Nindy pramudita adalah gadis yang ceria, tidak pernah mengeluh namun dia adalah siswi yang selalu bermasalah dan kurang pintar dalam pelajaran, hidup Nindy tidak sebahagia kelihatannya Ibu dan Ayahnya bercerai sejak dia mulai masuk SMA
Bryan Sebastian adalah ketua OSIS yang tegas menghukum tidak pandang bulu siapapun yang salah akan mendapatkan hukuman meskipun itu orang terdekatnya, dia juga pintar dan tampan dari keluarga terpandang slalu di puja di sekolah
Desy ibu Nindy yang sangat menyayangi anaknya rela berkorban demi anaknya asalkan dia bahagia, hidup Desy tidak seberuntung wanita lain dia di cerai setelah suaminya selingkuh dan lebih memilih selingkuhannya kini dia hidup sederhana dengan anak semata wayangnya yaitu Nindy
Tamara wanita licik yang menghalalkan segala cara demi tujuannya, dia adalah selingkuhan suami Desy yang tidak lain adalah ibu tiri Nindy. hubungan mereka tidak pernah akur karena Nindy tidak suka pada Tamara yang menghancurkan keluarganya, begitu pun dengan Tamara tidak suka pada anak tirinya yang menurutnya sangat arogan
Meira satu angkatan dengan Bryan dia ketua OSIS yang suka mengatur, tidak pernah mau di salahkan dia merasa paling cantik dan selalu benar, meira selalu mendekati Bryan meski kadang di abaikan tapi meira tidak pernah menyerah bahkan meira akan melabrak siapa pun yang berani mendekati Bryan
Hendrico teman sekelas Bryan dan Meira yang sangat Menyukai Nindy selalu mendekati Nindy yang membuatnya semakin muak, sama seperti meira dia akan menimbulkan masalah pada orang yang akan mendekati Nindy
Winaa dan dara adalah sahabat Nindy mereka selalu ada satu sama lain saling support dan saling berbagi suka maupun duka
Winaa
si lemot
Dara
si tomboi
...Di siang yang begitu terik 3orang siswi sedang berdiri menghormat ke tiang bendera dengan satu kaki terangkat dan tangan menjewer telinga...
"Ampun deh ini panas ngapa sih GK mendung aja bisa gosong ni kulit gue" ucap Wina yang sudah sempoyongan
"Gue haus banget nih, tuh OSIS masih ada ya?" sahut Dara
" Kayaknya dimasih liatin kita deh, ahaa gue ada ide.." ucap Nindy membisikan sesuatu ke teman temannya
Meira yang melihat mereka berbisik bisik akhirnya menghampiri mereka karena ingin terlihat tegas oleh Bryan Meira selalu turun tangan sendiri menghadapi siswa siswi yang bermasalah.
Meira mencekal lengan Nindy lalu menariknya kebelakang, lalu bbrruukkkk
"Nindy" teriak dua sahabatnya
sontak membuat Bryan dan Reno teman sesama OSIS menoleh, melihat Nindy tergeletak di lapangan Bryan dan Reno berlari menghampiri
" kenapa dia" tanya Bryan
"dia di tarik kak Meira kak" jawab dDara yang diangguki Winaa
"GK kok, beneran aku GK tarik dia aku cuma mau negur mereka karena bisik bisik dari tadi" ucap Meira
"iya tapi GK usah tarik tarik dong kalo terjadi apa apa sama Nindy gimana?" ucap Dara setengah teriak
" GK usah teriak teriak dong Lo mau hukumannya gue tambahin?" Meira tak mau kalah
"udah udah kalian kok malah berantem ayo angkat kasian " ucap Reno
belum sempat mereka menyentuh Nindy tubuhnya sudah diangkat oleh Bryan dan di bawa ke UKS, Bryan menidurkan Nindy memberi minyak kayu putih di kening dan hidung
tidak lama sahabat nya muncul di ikuti Reno dan Meira
"Eemmhh.. gue ada dimana?" ucap Nindy perlahan membuka matanya
"Lo ada di UKS , kenapa Lo bisa pingsan" tanya Bryan
"Gue laper dari pagi belum sarapan terus panas banget gue juga kaget tiba tiba di tarik terus gue gak ingat apa apa lagi" ucap Nindy seraya memijat pelipisnya
" Yaudah sekarang kan udah ada kalian gue mau masuk kelas dulu" ucap Brayn pada Dara dan Winaa
" Iya kak makasih" jawab mereka
Setelah para OSIS keluar di ruangan Nindy berjoget dengan sahabatnya merayakan kemenangannya berhasil mengelabui OSIS
"Yeeesssss, gue bilang apa pasti berhasil" ucap Nindy berbangga diri
" Iya deh iya berkat ide konyol Lo kita jadi bebas hukuman hari ini" ucap Dara
Mereka masuk ke kelas untuk lanjutkan pelajaran berikutnya.
bel istirahat pun berbunyi
" Yuk ah ke kantin udah waktunya istirahat nih" *ajak Winaa
Setelah mereka* ke kantin sekolah semua tempat duduk sudah penuh Nindy dan sahabatnya celingukan mencari tempat duduk kosong sampai ada satu meja siswa sudah selesai Nindy bermaksud untuk duduk di sana tapi baru saja melangkah sebuah kaki menyandungnya dan Nindy pun jatuh dengan makanan yang tumpah kebajunya
"Uupppsss sorry makanya kalo jalan tuh pake mata" kata Meira
"Iihh apaan sih, jahat banget deh. Lo GK apa apakan nin?" ucap Wina seraya membangunkan Nindy
"Itu pelajaran buat orang yang udah kecentilan sama my Bryan, pake acara di gendong segala lagi" ucap Meira
"Sirik aja ya nih Mak lampir kalo orang pingsan mana mungkin jalan sendiri, lagian kita juga udah niat mau angkat Nindy tapi kak Bryan yang duluan. mungkin kak Bryan juga mau pegang tubuh wanita cantik" ucap Wina lalu menjulurkan lidah, Nindy hanya terkekeh melihat 2 sahabatnya membelanya bahkan berani melawan kakak kelas
" Apa Lo hah berani ya Lo lawan gue" ucap meira seraya mendorong tubuh Wina tapi tidak sampai terjatuh karena di tahan oleh Nindy,
Dara yang sedari tadi hanya menonton pun tersulut emosi
byuuurrrrrrr satu mangkuk bakso dan segelas teh manis Dara tuang di kepala meira sontak membuatnya menjerit
"Sialan berani ya Lo sama gue sini Lo" ucap Meira lalu terjadi keributan antara kubu Nindy dan kubu Meira
" Stooppppppp" suara itu menghentikan perkelahian mereka
"Brayn liat nih mereka berani guyur aku pake kuah bakso" ucap Meira pada Brayn dibuat semanja mungkin
"Dia duluan kak yang buat Nindy jatuh sampe luka kena pecahan piring" ucap Dara
"Gak kok mereka yang du...." ucapan Meira terpotong karena Bryan membentak mereka
" Lo kenapa sih gak ada habisnya buat masalah?" tanya Bryan pada Nindy membuat Meira tersenyum puas
"Bukan gue..." ucap Nindy
" Udah diem, Lo juga harusnya Lo jadi contoh yang baik buat adik kelas, Lo berenam ikut gue keruang BK " ucap Bryan yang membuat Meira tadi tersenyum sekarang menunduk lesu
Setibanya di ruang BK orang tua mereka di panggil dan membahas kelakuan buruk mereka terutama Nindy dan temannya.
setelah selesai Desy keluar tanpa bicara sepatah kata pun pada Nindy yang sekarang berada di hadapannya
" Nak tolong bimbing Nindy Ibu sudah tidak sanggup lagi" hanya kata itu yang terucap sebelum Ibunya pergi itu pun berbicara pada Brayn bukan pada Nindy
"Lo udah kenal sama nyokap gue?" tanya Nindy
" Kepo" hanya itu yg di ucapkan brayn lalu pergi
" Diihh manusia pada nyebelin banget sih" ucap nindy menghentak hentakkan. kakinya
Tiba waktunya pulang sekolah Nindy bergegas pulang takut kalau pulang telat karena tadi sudah membuat Onar di sekolah
"Assalamualaikum buuuu Nindy pulang" ucap nindi
beberapa kali nindi mengucap salam dan menggedor pintu tidak ada jawaban dari ibunya.
"Bu buka Bu Nindy pulang" Nindy terus berteriak akhirnya dia memutuskan untuk mengintip ibu di kamarnya karena tidak ada jawaban
betapa terkejutnya Nindy melihat ibunya tergeletak di teras di bawah kasur
"Bu ibu tunggu nindi cari jalan masuk dulu" ucap Nindy panik mencari akal supaya dapat masuk
Nindy melihat jendela kamarnya terbuka di lantai 2 Nindy memutuskan untuk naik perlahan melalui pohon dan melompat ke balkon
" Bu sadar Bu Nindy panggilin dulu dokter ya" ucap Nindy
Setelah dokter memeriksa Ibu Desy dan memberikan resep obat dokter pun pulang tidak lama ibu Desi akhirnya siuman
" Bu ibu GK apa apa kan, apa yang sakit, mana yang sakit bu ?" tanya Nindy
" Tidak ada ini hanya sedikit pusing" jawab Desy seraya membelai wajah anaknya
"'Bu maafin Nindy ya ini semua pasti gara gara Nindy " ucap Nindy seraya tertunduk tidak lama kemudian tetes demi tetes air mata nya jatuh
"Sayang ibu GK apa apa, ibu cuma mau kamu jadi anak yang baik, anak yang penurut, yang pintar jangan seperti Ibu" ucap Ibu memeluk Nindy
Nindy menggeleng dia terus menyeka air matanya, dia merasa bersalah karena selalu menjadi beban untuk ibunya
" GK Bu, ibu adalah ibu terbaik Nindy mau seperti ibu, maafin Nindy bu" ucap Nindy seraya mengangkat wajahnya menatap wajah ibunya
" Ibu mau maafin kamu tapi kamu harus janji mau mendengarkan apapun perkataan ibu jangan membantah dan sekolah yang benar" ucap Desy mencium kening Nindy lalu memeluknya lagi
" Nindy janji Bu" ucap Nindy
"Ya sudah sekarang mandi terus makan" ucap ibu melepas pelukannya
Nindy terus memikirkan perkataan ibunya selalu terbersit penyesalan di hatinya karena kelakuannya selalu merepotkan ibunya
" Semoga aja gue bisa dan GK ada masalah di sekolah, gue mau berubah" tekad Nindy
Waktu menunjukkan pukul 20:00 Nindy baru saja mengerjakan PR nya ini kali pertama setelah perceraian orang tuanya Nindy mengerjakan tugas sekolah.
"Huuhhhh selesai untung jari gue gak keriting banyak banget tugas besok, bodo amat mau salah kek mau bener kek yang penting gue udah ngerjain ini awal yang baik" gumam Nindy seraya tertawa menertawakan dirinya sendiri
Di kediaman Brayn orang tuanya sedang membicarakan perjodohan, Bryan dengan malas mendengarkan orang tuanya sebenarnya Bryan tidak ingin di jodohkan mengingat usianya masih sangat muda
"Bun yah apa ini GK kecepatan aku masih sekolah yah" ucap Bryan
"Memang nak tapi bunda sama ayah ingin membalas kebaikan ibunya yang sudah menyelamatkan nyawa ayah" ucap bunda Brayn
..."Dengar nak ibunya sudah baik dia tidak ingin harta dia hanya ingin anaknya bahagia dia ingin kita menjaga anaknya, jadi bunda mohon setelah perjodohan ini kamu harus janji jaga dia cintai dia, lagian anaknya cantik kok" lanjut bunda...
" Terserah bunda saja aku ngantuk mau tidur" ucap Bryan lalu pergi ke kamarnya tanpa mendengarkan panggilan bundanya
"Brayn..... Brayn...... dasar anak jaman sekarang tidak tau sopan santun" kesal Bunda
...Pagi hari Nindy sudah siap akan berangkat sekolah, menyiapkan buku yang akan di bawa dan kini Nindy sedang membuatkan sarapan untuk ibunya...
Dari jauh Desy menatapnya dengan senyum akhirnya anaknya mau sedikit berubah
"Rajinnya anak ibu" ucap Desy seraya mengelus pucuk kepala Nindy
" Iya dong siapa tau abis lulus sekolah dapet jodoh" ucap Nindy dengan gelak tawa
" Kalo nikah sekarang apa kamu mau?" tanya Desy
" Ihh ibu apaan sih becandanya GK banget deh" ucap Nindy menganggap ibunya hanya bergurau
" Ibu serius sayang, ibu takut GK bisa jagain kamu lagi" ucap Desy dengan raut wajah sedih
"Ibu pokoknya GK bakal kemana mana, Nindy kan masih sekolah mana bisa nikah tanggunglah Bu " Nindy tidak mau putus sekolah karena harus menikah muda
" Kamu sudah janji sama ibu akan menuruti semua perkataan ibu, kamu tetap sekolah hanya status kamu yang berbeda" ucap Desy
" Tapi Bu aku GK mau nikah muda kalo jadi janda muda gimana?" ucap Nindy merajuk bibirnya sudah seperti bebek
" Semua akan baik-baik saja dengarkan ibu, kamu hanya harus menuruti apa kata ibu" hanya itu yang di ucapkan ibunya lalu mereka sarapan tanpa bicara sepatah katapun
"Ehmmm" Nindy mencairkan suasana
" Bu... iya deh aku mau ikutin maunya ibu asal ibu bahagia" ucap Nindy
" Benarkah nak.. ibu senang, nanti malam kita akan mengadakan pertemuan" ujar Desy
"Apaaa? secepat itu?" ucap Nindy tak percaya secepat itu ibunya menemukan jodoh untuknya
" Iya, sebenarnya ibu sudah lama merencanakannya" ucap Desy
" Terserah ibu saja aku ikut, aku mau berangkat dulu" Nindy berpamitan lalu mencium tangan ibunya
Di perjalanan Nindy mengendarai motornya sambil melamun di persimpangan jalan Nindy tidak fokus ada motor besar di hadapannya yang sedang menelpon, alhasil ketika motor sudah dekat Nindy terkejut dan membanting stir ke kiri dan kepalanya terbentur trotoar
untung saja Nindy memakai helm hingga keningnya hanya memar dan sedikit luka di lutut dan sikunya tapi motornya rusak
Sementara seseorang yang menggunakan motor sport tidak sempat terjatuh karena rem mendadak.
pemuda itu buru buru turun dari motornya dan menghampiri Nindy
" Lo GK apa apa kan?" tanya Bryan
" GK apa apa gimana lutut gue berdarah, huuaaaa" Nindy menangis merasakan perih di tubuhnya yang terluka
" Sorry, ayo gue bantu ke klinik Deket sini biar di obatin" ajak Bryan mengulurkan tangannya
"Gue gak bisa berdi..." belum sempat Nindy menyelesaikan pembicaraannya Bryan sudah mengangkatnya ke motornya
" Motornya biar di bawa sama mas itu aja " Nindy hanya menatap Bryan belum sempat bicara Bryan sudah memotongnya
"Tenang aja itu montir di bengkel gue" lanjut Bryan menyakinkan Nindy
Akhirnya mereka ke klinik untuk mengobati luka Nindy
di klinik Nindy meringis kesakitan saat diobati Nindy meremas tangan Bryan yang menggenggamnya Bryan hanya memeluknya agar Nindy lebih rileks
dan benar saja Nindy lebih tenang di pelukan Bryan.
Bryan melihat jam tangannya dia sampai lupa kalau mereka sudah telat sekarang,
setelah selesai di obati mereka bergegas ke sekolah, Nindy memeluk Bryan karena Bryan mengendarai motornya sangat kencang
" Aaaaaaaaa Lo mau bunuh gue ya, pelanin gk gue takuuuuutttt" teriak Nindy tapi tidak mendapat respon dari Bryan
Sesampainya di gerbang sekolah sudah di kunci Bryan sudah putus asa akan naik motornya lagi untuk pulang tapi di panggil oleh Nindy
"Heehh mau kemana, Lo GK mau masuk?" tanya Nindy
" Lo gak liat gerbangnya di kunci?" jawab Bryan
" Ikut gue kalo Lo masih mau masuk" ucap Nindy lalu Bryan mengikutinya
Ada jalan kebelakang sekolah melompati benteng yang naik melalui pohon rumah warga di dekat sekolah.
dengan mudah Nindy melompat membuat Bryan sempat melongo dengan luka tadi saat terjatuh dia begitu manja dan cengeng tapi melompati benteng dia gagah bak seorang laki laki
" Waaww ternyata Lo jago soal lompat melompat" ujar Bryan
" Lo muji apa ngejek gue sih?" ucap Nindy sinis
" GK dua duanya itu hanya pernyataan gue, lagian melompat segitu tingginya Lo jago tapi luka dikit Lo meraung Raung kayak anak kucing kehilangan induknya" ujar Bryan membahas kelakuan Nindy tadi kalau dia sadar dia juga bakal malu sendiri
" Nyebelin Lo, gue kira Lo cuma bisa hukum orang aja ternyata Lo juga tukang hina yang handal" ujar Nindy terus senyum sinis lalu pergi
Bryan tersenyum menatap kepergian Nindy.
ketika mereka hendak masuk sialnya lagi mereka terlambat guru sudah memulai pelajaran akhirnya mereka berdua di hukum dan kembali bertemu di lapangan
Nindy sudah terlebih dahulu di lapangan menghormat pada bendera tiba tiba Bryan berada di samping Nindy sontak membuat Nindy menoleh
"Lo boleh tambahin hukuman gue tapi please jangan panggil nyokap ke sekolah, gue udah janji mau berubah" ujar Nindy seolah tau kedatangan Bryan akan menghukumnya
" Sok tau banget siapa yang mau hukum Lo orang gue juga di hukum, ini semua gara gara Lo gue jadi sial" ucap Bryan menggerutu
"Huaahaaaaahaaa Lo di hukum lucu banget seorang ketos yang garang kena hukum" ujar Nindy tertawa terbahak
Tiba tiba Meira datang seperti biasa untuk memberi hukuman pada Nindy tapi meira tidak sadar yang di sebelah Nindy adalah Bryan karena tidak mungkin seorang Bryan membuat kesalahan
"Seneng ya di hukum sama cowok ketawa ketawa pecicilan, kegatelan amat Lo" suara Meira di belakang membuat Nindy terdiam
" Heeeeh Lo murid baru ya" ujar Meira membuat Bryan menoleh
"Bryan" Meira terkejut bibirnya sampai menganga dengan mata yang melotot
" Gitu aja udah kayak liat setan lebay" sindir Nindy membuat Meira menatap tajam padanya
" Kalo orang kayak Lo gue gak heran lah ini my Brayn my Hero OMG " ucap Meira lagi lagi tak percaya
" Udah berisik sana pergi aja gue lagi males denger yang berisik berisik" usir Bryan
"Iihh my Hero kok gitu sih" ucap Meira seraya memeluk lengan Bryan
" Udah sana pergi ah ngapain sih entar gue malah di hukum" Bryan kembali mengusir Meira menepis tangannya yang memeluk lengannya
Meira memberengut kesal pergi dengan menghentakkan kakinya.
di kejauhan ada seseorang yang memperhatikan Nindy dan Bryan dia melihat Nindy tertawa lepas menertawakan Bryan
ada rasa marah di hatinya karena Bryan bisa membuat Nindy tertawa tapi dengan dirinya jangankan tertawa Nindy sering mengusirnya dan selalu memandang sinis
" Kenapa Lo bisa dekat sama orang lain sementara sama gue Lo selalu menghindar" ucapnya mengepalkan tangan
Dia merencanakan sesuatu untuk Nindy yang selama ini selalu mengabaikan dan merendahkannya, dia sudah menelepon teman temannya untuk menghadang Nindy saat pulang sekolah
Setelah menyelesaikan hukumannya Nindy dan Bryan masuk ke kelas untuk pelajaran selanjutnya, Nindy biasa saja karena sudah sering kena hukuman tapi Bryan uring uringan karena tertinggal satu pelajaran
" Awas tuh anak rese tunggu gue bikin perhitungan entar pulang sekolah" ucap Bryan
Bel istirahat berbunyi Nindy dan temannya pergi ke kantin di sana sudah ada Meira karena Nindy takut akan terjadi sesuatu yang buruk lagi dia memutuskan memesan makanan dan akan makan di kelas
melihat Nindy dan teman temannya pergi membawa nampan Meira berteriak yang ikut si soraki oleh gengnya
"Huuuhhhhh takut ya Lo GK berani makan disini" ucap Meira
" Huuuuhhhhhhhhhh" ucap gengnya
"Apaan sih tuh Mak lampir pengen gue timpuk kali ya" ucap Daraa hendak menghampiri Meira
" Jangan dara please gue udah janji sama nyokap gue GK bakal bikin masalah lagi" cegah Nindy
" Oke demi lo, ayo cabut" ucap Dara
Mereka pun pergi ke kelas tidak ingin meladeni Meira
di kelas ternyata sudah ada Hendrico menunggu di meja Nindy
Hendrico mengetahui Nindy tidak membawa kendaraan dan akan mengajaknya pulang bersama
Dengan gaya sok cool nya Hendrico duduk di meja nindi dengan menumpangkan sebelah kakinya ke kaki yang lain tidak lupa dia juga menyisir nyisir rambutnya dengan tangan membuat Nindy dan teman temannya muak
" Satu masalah kelar datang lagi masalah baru" ujar Nindy lalu duduk di kursi Dara yang berada di depan kursi Nindy
" Hai nin nanti pulang bareng ya kayaknya di parkiran GK ada motor Lo deh" ajak Hendrico
" GK usah gue bisa naik angkutan umum" jawab Nindy
"Ayo lah nin jangan gitu , Lo kan bisa ngirit ongkos" ujar Hendrico
" Gue mending abis duit daripada di anterin sama Lo" ucap Dara seraya menjulurkan lidahnya
Merasa malu dengan penolakan Nindy akhirnya Hendrico pergi
setelah jam pelajaran selesai Nindy mengemasi barangnya
Dara pulang terlebih dahulu karena di jemput orang tuanya
Sementara Wina pulang dengan pacarnya
Nindy pulang terakhir teman sekolahnya sudah pulang sebagian tinggal anak anak yang ikut pelajaran tambahan dan olahraga
Bryan yang telah selesai rapat OSIS melihat Nindy menunggu angkutan umum di gerbang sekolah Bryan yang akan menjahili Nindy mengambil motor terlebih dahulu tapi saat kembali Nindy sudah tidak ada
" Kemana tuh anak pergi" Bryan melajukan motornya hendak pulang tapi dari kejauhan dia melihat Nindy sedang di kelilingi motor yang suaranya bising
Nindy hanya menutup telinganya setelah mengelilingi Nindy mereka turun menangkap Nindy
Nindy yang berontak semakin membuat mereka senang mereka mencekal kedua tangan Nindy ada seorang yang menciumi rambut Nindy wajahnya ada yang meraba tubuh Nindy,, Nindy menangis sejadi jadinya tapi mereka membekap mulutnya
Bryan yang melihat itu bergegas menolong Nindy, pemuda yang melecehkan Nindy tidak terima dan mereka mengeroyok Bryan ada salah seorang yang membawa senjata tajam akan menusuk Bryan tapi meleset mengenai tangan Bryan
tangan Bryan berlumuran darah mereka hendak mengeroyok Bryan lagi tapi di gagalkan dengan suara sirine polisi membuat mereka lari tunggang langgang
"Lo GK apa apa kan Bryan?" ucap Reno
Ternyata yang datang adalah Reno
Bryan yang tersungkur di dekap oleh Nindy
Reno membantu Bryan berdiri
sementara Nindy tertunduk menangis sesenggukan ketakutan dan khawatir melihat lengan Bryan yang masih ada pisau menancap di sana
" Lo gak apa apakan?" tanya Bryan yang mendapat gelengan dari nindy
Reno membawa motor Bryan sementara Bryan di antar mobil reno oleh supir ke rumah sakit lalu ke rumah Nindy
" GK apa apa pak bapak pulang saja saya nunggu jemputan disini sampaikan terimakasih saya sama Reno" ucap Bryan
'' Baik den saya permisi" supir pun pergi
Nindy masih menangis Bryan merangkul pundak nya menenangkan diri Nindy
Bryan mengetuk pintu dan Desy membukanya betapa terkejutnya Desy melihat Nindy acak acakan baju sekolahnya ada yang sobek dan memakai jaket Bryan
"Kenapa ini nak, ayo masuk sayang" tanya Desy
"Jadi gini Tan " Bryan menceritakan semua termasuk Nindy yang tadi pagi jatuh dari motor
Desy menangis meratapi nasibnya anaknya dia tidak habis pikir bagaimana jika Bryan tidak lewat saat itu mungkin Nindy akan kehilangan kehormatannya bahkan ada yang lebih buruk Nindy bisa saja kehilangan nyawanya
" Terimakasih banyak nak kamu sudah menolong Nindy" ucap Desy
"GK apa apa tant sudah sewajarnya kita saling menolong" jawab Bryan
"Ayo nak makan dulu ya sambil nunggu jemputan" ajak Desy
" Boleh Tan saya juga laper" ucap Bryan
Sementara Nindy hanya menangis masih syok dengan kejadian tadi, dia merasa kotor meski aksi pemuda jahat itu di gagalkan Bryan
Desy memeluk anaknya mengembangkannya Bryan tidak bisa berbuat buat apa pun hanya melihat interaksi antara ibu dan anak tanpa ada yang bicara
"Aku mau istirahat bu'' hanya itu yang keluar dari mulut Nindy
"Baiklah nak, nanti ibu antar makanan ke kamar kamu" kata Desy
Brayn menatap iba Nindy yang berjalan gontai menaiki anak tangga
setelah makan dia berinisiatif mengantar makan ke kamar Nindy
took tookkk took
" Nindy boleh gue masuk" ucap Bryan kemudian terdengar suara Nindy membuka kunci
" Nindy makan dulu ya Lo kan belum makan, udah sekarang Lo udah aman" ucap Bryan ketika dia masuk
" Gue jijik sama diri gue sendiri gue kotor" ucap Nindy kembali menangis sesenggukan
Desy yang melihat Nindy semakin mantap untuk menjodohkannya karena dia ingin anaknya bisa di lindungi agar kejadian serupa tidak terulang lagi
" Gak nin Lo GK menjijikkan sama sekali Lo cuma korban mereka yang menjijikkan, mereka yang kotor" ucap Bryan membuat Nindy menoleh
''Gue takut mereka akan datang ganggu gue lagi" ucap Nindy
"Kita laporin polisi aja ya biar Lo tenang " ucap Bryan membuat Nindy buru buru menggelengkan kepalanya
"Jangan gue mohon ini aib gue takut sekolah tau gue bakal malu" ucap Nindy menolak ide Bryan
" Tapi Lo bakal aman nin GK ada yang ganggu Lo lagi" Bryan bersikeras agar Nindy tetap aman
" Sekali enggak tetep enggak Lo ngerti gak sih apa Lo mau gue di permalukan disekolah" bentak Nindy
" Terserah Lo,, Lo keras kepala" ucap Bryan lalu pergi
Bryan yang kesal turun menemui Desy dia berpamitan akan pulang karena supir sudah menjemputnya
"Tan aku pamit pulang ya" ujar Bryan
"Sekali lagi Tante berterima kasih sudah menolong Nindy" ucaapp Desy
"Sama sama Tan, saya pamit assalamualaikum" ucaapp Bryan lalu mencium tangan Desy
" Oh iyaa nak bawa ini untuk bunda" Desy menyerahkan rantang berisi masakannya
" Makasih Tan, assalamualaikum" Bryan kembali mengucapkan salam
"Waalaikum salam" jawab desy
Setelah Bryan pulang Desy memeriksa keadaan Nindy.
sekarang Nindy sedang tidur di tatapnya wajah lelah Nindy dengan mata sembab karena terus menangis
Desy mengusap lembut rambut anaknya dikecup keningnya
Desy berpikir kenapa nasib Nindy sangat tidak beruntung bagaimana Nindy kedepannya apa dia akan melupakan kejadian itu atau malah akan meratapinya seperti sekarang mengingat itu Desy menangis tersedu.
Desy semakin yakin menjodohkannya Nindy dengan anak temannya
" Bu, ibu kenapa?" tanya Nindy yang baru saja bangun dari tidurnya
" GK apa apa, kamu belum makan ibu suapin ya" jawab Desy Nindy hanya mengangguk
" Maafin Nindy ya Bu Nindy cuma nyusahin ibu, Nindy selalu membuat Onar di sekolah mungkin ini balasan karena ulah Nindy yang selalu bikin ibu malu" ucap Nindy seraya menunduk dengan bercucuran air mata
"Gak sayang kamu anak baik, dengerin ibu kamu harus berusaha lupain ini demi ibu kamu harus hidup seperti dulu Nindy yang ceria yang selalu penuh semangat, ibu sedih kalo kamu kayak gini" ucap Desy menangkup wajah anaknya
" Nindy akan usahain Bu, ibu harus janji selalu ada buat Nindy jangan tinggalin Nindy apapun yang terjadi" ucap Nindy lalu memeluk ibunya mereka menangis sambil berpelukan
Setelah menyuapi Nindy Desy tidur di kamar Nindy sedang terlelap tidur desy di kejutkan dengan teriakkan Nindy ,
rupanya Nindy mengigau dia terus berteriak dan menendang nendangkan kakinya serta tangan yang dibuat seperti sedang menangkis sesuatu
"Lepas..... lepas.... lepas.. jangaaannnn" teriak Nindy hingga terbangun
" Sayang ini minum dulu" ucap Desy memberi segelas air
" Maaf.. aku membangunkan ibu ya" ucap Nindy lirih
" Tidak ibu tadi haus, ayo tidur lagi" Desy berbohong
Matahari terbit hari sudah pagi Nindy bangun mencari ibunya, ternyata ibunya sedang memasak di dapur
dia menghampiri ibunya dan duduk di meja makan lalu menengguk segelas air
" Kenapa ibu GK bangunin aku?" ucap Nindy
" Ibu pikir kamu gak sekolah, kamu sudah baikan" jawab Desy
" Sekolah Bu, aku udah baikan lagian murung terus juga gak ada gunanya ya kan? semua sudah terjadi aku hanya harus hati hati kedepannya" ucap Nindy tersenyum manis
" Kamu anak hebat nak, semoga ada kebahagiaan kedepannya buat kamu" ucap Desy merangkul anaknya
Sebenarnya Nindy hanya berusaha tegar di hadapan ibunya karena siapa yang bisa lupa kejadian memalukan di lecehkan banyak pria tidak di kenal membuat Nindy trauma akan pria.
tapi demi ibunya dia berusaha tegar dan berusaha melupakannya
" Aku berangkat sekolah dulu ya Bu" pamit Nindy lalu mencium tangan ibunya
" Kamu berangkat sama siapa kan motor mu di bengkel" ucap Desy membuat Nindy terdiam di ambang pintu
"Iya Bu Nindy lupa" lirih Nindy kembali masuk ke rumah karena takut naik kendaraan umum
tiiidd tiiddd tiiddd
"Siapa itu" tanya Desy seraya keluar dari rumah
"Selamat pagi Tan saya mau jemput Nindy" ucap Bryan di sambut senyuman oleh Desy
" Masuk dulu nak sarapan dulu" ajak Desy
"Gak usah Tan kita langsung berangkat aja" ucap Bryan
"Ya sudah hati hati" ujar Desy
setelah Bryan dan Nindy menyalaminya
Di perjalanan tidak ada yang berbicara hening hanya suara bising kendaraan yang terdengar
" Lo tidur ya?" tanya Bryan mencairkan suasana
" Enggak, pertanyaan Lo aneh" ucap Nindy
" Abis Lo diem Mulu gue kira tidur, gue cuma takut iler Lo nempel di baju gue" kata Bryan
" Lo ngelucu ya tapi GK lucu" kata Nindy seraya memeletkan lidahnya
Bryan melihat wajah Nindy dari kaca spion
wajah cantik Nindy yang dulu cerewet sekarang jadi pendiam hanya bicara saat di tanya
mungkin ada perasaan aneh di hatinya entah itu perasaan kagum, suka atau apa yang jelas dia merasakan sesuatu yang susah di jelaskan
kini mereka tiba di depan gerbang sekolah
"Stop stop.... gue bilang udah sampai disini" ucap Nindy mengguncang bahu Bryan
" Emang kenapa sih? Lo GK mau sampe dalem?" tanya Bryan seraya berhenti
" Gue malu kalo ketauan berangkat sama Lo, Lo jelek" jawab Nindy memeletkan lidahnya seraya berlari dan tertawa
Bryan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Nindy
tapi dia senang Nindy bisa tertawa berarti dia sudah tidak terpuruk seperti kemarin
Nindy berlari ke kelasnya di lorong dia melihat sweater yang di pakai salah satu pria yang melecehkan nya kemarin..
Nindy mundur perlahan pria itu memandang Nindy dari kejauhan
Nindy tidak bisa melihat wajahnya karena dia pake masker dan sweaternya menutupi kepala
Nindy benar benar ketakutan dia terus mundur
Tiba tiba pria itu berdiri membuat Nindy menjerit
Bryan yang baru saja masuk terkejut di tabrak Nindy yang berjalan mundur seraya berteriak
mereka pun jatuh hingga terduduk
Nindy menutupi wajahnya karena takut
Sekarang dia menangis sesenggukan
Bryan memeluk Nindy dari belakang meski Nindy berontak dia terus memeluknya
untung sekolah masih lumayan sepi dan lorong yang dilewati Nindy jarang di lewati siswa lain
"Hey hey... tenang ini gue Bryan, Lo kenapa?" ujar Bryan masih memeluk Bryan
Mendengar nama Bryan Nindy pun perlahan membuka matanya
dia yang ketakutan segera memeluk Bryan
Bryan masih menenangkan Nindy
" Tadi gue liat salah seorang bajingan pake sweater yang kemaren" ucap Nindy dengan tangis sesegukan
" Dimana? GK ada nin? apa Lo tau wajah dia kayak gimana?" ujar Bryan membuat Nindy menggelengkan kepalanya
" Kalo cuma sweater banyak nin yang sama, Lo cuma parno" lanjut Bryan
"Enggak Bryan dia kayak senyum gitu sama gue , ngawasin gue" jawab Nindy
" Udah udah... sekarang Lo tenang dulu, apa Lo mau gue anterin balik?" tanya Bryan
" GK usah brayn gue GK mau ibu kepikiran jangan omongin masalah ini ke ibu ya" pinta Nindy dan Brayn pun mengangguk
" Brayn gue mau ke toilet anterin ya?" ucap Nindy seraya mengelap air mata dan ingusnya
" Lo yakin mau gue anterin? Lo GK takut gue apa apain? tanya Bryan menggoda Nindy
" Udah deh Bryan gue tau Lo itu cowok baik please gue kebelet" ujar Nindy menarik tangan Bryan
Bryan pun ikut ke kamar mandi di tarik oleh Nindy
mau tidak mau Bryan pun ikut
bryan berjalan mondar mandir di toilet wanita
menunggu Nindy yang berada di WC
"Nin bisa cepetan GK gue malu nih kalo sampe ada yang masuk" ucap bryan menggedor pintu
" Sabar Bryan tunggu dulu, udah kok" ucap Nindy seraya membuka kunci
Setelah selesai Nindy keluar di susul Bryan
ada seorang siswa yang berpapasan dengan mereka membuat mereka kelabakan
" Lo ngapain berdua keluar dari toilet cewek? " ucap Meira penuh selidik
"GK ngapa ngapain, tadi gue salah masuk" ucap Brayn santai
Meira melirik Nindy yang hanya nyengir kuda
sekarang Meira mengira yang bukan bukan
dia menatap Nindy dengan tatapan permusuhan
dia mengira Nindy ada hubungan dengan Bryan
" Gue duluan ya bye" ucap Nindy melambaikan tangannya lalu berlari
" Brayn jangan bilang Lo sama..." pertanyaan Meira terpotong karena Bryan menjawab nya terlebih dahulu
" Bukan urusan Lo" jawab Bryan
Meira mengepalkan tangannya dia cemburu pada Nindy
dia menjadi kan Nindy musuh yang nyata sekarang
" Lo berani deketin Bryan, peperangan akan di mulai Nindy" ujar meira mengepalkan tangannya
Nindy kini berada di kelas dengan dua sahabatnya
dia khawatir jika Meira membicarakan Nindy dan Brayn saat keluar dari toilet tadi
sahabatnya heran melihat Nindy yang banyak diam dan melamun
lalu Winaa menyenggol lengan Nindy dengan sikunya
" Nindy woy kenapa ngelamun Mulu sih? tanya Wina
"Tau nih entar kesambet baru tau Lo" sambung Dara
" Gak mungkin setannya takut sama gue" jawab Nindy
Jam pelajaran di mulai ruang kelas menjadi hening
siswa siswi belajar dengan khusyuk
disela sela pelajaran guru melontarkan pertanyaan pada murid muridnya
tiba saat guru bertanya pada Nindy yang sedari tadi melamun
Nindy tak bergeming saat guru bertanya padanya
" Nindy" bentak gurunya
"apa Bryan" jawab Nindy membuat seisi ruangan riuh menyoraki Nindy
Nindy masih tidak menyadari jawabannya yang membuat siswa lain riuh dia mengerutkan keningnya bingung kenapa semua orang menyorakinya
"Cieeeee.... Bryan"
" Brayn mana nih?"
" Jangan jangan kakak kelas yang ganteng itu" para siswi berargumen
" Sudah sudah anak anak, Nindy tolong fokus urusan pacarannya di kesampingkan dulu" ucap gurunya membuat Nindy menunduk malu dan kembali di soraki
" Ini mulut kenapa sih" ucap Nindy memukul mulutnya pelan
Bel istirahat berbunyi semua siswa keluar kelas
tinggal Nindy dan dua sahabatnya yang berada di kelas
sedang membicarakan perihal tadi Nindy menyebut nama Bryan
" Bryan siapa sih nin cerita dong" ujar Winaa
" Iya penasaran gue, atau jangan jangan kakak kelas kita ya" lanjut Dara
"Apaan sih kalian gue cuma salah ngomong" sangkal Nindy
''Udah ahh yuk ke kantin" ucap Daraa
Mereka pun ke pergi kantin sekolah
di perjalanan semua murid menatap Nindy
dengan tatapan berbeda beda
Nindy bertanya tanya kenapa mereka menatapnya seperti itu
" Ada yang aneh ya dari gue" ujar Nindy pada Wina dan Dara
"Enggak kok, emang kenapa? tanya Wina
" Lo GK liat mereka liatin kita?" ujar Nindy
" Karena kita cantik mungkin" jawab Wina lalu tertawa
" Narsis banget Lo , Lo bau kali Win" ujar Dara
" Diihh sial Lo gue udah wangi gini" Wina memberengut kesal
Setibanya di kantin mereka semua kembali menatap Nindy
sampai kemudian seseorang berbicara
membuat perasaan Nindy yang tadi khawatir benar benar terjadi
" Guys enak gak sih pacaran di toilet umum?". ujar Meira yang mendapat sorakan dari murid yang ada di kantin
"Enaklah sama cowok ganteng pemilik sekolah lagi" sahut sahabatnya Meira
"Pasti ceweknya ngerayu duluan nih" ujar sahabatnya Meira yang lain
Wina dan Dara yg tidak tau apa yang mereka bahas dan siapa bertanya tanya
menyenggol nyenggol Nindy yang mematung
sesaat kemudian Nindy memilih kembali ke kelas
" Meira sialan" umpatnya
Wina dan Dara mengejar Nindy ke kelas
sesampainya di kelas mereka bertanya pada Nindy
membuat Nindy mau tidak mau menceritakan semuanya ke sahabatnya
dengan janji tidak akan membicarakan pada siapa pun
" Jadi gitu, awas jangan bilang bilang orang Lo" ujar Nindy
" Iya Lo kayak sama siapa aja" jawab dara
" Sayang sorry kita GK tau keadaan Lo meskipun kita sahabat" ujar Wina lalu memeluk Nindy
" Kita ikut prihatin nin, mulai sekarang kita janji GK akan ninggalin Lo pulang sendiri" ujar Dara
"Thanks guys" membuat Nindy terharu dan memeluk sahabatnya
Apa yang di alami Nindy juga di alami Bryan bedanya Nindy di hujat sedangkan Bryan masih di puja seperti dulu
bahkan ada siswi yang berbisik bisik ingin juga di ajak ke kamar mandi oleh Bryan
sungguh otak anak sekolah yang seperti udang
" Nindy apa dia GK apa apa ya?" gumam Bryan lalu berniat menghampiri Nindy ke kelasnya
Sesampainya di kelas Nindy Bryan melihat Nindy baik baik saja tertawa bersama temannya
membuatnya lega
lalu Bryan menghampiri Nindy dan duduk di meja di depan Nindy
" Ngapain Lo kesini , Lo udah bikin nama baik gue tercoreng tau gak?" ujar Nindy
"Aneh Lo, kan Lo sendiri yang minta di anterin ke kamar mandi" ujar Brayn dengan gamblang membuat Nindy membekap mulutnya
Siswi siswi semakin yakin kalau diantara mereka ada hubungan
Wina dan Dara hanya menonton perdebatan mereka
" Kalo ngomong tuh pake filter" ujar Nindy melepaskan tangannya
" Emang kenyataannya gitu kan" jawab brayn
" Tapi gue jadi bahan ghibah , sana pergi aahh gue nanti makin di hujat" ujar Nindy
Brayn pun pergi tanpa berkata apa-apa lagi
Brayn yang hanya memastikan Nindy baik baik saja
setelah tau keadaannya lalu pergi
tapi itu membuat Nindy semakin di gunjingkan
setelah jam istirahat murid murid di bebaskan karena ada rapat guru
Nindy memutuskan untuk pulang saja diantar sahabatnya yg sekalian bermain di rumah Nindy
Di rumah Nindy sudah terparkir mobil dan motor brayn serta ada beberapa orang di rumah Nindy
Nindy yang heran dengan semua orang mengucapkan salam lalu menyalami semuanya kecuali Bryan
" Kok sama calon suami GK Salim?" ucap Desy
Jjjueeeddeeerrrr
bak di sambar petir Nindy mematung mencerna perkataan ibunya
Wina dan Dara pun tercengang pasalnya mereka tidak tau Nindy sudah sejauh itu hubungannya dengan Bryan
Nindy berlari ke kamarnya
dia merasa tidak di hargai oleh ibunya yang tiba tiba akan. menikahkannya
setelah di jelaskan oleh Desy Wina dan Dara akhirnya mengerti
" Yah patah hati deh gue" ujar Wina yang mendapat toyoran di kepalanya oleh Dara
Desy Wina dan Dara membujuk Nindy
yang awalnya Nindy menolak
setelah di jelaskan agar ada yang melindunginya kejadian seperti kemarin tidak akan terjadi akhirnya Nindy mau di nikahkan hari itu juga
Di hadiri guru guru dan kerabat dekat serta ayah yang telah mencampakkannya dan ibunya
setelah proses akad selesai ayahnya pergi tanpa basa basi
Nindy sedih pasalnya hari pernikahan yang seharusnya bahagia tapi begitu menyedihkan untuknya
Pertama di nikahkan mendadak dengan org yang tidak di cintanya kedua ayahnya tidak memperdulikannya lagi bahkan setelah akad selesai dia langsung pergi tanpa basa basi
semua tamu sudah pergi Nindy kini menangis di kamarnya
" Udah deh berisik tau GK, GK bakal di perawanin sekarang juga" ucapan Bryan sukses membuat Nindy berhenti menangis
Perkataan Bryan yang frontal membuat Nindy heran seorang bryan yang kalem di sekolah ternyata berjiwa barbar
" Kalo ngomong tuh di saring" ujar Nindy seraya melemparnya dengan bantal
" Ohh jadi GK mau nanti mau sekarang aja? boleh" ujar Bryan seraya membuka satu persatu kancing seragam sekolahnya
'' GK mau, ibuuuuu toloonnggg" teriak Nindy sambil berlari
Membuat Bryan tertawa terpingkal karena berhasil mengerjai nindy
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!