NovelToon NovelToon

Pendekar Pedang Hantu Kematian

Prolog

Di sebuah Desa bernama Desa Pelangi, terlihat Seorang Pemuda berumur 12 tahun sedang menyapu halaman Rumah kecilnya yang tampak usang dan reot.

Di sekelilingnya banyak pepohonan rindang sehingga dedaunan kering berserakan. Pemuda itu bernama Han Zhie.

Di Dunia yang Ia tinggali terdapat 3 Benua yang di sebut sebagai Dataran yang masing-masing terpisah oleh Samudra yang sangat Luas. Yaitu Dataran Utara, Dataran Tengah, dan Dataran Selatan.

Kekaisaran Mo terletak di Dataran Tengah dan memiliki 3 Kerajaan Besar, salah satunya ialah Kerajaan Luan.

Di Kerajaan Luan itulah Desa Pelangi berada, terletak jauh dari Pusat Ibukota Kerajaan dan terpencil.

Pemuda itu bernama Han Zhie, merupakan Pemuda biasa yang tidak bisa Berkultivasi.

Ayah dan Ibunya hanyalah Orang biasa, bukan seorang Pendekar, bukan seseorang yang berpengaruh tak mempunyai pangkat dan jabatan.

Jangankan untuk membeli sumber daya yang sangat mahal, untuk mencukupi kebutuhan hidup Merekapun Ayahnya harus bekerja sangat keras. Tak ayal jika mereka di sebut sebagai rakyat kalangan bawah dan miskin.

Ayahnya bernama Han Liu dan Ibunya Xhi Yun. Meskipun kehidupan Mereka serba kekurangan, Han Zhie sangat bahagia di lahirkan oleh Mereka yang sangat menyayanginya.

Diapun hidup tenang di Desanya, Orang-orang di sana sangat bersahaja dan saling menghormati, hampir tak pernah ada kata perselisihan dan keributan apalagi kekacauan.

Han Zhie atas keinginannya sendiri untuk membantu orang tuanya, bekerja menjadi tukang sapu di kediaman Kepala Desa.

Setelah selesai menyapu halaman rumahnya, Han Zhie yang sedang duduk di kursi batu di panggil oleh ibunya untuk makan.

"Zhie'er ayu masuk, Ayah sudah menunggumu untuk makan" Suara merdu Ibunya yang biasa Ia dengar tatkala perutnya sudah keroncongan terdengar dari dalam rumah menyuruhnya untuk makan.

Ia segera masuk ke dalam Rumah untuk menyantap masakan yang sangat enak baginya bersama Ayah dan Ibunya.

Senyum bahagia menyelimuti kediaman kecilnya di sela-sela kegiatan makannya. Mereka bercanda riang dan tampak kebahagiaan di wajah-wajah mereka.

Xhi Yun menambahkan banyak nasi dan lauk ke Han Zhie dan juga Han Liu ayahnya. Sesekali Han Liu menyuapi Xhi Yun di hadapan Han Zhie, begitupun sebaliknya.

"Ayah, Ibu berhenti melakukan itu di hadapanku, Ayah membuatku cemburu" Rengek Han Zhie meminta juga untuk di suapi oleh Ibunya.

Ayahnya tertawa mengelus-elus kepala Han Zhie penuh kasih sayang, sedang Ibunya tersenyum melihat Putra kecilnya merengek.

"Baiklah baiklah Anakku sayang sini. Aaaaa" Ucap Ibunya sambil menyuapi Han Zhie.

Han Zhie tersenyum bahagia di suapi oleh Ibunya.

"Han Zhie... Kau sudah Remaja anakku" Ucap Ayahnya.

"Ayah bahkan sudah tua weee" Balasnya sambil memonyongkan lidahnya.

Pagi itu setelah selesai makan dan bersiap-siap, Han Zhie dan Ayahnya berangkat ke kediaman Kepala Desa.

Han Zhie begitu sedih dan tampak murung setelah Ayahnya mengungkapkan bahwa Dia akan pergi untuk waktu yang cukup lama. Meskipun sudah terbiasa akan hal itu, tetap saja jauh dari sang Ayah membuatnya bersedih.

Han Liu akan pergi ke Ibukota Kerajaan untuk bekerja memperbaiki benteng yang sudah sangat tua. Dia akan berangkat ke sana dengan rekan-rekan lainnya dan terlebih dahulu akan berkumpul di kediaman Kepala Desa.

Sudah terbiasa bagi Han Zhie dan Xhi Yun di tinggal oleh Seseorang yang Mereka sayangi. Han Liu yang bekerja serabutan mengharuskannya sering meninggalkan Mereka.

Dia bekerja keras melakukan hal apa saja yang Dia bisa.

Kali ini Dia akan memperbaiki Benteng di Ibukota Kerajaan Luan setelah sebulan yang lalu Dia bekerja membangun Rumah di sebuah Sekte.

Terkadang Han Zhie bersedih karena tak banyak bisa membantu Ayah dan Ibunya.

Karena itulah Dia bekerja sebagai tukang sapu di Kediaman Kepala Desa. Meskipun Gajinya tak seberapa, Dia berharap dapat mengurangi beban kedua orang tuanya.

Sudah lima Tahun Han Zhie bekerja menjadi tukang sapu di kediaman Kepala Desa.

Kala itu umurnya 7 tahun, Han Zhie merengek, bersikeras terus meminta kepada Ayah dan Ibunya di izinkan untuk bekerja.

Ayah dan Ibunya yang tak berdaya dengan sikap Han Zhiepun meminta tolong kepada Kepala Desa untuk mencarikan Han Zhie sebuah pekerjaan.

Sampai Akhirnya Kepala Desa menyuruhnya untuk membantu Kakek Huan Li menyapu halaman rumahnya yang lumayan luas.

Setiap bulan Han Zhie di beri gaji sebesar 10 koin perak. 8 koin perak Ia berikan kepada Ibunya, sedang 2 koin Perak Dia tabung dan untuk keperluannya sendiri.

1 Koin Perak \= 100 Koin Perunggu

1 Koin Emas \= 100 Koin Perak

Di Perjalanan tak jauh dari kediaman Kepala Desa.

"Ayah, apa suatu saat Aku bisa ikut Ayah bekerja? Aku ingin membantu Ayah" Tanya Han Zhie kepada Ayahnya.

"Zhie'er... Bukankah Kamu bercita-cita menjadi seorang Pendekar? Kau tak perlu membantu Ayah, Ayah yang meminta maaf kepadamu karena tak memberikan kehidupan yang layak untukmu dan Ibumu" Balas Ayahnya.

"Ayah.. Jangan berbicara seperti itu, Zhie'er sungguh sangat bahagia dan beruntung mempunyai Ayah sepertimu" Ucap Han Zhie memeluk Ayahnya.

"Ayah... Zhie'er ingin membahagiakan dan membanggakan Ayah dan Ibu. Zhie'er tak mungkin bisa menjadi Seorang Pendekar, sudah lama Zhie'er mengubur cita-cita itu. Zhie'er ingin menjadi seperti Ayah dan mencari uang yang banyak" Lanjutnya

Tak ingin Anaknya bersedih karena tidak bisa berkultivasi, Han Liu membual, menceritakan sebuah kisah yang Dia karang sendiri tentang seorang Legenda yang sangat hebat yang tidak bisa berkultivasi.

Han Zhie yang mendengarnya menjadi lebih semangat dan berjanji akan tetap rajin berlatih meskipun hanya dengan kekuatan fisiknya.

Dia sendiri tidak tahu penyebab kenapa Dia tidak bisa berkultivasi, padahal Dantian dan Meridiannyanya normal seperti yang lainnya. Beberapa kalipun Dia mencoba, hasilnya tetap sama tak bisa mengolah energi.

Tak terasa Dia dan Ayahnya telah sampai di kediaman Kepala Desa Pelangi. Di sana nampak beberapa rekan Ayahnya yang sudah menunggunya.

"Zhie'er... Ayah berangkat dulu. Jaga Ibumu baik-baik, jangan nakal, patuhi perintah Ibumu" Ucap Ayahnya.

"Pergilah nak, temui Kakek Huan Li, lakukan pekerjaanmu dengan baik" Lanjutnya

"Baik Ayah. Ayah juga jaga diri baik-baik" Balas Han Zhie kemudian pergi menemui Kakek Huan Li untuk menyapu.

"Adik Zhie, Kau sudah datang"

Terdengar suara orang yang tidak asing di telinganya, mengagetkan di tengah langkahnya. Dia adalah Feng Gun, Pendekar Desa yang sering berlatih di kediaman Kepala Desa.

"Ya Kakak Gun, Kau mengagetkanku saja" Gumamnya.

"Adik Zhie. Ayu ikut denganku, Kau tak perlu menyapu, biar Kakek tua Li saja yang menyapu" Ucap Feng Gun

"Ah tidak Kakak Gun, Aku akan menyaksikanmu saja dengan Kakak Mei sambil menyapu" Balas Han Zhie menjawab seolah tau apa yang di inginkan Feng Gun.

"Hehe.. Adik Zhie Kau tau saja Aku dan Lin Mei mau memamerkan jurus baru" Balas Feng Gun kemudian. Lin Mei sendiri merupakan Putri dari Lin Du, Kepala Desa Pelangi.

"Sudah ratusan kali Kakak Gun atau Kakak Mei memintaku menyaksikan, berkata jurus baru, padahal jurus itu-itu saja" Gumam Han Zhie mengumpat.

"Bahkan Tinju Naga Besiku jauh lebih baik dari jurus-jurus Kakak Gun dan Kakak Mei. Hahahaha" Lanjutnya lagi mengumpat.

Fang Gun menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian pamit pergi untuk berlatih sambil tertawa.

"Hahaha jurus macam apa itu? Hanya teriakanmu saja yang keras Adik Zhie"

Menghafal Kitab

Hari menjelang Siang. Han Zhie dan Kakek Li sudah menyelesaikan pekerjaannya menyapu di sekitar kediaman Kepala Desa. Dia duduk di samping Kakek Li melihat Para Pendekar Desa yang sedang berlatih.

Kakek Huan Li merupakan orang biasa. Dia sangat suka jahil, iseng, dan sangat senang membuat Orang lain jengkel. Tak heran jika Orang lainpun sangat senang membuat Kakek Li jengkel. Meskipun begitu, Kakek Li tetap di hormati oleh Warga Desa karena umurnya yang paling tua di Desa itu dan Ia juga di anggap sebagai Sesepuh Desa Pelangi.

Feng Gun dan Lin Mei menghampiri Mereka setelah selesai berlatih.

"Salam Kakek Li" Ucap mereka bersamaan menghormati Kakek Huan Li.

Kakek Huan Li hanya mengangguk mengiyakan sambil mengelus-elus jenggotnya, sejenak kemudian berkata dengan wajah datarnya sebelum Mereka berdua mengutarakan maksudnya.

"Tidak bisa, Bocah ini akan ikut denganku" Sambil menunjuk ke arah Han Zhie. Kakek Huan Li mengetahui Mereka berdua akan mengajak Han Zhie bersama Mereka seperti biasanya.

Feng Gun, Lin Mei, dan juga Han Zhie terbatuk-batuk.

"Ya sudah...Lagian siapa yang mau mengajak Bocah itu ke Pasar bersama Kami? Menghabiskan uang Kami saja, minta ini dan itu" Gerutu Lin Mei jengkel karena Kakek Huan Li tidak mengizinkan Han Zhie ikut pergi bersama Mereka. kemudian Lin Mei pergi bersama Feng Gun.

"Xixixi" Tawa Kakek Li melihat tingkah Mereka, sedang Han Zhie tersenyum manis mendengar perkataan Lin Mei tentang dirinya. Baginya kesempatan langka di ajak oleh Mereka berdua ke Pasar karena Ia bisa mendapatkan banyak Barang yang Ia inginkan dengan merayu dan memelas kepada Mereka berdua.

Kemudian Han Zhie dan Kakek Huan Li pergi ke Gazebo yang terletak lumayan jauh di belakang kediaman Kepala Desa.

Di tempat itu, Han Zhie seperti biasa sampai sore hari akan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh Kakek Li.

Han Zhie mendengarkan apa yang di sampaikan oleh Kakek Li layaknya Seorang Murid yang dengan khidmat mendengarkan Gurunya.

Meski Han Zhie tidak tahu apa yang di sampaikan oleh Kakek Li, tapi entah kenapa Dia sendiri mau untuk mendengarkannya. Meskipun tidak terang terangan, Ia menganggap Kakek Huan Li sebagai Gurunya.

Hanya beberapa saja yang Han Zhie tahu dan pernah mendengarnya, sisanya seperti bualan dan omong kosong yang di karang oleh Kakek Li sendiri.

"Bocah, sudah lebih dari 5 Tahun Kamu Aku ajari. Apa Kamu sudah paham?" Tanya Kakek Huan Li penasaran.

"Hahaha omong kosong apa yang harus Aku pahami Kek?" Balas Han Zhie mengumpat.

"Apa Kakek sendiri paham?" Lanjutnya.

"Cihhhh.. Bocah sialan. Kau pikir Kakek selama ini hanya membual?" Gerutu Kakek Li kesal.

"Memangnya kenapa kalau Aku berpikir kalau selama ini Kakek hanya membual?" Balas Han Zhie meledek, senang melihat Kakek Li marah.

"Bocah... Darimana Kau belajar menjadi Gila seperti ini? membuatku kesal saja" Gerutu Kakek Li lagi.

"Darimana lagi kalau bukan dari Kakek. Hahahaha" Ucap Han Zhie tertawa lepas dan Kakek Huan Lipun juga ikut tertawa dengan kekonyolan Han Zhie yang berusaha membuatnya kesal.

"Zhie'er... Sekarang Kakek mau bertanya serius kepadamu. Apa benar ucapanmu kemarin, bahwa Kamu sudah hafal dengan semua yang Kakek ajarkan?" Tanya Kakek Li dengan wajah yang serius.

"Ya Kakek, Zhie'er serius, Zhie sudah sangat hafal semua yang di sampaikan oleh Kakek". Jawab Han Zhie.

Kakek Li kemudian mengetes Han Zhie dengan berbagai pertanyaan tentang sesuatu yang sudah Dia ajarkan. Han Zhiepun dapat menjawab semuanya sama persis dengan apa yang telah Kakek ajarkan.

"Zhie'er sekarang Kakek akan berbicara jujur padamu. Sungguh yang Kakek ajarkan bukan bualan atau omong kosong yang mungkin Kamu sangkakan. Meskipun Kakek sendiri merasa Kitab-kitab tersebut memang banyak yang terkesan omong kosong yang berlebihan dan mengada-ada, , tetapi Kitab-kitab tersebut benar-benar ada dan nyata".

"Seperti yang Kamu ketahui, Kakek sendiri merasa sudah gila mau menghafal Kitab-kitab yang tidak jelas itu selama 20 tahun. Sampai 5 tahun yang lalu Kakek melihatmu dan Kakek baru menyadari Pria itu tak membohongi Kakek. Beruntung Kakek tak perlu berlama-lama mengajarkannya Kepadamu karena Kamu cukup cerdas"

"Asal Kamu tahu, Kitab-kitab ini di berikan oleh Seseorang Pria misterius ribuan tahun yang lalu untukmu, seolah Dia tahu akan kelahiranmu. Berdasarkan tanda yang di jelaskan oleh Pria misterius itu, Kakekpun menurunkannya padamu".

"Kamu memiliki tanda yang sama persis seperti yang Pria misterius itu jelaskan. Dalam catatan hanya satu juta tahun sekali Anak sepertimu di lahirkan dan hampir semua mati saat di lahirkan, mungkin hanya Kamu satu-satunya yang berhasil selamat"

"Kakek melihatmu sepertinya akan menjadi Seseorang yang Agung, dan Kakek rasa Dunia memang sudah menunggumu. Kakek tua ini merasa amat senang dan bangga bisa menjadi bagian perjalanan hidupmu. Kakek berharap Kamu mau mengakui Kakek sebagai Gurumu meskipun kelak Kamu tidak mendapatkan hasil apa-apa dari apa yang Kakek ajarkan kepadamu, setidaknya dua puluh tahun waktu yang Kakek habiskan bisa di hargai olehmu"

Terang Kakek Li menceritakan kepada Han Zhie, kemudian memberikan sebuah catatan yang sudah lama Dia simpan kepadanya.

###

Ribuan tahun yang lalu Sesosok Pria misterius di kejar dan di buru oleh Pasukan yang mengenakan Jubah merah.

Jutaan kilometer Dia tempuh untuk menghindar dan menjauh dari Pasukan yang tanpa lelah terus mengejar dan memburunya.

Bekas cakaran dan sayatan pedang menghiasi tubuhnya, menandakan Ia telah melakukan sebuah pertempuran. Lima buah Panahpun menempel di Punggungnya.

Dengan Sisa-sisa kekuatannya, Dia bersembunyi di balik air terjun, membuat sebuah Gua dan Dunia Buatan di balik Gua dengan mantra dan formasi.

Pada saat yang bersamaan Huan Li yang saat itu berusia 35 tahun sedang beristirahat dan minum di sungai di bawah air terjun setelah menebang kayu yang akan Dia gunakan untuk membuat rumah.

Sesesok Pria misterius muncul di hadapan Huan Li memberikan sebuah catatan dan meminta tolong kepadanya.

"Tuan... Ku mohon dengan sangat Anda bisa membantuku"

Ucapan terakhir Pria misterius itu tiba-tiba, kemudian jatuh berlutut dan ambruk meninggal Dunia.

Seketika tubuhnya menjadi sebuah asap putih dan lenyap entah kemana bak di telan Bumi.

Huan Li masuk ke dalam Gua sesuai dengan petunjuk yang ada di catatan. Pria misterius tersebut memintanya menghafal Kitab-kitab yang telah Dia taruh di dalam Gua.

Huan Li kaget dengan apa yang ada di dalam Gua. Gua yang pada lubang awal masuknya sangat kecil seukuran tubuh dan harus merangkak memasukinya, di dalamnya lumayan luas penuh dengan Kitab-kitab yang berjejer dan juga banyak makanan dan minuman yang sudah di sediakan.

Di dalam Gua tersebut terdapat sebuah pintu menuju Dunia dimensi buatan yang hanya bisa di lihat dan dimasuki oleh Han Zhie yang memiliki sebuah tanda yang Pria misterius itu maksudkan.

Huan Li mulai menghafal satu persatu dari ratusan Kitab. Dalam waktu yang lama sekitar dua puluh Tahun, Dia berhasil menghafal Kitab-kitab yang tebal dan sangat rumit itu.

Setelah selesai menghafal, Dia membakar Kitab-kitab itu. Dia melakukannya sesuai dengan arahan yang di tulis oleh Pria misterius itu untuk bisa keluar dari Gua, dan menghancurkan formasi dimensi waktu dalam Gua. Tanpa membakar seluruh Kitab, Seseorang tidak akan bisa keluar dari Gua itu.

Ketika keluar dari dalam Gua, tanpa Dia duga ribuan tahun telah berlalu dan perubahan besar telah terjadi pada Dunia.

Dunia kini sudah semakin maju. Sebuah tempat yang akan menjadi tempat kelahiran Han Zhie yang tadinya hanya di tempati oleh beberapa Orang dan di kelilingi oleh hutan yang lebat, kini sudah menjadi Sebuah Desa bernama Desa Pelangi.

Sampai pada akhirnya Huan Li bekerja sebagai Tukang sapu di Kediaman Kepala Desa Pelangi sambil memperhatikan setiap Orang yang memiliki tanda yang akan mewarisi Kitab-kitab yang Dia hafal.

Beruntung Ia bertemu dengan anak yang Dia cari dan anak itu bekerja dengannya. Ia baru menyadari Ketika Han Zhie bercerita tentang tanda di punggung telapak tangannya. Awalnya Kakek Li terkejut karena tidak bisa melihatnya, akan tetapi Ia percaya setelah Han Zhie menggambarnya dan sama persis dengan tanda yang di maksud oleh Pria Misterius di dalam catatan.

*Dimensi waktu di dalam Gua dan Dunia buatan berbeda karena mantra formasi yang di gunakan berbeda*.

*Di dalam Gua, 20 tahun sama dengan ribuan tahun, sedangkan di Dunia buatan 1 tahun di sana sama dengan 1 hari. Dunia buatan juga hanya akan bertahan selama 10 hari dunia nyata atau 10 tahun dunia buatan setelah Han Zhie memasukinya*

##

Dunia Dimensi l

Setelah meminta Izin kepada Ibu dan juga Kepala Desanya, Han Zhie pergi bersama Kakek Li ke Air Terjun yang terletak cukup jauh di belakang Desa Pelangi. Perjalanan ke sana memerlukan waktu paling lama dua hari dari Desa dengan jalan biasa.

Setelah masuk di dalam Gua, Han Zhie melihat Pintu mantra formasi dan Dia segera memasukinya. Kakek Li menunggunya di dalam Gua dan sesekali keluar memancing ikan untuk menghilangkan penat dan memetik buah-buahan untuk Ia makan.

Han Zhie memasuki Pintu mantra formasi, seketika Han Zhie sampai di Dunia buatan yang sangat luas dan Pintu itu lenyap entah kemana. Di sana sama seperti Dunia sungguhan, terdapat hamparan Padang Rumput, Hutan, Gunung, sungai, dan lainnya.

Di tengah keterkejutan dan kekagumannya, muncul Sesosok Singa sebesar Kuda bertubuh Kayu di hadapannya. Singa Kayu itu langsung berlari ke arah Han Zhie hendak menyerangnya. Beruntung Singa Kayu tidak begitu cepat seperti layaknya Seekor Singa pada umumnya.

Tanpa banyak berkata-kata, Han Zhie berlari menghindari Singa kayu yang terlihat besar dan berbahaya.

Dengan kecepatannya yang cukup lincah dan cepat, Dia berhasil mengimbangi kecepatan Singa Kayu tersebut.

##

Meskipun tidak bisa berkultivasi, Han Zhie bukanlah seseorang yang pantang menyerah. Dia senantiasa melatih kekuatan fisiknya.

Hampir setiap malam hari Dia berlari mengitari Desa beberapa kali putaran, berbeda dengan Anak lain yang memilih untuk berkultivasi.

Tak heran jika kecepatannya cepat dan lincah hampir menyamai Pendekar Desa tingkat Raja level awal yang menggunakan ilmu meringankan tubuh.

Jurus andalannya ialah Tinju Naga Besi yang sering kali Ia teriakkan ketika melakukan pukulan.

Dia juga tak mau kalah sering memamerkannya kepada Feng Gun dan Lin Mei meskipun mereka selalu menertawakan jurusnya itu karena hanya teriakannya saja yang keras dan lantang saat menyebutnya sambil memukul.

##

Han Zhie terus berlari dari kejaran Singa Kayu itu. Singa kayu itu tidak mengenal lelah terus mengejarnya, sedangkan Han Zhie nafasnya sudah mulai terengah-engah setelah berjam-jam lamanya berlari dengan kekuatan fisiknya.

Di tengah pelariannya Han Zhie terus memikirkan cara bagaimana bisa terlepas dari kejaran Singa Kayu itu. Dia hanya bisa menemukan satu cara yaitu harus mengalahkannya karena Singa itu tidak akan pernah berhenti mengejar pikirnya.

Han Zhiepun mengatur nafasnya di tengah pelariannya. Dia teringat sebuah Teknik pernafasan darat yang Dia hafal dari Kakek Li dan bisa di latih sambil berlari. Teknik pernafasan darat itu sendiri merupakan salah satu teknik dari Kitab yang bernama Kitab Pernafasan Misterius.

Tak terasa sudah setengah hari Han Zhie berlari menghindari Singa Kayu itu, kini nafasnya mulai memburu dan terengah-engah. Dia merasa sudah tidak sanggup lagi berlari.

Dia terpaksa menghentikan pelariannya. Dengan rasa putus asa seolah akan menerima nasib yang buruk, Dia berbalik arah dan melesat ke arah Singa itu.

"Tinju Naga Besi" Teriaknya

Singa kayu itu dengan mudahnya terlempar dan hancur kemudian tubuhnya hilang seketika.

Ternyata, Singa itu sangatlah lemah dan lembek tak seperti kayu pada umumnya. Singa itu seolah sedang menguji Han Zhie untuk berlari sekuat tenaga.

"Aihhh Singa sialan, tahu lemah begitu tidak perlu Aku berlari secape ini" Umpatnya kesal.

Dengan nafas masih memburu, Dia mencoba menenangkannya dengan Teknik pernafasan darat dan minum dari sisa bekal yang Dia bawa.

Tak lama dari tempat Singa kayu itu menghilang, muncul lagi ratusan Singa kayu serupa berjumlah ratusan.

Tak mau tertipu untuk yang kedua kali, Han Zhie tetap diam di tempatnya, mengepalkan kedua tangannya menunggu Singa-singa kayu itu mendekat menyerangnya.

"Seribu Pukulan Tinju Naga Besi" Teriaknya asal menyebutkan jurus.

Duarrr

Duarrr

Duarrr

Duarrr

Benar saja sesuai dugaannya Singa-Singa kayu itu sama seperti singa sebelumnya, terpental ke sana kemari terkena Pukulan kedua tinjunya yang cepat dan membabi buta.

"Hahahaha Kau pikir dapat menipuku lagi" Ucap Han Zhie sambil menepuk-nepukkan kedua telapak tangannya.

Baru saja Han Zhie mau duduk untuk beristirahat, tubuh Singa-Singa Kayu yang berserakan terbang bertabrakan saling menyatu membentuk Sesosok Singa Kayu lagi. Kali ini warnanya sedikit lebih gelap dan terlihat tubuhnya kali ini memang benar-benar kuat seperti layaknya kayu.

"Ahhh Makhluk ini tak ada selesainya" Gumamnya kesal

"Kali ini tampak tidak menipu"lanjutnya

"Ku coba saja"batinnya.

"Tinju Naga Besi"

Duarrrrrr

Tinju Han Zhie beradu dengan Kepala Singa kayu itu. Tangannya bergetar, jari-jarinya mengeluarkan darah. Tubuhnya terpental.

Singa kayu itu masih mencoba menyerang, berlari ke arahnya. Tanpa banyak bicara Han Zhie berlari dari Singa Itu yang benar-benar Kuat seperti Kayu sesuai dengan bentuk tubuhnya yang terbuat dari kayu.

Han Zhie terus berlari dan berlari mengingat rasa sakit di lengan yang Dia rasakan saat menghantam Singa Kayu itu, Dia tak mau mati konyol pikirnya.

Dia juga terus melatih teknik pernafasan darat.Teknik tersebut terbilang ampuh seperti ilmu meringankan tubuh. Akan tetapi, teknik itu lebih baik dari ilmu meringankan tubuh.

Teknik pernafasan itu tidak memerlukan tenaga dalam untuk membuat tubuh terasa ringan dan tidak mudah mengalami kelelahan fisik, berbeda dengan ilmu meringankan tubuh yang memerlukan tenaga dalam.

Percaya ataupun tidak Teknik yang Han Zhie pelajari di tengah keputusasaannya nyatanya terbukti ampuh menyelamatkan Dirinya dari kejaran Singa kayu tersebut.

Diapun begitu takjub akan hasil dari Teknik yang baru saja Dia pelajari dan masih di level yang rendah itu.

Perlahan Dia mulai yakin dengan Kitab-kitab yang telah Dia hafal memang benar merupakan Ilmu-ilmu tingkat tinggi dan mungkin Legendaris, meskipun Kitab-kitab itu bernama sangat aneh dan tidak dapat masuk di akalnya. Bahkan, mungkin Para Kultivatorpun akan merasakan hal yang sama seperti dirinya jika tahu Kitab-kitab itu.

Dia mulai bertekad untuk berlatih Teknik dan jurus-jurus dari Kitab-kitab tersebut.

Dua hari berlalu, luka di tangannya mulai pulih. Dengan herbal yang Dia petik tatkala berlari, lukanya lebih cepat pulih seperti sedia kala. Tatkala Dia lapar, Dia menggapai buah-buahan yang melimpah ruah di Dunia itu dan memakannya sambil tetap berlari.

Dia masih mengandalkan jurusnya Tinju Naga Besi untuk mengalahkan Singa kayu itu sambil terus memikirkan cara meningkatkan kekuatan tinjunya.

Han Zhie menemukan sebuah cara. Dia mulai memilih pohon-pohon kecil dan tidak keras yang Dia lewati kemudian menghantamnya.

Beberapa hari kemudian tinjunya mampu merobohkan pohon-pohon kecil yang Dia lewati. Ratusan pohon hancur oleh Tinju Naga Besinya.

Dari pohon yang kecil, Dia beralih menghantam pohon yang lebih kuat dari sebelumnya, begitu seterusnya Dia melatih kekuatan Tinjunya.

Darah segar terus mengalir dari jari jemarinya tapi Dia tak peduli. Sesekali Dia berhenti menghantam setengah atau satu hari setelah membalut lukanya dengan tanaman dan dedaunan herbal.

Belum begitu pulih lukanya Dia sudah Menghantam Pepohonan lagi dan lagi sampai rasa sakit di lengannya merupakan suatu hal yang biasa seolah lengannya sudah tak merasakan apa itu sakit.

Karena sudah merasa cukup mampu menghancurkan Singa Kayu itu, Dia berhenti dari pelariannya dan mulai mengadu Tinjunya dengan Kepala Singa kayu itu.

"Tinju Naga Besi"

Duarrrr

Dia dan Singa itu sama-sama terpental ke belakang.

Baru saja Singa itu bangkit dan hendak menyerang, Han Zhie sudah terlebih dahulu melesat ke arahnya.

"Tinju Naga Besi"

Duarrrr

Sekarang Singa itu yang terpental ke belakang.

Han Zhiepun tak tinggal diam. Dia melesat kembali ke arah Singa yang sudah terpojok dan menghantamnya lagi.

"Tinju Naga Besi"

Duarrrr

Setelah tiga kali menghantam, barulah Singa kayu itu hancur menjadi beberapa bagian dan seketika bagian-bagian tubuh kayunya menghilang.

Han Zhie menghela nafas panjang kemudian menjatuhkan dirinya ke tanah, berbaring meregangkang otot-ototnya yang kaku setelah sepuluh hari sepuluh malam bergerak tanpa henti menghindari kejaran Singa kayu.

Rasa kantuk yang amat sangat membuatnya tertidur tiga hari lamanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!