NovelToon NovelToon

Dijodohkan Dengan Ketos Galak

eps 1

Nindy pramudita adalah gadis yang ceria, tidak pernah mengeluh namun dia adalah siswi yang selalu bermasalah dan kurang pintar dalam pelajaran, hidup Nindy tidak sebahagia kelihatannya Ibu dan Ayahnya bercerai sejak dia mulai masuk SMA

Bryan Sebastian adalah ketua OSIS yang tegas menghukum tidak pandang bulu siapapun yang salah akan mendapatkan hukuman meskipun itu orang terdekatnya, dia juga pintar dan tampan dari keluarga terpandang selalu di puja di sekolah

Desy ibu Nindy yang sangat menyayangi anaknya rela berkorban demi anaknya asalkan dia bahagia, hidup Desy tidak seberuntung wanita lain dia di cerai setelah suaminya selingkuh dan lebih memilih selingkuhannya. kini dia hidup sederhana dengan anak semata wayangnya yaitu Nindy

Tamara wanita licik yang menghalalkan segala cara demi tujuannya, dia adalah selingkuhan suami Desy yang tidak lain adalah ibu tiri Nindy. hubungan mereka tidak pernah akur karena Nindy tidak suka pada Tamara yang menghancurkan keluarganya, begitu pun dengan Tamara tidak suka pada anak tirinya yang menurutnya sangat arogan

Meira satu angkatan dengan Bryan dia ketua OSIS yang suka mengatur, tidak pernah mau di salahkan dia merasa paling cantik dan selalu benar, meira selalu mendekati Bryan meski kadang di abaikan tapi meira tidak pernah menyerah bahkan meira akan melabrak siapa pun yang berani mendekati Bryan

Hendrico teman sekelas Bryan dan Meira yang sangat Menyukai Nindy selalu mendekati Nindy yang membuatnya semakin muak, sama seperti meira dia akan menimbulkan masalah pada orang yang akan mendekati Nindy

Winaa dan Dara adalah sahabat Nindy mereka selalu ada satu sama lain saling support dan saling berbagi suka maupun duka

Wina

si lemot

Dara

si tomboi

...Di siang yang begitu terik 3orang siswi sedang berdiri menghormat ke tiang bendera dengan satu kaki terangkat dan tangan menarik kedua daun telinga...

"Ampun deh ini panas ngapa sih GK mendung aja bisa gosong nih kulit gue" keluh Wina yang sudah sempoyongan

"Gue haus banget nih, tuh OSIS masih ada ya?" sahut Dara

" Kayaknya masih liatin kita deh, ahaa gue ada ide.." ucap Nindy membisikan sesuatu ke teman temannya

Meira yang melihat mereka berbisik bisik akhirnya menghampiri mereka, karena ingin terlihat tegas oleh Bryan Meira selalu turun tangan sendiri menghadapi siswa siswi yang bermasalah.

Meira mencekal lengan Nindy lalu menariknya kebelakang,

bbrruukkkk

"Nindy" teriak dua sahabatnya

sontak membuat Bryan dan Reno teman sesama OSIS menoleh, melihat Nindy tergeletak di lapangan Bryan dan Reno berlari menghampiri

" kenapa dia" tanya Bryan

"dia di tarik kak Meira kak" jawab Dara yang kemudian di jawab dengan anggukkan oleh Wina

"GK kok, beneran aku GK tarik dia aku cuma mau negur mereka karena bisik bisik dari tadi" ucap Meira

"iya, tapi GK usah tarik tarik dong kalo terjadi apa apa sama Nindy gimana?" ucap Dara setengah teriak

" Gak usah teriak teriak dong Lo mau hukumannya gue tambahin?" Meira tak mau kalah

"udah udah kalian kok malah berantem ayo angkat kasian " ucap Reno

belum sempat mereka menyentuh Nindy tubuhnya sudah diangkat oleh Bryan dan di bawa ke UKS, Bryan membaringkan tubuh Nindy lalu memberi minyak kayu putih di kening dan hidungnya.

tidak lama sahabat nya muncul di ikuti Reno dan Meira

"Eemmhh.. gue ada dimana?" ucap Nindy perlahan membuka matanya

"Lo ada di UKS , kenapa Lo bisa pingsan" tanya Bryan

"Gue laper dari pagi belum sarapan terus panas banget gue juga kaget tiba tiba di tarik terus gue gak ingat apa apa lagi" Nindy menjawab tanpa jeda seraya memijat pelipisnya

" Yaudah sekarang kan udah ada kalian gue mau masuk kelas dulu" ucap Bryan pada Dara dan Winaa

" Iya kak makasih" jawab mereka

Setelah para OSIS keluar di ruangan kini Nindy berjoget dengan sahabatnya merayakan kemenangannya berhasil mengelabui OSIS

"Yeeesssss, gue bilang apa pasti berhasil" Nindy berbangga diri

" Iya deh iya berkat ide konyol Lo kita jadi bebas hukuman hari ini" ucap Dara

Mereka masuk ke kelas untuk lanjutkan pelajaran berikutnya.

bel istirahat pun berbunyi

" Yuk ah.. ke kantin udah waktunya istirahat nih" ajak Winaa

Nindy dan sahabatnya berada di kantin sekolah namun semua tempat duduk sudah penuh, Nindy celingukan mencari tempat duduk kosong sampai matanya tertuju pada satu meja

Nindy bermaksud untuk duduk di sana tapi baru saja melangkah sebuah kaki menyandungnya dan Nindy pun jatuh dengan makanan yang tumpah kebajunya

"Uupppsss sorry makanya kalo jalan tuh pake mata" kata Meira

"Iihh apaan sih, jahat banget deh. Lo GK apa apakan nin?" ucap Wina seraya membangunkan Nindy

"Itu pelajaran buat orang yang udah kecentilan sama my Bryan, pake acara di gendong segala lagi" ucap Meira

"Sirik aja ya nih Mak lampir kalo orang pingsan mana mungkin jalan sendiri, lagian kita juga udah niat mau angkat Nindy tapi kak Bryan yang duluan. mungkin kak Bryan juga mau pegang tubuh wanita cantik" ucap Wina lalu menjulurkan lidah

Nindy hanya terkekeh melihat 2 sahabatnya membelanya bahkan berani melawan kakak kelas

" Apa Lo hah berani ya Lo lawan gue" meira mendorong tubuh Wina nanun tidak sampai terjatuh karena di tahan oleh Nindy,

Dara yang sedari tadi hanya menonton pun tersulut emosi hingga hal tak terduga terjadi

byuuurrrrrrr

Satu mangkuk bakso dan segelas teh manis Dara tuang di kepala meira sontak membuatnya menjerit, seisi ruangan menjadi hening dengan berbagai ekspresi dari mereka yang ada disana

"Sialan berani ya Lo sama gue sini Lo" kesal Meira lalu terjadi keributan antara kubu Nindy dan kubu Meira

" Stooppppppp" suara itu menghentikan perkelahian mereka

"Brayn liat nih mereka berani guyur aku pake kuah bakso" ucap Meira pada Bryan dengan nada yang dibuat buat manja

"Dia duluan kak yang buat Nindy jatuh sampe luka kena pecahan piring" ucap Dara

"Gak kok mereka yang du...." ucapan Meira terpotong karena Bryan membentak mereka

" Lo kenapa sih gak ada habisnya buat masalah?" tanya Bryan pada Nindy membuat Meira tersenyum puas

"Bukan gue..." ucap Nindy

" Udah diem.. Lo juga, harusnya Lo jadi contoh yang baik buat adik kelas, Lo berenam ikut gue keruang BK " kini Bryan membuat senyum Meira hilang seketika

Setibanya di ruang BK orang tua mereka di panggil dan membahas kelakuan buruk mereka terutama Nindy dan temannya, setelah selesai Desy keluar tanpa bicara sepatah kata pun pada Nindy yang sekarang berada di hadapannya

" Nak tolong bimbing Nindy Ibu sudah tidak sanggup lagi" hanya kata itu yang terucap sebelum Ibunya pergi itu pun berbicara pada Bryan bukan pada Nindy

"Lo udah kenal sama nyokap gue?" tanya Nindy

" Kepo" jawaban itu yg di ucapkan Bryan lalu pergi

" Diihh manusia pada nyebelin banget sih" ucap nindy menghentak hentakkan kakinya

Tiba waktunya pulang sekolah Nindy bergegas pulang karena takut kalau pulang telat karena tadi sudah membuat Onar di sekolah

"Assalamualaikum buuuu Nindy pulang" ucap nindi

Beberapa kali nindi mengucap salam dan menggedor pintu namun tidak ada jawaban dari ibunya.

"Bu.. buka Bu, Nindy pulang" Nindy terus berteriak akhirnya dia memutuskan untuk mengintip dari balik ventilasi udara di kamar ibunya

Betapa terkejutnya Nindy melihat ibunya tergeletak di teras di bawah kasur, tak bergerak sedikit pun

"Bu.. ibu tunggu Nindi cari jalan masuk dulu" ucap Nindy panik mencari akal supaya dapat masuk

Akhirnya Nindy melihat jendela kamarnya terbuka di lantai 2, Nindy memutuskan untuk naik perlahan melalui pohon dan melompat ke balkon

" Bu.. sadar Bu Nindy panggilin dulu dokter ya" Nindy mencoba menggoyangkan tubuh sang ibu

Setelah dokter memeriksa Ibu Desy dan memberikan resep obat dokter pun pulang, tidak berselang lama Desi akhirnya siuman

" Bu.. ibu GK apa apa kan? apa yang sakit, mana yang sakit bu ?" tanya Nindy

" Tidak ada.. ini hanya sedikit pusing" jawab Desy seraya membelai wajah anaknya

"'Bu maafin Nindy ya ini semua pasti gara gara Nindy " ucap Nindy seraya tertunduk tidak lama kemudian tetes demi tetes air mata nya jatuh

"Sayang ibu GK apa apa, ibu cuma mau kamu jadi anak yang baik, anak yang penurut, yang pintar jangan seperti Ibu" Desi tersenyum lalu memeluk Nindy

Nindy menggeleng dia terus menyeka air matanya, dia merasa bersalah karena selalu menjadi beban untuk ibunya

" Gak Bu.. ibu adalah ibu terbaik bagi Nindy, maafin Nindy bu" Nindy tersedu-sedu seraya mengangkat wajahnya menatap wajah sang ibu

" Ibu mau maafin kamu tapi kamu harus janji mau mendengarkan apapun perkataan ibu, jangan membantah dan sekolah yang benar" ucap Desy mencium kening Nindy lalu memeluknya kembali

" Nindy janji Bu" Nindy mengangguk dalam pelukan ibunya

"Ya sudah sekarang mandi terus makan" Desi melepas pelukannya dan merapikan anak rambut Nindy yang menutupi wajahnya

Nindy terus memikirkan perkataan ibunya, selalu terbersit penyesalan di hatinya karena kelakuannya selalu merepotkan sang ibu

" Semoga aja gue bisa dan gak ada masalah di sekolah, gue mau berubah" tekad Nindy

Waktu menunjukkan pukul 20:00 Nindy baru saja mengerjakan PR nya, ini kali pertama setelah perceraian orang tuanya Nindy mengerjakan tugas sekolah.

"Huuhhhh.. selesai untung jari gue gak keriting banyak banget tugas besok, bodo amat mau salah kek mau bener kek yang penting gue udah ngerjain. ini awal yang baik" gumam Nindy seraya tertawa menertawakan dirinya sendiri

Di kediaman Bryan orang tuanya sedang membicarakan perjodohan, Bryan dengan malas mendengarkan percakapan kedua orang tuanya

Sebenarnya Bryan tidak ingin di jodohkan mengingat usianya masih sangat muda, Bryan merasa orang tuanya terlalu kolot karena masih mau menjodohkan anaknya

"Bun, yah.. apa ini GK kecepatan aku masih sekolah, yah?" ucap Bryan

"Memang nak tapi bunda sama ayah ingin membalas kebaikan ibunya yang sudah menyelamatkan nyawa ayah" Bunda Bryan berusaha menjelaskan pada anak semata wayangnya

"Dengar nak.. ibunya sudah baik dia tidak ingin harta, dia hanya ingin anaknya bahagia dia ingin kita menjaga anaknya, jadi bunda mohon setelah perjodohan ini kamu harus janji jaga dia, cintai dia, lagian anaknya cantik kok" lanjut bunda

" Terserah bunda saja aku ngantuk mau tidur" ucap Bryan lalu pergi ke kamarnya tanpa mendengarkan panggilan bundanya

"Bryan..... Bryan...... dasar anak jaman sekarang tidak tau sopan santun" kesal Bunda

eps 2

Pagi hari Nindy sudah siap berangkat sekolah, menyiapkan buku yang akan di bawa dan kini Nindy sedang membuatkan sarapan untuk ibunya

Dari jauh Desy menatapnya dengan senyum akhirnya anaknya mau sedikit berubah

"Rajinnya anak ibu" ucap Desy seraya mengelus pucuk kepala Nindy

" Iya dong siapa tau abis lulus sekolah dapet jodoh"Nindy menjawab dengan gelak tawa

" Kalo nikah sekarang apa kamu mau?" tanya Desy

" Ihh.. ibu apaan sih becandanya gak banget deh" Nindy menganggap ibunya hanya bergurau

" Ibu serius sayang, ibu takut gak bisa jagain kamu lagi" ucap Desy dengan raut wajah sedih

"Ibu pokoknya gak bakal kemana mana, Nindy kan masih sekolah mana bisa nikah Bu " Nindy tidak mau putus sekolah karena harus menikah muda

" Kamu sudah janji sama ibu akan menuruti semua perkataan ibu, kamu tetap sekolah hanya status kamu yang berbeda" Nindy menghentikan aktivitasnya Seraya menatap Desy

" Tapi Bu aku GK mau nikah muda, kalo jadi janda muda gimana?" ucapan Nindy membuat ibunya kembali tersenyum sambil meraih tangan Nindy

" Semua akan baik-baik saja.. dengarkan ibu, kamu hanya harus menuruti apa kata ibu" hanya itu yang di ucapkan ibunya

"Ayo kita makan" Desi menuntun tangan Nindy menuju meja makan

"Ehmmm" Nindy mencairkan suasana disela makannya

" Bu... iya deh aku mau ikutin maunya ibu asal ibu bahagia" ucap Nindy ketika melihat wajah sesih sang ibu

" Benarkah nak.. ibu senang, nanti malam kita akan mengadakan pertemuan" Desy mengangkat kepalanya, wajahnya sekarang tampak sedikit ceria

"Apaaa? secepat itu?" pekik Nindy tak percaya secepat itu ibunya menemukan jodoh untuknya

" Iya, sebenarnya ibu sudah lama merencanakannya" ucap Desy

" Terserah ibu saja aku ikut, aku mau berangkat dulu" Nindy berpamitan lalu mencium tangan ibunya

Di perjalanan Nindy mengendarai motornya sambil melamun, di persimpangan jalan Nindy tidak fokus karena memikirkan perjodohan yang di ucapkan sang ibunda

Tiba tiba ada sebuah motor besar di hadapannya dengan pengemudi yang sedang menelpon, alhasil Nindy terkejut dan membanting stir ke kiri lalu terjatuh dan kepalanya terbentur trotoar

Untung saja Nindy memakai helm hingga keningnya hanya memar dan sedikit luka di lutut dan sikunya tapi motornya rusak lumayan parah

Sementara seseorang yang menggunakan motor sport tersebut tidak sempat terjatuh karena rem mendadak, pemuda itu buru buru turun dari motornya dan menghampiri Nindy

" Lo gak apa apa, kan?" tanya Bryan

" Gak apa apa gimana lutut gue berdarah, huuaaaa" Nindy menangis merasakan perih di tubuhnya yang terluka

" Sorry, ayo gue bantu ke klinik Deket sini biar di obatin" Bryan mengulurkan tangannya

"Gue gak bisa berdi..." belum sempat Nindy menyelesaikan pembicaraannya Bryan sudah mengangkat tubuh Nindy ke atas motornya

" Motornya biar di bawa sama mas itu aja " Nindy hanya menatap Bryan belum sempat bicara Bryan sudah memotongnya

"Tenang aja itu montir di bengkel gue" lanjut Bryan menyakinkan Nindy

Akhirnya mereka ke klinik untuk mengobati luka Nindy

Di klinik Nindy meringis kesakitan saat diobati Nindy meremas tangan Bryan yang berada di sampingnya, Bryan hanya membiarkannya agar Nindy lebih rileks

Bryan melihat jam di pergelangan tangannya, sepertinya mereka akan terlambat kesekolahan.

Selesai diobati keduanya bergegas kembali menuju sekolah, karena di kejar waktu akhirnya Bryan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi

" Aaaaaaaaa.. Lo mau bunuh gue ya, pelanin gk gue takuuuuutttt" teriak Nindy tapi tidak mendapat respon dari Bryan

Sesampainya di gerbang sekolah sudah di kunci, Bryan sudah putus asa lalu naik motor kembali untuk pulang tapi di panggil oleh Nindy

"Heehh.. mau kemana? Lo GK mau masuk?" tanya Nindy

" Lo gak liat gerbangnya di kunci?" jawab Bryan

" Ikut gue kalo Lo masih mau masuk" ucap Nindy lalu Bryan mengikutinya

Ada jalan rahasia dibelakang sekolah, meskipun harus naik melalui pohon rumah warga di dekat sekolah lalu memanjat benteng

Dengan mudah Nindy melompat membuat Bryan sempat melongo, dengan luka tadi saat terjatuh dia begitu manja dan cengeng tapi melompati benteng dia gagah bak seorang laki laki

" Waaww ternyata Lo jago soal lompat melompat" ujar Bryan

" Lo muji apa ngejek gue sih?" Nindy menatap sinis

" Gak dua duanya itu hanya pernyataan gue, lagian melompat segitu tingginya Lo jago tapi luka dikit Lo meraung Raung kayak anak kucing kehilangan induknya" ujar Bryan membahas kelakuan Nindy tadi, kalau dia sadar dia juga bakal malu sendiri

" Nyebelin Lo, gue kira Lo cuma bisa hukum orang aja ternyata Lo juga tukang julid " ucap Nindy lalu pergi meninggalkannya

Bryan tersenyum menatap kepergian Nindy, gadis itu membuat Bryan merasakan pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan

Sialnya lagi mereka sudah susah payah memanjat namun masih terlambat, guru sudah memulai pelajaran hingga akhirnya mereka berdua di hukum dan kembali bertemu di lapangan

Nindy sudah terlebih dahulu di lapangan

Nindy berdiri menghadap tiang bendera seraya memberi hormat pada bendera, tiba tiba Nindy merasa seseorang berdiri tepat disampingnya sontak membuat Nindy menoleh

"Lo boleh tambahin hukuman gue tapi please jangan panggil nyokap ke sekolah, gue udah janji mau berubah" ujar Nindy seolah tau kedatangan Bryan akan menghukumnya

" Sok tau banget, siapa yang mau hukum Lo? orang gue juga di hukum, ini semua gara gara Lo gue jadi sial" ucap Bryan menggerutu

"Huaahaaaaahaaa.. Lo di hukum? lucu banget seorang ketos yang garang kena hukum" ledek Nindy tertawa terbahak

Tiba tiba Meira datang seperti biasa untuk memberi hukuman pada Nindy, namun Meira tidak menyadari Bryan yang berdiri di sebelah Nindy

"Seneng ya di hukum sama cowok ketawa ketawa pecicilan, kegatelan amat Lo" suara Meira di belakang membuat Nindy terdiam

" Heeeeh Lo murid baru ya" ujar Meira membuat Bryan menoleh

"Bryan" Meira terkejut bibirnya sampai menganga dengan mata yang melotot

" Gitu aja udah kayak liat setan lebay" sindir Nindy membuat Meira menatap tajam padanya

" Kalo orang kayak Lo gue gak heran lah ini my Bryan, my Hero, OMG.. " ucap Meira lagi lagi tak percaya

" Udah berisik sana pergi aja gue lagi males denger yang berisik berisik" usir Bryan

"Iihh my Hero kok gitu sih" ucap Meira seraya memeluk lengan Bryan

" Udah sana pergi ah ngapain sih entar gue malah di hukum" Bryan kembali mengusir Meira menepis tangannya yang kini memeluk lengan Bryan

Meira memberangus kesal pergi dengan menghentakkan kakinya, dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan Nindy dan Bryan

Seorang laki laki melihat Nindy tertawa lepas menertawakan Bryan, ada rasa marah di hatinya karena Bryan bisa membuat Nindy tertawa tapi dengan dirinya jangankan tertawa Nindy sering mengusirnya dan selalu memandang sinis

" Kenapa Lo bisa dekat sama orang lain sementara sama gue Lo selalu menghindar" ucapnya seraya mengepalkan tangan

Dia merencanakan sesuatu untuk Nindy yang selama ini selalu mengabaikan dan merendahkannya, dia sudah menelepon teman temannya untuk menghadang Nindy saat pulang sekolah

Setelah menyelesaikan hukumannya Nindy dan Bryan masuk ke kelas untuk pelajaran selanjutnya, Nindy biasa saja karena sudah sering kena hukuman tapi Bryan uring uringan karena tertinggal satu pelajaran

" Awas tuh anak rese tunggu gue bikin perhitungan entar pulang sekolah" ucap Bryan

Bel istirahat berbunyi Nindy dan temannya pergi ke kantin namun di sana sudah ada Meira, karena sudah berjanji pada sang ibu akhirnya Nindy takut akan terjadi sesuatu yang buruk lagi hingga Nindy membawa makanannya ke dalam kelas

Melihat Nindy dan teman temannya pergi membawa nampan Meira berteriak yang ikut si soraki oleh gengnya

"Huuuhhhhh takut ya.. Lo GK berani makan disini" ucap Meira

" Huuuuhhhhhhhhhh" sahut gengnya

"Apaan sih tuh Mak lampir pengen gue timpuk kali ya" ucap Dara hendak menghampiri Meira

" Jangan Dara please gue udah janji sama nyokap gue GK bakal bikin masalah lagi" cegah Nindy

" Oke demi lo, ayo cabut" Dara menghentikan langkahnya lalu kembali ke kelas

Mereka pun pergi ke kelas tidak ingin meladeni Meira, di kelas ternyata sudah ada Hendrico menunggu di meja Nindy

Hendrico mengetahui Nindy tidak membawa kendaraan dan akan mengajaknya pulang bersama

Dengan gaya sok cool nya Hendrico duduk di meja Nindy, menopangkan sebelah kakinya ke kaki yang lain tidak lupa dia juga menyisir-nyisir rambutnya dengan tangan membuat Nindy dan teman temannya muak

" Satu masalah kelar datang lagi masalah baru" ujar Nindy lalu duduk di kursi Dara yang berada di depan kursi Nindy

" Hai nin.. nanti pulang bareng ya kayaknya di parkiran GK ada motor Lo deh" ajak Hendrico

" GK usah gue bisa naik angkutan umum" jawab Nindy

"Ayo lah nin jangan gitu , Lo kan bisa ngirit ongkos" ujar Hendrico

" Gue mending abis duit daripada di anterin sama Lo" Dara terkekeh seraya menjulurkan lidahnya

Merasa malu dengan penolakan Nindy akhirnya Hendrico pergi, setelah jam pelajaran selesai Nindy mengemasi barangnya

Dara pulang terlebih dahulu karena di jemput orang tuanya sementara Wina pulang dengan pacarnya dan Nindy pulang terakhir

Teman sekolahnya sudah pulang sebagian tinggal anak anak yang ikut pelajaran tambahan dan olahraga, Bryan yang telah selesai rapat OSIS melihat Nindy menunggu angkutan umum di gerbang sekolah

Bryan yang berniat akan menjahili Nindy mengambil motor terlebih dahulu tapi saat kembali Nindy sudah tidak berada di tempatnya, Bryan sempat mencari Nindy namun tak menemukannya

" Kemana tuh anak pergi" Bryan melajukan motornya hendak pulang namun dari kejauhan dia melihat Nindy sedang di kelilingi motor dengan ekspresi ketakutan

Nindy hanya menutup telinganya setelah mengelilingi Nindy mereka turun menangkap Nindy

Nindy yang berontak semakin membuat mereka senang mereka mencekal kedua tangan Nindy, ada seorang yang menciumi rambut gadis itu wajahnya diraba

Nindy menangis sejadi jadinya tapi mereka membekap mulutnya, jalan yang dilalui Nindy sudah sunyi karena memang jarang dilewati

Bryan yang melihat itu bergegas menolong Nindy, pemuda yang melecehkan Nindy tidak terima dan

mereka mengeroyok Bryan

Salah seorang yang membawa senjata tajam akan menusuk Bryan tapi meleset dan mengenai tangan Bryan, dengan tangan berlumuran darah Bryan sempat melawan

Bryan yang sempat kewalahan akhirnya bisa bernafas lega setelah pemuda yang mengeroyoknya lari saat mendengar suara sirine mobil polisi

"Lo GK apa apa kan, Bryan?" tanya Reno

Ternyata yang datang adalah Reno, sirine mobil polisi berasal dari suara ponsel Reno yang ingin membantu namun takut karena jumlah mereka lebih banyak

Reno membantu Bryan berdiri

sementara Nindy tertunduk menangis sesenggukan ketakutan dan khawatir melihat lengan Bryan yang masih tertancap pisau

" Lo gak apa apa,kan?" tanya Bryan yang dijawab gelengan oleh Nindy

Reno membawa motor Bryan sementara Bryan di antar mobil reno oleh supir ke rumah sakit lalu menuju rumah Nindy

" GK apa apa pak bapak pulang saja saya nunggu jemputan disini sampaikan terimakasih saya sama Reno" ucap Bryan

'' Baik den saya permisi" supir pun pergi

Nindy masih menangis Bryan merangkul pundak nya menenangkan Nindy, Bryan mengetuk pintu rumah

Saat Desy membuka pintu betapa terkejutnya Desy melihat Nindy berantakan memakai jaket Bryan

"Kenapa ini nak? ayo masuk sayang" Desy mengajak keduanya masuk

"Jadi gini Tan " Bryan menceritakan semua termasuk Nindy yang tadi pagi jatuh dari motor

Desy menangis meratapi nasibnya anaknya dia tidak habis pikir bagaimana jika Bryan tidak lewat saat itu, mungkin Nindy akan kehilangan kehormatannya bahkan ada yang lebih buruk Nindy bisa saja kehilangan nyawanya

" Terimakasih banyak nak kamu sudah menolong Nindy" ucap Desy

"GK apa apa tan sudah sewajarnya kita saling menolong" jawab Bryan

"Ayo nak makan dulu ya sambil nunggu jemputan" ajak Desy

" Sebelumnya maaf merepotkan tante" sebenarnya Bryan merasa malu namun perutnya tak bisa bohong kalau saat ini dia sangat kelaparan

Sementara Nindy hanya menangis masih syok dengan kejadian tadi, dia merasa kotor meski aksi pemuda jahat itu di gagalkan Bryan

Desy memeluk Nindy dan berusaha menenangkannya, Bryan tidak bisa berbuat apa pun hanya melihat interaksi antara ibu dan anak meskipun hanya Desi yang bicara

"Aku mau istirahat bu'' hanya itu yang keluar dari mulut Nindy

"Baiklah nak, nanti ibu antar makanan ke kamar kamu" kata Desy

Bryan menatap iba Nindy yang berjalan gontai menaiki anak tangga, setelah makan dia berinisiatif mengantar makan ke kamar Nindy

took tookkk took

" Nindy boleh gue masuk" ucap Bryan kemudian terdengar suara Nindy membuka kunci

" Nindy makan dulu ya Lo kan belum makan, udah sekarang Lo udah aman" ucap Bryan ketika dia masuk

" Gue jijik sama diri gue sendiri gue kotor" ucap Nindy kembali menangis sesenggukan

Desy yang melihat Nindy semakin mantap untuk menjodohkannya karena dia ingin anaknya bisa di lindungi agar kejadian serupa tidak terulang lagi

" Gak Nindy.. Lo GK menjijikkan sama sekali Lo cuma korban mereka yang menjijikkan, mereka yang kotor" ucap Bryan membuat Nindy menoleh

''Gue takut mereka akan datang ganggu gue lagi" ucap Nindy

"Kita laporin polisi aja ya biar Lo tenang " ucapan Bryan membuat Nindy buru buru menggelengkan kepalanya

"Jangan gue mohon ini aib gue takut sekolah tau gue bakal malu" ucap Nindy menolak ide Bryan

" Tapi Lo bakal aman Nindy, GK ada yang ganggu Lo lagi" Bryan bersikeras agar Nindy tetap aman

" Sekali enggak tetep enggak, Lo ngerti gak sih? apa Lo mau gue di permalukan disekolah?" bentak Nindy

" Terserah Lo, Lo keras kepala" Bryan berlalu pergi tak ingin memaksa Nindy

Bryan turun menemui Desy dia berpamitan akan pulang karena supir sudah menjemputnya

"Tan aku pamit pulang ya" ujar Bryan

"Sekali lagi Tante berterima kasih sudah menolong Nindy" ucaapp Desy

"Sama sama Tan, saya pamit assalamualaikum" Bryan lalu mencium tangan Desy

" Oh iyaa nak bawa ini untuk bunda" Desy menyerahkan rantang berisi masakannya

" Makasih Tan, assalamualaikum" Bryan kembali mengucapkan salam

"Waalaikum salam" jawab desy

eps 3

Setelah Bryan pulang Desy memeriksa keadaan Nindy, sekarang Nindy sedang tidur di atas ranjangnya

Di tatapnya wajah lelah Nindy dengan mata sembab karena terus menangis, Desy mengusap lembut rambut anaknya dikecup keningnya

Desy berpikir kenapa nasib Nindy sangat tidak beruntung bagaimana Nindy kedepannya apa dia akan melupakan kejadian itu atau malah akan meratapinya seperti sekarang mengingat itu Desy menangis tersedu.

" Bu, ibu kenapa?" tanya Nindy yang baru saja bangun dari tidurnya

" GK apa apa, kamu belum makan ibu suapin ya" jawab Desy dan Nindy hanya mengangguk

" Maafin Nindy ya Bu Nindy cuma nyusahin ibu, Nindy selalu membuat Onar di sekolah mungkin ini balasan karena ulah Nindy yang selalu bikin ibu malu" ucap Nindy seraya menunduk dengan bercucuran air mata

"Gak sayang kamu anak baik, dengerin ibu kamu harus berusaha lupain ini demi ibu kamu harus hidup seperti dulu Nindy yang ceria yang selalu penuh semangat, ibu sedih kalo kamu kayak gini" ucap Desy menangkup wajah anaknya

" Nindy akan usahain Bu, ibu harus janji selalu ada buat Nindy jangan tinggalin Nindy apapun yang terjadi" ucap Nindy lalu memeluk ibunya mereka menangis sambil berpelukan

Setelah menyuapi Nindy kini Desy tidur di kamar Nindy, saat sedang terlelap tidur Desy di kejutkan dengan teriakkan Nindy

Rupanya Nindy mengigau dia terus berteriak dan menendang nendang kakinya serta tangan yang dibuat seperti sedang menangkis sesuatu

"Lepas..... lepas.... lepas.. jangaaannnn" teriak Nindy hingga terbangun

" Sayang ini minum dulu" ucap Desy memberi segelas air

" Maaf.. aku membangunkan ibu ya" ucap Nindy lirih

" Tidak ibu tadi haus, ayo tidur lagi" Desy berbohong

Matahari terbit hari sudah pagi Nindy bangun mencari ibunya, ternyata ibunya sedang memasak di dapur. Nindy menghampiri ibunya dan duduk di meja makan sambil meneguk segelas air

" Kenapa ibu GK bangunin aku?" ucap Nindy

" Ibu pikir kamu gak sekolah, kamu sudah baikan" jawab Desy

" Sekolah Bu, aku udah baikan lagian murung terus juga gak ada gunanya ya kan? semua sudah terjadi aku hanya harus hati hati kedepannya" ucap Nindy tersenyum manis

" Kamu anak hebat nak, semoga ada kebahagiaan kedepannya buat kamu" ucap Desy merangkul anaknya

Sebenarnya Nindy hanya berusaha tegar di hadapan ibunya, siapa yang bisa lupa kejadian memalukan di lecehkan banyak pria tidak di kenal membuat Nindy trauma akan pria. Tapi demi ibunya dia berusaha tegar dan berusaha melupakannya

" Aku berangkat sekolah dulu ya Bu" pamit Nindy lalu mencium tangan ibunya

" Kamu berangkat sama siapa kan motor mu di bengkel" ucap Desy membuat Nindy terdiam di ambang pintu

"Iya Bu Nindy lupa" lirih Nindy kembali masuk ke rumah karena takut naik kendaraan umum

tiiidd tiiddd tiiddd

"Siapa itu" tanya Desy seraya keluar dari rumah

"Selamat pagi Tan.. saya mau jemput Nindy" ucap Bryan di sambut senyuman oleh Desy

" Masuk dulu nak sarapan dulu" ajak Desy

"Gak usah Tan, kita langsung berangkat aja" ucap Bryan

"Ya sudah hati hati" ujar Desy

setelah Bryan dan Nindy menyalaminya

Di perjalanan tidak ada yang berbicara hening hanya suara bising kendaraan yang terdengar, Bryan melihat sekilas wajah Nindy dari pantulan kaca spion

" Lo tidur ya?" tanya Bryan mencairkan suasana

" Enggak, pertanyaan Lo aneh" ucap Nindy

" Abis Lo diem Mulu gue kira tidur, gue cuma takut iler Lo nempel di baju gue" kata Bryan

" Lo ngelucu ya? tapi GK lucu" kata Nindy seraya menjulurkan lidahnya

Bryan kembali menatap wajah Nindy dari kaca spion, wajah cantik Nindy yang biasanya selalu ceria kini terlihat menyimpan kesedihan yang berusaha ia tutupi

Bryan merasa ada perasaan aneh di hatinya entah itu perasaan kagum, suka atau apa yang jelas dia merasakan sesuatu yang susah di jelaskan

kini mereka tiba di depan gerbang sekolah

"Stop stop.... gue bilang udah sampai disini" ucap Nindy mengguncang bahu Bryan

" Emang kenapa sih? Lo GK mau sampe dalem?" tanya Bryan seraya berhenti

" Gue malu kalo ketauan berangkat sama Lo, Lo jelek" jawab Nindy menjulurkan lidahnya seraya berlari dan tertawa

Bryan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Nindy, tapi dia senang Nindy bisa tertawa berarti dia sudah tidak terpuruk seperti kemarin

Nindy berlari ke kelasnya di lorong dia melihat seseorang dengan sweater yang di pakai salah satu pria yang melecehkan nya kemarin..

Nindy mundur perlahan pria itu memandang Nindy dari kejauhan, Nindy tidak bisa melihat wajahnya karena dia pake masker dan penutup kepala. Nindy benar benar ketakutan dia terus berjalan mundur

Tiba tiba pria itu berdiri dari duduknya membuat Nindy menjerit, Bryan yang baru saja masuk terkejut di tabrak oleh Nindy yang berjalan mundur seraya berteriak

Mereka pun jatuh hingga terduduk dengan Nindy yang sedang menutupi wajahnya karena ketakutan

Sekarang dia menangis sesenggukan, Bryan memeluk Nindy dari belakang meski Nindy berontak dia terus memeluknya

Untung sekolah masih lumayan sepi dan lorong yang dilewati Nindy menuju kelasnya jarang di lewati siswa lain

"Hey hey... tenang ini gue Bryan, Lo kenapa?" ujar Bryan masih memeluk Bryan

Mendengar nama Bryan Nindy pun perlahan membuka matanya, dia yang ketakutan segera memeluk Bryan

" Tadi gue liat salah seorang bajingan pake sweater yang kemaren" ucap Nindy dengan tangis sesegukan

" Dimana? GK ada nin? apa Lo tau wajah dia kayak gimana?" ujar Bryan membuat Nindy menggelengkan kepalanya

" Kalo cuma sweater banyak nin yang sama, Lo cuma parno" lanjut Bryan

"Enggak Bryan dia kayak senyum gitu sama gue , ngawasin gue" jawab Nindy

" Udah udah... sekarang Lo tenang dulu, apa Lo mau gue anterin balik?" tanya Bryan

" GK usah Bryan gue GK mau ibu kepikiran jangan omongin masalah ini ke ibu ya" pinta Nindy dan Bryan pun mengangguk

" Bryan gue mau ke toilet anterin ya?" ucap Nindy seraya mengelap air mata dan ingusnya

" Lo yakin mau gue anterin? Lo GK takut gue apa apain?" tanya Bryan menggoda Nindy

" Udah deh Bryan gue tau Lo itu cowok baik please gue kebelet" ujar Nindy menarik tangan Bryan

Bryan pun ikut ke kamar mandi tangannya di tarik oleh Nindy, mau tidak mau Bryan pun ikut dan akhirnya berjalan mondar mandir di toilet wanita

menunggu Nindy yang berada di WC

"Nin bisa cepetan GK gue malu nih kalo sampe ada yang masuk" ucap bryan menggedor pintu

" Sabar Bryan tunggu dulu, udah kok" ucap Nindy seraya membuka kunci

Setelah selesai Nindy keluar di susul Bryan

ada seorang siswa yang berpapasan dengan mereka membuat mereka kelabakan

" Lo ngapain berdua keluar dari toilet cewek? " ucap Meira penuh selidik

"GK ngapa ngapain, tadi gue salah masuk" ucap Bryan santai

Meira melirik Nindy yang hanya nyengir kuda

sekarang Meira mengira yang bukan bukan, dia menatap Nindy dengan tatapan permusuhan

dia mengira Nindy ada hubungan dengan Bryan

" Gue duluan ya bye" ucap Nindy melambaikan tangannya lalu berlari

" Bryan jangan bilang Lo sama..." pertanyaan Meira terpotong karena Bryan menjawab nya terlebih dahulu

" Bukan urusan Lo" jawab Bryan

Meira mengepalkan tangannya dia benar-benar cemburu pada Nindy, dia menjadi kan Nindy musuh yang nyata sekarang

" Lo berani deketin Bryan, peperangan akan di mulai Nindy" ujar meira mengepalkan tangannya

Nindy kini berada di kelas dengan dua sahabatnya

dia khawatir jika Meira membicarakannya dan Bryan saat keluar dari toilet tadi, sahabatnya heran melihat Nindy yang banyak diam dan melamun lalu Winaa menyenggol lengan Nindy dengan sikunya

" Nindy woy kenapa ngelamun Mulu sih?" tanya Wina

"Tau nih entar kesambet baru tau Lo" sambung Dara

" Gak mungkin setannya takut sama gue" jawab Nindy

Jam pelajaran di mulai ruang kelas menjadi hening, siswa siswi belajar dengan khusyuk

disela sela pelajaran guru melontarkan pertanyaan pada murid muridnya

tiba saat guru bertanya pada Nindy yang sedari tadi melamun, Nindy tak bergeming saat guru bertanya padanya

" Nindy" bentak gurunya

"apa Bryan" jawab Nindy dengan nada kesal membuat seisi ruangan riuh menyoraki Nindy

Nindy masih tidak menyadari jawabannya yang membuat siswa lain riuh dia mengerutkan keningnya bingung kenapa semua orang menyorakinya

"Cieeeee.... Bryan"

" Bryan mana nih?"

" Jangan jangan kakak kelas yang ganteng itu" para siswi berargumen

" Sudah sudah anak anak, Nindy tolong fokus urusan pacarannya di kesampingkan dulu" ucap gurunya membuat Nindy menunduk malu dan kembali di soraki

" Ini mulut kenapa sih" ucap Nindy memukul mulutnya pelan

Bel istirahat berbunyi semua siswa keluar kelas

tinggal Nindy dan dua sahabatnya yang berada di kelas, sedang membicarakan perihal tadi Nindy menyebut nama Bryan

" Bryan siapa sih nin cerita dong" ujar Winaa

" Iya penasaran gue, atau jangan jangan kakak kelas kita ya" lanjut Dara

"Apaan sih kalian gue cuma salah ngomong" sangkal Nindy

''Udah ahh yuk ke kantin" ucap Daraa

Mereka pun ke pergi kantin sekolah

di perjalanan semua murid menatap Nindy

dengan tatapan berbeda beda, Nindy bertanya tanya kenapa mereka menatapnya seperti itu

" Ada yang aneh ya dari gue" ujar Nindy pada Wina dan Dara

"Enggak kok, emang kenapa? "tanya Wina

" Lo GK liat mereka liatin kita?" ujar Nindy

" Karena kita cantik mungkin" jawab Wina lalu tertawa

" Narsis banget Lo , Lo bau kali Win" ujar Dara

" Diihh sial Lo gue udah wangi gini" Wina memberengut kesal

Setibanya di kantin mereka semua kembali menatap Nindy, sampai kemudian seseorang berbicara membuat perasaan Nindy yang tadi khawatir benar benar terjadi

" Guys enak gak sih pacaran di toilet umum?". ujar Meira yang mendapat sorakan dari murid yang ada di kantin

"Enaklah sama cowok ganteng pemilik sekolah lagi" sahut sahabatnya Meira

"Pasti ceweknya ngerayu duluan nih" ujar sahabatnya Meira yang lain

Wina dan Dara yg tidak tau apa yang mereka bahas dan siapa bertanya tanya, menyenggol nyenggol Nindy yang mematung sesaat kemudian Nindy memilih kembali ke kelas

" Meira sialan" umpatnya

Wina dan Dara mengejar Nindy ke kelas

sesampainya di kelas mereka bertanya pada Nindy, membuat Nindy mau tidak mau menceritakan semuanya ke sahabatnya

dengan janji tidak akan membicarakan pada siapa pun

" Jadi gitu, awas jangan bilang bilang orang Lo" ujar Nindy

" Iya Lo kayak sama siapa aja" jawab dara

" Sayang sorry kita GK tau keadaan Lo meskipun kita sahabat" ujar Wina lalu memeluk Nindy

" Kita ikut prihatin nin, mulai sekarang kita janji GK akan ninggalin Lo pulang sendiri" ujar Dara

"Thanks guys" membuat Nindy terharu dan memeluk sahabatnya

Apa yang di alami Nindy juga di alami Bryan bedanya Nindy di hujat sedangkan Bryan masih di puja seperti dulu, bahkan ada siswi yang berbisik bisik ingin juga di ajak ke kamar mandi oleh Bryan

sungguh otak anak sekolah yang seperti udang

" Nindy apa dia GK apa apa ya?" gumam Bryan lalu berniat menghampiri Nindy ke kelasnya

Sesampainya di kelas Nindy Bryan melihat Nindy baik baik saja tertawa bersama temannya

membuatnya lega, lalu Bryan menghampiri Nindy dan duduk di meja tepat di depan Nindy

" Ngapain Lo kesini , Lo udah bikin nama baik gue tercoreng tau gak?" ujar Nindy

"Aneh Lo, kan Lo sendiri yang minta di anterin ke kamar mandi" ujar Bryan dengan gamblang membuat Nindy membekap mulutnya

Siswi siswi semakin yakin kalau diantara mereka ada hubungan, Wina dan Dara hanya menonton perdebatan keduanya

" Kalo ngomong tuh pake filter" ujar Nindy melepaskan tangannya

" Emang kenyataannya gitu kan" jawab Bryan

" Tapi gue jadi bahan ghibah , sana pergi aahh gue nanti makin di hujat" ujar Nindy

Bryan pun pergi tanpa berkata apa-apa lagi, Bryan yang hanya memastikan Nindy baik baik saja

setelah tau keadaannya lalu pergi

Tapi itu membuat Nindy semakin di gunjingkan

setelah jam istirahat murid murid di bebaskan karena ada rapat guru, Nindy memutuskan untuk pulang saja diantar sahabatnya yg sekalian bermain di rumah Nindy

Di rumah Nindy sudah terparkir mobil dan motor Bryan serta ada beberapa orang di rumahnya, Nindy yang heran dengan semua orang mengucapkan salam lalu menyalami semuanya kecuali Bryan

" Kok sama calon suami GK Salim?" ucap Desy

Jjjueeeddeeerrrr

Bak di sambar petir Nindy mematung mencerna perkataan ibunya, Wina dan Dara pun tercengang pasalnya mereka tidak tau Nindy sudah sejauh itu hubungannya dengan Bryan

Nindy berlari ke kamarnya dia merasa tidak di hargai oleh ibunya yang tiba tiba akan. menikahkannya, setelah di jelaskan oleh Desy Wina dan Dara akhirnya mengerti

" Yah patah hati deh gue" ujar Wina yang kemudian kena pukul di kepalanya oleh Dara

Desy, Wina dan Dara membujuk Nindy

yang awalnya Nindy menolak, setelah di jelaskan agar ada yang melindunginya dari kejadian seperti kemarin akhirnya Nindy mau di nikahkan hari itu juga

Di hadiri guru guru dan kerabat dekat serta ayah yang telah mencampakkannya dan ibunya, setelah proses akad selesai ayahnya pergi tanpa basa basi, Nindy sedih pasalnya hari pernikahan yang seharusnya bahagia tapi begitu menyedihkan untuknya

Pertama di nikahkan mendadak dengan org yang tidak di cintanya kedua ayahnya tidak memperdulikannya lagi, bahkan setelah akad selesai dia langsung pergi tanpa basa basi

semua tamu sudah pergi Nindy kini menangis di kamarnya

" Udah deh berisik tau GK, GK bakal di unboxing sekarang juga" ucapan Bryan sukses membuat Nindy berhenti menangis

Perkataan Bryan yang frontal membuat Nindy heran seorang bryan yang kalem di sekolah ternyata berjiwa barbar

" Kalo ngomong tuh di saring" ujar Nindy seraya melemparnya dengan bantal

" Ohh jadi GK mau nanti mau sekarang aja? boleh" ujar Bryan seraya membuka satu persatu kancing seragam sekolahnya

'' GK mau, ibuuuuu toloonnggg" teriak Nindy sambil berlari

Bryan hanya tertawa terpingkal karena berhasil mengerjai Nindy

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!