NovelToon NovelToon

DUREN ANTIG VS JANDA ANTIG

PENGENALAN TOKOH

Putri Kharisma Anggara. Menikah dengan seorang perwira bernama belakang Permana. Namun sayangnya, di usia pernikahannya yang ke sepuluh tahun, sang suami, Erik Alfan Permana harus menghembuskan nafas terakhirnya saat menjalankan misi. Gelar janda dengan dua putra dan satu putri kini disandangnya. Janda Antig, janda tiga anak. Menjadi janda dengan tiga anak membuatnya menjadi wanita yang kuat. Meskipun sikap lemah lembut tetap menjadi dominan Risma sebagai seorang ibu, namun sikap tegas dan teguh pendirian tetap tidak hilang dari diri Risma. Menjadi ibu juga ayah bagi ketiga anaknya, menjadikan karakter Risma sulit untuk diintimidasi.

Mendiang kakaknya Risma, Mariana Anggara mempunyai seorang sahabat bernama Wiliam Herlambang. Laki-laki tampan setengah bule yang mempunyai kedudukan tinggi, namun tetap sederhana. Wiliam juga ahli dalam dunia IT. Dia menjadi hacker terhebat dalam dunia cyber. Karena pesan dari mendiang Ria untuk menjaga adiknya, Risma, akhirnya Wiliam menjaga Risma dengan menjadi sahabatnya yang siap sedia membantunya kapanpun dibutuhkan. Risma dan Wiliam, sahabat rasa kakak adik.

Di lain tempat, seorang pria yang statusnya juga duda. Duren Antig. Duda keren anak tiga. Reyhan Kusumo. Seorang CEO di perusahaan Diamon’s Kusumo. Perusahaan perhiasaan terbesar di Asia dan menjadi perusahaan terbesar ke lima dunia. Namun sayangnya, kejayaan perusahaan tidak sejalan dengan kejayaan kehidupannya. Di usia yang terbilang tidak muda dan tidak tua, atau dalam kategori matang, sudah harus menjabat gelas seorang Duren Antig. Ditinggalkan wanita yang dia cintai saat melahirkan putra ketiganya, Arseno Putra Kusumo. Kepergian istrinya untuk selama-lamanya membuat Reyhan menjadi pribadi yang dingin diluar namun hangat di dalam. Bahkan menjadi konyol saat sedang bersama sahabat dan keluarganya. Selama manjadi duda, Reyhan tidak pernah lagi mau berurusan dengan yang namanya wanita. Kebanyakan dari mereka hanya penjilat saja. Baik pada putra dan putrinya didepannya dan acuh tak acuh saat dia meninggalkannya. Reyhan ingin memberi kasih sayang seorang ibu pada ketiga anaknya terutama Seno, si bungsi yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari ibu. Namun sayangnya, hingga kini dia belum menemukan wanita yang benar-benar tulus dalam menyayangi anak-anaknya.

Suatu hari dia mendapat telepon dari sahabatnya, Wiliam. Wiliam mengatakan bahwa dia memerlukan bantuan untuk menjaga sahabatnya. Kedatangan Risma yang sudah mengganti identitasnya membuat hari-hari Reyhan berbeda. Apalagi Risma juga menyandang gelar Janda Antig dan anak-anak Risma tidak jauh berbeda dari usia anak-anaknya. Dari Risma, ketiga anaknya mendapat perhatian seoarang ibu. Apalagi Risma tidak sekalipun tertarikpada Reyhan yang kebanyakan wanita rela antri untuknya. Kemandirian juga sifat keibuan Risma mampu membuat Reyhan kembali membuka hatinya. Namun dia harus berusaha lebih kerasa setelah kejadian yang menimpa Risma yang membuatnya kabur dari kota sebelumnya. Risma sudah sulit mempercayakan hatinya pada pria terlebih menjadi ayah untuk anak-anaknya.

Duda antig ketemu janda antig. Apa yang terjadi pada keduanya? Angge-angge orong, ra melok nggawe melok momong. Jika mereka berjodoh nantinya, maka akan menjadi keluarga besar. Mantan duda antig dan janda antig menjadi pasangan suami istri dengan enam anak. Belum lagi kalau mereka akan prosuksi lagi. Akan menjadi tim kesebelasan mungkin. Jadi para readers, gimana nih kira-kira tuan duda dan nyonya janda? Mau mereka disatukan atau diberikan pasangan masing-masing? Silahkan komen ya? Ditunggu lho sama bunda komentarnya.

*****

Ketemu lagi sama bunda di novel  DUREN ANTIG. Novel ini selow update seperti novel-novel sebelumnya. Bagi readers baru yang belum membaca novel bunda sebelumnya, boleh dikepoin dengan klik profil dan pilih novel yang ingin dibaca. Ada PERNIKAHAN DADAKAN, OH SUAMIKU dan TUAN MUDA NYANTRI NONA MUDA JADI

BU NYAI.

Jangan lupa untuk Like, Komentar, Vote, Beri Hadiah dan Rating bintang limanya.  Terimakasih karena sudah  bersedia mampir. Salam sayang dari bunda untuk readers semua.

*****

NEXT

*****

JANDA ANTIG 1

Risma memeluk ketiga anaknya yang masih menangisi kepergian sang ayah. Sepulang dari misi, bukan Erik yang datang, namun sebuah peti yang berisikan jasad sang suami. Erik Alfan Permana. Seorang perwira yang gugur dalam tugasnya. Sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad saat merawat jasad para sahabat yang wafat dalam perang, begitu juga dengan Erik. Darah dalam tubuh dan baju yang dia kenakan, akan menjadi saksi bahwa Erik meninggal karena membawa nama agama dan negara. Hubbul wathoni minal iman. Apa yang dilakukan Erik adalah wujud dari cinta tanah air dan itu merupakan sebagaian dari iman.

“Bund, kita puyang” ajak Rama, si bungsu yang baru serusia tiga tahun.

“Kita tunggu sebentar sayang.  Kata pak ustadz, jika masih ada anak dan istri di makam, malaikat akan bertanya dengan pelan. Bunda mau menemani ayah melewati pertanyaan dari malaikat. Boleh ya?” ucap Risma dengan lembut dan mengusap lembut rambut putranya. Rama mengangguk dan kedua kakak kembarnya hanya menangis dengan berpelukan.

Risma menangis dalam diam dan memcegah air matanya sampai jatuh karena tidak ingin menambah beban suainya di alam barzah.

“Jangan sampai menetes air matanya ya sayang” ujar Risma pada kedua anak kembarnya. Rama belum mengetahui tentang kematian. Namun ingatan saat sang ayah berada di dalam peti tidak bisa hilang darinya.

“Bunda, ayah pasti bahagiakan di sana?” tanya Rendi, si sulung dengan sesunggukan.

“Insya Allah. Ayah meninggal dalam keadaan syahid. Jaminannya adalah surga. Apalagi punya tiga anak yang shaleh dan shalehah, insya Allah kuburanya menjadi terang karena do’a kita semua” meskipun dalam keadaan berduka, Risma tetap memberi pengertian yang bisa diterima oleh anak-anaknya.

“Bund, Yama mau temani ayah. Kacihan ayah cendili di cana” ucap Rama membuat Risma tak mampu membendung air matanya lagi.

“Rama temani ayah dengan do’a ya nak. Doa Rama, Kakak dan Abang juga do;a bunda insya Allah akan menjadi teman buat ayah”

“Kalau begitu, Yama mau do’ain ayah tiap hali bial do’a Yama temani ayah di cana”

Risma merengkuh ketiga anaknya dalam dekapannya. Berat, itulah yang dia rasakan.

“Sekarang kita bisa pulang. Insya Allah ayah sudah melewati semua pertanyaan malaikat dan bisa menjawabnya. Tidak boleh menangisi ayah lagi. Kita harus ikhlas dan selalu mendo’akan ayah. Oke”

“Oke bunda” jawab ketiganya dengan lesu.

Meskipun Risma meminta anak-anaknya untuk tidak menangis lagi, namun justru Risma sendiri yang belum mampu menyudahi tangisannya. Sepuluh tahun bersama dalam biduk rumah tangga, belum lagi saat mereka menjalin hubungan sebelum akhirnya memutuskan menikah tentu tidak mudah. Kenangan demi kenangan terngiang di setiap sudut rumah. Sesak dadanya ketika mengenang kebersamaan dengan suaminya.

“Aku sudah ikhlas dengan kepergianmu mas, namun kenangan ini, hati ini, pasti akan selalu rindu padamu. Aku mencintaimu. Jika nanti aku menikah lagi, bukan berarti aku melupakanmu. Kamu tetap ada dalam hatiku. Tetap tersimpanrapat di tempat yang paling dalam. Aku mungkin akan menerima seseorang suatu hari nanti. Tapi orang itu harus bisa bersanding denganmu di hatiku. Bukan berniat menggantikan atau menggesernya dari hatiku” ucap Risma sambil mengusap foto Erik yang mengenakan seragam kebesarannya. Saat ini, dia masih setia berada dalam kamar kenangannya.

“Bunda” panggil Riana mengintip dari balik pintu. Hanya kepalanya yang terlihat.

“Sayang, masuklah” perintah Risma dengan suara serak.

“Bunda masih menangisi ayah? Riana kangen sama ayah. Riana ingin ayah” rengek bocah usia tujuh tahun itu. Tangisnya membuat  Risma tak tahu harus bagaimana. Saat ini hatinya benar-benar kacau.

“Ris” panggil seorang pria dari pintu.

“Kak, masuklah”

“Kamu baik-baik saja?” tanya Wiliam. Ya, pria itu adalah Wiliam.

“Aku mencoba baik-baik saja” jawab Risma serak sambil memeluk Riana. Hanya itu yang bisa Risma lakukan. Jujur kata-kata menenangkan yang biasa keluar dari mulut Risma menguap entah ke mana. Apa yang ingin dia ucapkan tidak sejalan dengan hatinya. Hal itu yang membuatnya sulit untuk mengucapkan sepatah dua patah yang

bisa menenangkan Riana.

“Apa rencana kamu selanjutnya?” tanya Wiliam.

“Aku mau pergi dari sini. Setidaknya menunggu sampai empat puluh harinya Mas Erik” jawab Risma lesu.

“Anak-anak?”

“Tentu mereka ikut. Aku akan mengurus surat pindah untuk si kembar. Kak Wil bisa bantu?”

“Aku bisa mengurus semua itu untukmu. Kurang seminggu, kamu kabari akau. Aku akan datang untuk mengurusnya untukmu”

“Tidak perlu seperti itu kak”

“Tidak ada penolakan Ris. Aku akan mengatur semuanya untukmu. Kamu adalah adik dari sahabatku. Apalagi Ria sudah menitipkanya padaku sampai nanti ada penggantinya Erik”

“Jangan bahas itu dulu kak” tegas Risma.

“Baiklah, maaf”

“Hem”

“Setelah tujuh harian almarhum, kakak akan kembali ke kota. Akan ke sini nanti saat empat puluh harian. Kamu terima beres soal kepergianmu. Lalu bagaimana dengan rumah ini?”

Riana sudah tidur dalam dekapan Risma. Mungkin gadis kecil itu kelelahan menangisi ayahnya.

“Aku ingin tetap seperti ini. Biar anak-anak nanti yang menentukan mau diapakan rumah ini. Aku tidak ingin menjualnya”

“Baiklah. Aku akan menyewa orang untuk membersihkan rumah paling tidak seminggu sekali. Jika kalian rindu ingin nostalgia, kalian bisa datang sewaktu-waktu”

“Terimakasih kak. Tanpa kak Wil, entah apa jadinya aku. Mas Erik pasti tenang di sana karena ada kak Wiliam di sisi kami. Kami sayang kak Wil”

“Kakak juga sayang pada kalian. Kalian adalah keluarga kakak setelah keluarga kandung. Apalagi Erik sudah banyak mengajariku bela diri”

“Sedih boleh, tapi jangan berlarut. Tiga anakmu butuh perhatianmu. Kalau kamu sendiri tidak semangat, bagaimana kamu akan menyemangati anak-anakmu?” tambah Wiliam mencoba memberi suntikan semangat pada Risma, jaru antig. Janda baru anak tiga.

“Kakak benar. Aku harus semangat, tidak boleh lemah” tekad Risma. Wiliam tersenyum. Sejatinya Risma adalah wanita yang kuat dan tidak mudah baper. Mudah bagi Risma untuk segera bangkit dari keterpurukan. Wiliam sangat tahu watak sahabat sekaligus adiknya. Keras kepala dan sulit melupakan kesalahan orang-orang sekitarnya walaupun di mulut sudah memaafkan. Prinsipnya adalah memaafkan bukan berarti melupakan. Memaafkan bukan berarti mau kembali terlebih kembali terluka. Jadi, jika berhubungan dengan Risma, jangan berharap untuk mendapat kesempatan lebih dari satu kali. Dia tidak sesabar itu untuk membiarkan dirinya terlebih anak-anaknya dalam lubang kesengsaraan ataupun penderitaan dalam waktu yang lama. Dengan segala upaya, Risma akan membuat dirinya dan anak-anaknya keluar dari zona merah versi Risma.

“Bibi Ani, salah satu pelayan di rumah besar, aku ajak kemari untuk menemanimu selama aku kembali ke kota. Akan pergi bersama dengan kita nanti setelah empat puluh hari Erik selesai. Kamu tidak keberatan?” tanya Wiliam hati-hati.

“Tidak kak. Teimakasih karena memikirkan semuanya untuk kami” Risma meletakkan Riana di ranjang dan dia keluar bersama Wiliam. Para tetangga sudah ribut di dapur membahas apa yang akan dimasak untuk malam ini. Do’a untuk hari pertama kepergian almarhum.

“Nah, mbak Risma, apa yang akan kita sajikan malam ini?” tanya salah satu tetangganya.

“Emm, adanya apa bu?” tanya Risma lagi. Sudah menjadi rahasia  umum bahwa Risma sangat jago dalam urusan

dapur.

“Ada tempe, tahu juga tapi lebih banyak tempenya. Terus ada telur, kelapa, mie, gula kopi, teh” jawab ibu itu yang menerima sumbangan duka dari para tetangga dan orang sekitarnya.

“Kalau begitu, kita masak yang simpel aja ya bu. Kita masak lodeh tahu dan tempe ditambah dengan telur. Telurnya direbus dulu, lalu dikupas dan digoreng. Kelapanya diparut untuk santan. Bisa kan bu?” tanya Risma dan diangguki oleh para ibu-ibu.

“Baiklah. ibu-ibu atur sendiri ya? Saya mau lihat Randi dan Rama dulu. Dari tadi belum melihatnya” pamit Risma. Biarlah urusan dapur menjadi urusan ibu-ibu itu. Yang penting semua bahan sudah ada.

“Bu, apa uangnya ada untuk keperluan bumbu dapur yang belum ada?” tanya Risma sebelum melangkah pergi.

“Uang dari melayat masih cukup nak Risma. Nanti kalau kurang kita akan cari nak Risma” jawab bu RT mewakili ibu-ibu lainnya.

“Terimakasih bu. Maaf kalau merepotkan ibu-ibu semua. Saya permisi”

“Sama-sama”

Risma benar-benar pergi meninggalkan dapur setelah melerai keributan yang dibuat ibu-ibu tersebut. Risma membuka kamar putranya Randi dan Rama. Ternyata mereka berdua juga tidur. Terlihat kalau keduanya habis menangis sebelum tidur. Dengan sayang, Risma membelai keduanya lalu mengecup  kening masing-masing.

Begitulah kehidupan, tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Manusia hanya mampu menjalankan skenario yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Menyiapkan mental dan hati jika keputusan ataupun takdir dari Tuhan tidak sesuai apa yang kita mau.

*****

Ketemu lagi sama bunda di novel DUREN ANTIG. Novel ini selow update seperti novel-novel sebelumnya. Bagi readers baru yang belum membaca novel bunda sebelumnya, boleh dikepoin dengan klik profil dan pilih novel yang ingin dibaca. Ada PERNIKAHAN DADAKAN, OH SUAMIKU dan TUAN MUDA NYANTRI NONA MUDA JADI BU NYAI.

Jangan lupa untuk Like, Komentar, Vote, Beri Hadiah dan Rating Bintang limanya.  Terimakasih karena sudah  bersedia mampir. Salam sayang dari bunda untuk readers semua.

*****

NEXT

*****

JANDA ANTIG 2

Do’a bersama terus dilakukan sampai hari ke tujuh. Di hari kedua, Risma sudah bisa membantu di dapur. Anak-anaknya sudah mulai tenang. Untuk hal anak-anak, untungnya ada Wiliam yang bisa diandalkan. Menu hari-harinya juga berbeda-beda. Mulai dari nasi sayur lodeh tahu tempe telur di hari pertama, nasi pecel dengan lauk telur dan tempe dihari kedua. Soto ayam, nasi campur, lontong sayur, ayam rica-rica dan terakhir adalah rawon. Hari ke tujuh menjadi hari paling ramai diantara hari-hari yang lain. Rekan kerja dari almarhum suaminya datang dengan membawakan banyak daging sehari sebelum acara tujuh harian. Akhirnya menu yang sudah ada berubah. Awalnya mereka akan membuat rawon untuk makan setelah do’a bersama. Dan untuk ayamnya, akan mereka masak bumbu merah sebagai pelengkap nasi dalam kotak dengan istilah berkat. Karena mendapat banyak daging dari rekan Erik, akhirnya rendang yang menjadi lauk pelengkap nasinya.

“Kita buat nasi kotak berapa mbak Risma?” tanya bu RT.

“Seratus limapuluh bu” jawab Risma karena takut kurang nantinya. Ya, nasi kotak yang awalnya hanya akan membuat seratus menjadi seratus limapuluh untuk berjaga-jaga jika nantinya rekan Erik yang datang sangatlah banyak. Jika sisa, bukan menjadi masalah. Para tetangga biasanya ada yang mau membawa doubel untuk kerabatnya yang tidak bisa hadir atau untuk mereka yang anggota keluaraganya banyak. Masih ada panti aushan di ujung desa yang siap menerima makanan dengan senang hati. Jadi, di desa tempat Risma tinggal tidak ada yang merasa bingung jika sisa makanan masih banyak saat mempunyai acara.

“Terimakasih atas kehadirannya mendo’akan almarhum. Saya minta maaf jika semasa Mas Erik hidup ada salah pada rekan-rekannya. Saya minta keikhlasan hatinya” ucap Risma saat mengantar kepergian rekan-rekan Erik.

“Tidak ada yang salah dari kapten Erik. Beliau adalah orang baik. Pemimpin dan rekan yang baik. Jujur kami sangat kehilangan beliau” jawab salah satu mewakili semuanya.

“Terimakasih. Saya juga berterimakasih atas bantuannya selama ini. Hanya Tuhan yang bisa membalas kebaikan rekan semuanya”

“Amin. Insya Allah empatpuluh harian beliau, kami usahakan untuk hadir”

Setelah basa-basi dan mengobrol ringan, mereka pulang dan menyisakan Risma sekeluarga dan Wiliam beserta bi Ani.

“Bi, besok saya akan kembali ke kota. Bibi di sini menemani mereka ya?” ucap Wiliam dan diangguki oleh Bi Ani.

“Oh ya kak Wil. Bisakah kak Wiliam mencari informasi tentang rumah keluarga Angara yang ada di kota? Kalau memungkinkan, kami ingin tinggal di sana saja” pinta Risma setelah mengingat bahwa mendiang orang tuanya pernah membeli rumah di kota.

“Kak Wil lakukan. Jangan lupa kabari kakak kalau ada apa-apa” pesan Wiliam dan mendapat jawaban dua jempol dari Risma.

*****

Acara empatpuluh harian mendiang Erik berjalan dengan lancar. Lusa Risma akan ikut Wiliam ke kota. Wiliam sudah mengaturnya dari seminggu yang lalu. Masalah rumah yang ditanyakan Risma, ternyata memang benar papa dan mama Risma membeli rumah di kota. Berdasarkan info yang Wiliam dapatkan, rumah tersebut atas masih atas nama mendiang ayahnya, Imam Anggara.

“Setelah samai kota, kita temui notaris yang dulu mengurus surat tanah rumah itu. Ada hal yang ingin disampaikan katanya” ucap Wiliam saat membantu Risma berkemas.

“Berhubungan dengan ayah?” tanya Risma sudah bisa menebak.

“Mungkin ada hubungannya dengan rumah itu”

“Dulu saat ayah membeli rumah itu, ayah bilang bahwa suatu saat nanti, rumah itu pasti dibutuhkan. Ayah juga berencana pindah ke kota agar nasibnya menjadi lebih baik. Namun sayang, sebelum ayah dan ibu pindah, kecelakaan terjadi hingga mereka meninggalkan dunia ini untuk selamanya” ucap Risma sendu.

“Semua pasti ada hikmahnya” hibur Wiliam dan mengusap pundak Risma.

“Rumah itu bahkan Ria tidak tahu. Bagaimana kamu tahu?” tanya Wiliam penasaran.

“Kak Ria tahu. Hanya saja dia tidak tahu dimana tempatnya dan tidak ingin cari tahu. Begitulah dulu kak Ria bilang” jawab Risma sesuai apa yang Ria ucapkan dulu.

“Memang agak jauh sih dari tempat kerjanya. Itu mungkin yang bikin dia malas. Dia sudah nyaman dengan tempat kosnya” tambah Wiliam dan Risma mengangguk.

“Oh ya Ris, kakak sudah menyewa jasa cleaning selama lima tahun kedepan. Mereka akan membersihkan seluruh rumah setidaknya seminggu sekali sampai dua kali. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Rumah ini akan selalu terjaga”

“Terimakasih ya kak Wil” ucap Risma terharu.

“Sekolah untuk si kembar juga dekat rumah keluarga Anggara. Kak Wil pilihkan lokasi yang bisa ditempuh hanya dengan jalan kaki dari rumah”

“Sekali lagi terimakasih ya kak Wil. Risma janji suatu saat nanti, pasti Risma akan balas semua kebaikana kakak selama ini” Risma sudah berkaca-kaca mendapat erhatian dari Wiliam.

“Jangan pikirkan. Kamu adalah sahabat sekaligus adik kakak, jadi jangan sungkan ya?” Wiliam mengacak rambut Risma.

Hari cepat berlalu dan tiba saatnya mereka meninggalkan desa yang penuh dengan kenangan baik itu manis ataupun pahit. Risma bertekad akan bangkit dan menjadi ibu sekaligus ayah untuk ketiga anaknya. Risma yang dulunya hanya seorang ibu rumah tangga harus menjadi tulang punggung nagi keluarga kecilnya.

“Aku pasti bisa” tekad Risma saat menginjakkan kaki pertamanya di kota S ini.

“Sudahlah, kamu pasti bisa. Nanti aku bantu sebisanya” ucapWiliam.

“Jangan kak. Aku ingin mandiri. Janji nanti jika aku butuh bantuan, aku akan menghubungi kakak” tolak Risma dengan halus. Sudah terlalu banyak bantuan dari Wiliam untuknya. Sudah cukupdan tidak boleh terlalu bergantung padanya. Mungkin suatu hari nanti akan membutuhkan bantuan dari Wiliam. Itu Risma lakukan saat situasi terdesak dan tidak punya pilihan lain.

“Bunda, kita akan tinggal di sini?” tanya Riana yang berjalan menggandeng tangan bundanya.

“Iya sayang. Kakak juga akan sekolah di sini. Semoga kehidupan kita menjadi lebih baik lagi. Amin”

“Randi dan Rama, kenapa diam saja sayang?” tanya Risma melihat kedua putranya hanya diam tanpa kata sepanjang perjalanan.

“Randi  hanya lelah bunda” jawab Randi lesu.

“Yama antuk bunda”

“Ya sudah. Kalian bisa tidur di mobil. Itu mobilnya sudah datang” ucap Wiliam dan benar saja, sebuah mobil dengan kapasitas penumpang sepuluh telah berhenti tepat dihadapan mereka. Dengan langkah tergesa, Rama dan Randi langsung masuk begitu pintu dibuka oleh sopir. Mereka berdua mencari posisi paling nyaman untuk tidur. Risma dan Wiliam juga Bi Ani menggelengkan kepalanya melihat tingkah Randi.

Benar saja, belum juga perjalanan mencapai sepuluh menit, baik Randi ataupun rama sudah berpetualang ke alam mimpi. Sedangkan Riana masih dalam mode mengantuk sambil menyenderkan dirinya ke dada Risma.

“Sayang ngantuk juga? Mau tidur seperti adek dan abang?” tanya Risma dengan lembut.

“Iya bunda. Tapi maunya senderan pada bunda” rengek Riana dengan suara seraknya menahan kantuk.

“Iya. Sini tidur di baha bunda. Yang nyenyak ya sayang”

Dengan penuh kelembutan, Risma mengusap rambut Riana dan menyanyikan lagu jangan menyerah dari D’masiv dengan suara merdunya. Lagu favorit Risma kala penat menerjang. Lagu ini membuat Risma kembali bangkit dan percaya akan kekuasaan Allah. Lagu yang menjadi moodboster dari seorang Kharisma Permana.

*****

Ketemu lagi sama bunda di novel DUREN ANTIG. Novel ini selow update seperti novel-novel sebelumnya. Bagi readers baru yang belum membaca novel bunda sebelumnya, boleh dikepoin dengan klik profil dan pilih novel yang ingin dibaca. Ada PERNIKAHAN DADAKAN, OH SUAMIKU dan TUAN MUDA NYANTRI NONA MUDA JADI BU NYAI.

Jangan lupa untuk Like, Komentar, Vote, Beri Hadiah dan Rating Bintang limanya.  Terimakasih karena sudah  bersedia mampir. Salam sayang dari bunda untuk readers semua.

*****

NEXT

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!