!.

Ibu juga, jaga diri baik- baik. Selama Kania tinggal. Ingat nggak boleh kerja yang berat- berat. Nanti sakit di perut Ibu kambuh karena kecapean."

Kania menatap wajah ibu tegas

Ibu sangat keras kepala. Demi membuat Kania tenang, beliau kerap berbohong tentang sakitnya.

Yang paling membuat Kania tak habis pikir. Ibu juga enggan sekali bila di ajak periksa ke dokter.

"Jangan cemaskan Ibu. Ibu bisa jaga diri sendiri"

"Ibu selalu bicara begitu. Kania cuma nggak mau, ibu kenapa- kenapa."

Tangan ibu terjulur membelai kepala Kania penuh kasih.

"Lihat! Ibu sehat, bukan?kamu cerewet sekali. Sudah pergi sana! nanti hari keburu siang, Panas lagi" usir Ibu.

Kania mendengus.

" Ibu ini..!? macam nggak Senang aja, Kania lama- lama di rumah." protesnya.

Ibu menjawil hidung mungil tapi mancung Milik Kania.

" Soalnya, Kamu cerewet seperti nenek- nenek." Gurau Ibu, menahan senyuman ketika wajah ceria Kania berubah cemberut.

Tentunya Kania hanya pura- pura.

Kania menaiki sepeda dan mengayuhnya perlahan.

Ibu masih berdiri didepan pintu menatap kepergian Kania hingga menjauh dari pandangan.

Terbit sedih di hati Ibu Sumiati.

Kania. Anak yang sangat baik, penurut, tidak neko- neko,sangat berbakti padanya. Ayahnya meninggal saat Kania berumur Empat tahun setelah itu, Ibu Sumi menjalani hidup yang berat untuk membesarkan Kania seorang diri. Ibu Sumi akan bekerja apa saja asal halal dan tidak merugikan orang lain.

Menjadi Janda tidak mudah Gunjingan dan fitnah pasti ada dari mulut- mulut yang usil. Hingga bertemu dengan keluarga Sanjaya Wicaksono, Bekerja sebagai pelayan di rumah keluarga terpandang itu sedikit merubah Perekonomian Bu Sumi.

Hingga Kania bisa menamatkan sekolahnya.

Tapi masalah kembali datang saat Kania Masuk universitas.

Di tahun pertama kuliahnya Ibu Sumi mulai sakit- sakitan dan tak mampu lagi bekerja. Apalagi pekerjaan yang menguras tenaga.

Kania yang tidak ingin merepotkan Ibu Sumi memilih berhenti kuliah, menggantikan Ibu Sumi bekerja di rumah keluarga Sanjaya. Kania butuh uang untuk membawa ibu berobat saat sakitnya kambuh.

Pagi yang lembab sisa hujan semalam tak menghalangi semangat kania pergi bekerja.

Pohon di pinggir jalan yang di lewati membuat Udara pagi menjadi bersih dan segar.

Kania menghirupnya dalam- dalam mengisi paru- paru dengan rakus. Udara yang bersih sangat baik untuk kesehatan. Kania menikmati Alam bebas dengan penuh rasa syukur.

Sisa- sisa embun menetes di atas dedaunan hijau, berkiliau tertimpa cahaya matahari yang mengintip di ufuk timur.

Orang- orang lalu lalang mulai sibuk dengan aktivitas masing- masing.

Beberapa orang yang di kenal, melambaikan tangan menyapa Kania ramah.

Sepeda Kania terus menyusuri jalan beraspal.

Butuh jarak sekitar tiga

Kilo meter lagi untuk tiba di kediaman keluarga Sanjaya.

Kania berharap hari ini akan berlalu dengan indah dan manis.

Tiba- tiba Kania memperlambat laju sepeda.

Karena beberapa meter di depan melihat seseorang yang sering membuatnya jengkel.

Astaga! Kenapa- pagi- pagi sudah bertemu dengannya.

Sementara, Pria itu justru bersemangat melihat Kania.

Kania dalam masalah besar.

Kania berniat untuk berbalik arah dan mencari jalan lain. Tapi jarak tempuh yang lebih jauh, Otomatis membuat Kania bisa terlambat.

Kepala Pelayan di rumah itu sangat tegas dan disiplin.

Kania semakin cepat mengayuh, musti mengebut agar bisa kabur dari laki- laki mesum itu.

Pura- pura tak melihat.

Berharap pria itu tidak sempat menghentikan Kania.

Dengan Jantung berdebar seraya berdoa....

Dekat, semakin dekat, lebih dekat. Sosok itu makin jelas, dia menyeringai.

Tiba- tiba....

Pria itu sudah ada di tengah jalan, merentangkan tangan lebar- lebar.

Hampir saja menabraknya

Andai... dia tidak sigap mengerem.

Kania bernafas lega,

dan terpaksa berhenti dengan muka masam.

Dasar tidak peka, Pria itu malah senyum- senyum berjalan mendekat

"Pagi Kania.... Hari yang cerah, bukan? secerah dirimu, bidadariku yang cantik." Dia tertawa lebar memperlihatkan giginya yang kecoklatan karena pengaruh nikotin dan kopi.

Seperti biasa Laki- laki itu, mulai mengeluarkan jurus andalannya.

Menggombal.

Ingin sekali Kania berkata kasar. Sayangnya, pria itu sudah tua. Dia juga mantan preman pasar yang terkenal Garang dan kejam. Yang katanya sudah insaf..

Orang- orang memanggilnya dengan sebutan, Amang Jaja.

Konon katanya, dia adalah Pria yang suka mencari keributan, Suka mencari masalah dan memancing perkelahian.

Amang Jaja, pria perkasa,

Tubuhnya kekar, kulit hitam, Bertato, rambut lebat, ikal keriting, sebelah telinga di tindik, seluruh jari- jarinya di penuhi cincin bertahtakan batu akik sebesar jempol kaki dengan ragam warna.

" Aa perhatikan, Adik Kania makin hari makin cantik saja.." Imbuh Jaka melanjutkan rayuan pulau kelapanya.

Huek! Perut Kania mual tiba- tiba.

Tak berniat merendahkan orang lain.

Tapi Laki- laki ini sungguh membuat Kania tak bisa menahan diri.

Umurnya sudah 50 tahun.Punya dua istri, memiliki enam orang anak. Salah satunya sebaya dengan Kania.

Sudah setua itu, dia masih bersikap seperti remaja yang puber.

Padahal Kania lebih pantas jadi putrinya.

"Makasih Mang, Atas pujiannya. Tapi, maaf. Saya sedang buru- buru ingin kerja!" Kania berkata sopan memaksakan diri tersenyum.

Enggan sekali beramah tamah dengan mantan preman sok cassanova itu.

Amang Jaja, sudah sering datang ke rumah, melamar Kania untuk di jadikan istri ke tiga.

Untung Ibu dan Kania selalu punya alasan yang tepat menolak.

Tetapi dasar muka badak, Jaja seperti tak ada kapoknya. Bila ada kesempatan masih suka mengganggu Kania.

Kania cepat- cepat menginjak pedal sepeda, belum sempat sepeda itu bergerak, Jaja sudah memegangi stang sepedanya kuat- kuat.

" Tunggu, Sayang... Mau kemana? buru- buru sekali."

Deg!

Kania menelan ludahnya

Deg!

Deg!

Deg!

Detak jantung Kania sangat cepat, Jaja menyeringai dan berdiri semakin dekat dengan nya, Kania bisa mencium bau tembakau dari mulut Jaja saat bicara.

amemejamkan mata Kania sekali lagi berdoa dalam hati.

" Tuhan...tolonglah hamba... Bebaskan aku dari pria tak tahu diri ini."

Memasang wajah memelas, Kania memohon.

" Tolong Lepasin Nia, Mang. Nia mau kerja, lain kali saja kita bicaranya..."

Bujuk Kania baik- baik.

" lya, Aku tahu. Neng mau kerja. Aa hanya butuh waktu Sebentar.." suara nya lembut membujuk.

Ck!

Kania berdecak kesal dengan suara lirih.

" Bicara apa lagi, sih. Mang?" tanya Kania malas.

"Menepi dulu, masa bicara di tengah jalan begini?" Bujuk Jaja

Masih dengan hati jengkel Kania mengalah dan menepikan sepedanya.

Kini Kania dan pria itu berdiri berhadapan. Kania berusaha mengatur jarak aman.

Kania benar- benar tak sabar, menunggunya bicara.

Jaja sengaja mengulur- ngulur waktu, agar bisa berlama- lama berduaan dengan kania.

Dia terus memandangi gadis itu, dengan tatapan mesum. kania risih sekali.

"Neng Kania yang Macan..."

Kania mendelik

" Macan!?" Kania membatin melihat Jaja bingung.

Apa dia terlihat mengerikan seperti Macan?

Melihat tampang bingung Kania, Jaja tertawa.

"Maksudnya, Neng Kania Manis dan Cantik" jelas Jaja

Kania mengumpat dalam hati.

Kania diam saja, mengabarkan diri, mendengarkan gombalan garing, hingga Jaja membebaskannya.

Lima belas menit berlalu begitu saja.

Matahari semakin meninggi Kulit Kania sedikit hangat.

Jaja masih betah dan belum ada tanda- tanda akan bicara langsung intinya.

Waktu sudah terbuang percuma. Kania menegur, sedikit memaksa berkata,

"Sebenarnya, Amang, mau bicara apa? Tolong cepat sedikit. Saya tidak mau kena tegur karena terlambat."

Amang Jaja tersenyum.

"Maaf, Melihat Adik Nia, Aa jadi lupa waktu" katanya sok polos ambil mengusap rambut keritingnya.

Jaja menarik nafas, melihat Kania serius

"Soal tawaran Aa... Neng Kania sudah memikirkan matang- matang? Yakin menolak lamaran nya?"

Kania mengeluh dalam hati.

"Sudah jelas sudah ditolak kok masih maksa,sih!?"

Kania diam sejenak berpikir, Alasan apa lagi yang harus ia katakan, agar bebas dari laki- laki tak punya malu ini.

Lihat saja dia masih melihat Kania penuh...

Na- f- su

Sejak awal kania menghindari kontak mata dengan Jaka, matanya justru lebih tertarik melihat penampilan Jaja yang nyentrik

Memakai Topi bertuliskan Red Bulls dengan gambar banteng itu

Kaos hitam bergambar tengkorak,di lapisi Jaket kulit hitam di padu Celana jeans biru murahan yang robek dilutut, Muka kasar dengan brewok tebal.

Bila dilihat lebih seksama tampilan Jaja, seperti gabungan dukun dan penyanyi rock metal.

Kania menahan rasa ngerinya dalam hati.

Jaja seperti penjahat.

Melihat Jaja dalam mode diam sudah seram. Apalagi jika sedang dalam mode marah. kania pasti akan lari terbirit- birit menjauhinya. Kini Pria itu justru berniat menjadikan Kania Isteri ketiga.

Bisa mati Kania sebelum menikah.

Belum lagi mengingat Dua istri Jaka yang kabarnya jauh lebih menakutkan dari Jaka sendiri. Kania sendiri tak berani membayangkan kehidupannya kelak

Bisa jadi perkedel Kania setiap harinya.

Menurut kabar bukan hanya Kania yang pernah di dekati Jaja. Dia sering

memilih gadis- gadis paling cantik yang ada di kawasan tempat tinggal mereka untuk didekati.

Sialnya Kania menjadi salah satu targetnya.

Padahal Kania tidak yakin apa yang dilihat Jaja darinya.

Pakaian Kania tertutup, tak pernah memakai riasan. Bahkan kesehariannyq sangat sederhana.

"Maaf Mang, Sebelumnya. Apakah kedua istri Amang tahu, Mang Jaja melamar Kania menjadi Istri ketiga? Apa mereka setuju?" tanya Kania hati- hati memancing Jaja.

Mendengar istrinya disebut Jaja menjadi gugup.

Dia nyengir kuda sambil menggaruk kepala.

" Tentu saja tidak, Neng... Bisa mengamuk dua banteng itu.

Rencananya, kita nikahnya diam- diam dulu. Kalau sudah sah dan resmi baru kita jujur ke mereka."

Kita? Ish! ogah.!!

Sudah di tebak, mana berani si mesum gila ini, jujur pada istrinya.

"Tapi...Kania tidak mau jadi istri ketiga. Kania tidak mau di anggap pelakor." pancing Kania

Ucapan Kania membuat Jaja salah paham.

Dengan berbinar dia meyakinkan Kania.

"Setelah kita menikah. Aku janji akan menceraikan Kedua benteng itu. Neng akan menjadi satu- satunya.

Hiks, Siapa yang butuh...

batin Kania.

Dasar tidak peka! padahal jelas- jelas sedang di tolak. percaya sekali diri ini orang tua

Kania mengumbar senyum palsu.

" Lalu, bagaimana anak- anak? Mang nggak kasihan pada mereka? Bagaimana Hidup mereka, setelah Amang bercerai nanti? "

" Gampang itu, Anak- anak sudah besar. Aku pasti tetapn tanggung jawab pada anak- anakku, Neng tenang saja." Kata Jaka enteng.

Dasar buaya! keras kepala. Tak punya otak dan hati.

Diam- diam menatap Jaja sinis

Kania ingin menampar mulutnya saking kesalnya. Enteng sekali dia bicara. tanpa beban.

"Maaf, Mang, Kania bukan pelakor, Ibu selalu mengajarkan untuk menjaga martabat dan marwah sebagai seorang wanita terhormat. Kania tidak mau menghancurkan rumah tangga orang lain..."

Tapi Jaja masih kokoh dengan dengan niatnya.

"Siapa bilang kania pelakor....!?. Siapa orangnya, aku akan bikin perhitungan dengannya

"Bukan begitu, maksud Kania.."

" Lantas apa!? Kania takut, Aa, tidak bisa memenuhi kebutuhan Kania??"

Jaja melihat Kania tajam.

"Orang tua Aa, punya banyak peternakan sapi, Di kampung. Kita semua bisa menjual sapi- sapi itu, menikmati hasilnya bersama- sama. Tentunya, Adik Nia tersayang, mendapatkan bagian terbanyak dari harta Aa. "

Kania mengepalkan tangannya.

kehabisan cara mengusir pria itu pergi.

" Maaf Mang,Kania tetap tidak bisa..Maaf.."

Kania sudah berusaha pelan dan sehalus mungkin menolak nya.

Takut juga jika bersikap terlalu bar- bar dengan mantan preman insaf, Bisa- bisa masuk rumah sakit dia. Siapa tahu saat mendesak jiwa preman Jaja muncul pula. Selama ini Jaja bekerja menjaga tempat parkir umum di pasar tradisional.

Sementara Kedua istrinya berjualan nasi uduk dan ayam potong di sana. Di pasar itu, Jaja bertemu dengan kedua istrinya.

Ngaku- ngaku juragan sapi, untuk makan saja mereka harus kerja keras bersama.

Jaja yang belum sadar di tolak, masih berusaha membujuk

Sambil tertawa, menepuk dada pongah berkata,

"Pokoknya tak perlu Khawatir soal uang, Adik Kania pasti hidup senang. Tidak perlu repot- repot jadi pembantu di rumah orang kaya. Justru Kania yang mejadi Nyonya." tutur Jaja

Kania meringis .

"Aduh.....! Gimana ya? Sebenarnya, Kania masih belum punya niat buat nikah. Lagipula harus jadi istri ketiga. Kania ogah di poligami. Tolong Amang jangan memaksa Kania."

Sepertinya jawaban Kania kena sasaran. Jaka Langsung bungkam menunjukan ekspresi marah sekaligus kecewa.

Sepertinya memang perlu sebuah ketegasan dan keberanian untuk pria seperti Jaja, Kania muak di teror terus olehnya.

"Permisi Mang, kania benar- benar telat."

Mohon Kania Menyadarkan Jaja dari Lamunan.

Dengan berat hati Jaja menyingkir memberi jalan bagi Kania.

Wajahnya kecewa sekali.

Sambil tertawa dalam hati, kania bergegas pergi.

Syukurlah aku selamat...

Dua Pesta penyambutan Aran Maheswara.

Kania melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Sampailah dia didepan sebuah rumah super mewah bergaya moderen, dengan pagar dan pintu gerbang yang sangat tinggi membatasi bagian luar dan area dalam rumah.

Rumah tersebut merupakan kediaman keluarga Sanjaya Wicaksono.

Pemilik perusahaan Bintang sejahtera corp.

Seorang Satpam muda dengan sigap membukakan pintu. Setelah Kania membunyikan bel di depan Gerbang.

Satpam itu dapat memantau Area luar gerbang dari kamera Cctv yang terpasang di sana.

" Eh, Mba Nia cantik, Tumben terlambat??"

" Iya, Pak. Ada sedikit gangguan di jalan tadi" jelas Kania asal

" Mba baik- baik saja?" Satpam itu meneliti Kania dari ujung kaki hingga rambut.

Sedikit mencemaskan nya.

" Alhamdulillah, pak.."

Kania tersenyum dan mengangguk.

Di rumah ini hanya Kania, pelayan yang tidak menginap.

Karena dia harus menjaga Ibu. Karena itu Ia di ijinkan pergi pagi dan pulang menjelang sore.

"Oh, ya. Pak saya masuk dulu, makasih udah di bukain gerbangnya..." Kania berbasa- basi sebelum pergi.

"Tunggu!. Mba Nia... Udah tahu belum!?. Hari ini Putra Tuan Sanjaya tiba di tanah air dan kita semua di minta siap- siap menyambut kepulanganya" jelas pak Satpam tanpa di minta menghentikan Kania.

Dengan kening berlipat Kania melihat ke arah satpam itu penasaran sekaligus bersemangat dengan kabar yang baru ia dengar.

Siapa pun pelayan di rumah ini amat penasaran dengan Sosok Aran Maheswara. Putra tunggal Tuan Sanjaya.

Pemuda tampan yang hanya bisa mereka kenali lewat foto keluarga yang di pajang di ruang keluarga. Sudah sembilan tahun Aran tinggal di London, Inggris.

"Duh! yang benar, Pak!?"

Satpam menganggukan kepala nya.

"Tuan muda Aran akan datang bersama kekasihnya dari London."

"Oh, ya!? Makasih infonya, pak. Kalau begitu saya harus bergegas sebelum Bi Mala menegur karena aku terlambat."

"Silahkan, Mba. Semangat kerjanya!"

"Terima kasih,pak!"

Kania menaiki sepeda dan mengayuhnya cepat hingga hijab yang ia pakai berkibar- kibar di tiup angin seiring laju sepeda.

Sepeda Kania menyusuri halaman seluas sebuah lapangan bola, dengan dekorasi taman yang sejuk, indah dan asri.

Lokasi gerbang dan pintu utama Cukup jauh. Bila di tempuh dengan jalan Kaki cukup melelahkan.

Kediaman keluarga Sanjaya merupakan Rumah termewah dan terluas yang di bangun di komplek perumahan Bintang sejahtera. Tuan Sanjaya sendiri merupakan pemilik semua properti yang ada di lahan 1000 hektar itu.

Bisa di bilang dia Tuan tanahnya atau induk semangnya.

Tak terbayangkan berapa banyak jumlah kekayaan yang di miliki oleh mereka. Yang pasti membuat Jiwa miskin Kania

meronta- ronta.

Sebuah Kemoceng, gagang kain pel, sapu, lengkap dengan kain lap, menempel di bahu ringkih Kania. Pelengkapan alat tempurnya setiap hari.Untuk membersihkan seluruh ruangan yang terdapat di rumah mewah berlantai tiga tersebut.

Selama bekerja Kania seringkali terlihat melamun.

Kania memikirkan Mang Jaja yang terus menerornya.

Rasanya lelah sekali

Tanpa di sadari seseorang memperhatikannya dengan seksama.

Pertemuan dengan Jaja benar- benar merusak moodnya.

Kania yakin Jaja belum menyerah dengan niatnya. Kania takut sekali Jika akan ada hal buruk menimpanya kelak.

Plok!

Kania terkejut saat seseorang menepuk bahunya pelan, tersadar dari lamunannya.

"Juliana! Kamu? bikin kaget saja!" seru Kania kesal sambil memegang dada,menetralkan jantung yang berdetak dua kali lebih cepat.

Juliana salah satu pelayan di rumah Sanjaya, Tugasnya sama sepeti Kania. Usia yang sebaya membuat keduanya cepat akrab.

Ana terkekeh pelan melihat ekspresi Kania.

"Makanya jangan suka melamun."

Kania diam saja, enggan menanggapi.

"Kenapa?, Ibumu sakit lagi?"

Kania jadi merasa bersalah pada Ana karena terus melamun.

" Maaf, kamu pasti cape, kerja sendiri, sementara aku lalai dan sibuk melamun"

Ana menarik Kania menghadapnya Dan menatapnya serius .

"Mau curhat?" tanya Ana.

" Eh, apa!?"

" Curhat?"

" Hmmmm.." Ana memainkan alisnya naik turun.

"Kalau ada masalah jangan di pendam- pendam, nanti jadi kentut"

Ana terkikik geli setelah mengatakan hal demikian.

" Apa an, sih. kamu?"

"Gimana jadi curhat? atau masih mau melamun? ke sambet baru tahu!"

Kania langsung cemberut

"Nyebelin kamu!" Sungut Kania

Ana kembali tertawa.

"Bi Sumi, baik- baik saja, bukan?" Ana mengulang pertanyaannya kali ini dia terlihat serius.

Kania mengangguk lemah.

"Trus, apa dong, yang bikin kamu murung?"desak Ana.

"Tadi pagi, aku sempat ketemu Mang Jaja di jalan..."

"Jadi... Dari tadi, Kamu ngelamunin dia?"

"jangan bilang... kamu mulai jatuh cinta padanya."

"Juliana..! Jangan mulai, deh!." pekik Kania keki.

Ana menahan senyum.

"Apa yang dia lakukan? coba melamar kamu lagi?"

Kania mengangguk

"Iya, nyebelin banget, Kan ..!"

"kambing bandot itu, kapan kapoknya, sih?"

Ana memegang gagang Pel erat sampai tangannya memutih.

"Kamu kenapa sewot gitu, An? Cemburu?

" Najis....!! Aku itu justru paling benci sama laki-- laki model begini. udah peot, genit, serakah, nggak tahu diri, sok ganteng, sok hebat.

Istri sudah dua, anak banyak kayak anak tangga, masih mikir mau nikah lagi!?.

Ana melihat Kania geram. Lalu lanjut berkata.

"Cuma modal dengkul doang sok- sok an. Mau nya cari gadis perawan yang cantik pula. Pengen tak kasih pelajaran tuh orang!! " sewot Ana dengan mata berapi- api.

"Caranya? Dia itu mantan preman, loh!. Emangnya, kamu berani?" Ledek Nia geli dengan reaksi Ana.

"Iya Nih! macam master kungfu saja, mau ngasih pelajaran ke mantan preman..."

Tiba- tiba pelayan lain yang bernama Eli ikut nyeletuk. .

"Ish...! Siapa itu? Nyamber aja macam listrik. Ngapain ke sini?" tanya Ana pada Eli yang baru datang. usianya juga tak jauh berbeda dengan Ana dan Kania

"Aku di suruh Bi Mala untuk bantuin kalian..." Sahut Eli cuek.

Dia Mengambil penghisap debu dan menyalakan mesinnya.

Terdengar suara mesin yang sangat halus.

Mengabaikan Ana yang mencibirkan bibirnya dengan mata menyorot tajam padanya.

Setiap bertemu kedua gadis kerap berdebat dan saling mengolok. Tapi tak ada benci atau dendam antara keduanya.Mereka melakukan hanya untuk bersenang- senang mengusir jenuh saat bekerja.

Sebenarnya ketiganya bersahabat cukup dekat.

"Kenapa mesti master kungfu. mau ngasih pelajarann ke Jaja nggak mesti pakai kekarasan juga kali..."

sahut Ana.

"Memangnya ada cara lain ngasih pelajaran ke Jaja?selain pakai kekerasan. Emangnya kamu mau kasih pelajaran IPA, Matematika, Agama gitu. Aduh! Ana. SD Aja kamu nggak tamat. Gimana mau ngajarin dia hahaha.." Olok Eli seraya tertawa keras.

" Asem ya kamu Eli...!!"l pakai acara menghina" Eram Ana gusar dan mengejar Eli

Terjadilah adegan kejar- kejaran dua pelayan labil itu.

Kania yang sedang pusing semakin pusing menghadapi tingkah keduanya yang ke kanak- kanakan.

" Stop! Hentikan!!! Kalian jangan kayak anak kecil, dong!" Seru Kania melengking.

Ana dan Eli spontan berhenti.

" Kamu sih!" Kata Ana

" Mana ada! Kamu!"Sahut Eli.

" Ish, Kamu!!"

" Kam.."

"Eli...!!" Bentak Kania dongkol melihat kedua nya dengan tatapan tak bersahabat

Eli spontan terdiam. Sembari menunduk malu.

Dalam hening ketiganya lanjut bekerja.

" Ehemmm!" Ana berdehem mengusir sunyi.

Kania dan Eli menoleh kompak padanya

"Aku ada ide buat bikin Jaja kapok, dijamin nggak akan gangguin Kania lagi..."

Kania dan Eli tampak tertarik

" Caranya??' Tanya Eli tak sabar.

"Caranya, kasih tahu saja istri- istrinya,! Biar mereka yang ngasih pelajaran ke Mang Jaja.

"Memang itu burung gatal, enaknya di garuk pakai gergaji kali, biar kapok!" Ana menggerutu.

Terdengar gelak tawa kompak dari Kania dan Eli..

.

"Biar sekalian digoreng, di sambelin dibikin jadi burung geprek" Lanjut Eli

" Ih serem Amat!" Seru Ana pura- pura merinding.

"Apanya yang seram? Di goreng atau di gerjgaji?

"Burungnya yang seram. Hahaha" Ana kembali tergelak.

Kania mencibir.

Siapa juga yang mau makan burung keramat si jaka.

Membayangkan saja NIa tak tega.

Bukannya tak tega pada Jaja. Tapi tak tega mengotori otaknya dengan bayangan milik Amang yang tak pantas di bayangkan..

Gara- gara Ana, otak kania ikut berselancar kemana- mana.

" Udah, dong! Ketawanya. Dari pada ngelantur nggak jelas, mending kalian lanjut kerja, deh!" pukas kania cepat.

Namun Ana dan Eli masih tak bisa berhenti tertawa. Merasa konyol sendiri.

Ada alasannya mengapa Ana menyarankan agar mengadukan sikap Jaja pada kedua istrinya.

Jaja memang preman yang terkenal garang dan menakutkan. Tetapi sebenarnya pria itu termasuk golongan suami- suami takut istri.

"Aku nggak nyangka, akhirnya kita bisa ketemu lansung dengan Tuan muda Aran yang ganteng dan pintar itu. Awalnya aku berpikir Tuan muda, selamanya akan menetap di London." Kata Ana mengalihkan Topik

Wajah Eli seketika berubah cerah, matanya di penuhi bintang- bintang.

Membayang kan sosok Aran Asli. Selama ini Eli hanya melihat fotonya saja yang di pajang di ruang keluarga. Diam-diam sering ia pandangi sampai air liurnya menetes. Selama ini Eli begitu mengidolakan Aran.

Kania sama sekali tak tertarik membahas Aran. Dia masih penasaran bagaimana caranya menghindari Jaja.

Yang di sarankan Ana sangat tidak masuk akal, menurut Kania.

Jika dia mengadu pada Istri Jaja, pastilah Kania yang di tuduh sudah menggoda suami mereka. Ujung- ujungnya Kania yang disalahkan sebagai wanita penggoda.

Saat ini Jaja masih menjaga sikap. Terlihat normal dan Baik. Tapi tak menutup kemungkinan pria itu akan bertindak kasar jika bosan dengan penolakan Kania.

"Semoga tidak terjadi apa- apa padaku.." Kania berdoa dalam hati.

Eli langsung menanggapi perkataan Ana.

" Menurut Bi Mala, Tuan dan Nyonya, sudah tiga hari berada di London. Menjemput Tuan Aran dan pacarnya."

"Ternyata..Tuan Aran sudah punya pacar. Patah hati aku, nih...." kata Eli sedih.

" Sarap..sadar, woiiiy!!. Ngehalunya ketinggian. Biar Jomblo juga, mana mau dia sama kamu." Ana mencebik bibirnya ke arah Eli yang memasang wajah datar.

"Ih. Sirik aja, deh! Ngehalu kan Bebas...Nggak ada hukum yang melarang,bukan?? Siapa tahu jadi kenyataan. Sirik kamu! Sirik itu, tanda tak mampu!" sungut Eli cuek.

" Dih! Siapa yang sirik, ngapain juga sirik. Sampean yang suka berhalusinasi" Ana berkata sengit.

'Kalau nggak kesampaian halunya, jatuhnya sakit jiwa." Lanjut Ana mencemooh Eli.

kania hanya tertawa, melihat dua sahabat tengilnya. kebiasaan memang tidak bisa dirubah.

Ada saja topik untuk di perdebatkan.

" Kalian tidak cape, berantem terus?" Tanya Kania tak sabar, tak lupa memasang ekspresi sedingin mungkin.

" Mau sampai kapan saling mencela terus. Kapan selesai kerjaannya kalau begini. Kita bertiga bisa kena tegur Bi Mala!"

" ups..!" Maaf Kania.

"Ayo! kerja lagi. Makanya jangan kebanyakan menghayal." Tegur Ana pada Eli.

Eli tak membalas karena keburu di pelototi Kania.

Keduanya langsung mingkem, seperti anak TK yang di marahi gurunya. Keduanya manut dan mulai bekerja kembali dalam diam.

Tak butuh waktu lama tugas mereka akhirnya selesai juga.

Rumah mewah milik keluarga Sanjaya sudah bersih mengkilap. Tak ada satu pun butiran debu yang terlihat. Seluruh ruangan di beri pengharum beraroma lemon.

Setiap kamar mandi sudah di sikat juga di pel bersih- bersih., seluruh Gorden dan seprai di ganti dengan yang baru dan bersih.

Intinya Rumah itu sudah siap menyambut sang pengeran dan kekasihnya pulang.

Bu Mala memuji kerja ketiga pelayan itu.

Lalu beliau meminta mereka membantu koki menyiapkan makanan bagi para tamu yang turut datang menyambut Aran.

Rekan- rekan bisnis serta kenalan Tuan Sanjaya.

Tentunya berasal dari kelas menengah ke atas.

Mereka sangat penasaran dengan Aran. Sebagai pewaris tunggal perusahan Bintang Sejahtera sosoknya begitu di nantikan oleh pihak yang berkepentingan.

Seluruh pelayan di rumah itu berjumlah delapan orang. Bi Mala sebagai kepala pelayan,

Dua Koki wanita, Tiga petugas kebersihan, Dua lagi, yang bertugas mengurusi pakaian keluarga Sanjaya.

Istilahnya tukang cuci gosok.

.

Bintang sejahtera Company, merupakan sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang Otomotif, suku cadang kendaraan bermotor, Pt.Sawit, hotel berbintang, properti dan perumahan mewah, pabrik minuman kalengan dan makanan, sektor pariwisata dan kuliner, serta banyak usaha lain yang tidak bisa di rinci satu persatu.

Karena perusahaan tersebut sudah di wariskan secara turun menurun dari generasi ke generasi.

Perusahaan itu semakin meluaskan diri di tiap generasinya.

Menancapkan cakarnya hingga sulit di goyah kan oleh perusahaan- perusahaan lain. Justru saingan mereka yang akan menempelkan diri pada Sanjaya wicaksono.

Waktu menunjukan pukul lima sore.

Satu persatu mobil- mobil mewah mengkilap memasuki bangunan kokoh dua lantai itu.

Penumpangnya rata- rata adalah pengusaha, dosen, pejabat dan orang- orang kalangan atas terkenal.

Memakai pakaian terbaik mereka, menggandeng istri- istri cantik masuk ke dalam rumah Sanjaya.

Kelihatan sekali mereka saling berlomba memamerkan barang- barang mewah yang mereka miliki.

Rumah Sanjaya riuh oleh

Tawa dan percakapan mereka.

Kania bertugas mengantarkan makanan dan cemilan ringan untuk para tamu.

Setelah segalanya siap, mereka menata hidangan di meja prasmanan dengan indah.

Seorang Gadis cantik melambai pada Kania, Gadis itu memakai gaun mahal warna merah yang sangat terbuka di bagian punggung dan dada.

" Kania di panggil, tuh!" Kata Eli berbisik.

" Cantik banget..." Eli Memandang gadis itu takjub,sangat kagum padanya

Gadis itu masih muda, Wajahnya cantik sekali dengan bentuk tubuh yang sangat seksi, dengan lekukan indah di bagian pinggul, bokong, dan dada. Kulitnya putih mulus tanpa cacat cela. Sungguh menggoda iman laki- laki yang melihatnya, menimbulkan rasa iri wanita yang tidak memiliki body seindah dirinya.

Terbukti wanita itu langsung menjadi pusat perhatian dari pertama kemunculannya di pesta.

" Ada yang bisa saya bantu, Nona?" Tanya Kania sopan.

"Berikan saya minuman ber Alkohol, kenapa semua minuman disini tidak ada Alkoholnya?" Ia bertanya tak suka

" Maaf, Non. tapi kami dilarang menyediakan minuman ber Alkohol untuk tamu oleh Tuan Sanjaya." kania menyahut sopan tapi tegas.

Wanita itu tertawa dengan anggun.

Meski Kania bingung apa yang sedang ia tertawakan.

" Paman Sanjaya tak akan keberatan jika aku yang meminta nya. Lekas ambilkan satu untuk ku di basement. Paman banyak menyimpan koleksi minumannya disana.Ingat! ambil yang kualitas terbaik. Ambil yang paling tua tahunnya, makin Lama tahun nya, maka makin enak rasa anggurnya"

Rupanya wanita itu tipikal wanita keras kepala yang tidak mau mendengar penolakan.

Tetap saja Kania tak akan berani melanggar pesan dari Bi Mala.

" Maaf, Non. Saya tidak bisa.."Tolak Kania ramah.

Wajah wanita itu berubah merah padam tersinggung dengan penolakan Kania.

" Kamu tahu siapa aku!!?" dia bertanya dengan nada cukup tinggi,terkesan membentak. Menjadikan kania dan diri nya pusat perhatian.

" Sa..saya hanya menjalani perintah. Maafkan saya, Nona.." sahut Kania gugup.

di bentak di depan semua orang pastilah membuat dirinya malu dan gugup.

Mata- mata itu melihat ke arahnya dengan sinis.

Melawan wanita cantik memang merepotkan ditambah Posisi Kania yang seorang pelayan makin menyudutkan Kania.

Saat ini pastilah dia yang di anggap salah.

Gadis cantik itu bertambah emosi campur gemas karena Kania tak begeming dan hanya menunduk pasif didepanya.

Gadis itu mengambil segelas minuman bersoda warna merah, dalam sekali gerakan menyiramkan seluruh isinya di kepala Kania.

Kania kaget bukan kepalang.

Dalam sekejap kepalanya Basah kuyup.

Gadis itu mempermalukan Kania.

keadaan menjadi gaduh.

Pelayan lain yang melihat kejadian mendekati Kania. Terutama Bi Mala dan kedua teman sejawat Kania, Ana dan Eli.

Raut iba terpancar di wajah mereka.

Sebelum Bi Mala sempat bicara, seorang laki- laki tampan, bertubuh jangkung sudah mencekal kasar lengan gadis bergaun merah dan berteriak padanya.

"Celine...!!mengapa kamu suka sekali membuat masalah pada orang- orang!!!?"Dia menghardik wanita bergaun Merah itu.

Gadis itu bungkam tapi sama sekali tidak terlihat takut padanya.

Menghentakan kaki jenjangnya kesal, gadis bernama Celine itu pergi tanpa rasa bersalah.

Pria itu memilih mengabaikan berfokus pada Kania

" Kamu, baik- baik saja?" tanyanya prihatin.

Mengambil tissue dan mulai membersihkan baju serta Hijab Kania.

" Maafkan Celine.ya?" Ucapnya tak enak hati.

Kania menjadi sungkan.

Seorang pria kelihatan kaya juga tampan bersikap sangat ramah padanya yang hanya seorang pelayan.

"Celine itu saudara kembar saya. Dia memang sedikit arogan dan kasar menjadi anak Perempuan satu- satunya dalam keluarga Adam sentosa, Membuat papa dan Mama sangat memanjakan, makanya sifatnya suka se enaknya. Oh. Ya...Namaku Charles Adam sentosa."Mengulurkan tangan mengenalkan diri.

" Tidak apa- apa Tuan. Saya bisa sendiri..Maaf saya ke toilet dulu."

Kania pamit dan menolak ukuran tangan Charles.

"Sepertinya noda ini, akan sulit untuk di bersihkan..." Guman Kania memperhatikan noda berwarna kemerahan yang terpantul di cermin. Hampir 15 menit dia menggosok noda itu tapi tak hilang sepenuhnya.

l

Ck..!

"Ada- ada saja kelakuan orang kaya.." desahnya kesal.

Begitu keluar dari toilet, Kania terkejut mendapati Charles sedang berdiri di luar. Tubuh kokohnya ia sandarkan di dinding, matanya terpejam dengan tangan mendekap dada.

Kania terkejut sekali dan bertanya sopan,

"Tuan, mau ke toilet juga?'

Pria itu membuka mata tersenyum manis pada Kania.

" Tidak! Saya menunggu kamu, takutnya kamu kenapa- napa didalam." Kata pria itu dengan wajah lega.

" Saya hanya ketumpahan Minuman, Bukan kena Bom, Tuan. Saya baik- baik saja" jawab Kania asal.

" Saya pikir kamu akan menangis di Toilet, karena perbuatan Celine"

Pria itu menatap wajah Kania lekat.

Menjadikan Kania salah tingkah.

Kania menilai pria itu dalam hati.

Pria itu bukanlah pria biasa, kelihatan dari penampilanya yang di balut setelan jas mahal, Kulit putih bersih, wajah tampan memikat. Ia merupakan salah satu pemuda kaya.

Wajah Klimis, bentuk rahang tegas. di padu kulit wajah yang sangat putih dan halus, mata sipit berwarna hazel, hidung mancung, bibir tipis dengan senyum nya yang memikat.

Kania merasa kagum sekaligus terpesona padanya.

" Ehem..!" Deheman Charles menyadarkan Kania dari keterpanaan.

Kania merasa salah tingkah kepergok memandangi Charles tanpa Ijin.

Matanya kini bergerak gelisah menghindari menatap Charles karena malu.

"Saya permisi, harus bekerja kembali, Tuan." pamit Kania tergesa, karena tak ingin berlama- lama berduaan dengan Charles di sana.

Charles tak lepas memandangi kepergian Kania hingga berbelok di ujung lorong yang membatasi Kamar mandi dan ruang keluarga milik keluarga Sanjaya.

Bibirnya menyunggingkan senyum...

"Gadis itu sangat menarik..."

Dia berkata pada Diri sendiri.

Menetralkan debaran di dadanya karena berada di dekat Kania.

" Sayang sekali, aku lupa menanyakan namanya."

Menyurai Rambutnya dia pun keluar dari Lorong itu menuju pusat pesta.

Tiga Tuan Arogan

Karena seragam Kania kotor akibat perbuatan Celine,

Ia diminta Bi Mala untuk membantu Koki menyiapkan makanan di dapur

Selain itu, untuk menghindari Celine. Siapa tahu gadis itu masih dendam dan kembali mengerjai Kania saat bertemu.

Ada dua pelayan lain yang bertugas di dapur bersama Kania.

Bi Mimi dan Bi Omah yang merangkap koki dirumah Sanjaya.

Tak lama berselang. Sebuah Limousine hitam memasuki perkarangan. Dari dalamnya Turun empat orang penumpang beserta seorang supir.

Mereka, Tuan dan Nyonya Sanjaya.

Menyusul di belakangnya Aran Maheswara dan kekasih nya yang cantik jelita, Silvia Delisa.

Saat masuk ruangan, ke empatnya langsung mendapat sambutan luar biasa. Terutama Aran Maheswara, pemuda Tampan berusia 28 tahun itu langsung menjadi pusat perhatian.Karena penasaran dengan sosoknya.

Para tamu begitu Antusias padanya

Meski lelah, Tuan Sanjaya tetap melayani rekan- rekan relasi bisnisnya dengan sopan dan baik.

Tentunya mereka sudah beritikad baik datang menyambut di sela kesibukan mereka.

Meski terselip sebuah niat terhadap Sanjaya.

Jabatan dan Kekayaan yang di miliki Keluarga Sanjaya menjadikan mereka memiliki banyak kenalan dari berbagai kalangan terutama kalangan pejabat dan pengusaha.

Bila Tuan Sanjaya merasa Antusias, Jelas tersirat rasa bangga

Saat Tuan Sanjaya dan Istri mengenalkan putra semata wayang pada segenap tamu yang hadir. Aran, Sebagai calon perwaris tunggal Perusahaan Bintang sejahtera.

Berbeda dengan Aran, Yang ingin segera masuk kamar dan beristirahat.

Aran, sosok pria yang memilki kharisma sendiri.

Tatapan matanya Tajam tapi Sedingin salju. Sifatnya angkuh tak banyak bicara.

Secara Fisik Pria itu bisa di katakan duduk di level tertinggi dalam hal ketampanan wajah.

Tak hanya wanita yang memuji parasnya, Laki- laki juga mengakui keunggulan fisik seorang Aran Maheswara.

Tubuh tinggi tegap, Atletis, berkulit coklat seperti pria latin.

Rahangnya yang Kokoh, di hiasi sedikit bulu- bulu halus yang menambah kesan maskulin dan seksi, Mata indah, besar dan bulat, di hiasi bulu mata lebat nan lentik, Alisnya lebat dan teratur.

Bisa di pastikan setiap wanita yang melihat dirinya pasti terpikat.

Salah satunya, gadis bergaun merah yang terus menatap Aran tajam tanpa berkedip. Bahkan tanpa sadar tersenyum sendiri karenanya.

Celine,Gadis manja yang keras kepala bahkan tega menyiram kepala Kania hanya karena di tolak keinginannya.

Celine Merasa Aran menariknya sejak pertama Celine melihat dirinya.

Dan dia bertekad memiliki Aran bagaimana pun caranya.

Sifat Celine berbanding terbalik dengan wajahnya yang cantik. Tak banyak yang tahu tentang sifatnya yang

Egois dan mau menang sendiri.

Bila menginginkan sesutu

maka dia harus mendapatkankannya.

Apa pun caranya, Celine tak perduli.

Ada pun saat melihat Aran dia langsung menginginkan pria itu menjadi miliknya. Tak perduli Aran sudah punya pacar atau istri sekalipun

Celine cukup mengenal Silvia Delisa serta tahu persis Jika hubungannya dengan Aran banyak mendapat rintangan.

Terutama oleh Orang tua Silvia yang berasal dari kaum bangsawan

Celine melihat sinis padannya,

Silvia delisa, Gadis ayu yang sangat anggun dan Santun itu berdiri penuh percaya diri Di sisi Aran, cantik, kemayu, dan lemah lembut.

Kelihatan Sekali Aran juga sangat mencintainya.

Terpancar cinta,bangga, dan over protektif terhadap gadisnya. Celine menjadi geram karenanya.

"Baik, aku akan melakukan langkah Awal.." sinis Celine.

Celine menarik Charles bersamanya mengajaknya mendekati kerumunan di mana Tuan Sanjaya dan keluarganya berada.

" Ayo! Charlie kita Sapa Tuan Rumahnya.." Kata Celine mendahului Charles mendekati keluarga Sanjaya yang berada dalam kerumunan pria dan wanita kelas atas.

Charles pun mengikuti Celine.

Sejak bertemu Kania, pikiran Charles di penuhi gadis itu.

Tapi gadis itu raib entah kemana. Charles sibuk mencari sosoknya hingga belum sempat menyapa keluarga Tuan Sanjaya.

" Tuan Sanjaya.." Sapa Charles mengulurkan tangan ramah.

" Charles Adam sentosa, apa kabar?" Tuan Sanjaya menyaambut uluran tangan Charles menyalami Charles di ikuti yang lain.

Charles tersenyum ramah.

"Baik, Tuan.." sahut Charles

Tatapan Tuan sanjaya beralih gadis cantik yang berdiri di sisi Charles, Tatapan wanita hanya fokus pada Aran. dia sedang menggodanya.

Hai ..! Celine yang cantik, kau datang juga!?"

Charles dan Celine merupakan putra dan putri Sahabat lamanya

semass SMA dan Kuliah.

Sanjaya menyalami Celine di ikuti istrinya yang mencium dan memeluk celine penuh ke akraban.

" Kamu semakin dewasa dan cantik.." Kata Nyonya Sanjaya memandangi Soso celine dari ujung rambut hingga ke kaki.

" Maksih, tan."

" Udah punya calon suami?" Tanya Tante menggodanya.

" Belum, tan...Cari yang mirip Aran, tapi belum ada cloninganya" Celine mengerling genit pada Aran. Membasahi bibirnya secara sensual saat Aran melihat ke arahnya.

Sanjaya dan Istrinya tertawa pelan. Karena berpikir Celine hanya bergurau.

Bagi Orang yang tidak mengenal Celine, ucapannya hanya dianggap sekedar gurauan.

Tapi tidak bagi Charles, Aran, dan Silvia, yang menyadari sikap genit Celine

Jelas sekali di balik ucapannya tersimpan keseriusan .

Selama Charles dan Tuan sanjaya mengobrol. Pandanagn Celine tak beralih dari Aran.

Silvia sangat tidak nyaman dengan sifat Celine yang Agresif. Nekat menggoda kekasihnya tepat di depan mata.

Meski Aran tak merespon tingkah laku wanita cantik itu.

Tetap Saja Silvia kesal.

Sadar Silvia makin tidak nyaman dengan Celine, Aran berbisik di telinga Tuan Sanjaya.

"Boleh kah aku dan Silvia pergi? kurasa Pacarku kelelahan.."

Sanjaya terdiam dan melihat Silvia lekat.

Silvia memang terlihat sangat letih.

Terbit iba di hati Tuan Sanjaya

"Pergilah...Minta saja pelayan membawakan makanan atau apa pun yang di butuhkannya" pesan Sanjaya sebelum Aran membawa Silvia pergi tanpa basa- basi pada Celine.

Charles yang menduga, Bila Aran pergi karena menghindari Celine , Dia yang sejak awal mendapat firasat kurang baik dengan sikap genit Celine. Gegas pamit dan menarik Celine pergi.

" Kamu jangan macam- macam dengan putra Tuan sanjaya..!" Tegur Charles tegas.Saat mereka hanya berdua.

" Ish! Siapa yang mau macam- macam..Cuma satu macam, kok!" Sahut Celine santai meninggalkan Charles sendirian. Sebelum pria itu semakin mencerewetinya dengan kalimat yang membosankan.

Charles menatap punggung mulus celine, Yakin sekali kembaran nya itu sedang mengincar Aran.

" Semoga hanya dugaan saja" Ucap Charles menyusul Celine ke Area parkiran untuk pulang bersama.

Aran dan Silvia sudah ada di lantai dua.

Silvia duduk di sisi ranjang mengamati kamar yang akan dia tempati.

"Kamu suka kamarnya..?" Tanya Aran ikut duduk di sisi Silvia.

Silvia menggeleng pelan.

" Kalau tidak nyaman,kita cari kamar lain saja.." Saran Aran berdiri siap keluar kamar.

Silvia masih menggeleng.

" Tetap saja tidak nyaman..Kalau nggak bisa seranjang denganmu" Sahut Silvia manja mengerling pada Aran.

" Kamu Nakal, ya!? Sabar dong Memangnya kamu mau kita di Cincang papi dan Mami karena tidur sekamar padahal belum menikah?"

" Di London kita sering melakukannya, sayang.."

Aran menjentik hidung Silvia pelan.

" Sabar sayang, sebentar lagi kita juga bebas melakukan apa saja bersama..Aku ambilkan makananmu ya? kamu pasti lapar."

Aran berusaha menghibur sang kekasih.

Silvia mengangguk setuju, sebab perutnya memang sudah keroncongan.

Aran turun ke bawah menuju meja prasmanan untuk mengambil makanan untuk kekasihnya.

Namun hanya ada makanan manis serta makanan yang banyak mengandung lemak dan Kalori diaana.Sedangkan

Silvia tidak suka jenis makanan itu.

Kecewa Aran pun pergi dapur.

"Pelayan...!"Panggil Aran pelan seorang pelayan muda sedang membuat salad buah di sana.

Pelayan itu adalah Kania.

Kania menghentikan aktivitasnya dan menoleh pada orang yang memanggil.

" Iya, Tuan.!" Jawabnya lembut melihat Aran.

Hampir saja pisau buah yang ia pegang terjatuh...

Matanya tak berkedip melihat Aran.

Kania terpesona.

Pria yang berdiri di hadapannya sangat tinggi dan...Kania sulit menjelaskan dengan kata- kata.

melihat sosok Pria tampan memakai kemeja dan celana jeans pudar berdiri menjulang itu Bagaikan Jelmaan Dewa.

" Ya Allah ganteng sekali....Dia ini manusia atau Malaikat? jangan- jangan jin yang sedang menyamar.."batin Kania dilema.

Matanya belum berpindah dari Aran seinci pun.

" Hai..!!.malah bengong!!. Kamu ngapain ngeliatin saya kaya gitu, mau lahap saya pakai matamu? Bikin takut Saja!" Bentak Aran kesal.

Karena Kania terus saja melotot padanya tanpa berkedip.

Aran jadi risih sendiri.

Kania mengerjapkan mata tersadar dan berdehem malu

" Ehem...maaf, Tuan. Sa- saya sedikit kaget, ada yang bisa di bantu, Tuan?" katanya gugup sekaligus salah tingkah.

ingin sekali mengetuk kepalanya yang bodoh.

Bisa- bisanya memandangi pria tanpa berkedip.

" Bawakan makanan rendah Kalori ke kamar pacar saya Silvia.." perintahnya singkat, Tanpa basa- basi,Tanpa menjelaskan Apa pun dia berlalu dari dapur.

" Tuan..!" Panggil Kania cepat sebelum pemuda tampan ini pergi.

" Tapi Saya tidak kenal Nona Silvia dan juga tak tahu dimana kamarnya?"

Ck!

Aran berdecak tak sabar.

" Bego banget, sih. Kamu..!" Kamarnya di lantai dua, disamping kamar ku.."

" Kamar anda? Omong- omong anda siapa?" Polos Kania bertanya.

Karena sibuk di dapur Kania tak tahu Jika keluarga Sanjaya sudah sampai di rumah kembali.

Bukan menjawab rasa penasaran Kania, pria itu berjalan mendekati Kania dengan wajah kesal

Kania perlahan mundur ketakutan hingga pinggangnya membentur meja melengkung yang membatasi Dapur bersih dengan dapur kotor. Dia terjebak disana.

Matanya menyiratkan rasa takut.

Kania melirik kanan dan kiri mencari sosok Bi mimi dan Bi Omah.

" Kemana perginya Koki- koki itu?" Batin Kania Kalut.

Menyisakan jarak 50cm, Pria itu berhenti bergerak. Dengan tangan bersedekap angkuh dengan alis tebalnya terangkat sebelah, dia bertanya,

"Sudah berapa lama kau bekerja di rumah ini!??"

"Dua tahun, Tuan..." jawab Kania polos menunduk kaku. Karena sikap Aran yang mengintimidasi.

" Dan, kamu tidak kenal siapa saya!?"

" Maaf Tuan.... tidak!" tegas Kania menggelengkan kepala

"Cih! dasar pelayan bego!" Dia memaki dan meninggalkan Kania yang masih melongo di tempatnya seperti orang bodoh.

Lama kania berpikir Coba mengingat siapa pemuda itu.

"Wajahnya familiar, tapi.. di mana aku pernah melihatnya?" Berpikir keras seraya menggigiti bibirnya.

Hingga sebuah bayangan melintas.

Foto keluarga Sanjaya yang di pajang di ruang Utama.

" Astaga! dia kan...Tuan Aran Maheswara, putra Tuan Sanjaya. Ya Allah, ganteng sekali..Pantas kelihatan familiar tadi.Ternyata Aslinya jauh lebih tampan. Nyaris aku tidak mengenalinya." Kania mengusap- ngusap pipinya yang memerah karena tersipu.

Jantungnya saja masih berdetak tak karuan karena sempat beradu pandang dengannya.

" Kania! kamu kenapa?Wajahmu merah begitu?' Tiba- tiba Bi Mimi dan Bi omah muncul bersamaan."

"Bibi berdua dari mana?" tanya Kania penasaran.Tanpa menjawab pertanyaan Bi Mimi

"Tadi kami ke depan, di panggil Bi Mala."

" Oh..."

"Salad buahnya, sudah selesai?"

" Sudah , Bi.." Kania menganguk.

" Biar bi Omah yang membawanya ke depan. kamu siapkan makanan rendah kalori dan tidak terlalu manis untuk Nona silvia" Pinta Bi Mimi.

" Iya, Bi..."

Kania bingung Makanan apa yang harus ia siapkan Untuk kekasih Tuan Aran.

" Aduh...mau makan saja repot" Kania mendesah galau

kania memutuskan menyiapkan sepiring salad buah.Karena tunggal menyetel bahan dan rasa saja.

Namun sengaja di buat tak terlalu manis. setelah siap langsung mengantarnya ke kamar Silvia.

Tibalah dia di kamar milik silvia, Kania melihat pintunya terbuka lebar.

jadi dia tak.perlu repot mengetuk segala.

Dia pun melangkah memasuki nya.

" Permisi. No......'

Deg!

Mata Kania terbelalak sempurna.

Kata- katanya tetcekat di tenggorokan. Kania menelan Salivanya berulang kali karena gugup, panik dan malu dengan apa yang telah dilihatnya.

Sejenak ia tercengang didepan pintu. Saat Sadar lekas dia menundukan wajah dalam- dalam bahkan memejamkan matanya rapat.

Kedua sejoli yang sedang bercumbu diatas ranjang empuk ukuran king size itu menghentikan aksinya. Saat menyadari ada orang lain melihat Aksi mereka.

Aran dan Silvia dengan. tampilan Acak- acakan duduk tegak di ats tempat tidur.

Aran bahkan bertelanjang dada. meski masih memakai bawahan celana panjang

" Maaf..pintunya tidak tertutup, Saya..saya...tak sengaja melihat.." Kania berusaha menjelaskan keteledoranya.

Sambil tetap menunduk.

"Atau kalian memang sengaja pamer, harusnya kalian yang minta maaf, sudah mengejutkan aku dan menodai mata suciku dengan Adegan tak pantas.." batin Kania kesal.

Aran menghampiri kanja di muka pintu. Mengambil alih Baki dari tangan kania.

"kamu boleh pergi!"

" I..iy.."

" Siapa juga yang mau lama- lama di sini!" Hanya di ucapkan Kania dalam hati.

Braaaak!

Aran membanting pintu tepat di depan muka Kania, bahkan sebelum sempat kania menyelesaikan kalimatnya.

Kania menjadi kaku sejenak karena kaget.

Mengelus dadanya, kania berkata.

" Ah..Terina kasih, Kania..

terima kasih Makanannya"

"Ah, ya. Tuan.. jangan sungkan- sungkan.!"

Kania pergi sambil mengolok ngolok diri sendiri.

" Cih! Dasar majikan arogan!!"

Baru dua kali bertemu Aran, Kania merasa yakin tak akan pernah menyukai pria itu.

Bersambung..

"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!