NovelToon NovelToon

Polisi Cantik

HARI PERTAMA MANILA

Padatnya kota New york memang sudah tidak di ragukan adanya. Semua orang terlihat berdesak desakan dalam dalam mengejar waktunya mengisi kegiatan mereka.

Begitu juga dengan Manila gadis cantik yang tentunya masih Virgin dan berstatus sebagai seorang gadis lajang yang berprofesi sebagi officer police.

Pagi itu Manila terlihat terburu buru, karena memang pada hari itu Manila telah di pindah tugaskan dan di jadwalkan akan mulai bertugas ke esokan harinya.

Turun dari sebuah Bus, Manila masih terlihat asing, karena pada dasarnya Manila bukanlah asli penduduk dari kota tersebut.

"Harus kemana lagi aku?" tanya Manila dengan tangan memegang sebuah alamat.

Manila tidak menyadari, bahwa sedari tadi ada seseorang yang telah mengincar barang berharganya.

Dengan tenang sang perampok melangkah menghampiri Manila yang masih terlihat sibuk melihat alamat jelas pada kertas yang di bawanya.

Buggh ....

seseorang telah berhasil mengambil tas manila dan berlari dengan cepat. Manila kaget dan langsung mengejar pencuri tersebut di sela ramainya pejalan kaki.

"Hei, mau kemana kau. Kembalikan tas miliku." Manila terus mengejar pencuri tersebut hingga ke masuk ke dalam gang yang begitu sepi dari keramaian.

Pencuri tersebut kini berhenti di ujung gang yang memang sudah mentok dan menunggu kedatangan Manila.

Baru saja Manila akan merebut tasnya. Tiba tiba saja pencuri tersebut menyerang Manila dengan pisau yang di bawanya.

Beruntung Manila bisa dengan cepat menghindari serangan tersebut.

Sedikit pun tak terlihat rasa takut di wajah Manila, karena selama ini dia sudah kerap menemui kejahatan seperti ini.

"Ayo, majulah." tantang Manila pada orang yang telah mencuri tasnya.

"Sombong sekali kau anak muda." jawab si pencuri seraya langsung menyerang Manila dengan besatan pisaunya.

Aku harus tetap waspada, lengah sedikit aku bisa saja tewas tertusuk pisau belati tersebut.

Manila berhasil menghindar dan kini keadaan telah berbalik, Si pencuri kini telah babak belur di hajar Manila dengan jurus Muay thainya.

Setelah di rasa aman dan terkendali, Kini Manila melangkah kembali mengambil tas yang telah di ambil pencuri tersebut.

"Syukurlah, ternyata tak ada satu pun yang hilang." Manila mengecek isi dalam tasnya.

"Coverku!." Manila teringat dengan Cover bawaanya yang tertinggal ketika dia mengejar pencuri.

"Hei, mau kemana kau!" si pencuri kini telah bangkit dan duduk dengan tangan yang sudah memegang pistol yang di arahkan pada Manila.

Manila berbalik kaget dan kini terlihat takut setelah melihat si pencuri sudah siap menarik pelatuk pistolnya.

Tubuh manila bergetar, dan wajahnya kini di penuhi dengan keringat.

Manila kini terlihat pasrah dan memejamkan matanya. Dirinya sudah berpikir mungkin ini adalah hari terakhir dirinya di dunia.

Namun, sudah 5 menit berlalu. Suara pistol itu tak kunjung terdengar juga di telinga Manila. Dan membuat Manila memutuskan untuk segera membuka matanya kembali.

Manila kaget setengah mati setelah tahu si pencuri tersebut telah ambruk dengan wajah hangus seperti telah di bakar.

Tak hanya itu, Manila juga di kagetkan dengan tas Covernya yang kini telah kembali berada di sampingnya.

Sepertinya ada seseorang yang telah membantuku.

Manila mengalihkan pandanganya ke segala arah mencari seseorang yang telah membantunya, namun nihil dirinya tak menemukan sesuatu yang di curigainya.

"Lebih baik aku segera mencari alamat ini." Manila melangkah dan melanjutkan kembali perjalananya.

**HAI ... semoga kalian suka ya dengan karyaku yang baru ini.

Disini Author ingin belajar menuangkan sebuah kisah drama percintaan yang bercampur aura kekuatan supranatural pastinya.

Jadi jangan lupa klik favourit dan kasih Likenya**.

INTRO

Selepas dari hal yang kurang menyenangkan itu, kini Manila melangkah kembali menuju alamat yang tertera pada sebuah kertas yang sedang ia pegang.

Malu bertanya sesat di jalan, Manila pun tak ragu dan kerap sekali menanyakan tentang alamat tempat yang sedang ia cari.

"Sepertinya tempat ini sudah dekat." gumam Manila dengan pandangan menuju sebuah apartemen kecil depanya.

Manila pun kini melangkah kembali membawa tas dan Covernya menuju sebuah toko yang berada bersebelahan dengan apartemen yang ia yakini itulah tempatnya.

"Permisi, tuan. Maaf, apakah benar apartemen ini milik tuan Burke?" tanya Manila pada seorang lelaki yang usianya hampir setara dengan Pamanya.

Orang tersebut menghentikan menghitung barangnya dan kini memandang ke arah Manila.

"Benar sekali, dan kebetulan sayalah orangnya yang bernama Burke." jawab lelaki tersebut.

Manila pun tersenyum cantik setelah mendengar itu.

"Tuan, saya sedang mencari sebuah apartemen untuk saya tinggal. Apakah masih ada tempat yang masih kosong?" tanya lagi Manila.

Burke sesaat memperhatikan Manila dari ujung kaki sampai kepalanya.

"Ada, tapi apa kau mampu untuk biaya perbulanya?" jawab Burke yang membuat Manila sedikit mengerutkan dahinya.

"Aku pasti mampu Tuan. Kalau boleh tahu, berapa tarif perbulanya Tuan?" tanya Manila.

"1000$, dan apabila kau ingin mengambil pertahun pun tak apa." jelas Burke.

Tanpa pikir panjang lagi, Manila langsung mengangguk dan menyanggupi dengan biaya apartemen tersebut.

"Baiklah, Ikutlah denganku." ucap Burke, seraya menyuruh karyawanya untuk menjaga toko sebentar.

Manila kini melangkah mengikuti Burke dari belakang, dan pada akhirnya sampailah mereka di sebuah ruangan apartemen yang akan di tempati Manila.

"Masuklah, kau bisa mengeceknya terlebih dahulu." ucap Burke yang di angguki Manila.

Di dalam ruangan tersebut Manila mengedarkan pandanganya ke segala arah.

"Tempatnya bagus, dan saya sangat suka." ucap Manila sambil tersenyum.

"Jika kau merasa cocok, segeralah kau beri aku untuk pembayaran pertamanya." pinta Burke yang tak pernah berbasa basi.

Manila mengangguk dan terlihat mengeluarkan Dompet dari dalam tasnya.

Manila mengeluarkan isi dompet dan menghitung uangnya di depan Burke.

"Ini, Tuan untuk pembayaran pertamanya." Manila menyerahkan 1000$ pada Burke.

Burke menerimanya dan kini kembali menghitung uang tersebut.

Setelah selesai dalam menghitungnya, Burke merasa tak tega. Karena tadi dirinya tak sengaja melihat isi dompet Manila yang sudah kosong.

"Ambil dan gunakanlah uang ini." Burke mengembalikan separuh dari uang yang di berikan Manila padanya.

"Tapi ...?" Manila bingung tak berkata.

"Sudahlah, anggap saja ini kemurahan dariku." ucap Burke dan Manila pun kini tersenyum dan tak ragu lagi menerima uangnya.

"Terima kasih, Tuan Burke." jawab Manila seraya langsung mencium punggung tangan Burke.

"Kalau boleh tahu, memangnya kau bekerja dimana?" tanya Burke pada Manila.

"Profesi pekerjaan saya, adalah seorang polisi." jawab Manila yang membuat Burke kaget.

"Apa aku tidak salah dengar, Wanita cantik sepertimu harusnya menjadi seorang model." ucap Burke yang di balas tawa yang renyah oleh Manila.

"Sudah menjadi cita cita saya semenjak kecil, Tuan." jawab Manila dan Burke mengangguk paham.

"Baiklah, aku harus kembali ke toko. Kalau ada apa apa, kau bisa menghubungi atau mencariku di toko." ucap Burke, seraya kini pergi melangkah meninggalkan Manila.

Tak berselang lama setelah Burke pergi, Kini Manila terlihat sibuk membereskan ruangan apartemen yang akan di tempatinya itu.

m

Visual untuk Manila shaw si polisi Cantik

Visual untuk Daniel Lee.

Visual untul Michael Donovan.

SUASANA BARU

Ke esokan harinya, Manila terlihat sedikit sibuk. Semua itu terlihat dari mulai ia bangun tidur hingga selesai dalam menggunakan pakaian atau seragam barunya.

"Cakep ...," Manila tersenyum memuji dirinya sendiri di depan cermin.

Manila sekilas memandang jam dinding yang terpajang di dinding kamarnya. Dan ia pun langsung mengambil jaket dan menggunakanya.

Di depan pintu keluar apartemenya, sejenak Manila memejamkan matanya dengan saling mengenggam.

Semoga hari pertamaku bertugas di kota akan selalu lancar dan tak menemui hambatan.

Manila membuka matanya kembali dan bersiap membuka pintu dan berangkat menuju kantor kepolisian pusat.

Di lobi apartemen. Manila tak sengaja bertemu dengan Burke yang sedang bersiap mengantarkan anaknya kuliah.

"Hei, Manila." panggil Burke di dalam mobilnya dan Manila pun menghentikan langkahnya.

"I ya, Pak Burke." jawab Manila dengan senyum khasnya.

"Ikutlah sekalian bersama kami." ajak Burke dan putrinya pun mengangguk tersenyum.

"Terima kasih Pak Burke, mungkin saya naik bus saja." ucap Manila yang merasa tidak enak.

"Ayo Kakak cantik, tak baik menolak ajakan Papaku." ucap putri Burke yang duduk di sebelah Burke.

Dan kini Manila pun mengangguk dan membalas ajakan Burke dan putrinya dengan tersenyum.

"Baiklah kalau begitu." Manila membuka pintu belakang mobil dan memasukinya.

Setelah mereka bertiga siap, kini Burke mulai menginjak pedal gasnya dan melangkah meninggalkan apartemenya.

"Hei Kakak cantik, apa benar kata Papaku kakak adalah seorang polisi?" tanya Cintya putri Burke.

"Iya, betul sekali." Manila mengangguk mantap.

Cintya memperhatikan wajah Manila yang begitu cantik dan berkulit putih itu.

"Apa kakak tak ingin menjadi seorang bintang film atau supermodel?" tanya lagi Cintya.

Manila tertawa lepas mendengar pertanyaan yang kerap di lemparkan padanya itu.

"Entahlah, Kakak lebih tertarik menjadi seorang polisi daripada top super model atau yang lainya." jelas Manila dan Cintya pun mengangguk paham.

Keadaan pagi yang tidak begitu macet, membuat Burke berkendara dengan nyaman. Hingga tak terasa Manila pun kini telah sampai di depan kantor kepolisianya yang baru.

"Terima kasih atas tumpanganya Pak Burke." ucap Manila dengan sedikit membungkukan badanya.

"I ya, sama sama. Baiklah, kalau begitu. Sampai jumpa lagi Manila." jawab Burke yang kini melajukan kembali mobilnya di jalan raya.

Kantor kepolisian yang sangat besar dan megah. Manila tak pernah membayangkan dirinya akan mendapatkan panggilan untuk bertugas disini.

"Selamat pagi, Nona cantik." sapa penjaga gerbang kepolisian.

"Pagi juga, Pak. Apa benar ini kantor kepolisian Racoon city police department?" tanya Manila untuk memastikanya.

Penjaga gerbang tersebut mengangguk dan mengiyakan jawabanya.

"Apa anda datang untuk melapor?" tanya si penjaga tersebut.

Manila tertawa manis dan giginya yang rata dan putih menghiasi kecantikanya.

"Saya datang kesini, karena memang saya bertugas disini." jelas Manila.

Namun rupanya si penjaga masih belum yakin bahwa Manila adalah salah seorang polisi yang bertugas di sini.

"Ah, yang benar nona." si penjaga tersebut menyangsikan penjelasan Manila yang singkat.

Manila menghela nafas dan menghembuskanya dengan kasar di sertai wajah yang kini terlihat cemberut.

Manila kini melepas jaket, dan si penjaga tersebut tertawa malu pada dirinya sendiri.

"Baiklah, Nona. silahkan anda masuk." penjaga tersebut mempersilahkan Manila.

Lepas itu, Manila kini terlihat terus melangkah menuju gedung kepolisian. Matanya tak henti melihat keadaan sekeliling kantor kepolisian yang sangat indah karena arsitektur taman yang asri dan tak membosankan hati.

Manila terus melangkah dengan pandangan meleng tak fokus ke depan.

Bugh ...

Manila menabrak dadang bidang Lee, yang sedari tadi sudah memperhatikan Manila dari kejauhan.

Manila segera mundur dan merasa malu dengan dirinya.

"Saya minta maaf." Manila membungkuk di depan Lee, dan membuat Lee tersenyum.

"Lain kali, berhati hatilah dalam berjalan." ucap Lee seraya pergi melangkah meninggalkan Manila.

Manila sejenak memperhatikan Lee yang melangkah meninggalkanya dan kini bersiap untuk masuk ke dalam gedung kepolisianya.

Di dalam kantor kepolisian, tempat yang ia tuju pertama kali adalah bagian informasi. Karena disitu dia bisa tahu dimana Letnan Bryan Storm berada.

Setelah mendapatkan informasinya, Kini Manila melangkah lagi menuju tempat Letnan Bryan storm bertugas.

"Ini tempatnya." gumam Manila di depan pintu ruangan Bryan storm.

Tok ... Tok... Tok...

Manila mengetuk ruangan Bryan storm. Dan tak berselang lama Letnan Bryan pun mempersilahkan Manila agar segera memasuki ruanganya.

"Selamat pagi, Pak." sapa Manila yang baru pertama kali bertemu.

"Selamat pagi juga, silahkan duduk." jawab Bryan strom.

Setelah duduk, kini Letnan Bryan terlihat mengecek berkas biodata Manila shaw dalam laporan data yang di terimanya.

"Apa kau yang bernama Manila shaw?" tanya Bryan.

"Betul, Pak." Manila mengangguk.

Dan kini Bryan kembali membaca riwayat sepak terjang Manila di kota tempat asal Manila.

"Prestasimu .... bagus. Dan aku berharap kau bisa lebih bekerja keras disini." ucap Bryan pada Manila.

"Siap, Pak." jawab Manila.

Letnan Bryan berdiri dari duduk dan merapikan penampilanya.

"Bangunlah, dan ikut denganku." ajak Bryan pada Manila.

Manila bangkit dan mengikuti Bryan dari belakang.

"Setiap hari jam 08:00 pagi, setiap police officer harus mengikuti apel atau meeting bersama di lapangan." Bryan memberitahu Manila.

"I ya, Pak." Manila mengangguk.

Di lapangan, sudah terlihat beberapa petugas kepolisan yang berdiri dan menunggu kedatangan letnan Bryan.

"Siapa dia?" gumam Michael Donovan yang melihat Manila melangkah mengikuti Bryan.

Di depan para petugas kepolisian, Letnan Bryan memberitahukan dan sekaligus memperkenalkan Manila pada bawahanya.

"Ouwh, jadi wanita cantik itu baru bertugas disini." gumam Michael yang sedari tadi terpukau melihat kecantikan Manila.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!