NovelToon NovelToon

My Boyfriend Is An Alien

Episode 1 First Sight

Almahyra Elshanum, nama gadis itu, berharap kelak menjadi seorang putri cantik yang berhasil, cerdas, dan beruntung. Kurang lebih seperti itulah arti nama yang diberikan oleh kedua orang tua gadis itu.

Ayah Alma, Profesor Sobari sudah meninggal dunia ketika Alma masih berusia 10 tahun, saat itu Alma masih duduk di bangku SD kelas 4, dan Alma mempunyai seorang adik kecil bernama Adnan Al Bara ( Bara ) yang baru berusia 2 tahun, sedangkan ibunya Maemunah, sejak saat di tinggal mati suaminya, memutuskan bekerja menjadi tukang cuci dan setrika baju di rumah-rumah tetangga, untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dan membiayai anak-anaknya sekolah.

Alma lah yang setiap hari harus merawat adik kecilnya sepulang sekolah, karena sang ibu harus bekerja mencari nafkah.

Kini Alma mulai beranjak remaja, dua hari lagi usianya genap 16 tahun. Dan sejak seminggu yang lalu Alma resmi menjadi siswi dari SMA Pelita Jaya. Salah satu SMA swasta yang siswa-siswinya berasal dari golongan menengah ke atas.

Bukan hal yang aneh jika Alma bisa masuk ke sekolah tersebut. Saat kelulusan SMP, meski belajar hanya di sekolah, karena saat pulang sekolah langsung sibuk mengurus adiknya. Alma berhasil mendapat peringkat 1 paralel di sekolah, Alma mendapatkan tawaran beasiswa selama 3 tahun dari pihak yayasan yang menaungi sekolahan itu.

Awalnya Alma tidak berniat untuk melanjutkan pendidikan, mengetahui betapa susah payahnya sang ibu berjuang mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Namun jalan hidup orang tidak pernah ada yang tahu, sekitar sebulan yang lalu, di suatu minggu pagi yang cerah, dua orang laki-laki dan seorang perempuan paruh baya, berpenampilan rapi datang bertamu ke rumah Alma.

Mereka menawarkan beasiswa pada Alma untuk sekolah di sekolahan yang berdiri di bawah naungan yayasan tempat mereka bekerja.

Bahkan Maemunah yang saat itu sedang bekerja membantu menyetrika baju di rumah bu RT, harus berlari-lari pulang kerumah saat Alma mengatakan ada tamu yang datang.

Alma dan ibunya mendengarkan maksud dan tujuan kedatangan ketiga orang tersebut. Ada secercah harapan terlihat dari raut wajah Alma saat mendengar tawaran beasiswa untuk dirinya. Namun tidak begitu pada raut wajah Maemunah, tersirat rasa khawatir dan keberatan, terlihat dari lekukan di dahinya.

" Terimakasih atas kunjungan dan tawarannya, sungguh kami sangat bersyukur atas tawaran yang diberikan".

" Tapi maaf.... bukan saya menolak".

" Mungkin.... untuk membeli seragam sekolah, tabungan saya masih cukup, tapi untuk biaya sehari-hari saya tidak yakin akan mampu".

" Jarak sekolahan dari rumah cukup jauh, harus dua kali naik angkutan umum, dan dua kali naik bus, jika untuk pulang pergi saja setiap harinya harus empat kali naik kendaraan umum , saya tidak mampu"

" Saya masih punya satu lagi anak yang masih harus di biayai juga, adiknya Alma baru kelas 2 SD".

Maemunah mencari alasan yang paling masuk akal untuk menolak tawaran beasiswa itu.

Sebenarnya Maemunah adalah putri dari keluarga kaya, tapi karena peristiwa yang terjadi dulu kala, saat Maemunah lebih memilih mengikuti sang suami bertugas di salah satu laboratorium penelitian, yang tengah melakukan penelitian tentang kehidupan alien, keluarganya yang tidak setuju dengan pernikahan mereka sejak awal menjadikan hal itu sebagai alasan.

Menganggap Maemunah membangkang dan sudah gila, karena mengikuti suaminya yang mengatakan pernah melihat alien, dan Maemunah di coret dari daftar keluarga dan sudah dianggap mati oleh keluarganya.

Karena pengalaman hidupnya yang sudah cukup banyak, sebagai seorang singgle parent, Maemunah mengubur semua hasil penelitian suaminya, dan berusaha hidup secara normal seperti masyarakat pada umumnya.

Kekhawatiran Maemunah karena ternyata Alma menuruni kecerdasan dari ayahnya, membuat Maemunah khawatir jika Alma juga akan mengalami nasib yang sama seperti ayahnya, yang di lenyapkan oleh sekelompok orang tak dikenal.

Namun melihat Alma yang cerdas dan berpotensi bisa membawa nama baik sekolah, salah satu bapak-bapak dari yayasan yang bertamu di sana menawarkan untuk meminjamkan motornya.

Namun lagi-lagi Maemunah beralasan.

" Motor itu kan bisa jalan kalau ada bahan bakarnya Pak, itu juga butuh biaya", ucap maemunah kembali menolak secara halus.

" Kalau begitu pakai sepeda saja, saya ada sepeda yang tidak terpakai di rumah. Kalau Alma tidak keberatan pulang pergi naik sepeda, maka besok akan saya berikan sepeda yang ada dirumah saya untuk Alma".

Kini ganti ibu-ibu paruh baya yang menawarkan bantuannya.

Alma menatap ibunya dengan penuh harap, keinginannya tiba-tiba muncul, untuk bisa melanjutkan pendidikan dan kelak bisa memperoleh pekerjaan yang bagus agar bisa membahagiakan ibu dan adiknya, membuatnya berharap agar ibunya menyetujui tawaran itu.

Setelah berdiskusi cukup lama, dan begitu banyak pertanyaan yang diajukan oleh Maemunah perihal kemungkinan- kemungkinan yang akan terjadi, akhirnya Maemunah setuju dengan tawaran yang diberikan agar putrinya melanjutkan pendidikannya.

" Kamu harus bisa menjaga diri, sekolahmu yang baru cukup jauh dari rumah".

" Ibu harap kamu juga bisa bergaul dan mendapatkan teman yang baik di sana".

Begitu pesan yang di katakan Maemunah pada putri sulungnya.

***

Menjadi seorang gadis cantik yang terlahir dari keluarga miskin memang kerap memposisikan Alma pada keadaan yang kurang menguntungkan dalam kehidupannya.

Beberapa teman perempuan yang berasal dari keluarga kaya dan terhormat terlihat tidak menyukai keberadaannya.

Sampai hari ini Alma belum berhasil mendapatkan teman dekat di kelasnya. Temannya yang dulu satu SMP dengan Alma berada di kelas yang berbeda.

Dikelas baru langsung di buat grup chatt kelas, dan semua murid baru langsung masuk grup, kecuali Alma dan seorang lagi murid yang sampai hari ini belum pernah masuk kelas.

Alma memang satu-satunya murid yang tidak memiliki smartphone. Jangankan smartphone..., untuk membayangkan memiliki HP jadul ( jaman dulu) saja Alma tidak pernah. Karena itulah Alma sering ketinggalan informasi.

Kelas Alma berada di lantai dua. Terdapat dua pintu masuk dan banyak jendela kaca yang tingginya setinggi dada orang dewasa, membuat suasana kelas bisa terlihat jika ada orang yang berjalan di luar kelas.

Total ada 40 siswa di kelas, tapi entah mengapa ada seorang teman yang belum juga masuk kelas sejak awal kegiatan MOS. Dan menyisakan bangku kosong di belakang tempat duduk Alma. Bangku paling belakang dan dekat dengan jendela. Penataan bangku di kelas Alma memang sendiri-sendiri, jadi tidak membuat Alma terlalu mencolok dan terlihat selalu sendirian.

Wali kelas pernah memberi informasi jika anak tersebut sedang berada di luar kota karena ada keluarganya yang meninggal.

" Mungkin bagi mereka orang-orang kaya, memang semudah itu untuk meminta ijin tidak masuk kelas selama seminggu, padahal kan sayang, sekolahnya bayar mahal", batin Alma.

Kini Alma merasa dirinya hampir menyerah untuk mendapatkan teman dekat. Tidak ada seorangpun yang berminat menjadi teman Alma. Padahal sudah seminggu mereka bersama.

Hari ini hari Senin, hari pertama akan dimulai kegiatan belajar mengajar sesungguhnya di kelas.

Kegiatan pagi ini adalah upacara bendera, sekaligus penutupan kegiatan MOS ( Masa orientasi siswa), secara resmi, yang dilakukan oleh bapak kepala sekolah.

Alma langsung masuk kelas dan menyenderkan kepalanya di meja usai mengikuti upacara bendera, sambil matanya sesekali menatap langit biru melalui jendela kaca di kelasnya. Rasa lelah setelah bersepeda sejauh 7 km, di tambah berdiri selama satu jam mengikuti upacara bendera, membuat energi Alma seperti terkuras habis.

Untung Alma duduk di bangku yang dekat dengan AC, jadi bisa ngadem setelah berpanas-panasan.

Namun belum cukup lama Alma mengistirahatkan badannya, bapak Bayu, sang wali kelas sudah masuk ke dalam kelas dan menyapa semua murid di kelas itu.

" Selamat pagi anak-anak!"

" Selamat bergabung menjadi anggota keluarga besar SMA Pelita Jaya".

" Bapak harap kelas ini bisa menjadi kelas yang solid dan unggul dari kelas yang lainnya....".

Di pertengahan kalimat Pak Bayu, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu, dan masuklah seorang anak laki-laki berperawakan tinggi, mengenakan seragam putih abu-abu yang tertutup jaket hitam dan paras yang sangat tampan, namun wajahnya begitu dingin, tanpa ekspresi dan terlihat angkuh.

"..... karena ada murid berprestasi yang masuk di kelas ini", pak Bayu menyelesaikan kalimatnya yang terpotong.

" Maaf pak saya terlambat", ucap anak itu, namun Pak Bayu hanya mengangguk, dan justru langsung mempersilahkannya duduk di bangku yang kosong, tanpa menegur, ataupun menanyakan alasan keterlambatannya.

Semua mata langsung tertuju pada anak laki-laki yang sedang berjalan menuju bangku yang berada di barisan paling belakang, tepat di belakang Alma.

" Alma... bapak harap kamu bisa membantu, dan menularkan kecerdasan kamu pada teman-teman yang lain".

Alma yang sedang melirik ke anak laki-laki yang duduk di belakangnya langsung kaget, namun mengangguk dengan cepat, karena Pak Bayu sedang menatap ke arahnya.

" Bagus, kalau begitu selamat menjalani masa-masa awal SMA, yang kalau di kebanyakan lagu, katanya, masa-masa yang paling indah, semoga keindahan itu memang benar adanya".

Pak Bayu pergi meninggalkan kelas dan suasana kelas langsung riuh, teman-teman yang tadinya masa bodoh dengan Alma kini menatap kearahnya, ada juga yang mengajak Alma berkenalan, dan bertutur manis padanya. Berbanding terbalik dengan sikap mereka seminggu yang lalu...

Tentu saja Alma merasa bahagia dan dengan suka cita menerima perkenalan dan ajakan pertemanan dari teman-teman sekelasnya, meski dalam hatinya merasa miris. " Apa mereka tiba-tiba berprilaku baik, karena ada maunya, setelah pak Bayu mengatakan jika diriku adalah murid berprestasi", pikir Alma.

Namun tidak dengan anak laki-laki yang duduk di belakangnya. Dia benar-benar pendiam dan irit bicara, tidak bersosialisasi dengan teman yang lain, dan anehnya nafasnya terdengar memburu, " mungkin tadi dia habis lari-lari karena terlambat", hanya itu yang terlintas di benak Alma.

Guru mata pelajaran pertama masuk ke dalam kelas, pelajaran fisika di pagi yang panas dan melelahkan, seketika membuat suasana kelas kembali hening.

Episode 2 Perubahan

Saat pulang sekolah, Alma yang tengah mengayuh sepeda melihat si anak laki-laki, teman sekelas yang duduk di belakangnya. Masuk ke dalam mobil pribadi, yang pintunya di bukakan oleh pak supir.

" Benar-benar laki-laki yang dingin, arogan dan juga misterius, bahkan setelah di bukakan pintu mobil dia tidak menatap pada si supir, apalagi mengucapkan terimakasih", gumam Alma sambil menggelengkan kepalanya melihat sikap teman sekelasnya itu.

Sesampainya di rumah, Alma langsung mengambil piring dan mengisinya dengan nasi, sayur kangkung, dan juga kerupuk hingga penuh menutupi piring.

" Capek banget ya kak?", Bara yang sedang main di depan rumah tetangga memilih pulang saat melihat Alma mengayuh sepeda menuju rumah.

Alma hanya mengangguk, karena saat ini mulutnya penuh dengan nasi dan kerupuk.

" Kak... kemarin kakak bilang mau nyari uang tambahan buat beli HP pintar, apa masih pengen?", Alma kembali mengangguk dan meraih gelas berisi air putih dan meminumnya hingga tandas.

" Alhamdulillah, akhirnya kenyang juga". Alma mengelus perutnya yang kini sudah penuh terisi nasi.

" Apa ada yang nawari kamu pekerjaan buat kakak?", Alma bertanya pad Bara sambil mencuci piring bekas makan nya. Itulah kebiasaan yang diterapkan oleh maemunah pada kedua anaknya, agar menjadi anak yang rajin dan tidak menjadi pemalas.

" Ibu RT tadi kesini, beliau bilang anaknya yang masuk SMP minta ikut Les matematika, apa kak Alma mau mengajar privat anaknya Bu RT?".

" Ya sudah, sekarang kita ke rumah Bu RT, kita terima tawarannya", Alma begitu semangat mencari penghasilan sendiri untuk membeli smartphone, agar bisa masuk grup kelas, dan tidak ketinggalan berita.

***

Pagi hari saat Alma baru sampai di parkiran sekolah dan tengah mengatur nafas setelah bersepeda jauh, salah satu teman sekelas Alma mendekatinya.

" Baru sampai juga ya Al?", Feni yang juga baru saja memarkir motornya menyapa Alma.

Bahkan Feni yang mengendarai motor saja dianggap dari kalangan miskin, dan tidak banyak teman yang bergaul dengannya, lalu apa kabarnya Alma yang hanya naik sepeda pemberian. Mungkin Alma akan masuk ke dalam golongan biangnya fakir miskin.

" Dari rumah jam berapa Al?, bukankah rumah kamu ngelewatin rumahku ya?, kemarin pas aku sampai rumah, aku lihat kamu bersepeda ngelewatin depan rumahku".

" Memangnya rumahmu dimana?", Alma balik bertanya.

" Jalan Pattimura No 8 ". Alma mengangguk tanda paham.

" Padahal rumahnya cukup besar dan bagus, tapi kenapa Feni di golongkan dari keluarga miskin, lalu seperti apa rumah-rumah mereka yang tergolong dari keluarga kaya?", Alma kembali bergumam dalam hatinya.

" Woy....!"

tepukan di lengan membuatnya tersadar dari lamunan." Eh, rumahku masih 3 kilometer dari rumah kamu, dari Jalan Diponegoro masih masuk gang, jauh ke dalam ", jawab Alma sambil berjalan bersama dengan Feni menuju kelas mereka.

" Al, yang duduk di belakang kamu itu, siapa namanya?, kelihatan cool banget", Feni berbisik di dekat telinga Alma.

" Namanya si Chuun", Jawa Alma asal. Feni mengangguk-anggukan kepalanya, percaya begitu saja dengan yang Alma katakan.

Padahal Alma sendiri tidak tahu siapa nama anak laki-laki itu, saat datang kemarin, hingga pulang sekolah, dia sama sekali tidak melepas jaket hitamnya, jadi tidak bisa membaca name tag yang ada di seragam sekolahnya.

Sebenarnya "chuun' adalah bahasa Korea yang artinya 'dingin', Alma hanya asal saja menamainya si chuun' yang artinya 'si dingin', nama yang menurut Alma sesuai dengan sikap dan perilaku anak itu yang sangat dingin.

Alma langsung duduk di bangkunya, sudah banyak teman-teman yang datang lebih awal, karena memang sebentar lagi bel masuk berbunyi. Tapi 'si dingin' belum menampakkan batang hidungnya. Dan ternyata bukan hanya kemarin maupun hari ini. Sudah seperti rutinitas, anak itu selalu datang tepat saat bel masuk berbunyi. Dan lagi-lagi dia tidak pernah berinteraksi dengan anak-anak yang lain.

Sudah lima hari, sejak kemunculan anak itu, belum pernah ada yang diajaknya berbicara, beberapa yang berusaha mendekatinya dan mengajaknya bicara, namun tidak pernah di tanggapi nya. Satu-satunya kalimat yang pernah terdengar dari mulutnya adalah permintaan maaf nya pada pak guru, saat pertama kali masuk kelas.

Benar-benar laki-laki yang misterius, sekaligus menarik, karena kebanyakan dari gadis berlatar belakang keluarga yang kaya seperti teman-teman Alma akan dibuat tertarik oleh laki-laki tinggi, tampan dan bersikap cool, juga misterius seperti itu.

Namun jum'at siang hari, saat kelas Alma mengikuti kegiatan olahraga renang di kolam yang ada di gedung olahraga. Akhirnya semua siswa tahu siapa nama 'si dingin' yang sebenarnya.

Setelah melakukan pemanasan, Pak Bayu, wali kelas sekaligus guru olahraga memberi contoh loncat paku. Satu persatu siswa di panggil dan menempati starting block ( pijakan balok ).

" Akio Toyoda, Almahyra Elshanum, Alzex Rudiarto, Boy Hendarto, Daniel Antoni. Berbaris sejajar di pijakan, saat bapak meniup peluit, kalian langsung loncat ke dalam kolam, mengerti?".

" Mengerti...!", jawab mereka kompak. Dan saat pak Bayu meniup peluit, mereka berlima langsung meloncat ke dalam kolam sedalam 4 meter itu.

Si dingin alias Akio yang pertama muncul di permukaan, langsung menepi ke pinggiran kolam, semua teman perempuan sekelas Alma langsung bertepuk tangan dan terpesona pada Akio, apalagi saat melihat bentuk tubuh Akio yang sudah berbentuk diusia muda. Really perfect.....

Semua murid mendapatkan jatah sekali loncatan, namun saat muncul di permukaan wajah Alma tampak begitu pucat, hingga Pak Bayu mempersilahkan Alma untuk beristirahat di UKS sekolah.

Alma pun mengganti baju renangnya dengan seragam sekolah. Untung di SMP juga ada olahraga renang, jadi Alma sudah mempunyai baju renang sejak SMP, Alma berhasil membeli baju renang setelah menabung selama dua bulan.

Feni yang kini cukup dekat dengan Alma menemani Alma ke UKS usai Alma berganti baju.

" Kamu sakit Al?, takut ketahuan udah bohong sama aku, tentang nama ' dia ' ya ?".

Alma hanya mengangguk asal, tapi buru-buru menarik tangan Feni sebagai pegangan menuju UKS. Karena dirinya sudah merasa sangat tidak nyaman berada di sana. Feni pun tidak membahas lebih lanjut melihat wajah Alma yang semakin pucat.

Masih dengan wajah nya yang pucat. Alma langsung menelan 2 butir tablet yang diberikan oleh petugas kesehatan di UKS. Dan merebahkan diri di atas kasur/ bed.

" Aku tinggal ya Al, sebentar lagi giliran ku melakukan loncatan", Alma mengangguk sambil berterimakasih pada Feni.

" Apa yang aku lihat tadi?, kenapa matanya menyala merah, dan telinganya berubah menjadi panjang seperti kelinci saat di dalam air tadi, apa aku hanya berhalusinasi?", Alma masih sedikit shock dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi, saat di dalam kolam renang.

" Apa Akio mempunyai kelainan pada tubuhnya, atau aku yang salah lihat karena sedang tidak sehat?". Alma tidak bisa tidur meski sudah meminum obat.

Dan semakin terkejut ketika orang yang sedang berada dalam pikirannya tiba-tiba muncul dari balik tirai.

" Kenapa membuka mata di dalam air?, apa kamu tidak mendengarkan instruksi pak Bayu agar memejamkan mata saat di dalam air?". Kalimat terpanjang yang pernah Alma dengar dari mulut Akio.

Alma semakin terkejut karena ternyata Akio menyadari jika dirinya melihat perubahan wujud Akio di dasar kolam.

" Bisa tetap diam dan jaga rahasia?".

Alma masih menatap Akio tanpa berkata sepatah katapun.

Sebenarnya Akio sendiri merasa bingung kenapa dirinya bisa lepas kontrol dan berubah wujud karena masuk ke dalam air, mungkin karena kolam yang cukup dalam, dan tekanan air yang cukup kuat, membuat tubuhnya bereaksi berlebihan.

" Kamu masih kaget dan nggak percaya dengan apa yang kamu lihat?".

" Baca ini di rumah, dan buatlah keputusan yang tepat".

" Tanda tangani jika kamu setuju". Akio menyerahkan selembar kertas yang terlihat seperti sebuah perjanjian. Alma langsung melipat dan menyimpannya ke dalam saku bajunya.

Tak lama kemudian Feni kembali menghampiri Alma ke UKS, dan menawarkan tumpangan mengantar Alma pulang.

" Wah...., entah ada angin apa, tiba-tiba si Chun menghampiriku dan memintaku mengantarkanmu pulang, Daebak...! ".

Feni menyampaikan apa yang terjadi di gedung olahraga tadi. Bahkan teman-teman perempuan yang lain, sampai begitu penasaran dengan apa yang Akio katakan pada Feni.

" Pengen tahu aja... apa tahu banget???", hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Feni saat dirinya di interogasi oleh teman-temannya yang begitu penasaran.

Episode 3 : Surat Perjanjian

Feni kembali merangkul Alma menuju tempat parkir, suasana sudah sepi, karena semua murid sudah bubar sejak setengah jam yang lalu.

Hanya ada sepeda Alma dan motor Feni yang tersisa di parkiran.

" Peluk yang erat, biar nggak jatuh", Feni menuntun tangan Alma melingkar di perutnya untuk berpegangan. Alma memang masih terlihat pucat dan lemas.

" Aku lihat pagi tadi kamu masih baik-baik saja, tapi kenapa saat keluar dari kolam, tiba-tiba mukamu berubah pucat pasi?".

" Apa kamu mengidap aquaphobia?".

" Atau..... thalassophobia ?", Feni terus bertanya sepanjang perjalanan, mengajak Alma berbicara, untuk memastikan jika Alma tidak pingsan.

" Aku tidak punya fobia apa-apa, hanya sedikit lelah, dan shock", gumam Alma.

Feni terus melajukan motornya menuju jalan Diponegoro, seperti yang Alma ceritakan kemarin, dimana rumahnya berada.

" Shock?, memangnya kamu liat apa?".

Alma hanya menggelengkan kepalanya, " tidak ada yang aneh", jawabannya singkat.

" Nggak lihat apa-apa kok bisa shock", gerutu Feni. Namun Alma memilih diam dan tidak berniat untuk menjelaskan apapun.

Setelah mengikuti petunjuk arah yang dilakukan Alma untuk belok kanan, belok kiri dan jalan terus, mereka sampai di rumah Alma. Feni hanya melongo melihat rumah Alma yang lebih mirip rumah tua yang reyot.

"Jika di pakai untuk syuting film horor pasti dapet banget nih feel nya", batin Feni.

Rumah tua yang cukup luas, halamannya pun cukup luas dengan pagar keliling besi yang sudah berkarat, terlihat beberapa bagian rumah yang rusak, dan dinding rumah yang terlihat usang karena material kayu yang sudah terlihat lapuk, dan cat kusam yang mengelupas.

Alma menyuruh Feni ikut masuk dan mampir ke dalam rumah.

Di ruang tamu yang luas dan terdapat banyak jendela kaca, hanya ada kursi kayu dengan dudukan dan sandaran busa yang juga sudah kusam.

Alma mengeluarkan segelas air putih dan satu sisir pisang mas, hasil memetik di pekarangan samping rumah, " maaf hanya ada itu, silahkan di nikmati".

Feni menatap suguhan untuk dirinya, " bahkan untuk membeli gula dan teh saja tidak mampu, lalu apa yang dimakannya setiap hari?", batin Feni.

" Maaf ya, cuma ada nasi dan sayur bening, apa mau makan siang?".

Feni langsung menggelengkan kepalanya, " Nggak usah repot, santai dan duduk saja, kamu kan lagi sakit, aku nanti makan dirumah saja, biasanya ibu marah kalau aku makan di luar tanpa sepengetahuannya".

" Aku makan ini saja", Feni memotek sebuah pisang dari tandannya.

Dalam hati, Feni langsung mematahkan argumen ibunya yang selalu menyuruhnya makan teratur dan bergizi, jangan lupa minum vitamin dan juga susu, belajar giat , ikut les dan privet sebanyak-banyaknya, dan kurangi melakukan hal-hal yang tidak penting.

Kata ibunya, saingan di SMA Pelita Jaya itu bukan anak-anak sembarangan, hidup mereka pasti di penuhi dengan belajar, membaca buku, les privat dan istirahat cukup. Karena teman yang lain memang tidak harus capek-capek bekerja membersihkan rumah dan melakukan kegiatan melelahkan lainnya. Jika mau bersaing dengan mereka harus melakukan semuanya dengan sempurna.

Awalnya Feni setuju dengan pendapat ibunya, tapi saat melihat keadaan Alma, semua argumen itu langsung di patahkan begitu saja.

Alma si gadis jenius setiap hari makan seadanya, lebih sering kelelahan karena harus bersepeda ke sekolah dengan jarak yang cukup jauh.

Bahkan Feni yakin bahan belajar Alma hanya penjelasan dari guru dan bacaan yang di bacanya di perpustakaan. Keadaan ekonominya tidak memungkinkan dirinya untuk mengikuti les tambahan. Feni yakin seratus persen.

" Ya sudah aku pamit pulang dulu, kamu istirahat ya biar cepet pulih".

Sepeninggal Feni dari rumahnya, Alma membuka lipatan kertas yang ada dalam saku bajunya. Kertas pemberian Akio tadi di UKS.

Ternyata benar, setelah Alma membaca dan memahami isi surat itu, tidak lain isinya adalah perjanjian, bahwa Alma harus merahasiakan apa yang dilihatnya di dasar kolam.

Jika menyetujui dan menandatangani surat perjanjian itu, Alma akan memperoleh subsidi sebesar 75 juta, sebagai tanda terimakasih karena Alma bersedia merahasiakan identitas Akio yang sebenarnya.

Namun Alma kembali melipat kertas itu dan memasukkannya kedalam tas.

Alma berusaha untuk memejamkan mata dan beristirahat di kamarnya.

***

Pagi ini hujan turun dengan deras. Sudah dua hari Alma beristirahat di rumah, sabtu dan minggu memang sekolah libur. Alma merasa dirinya sudah kembali sehat dan bugar.

Dengan membawa payung di tangan kanan dan plastik berisi sepatu dan kaos kaki di tangan kiri, Alma kembali berangkat ke sekolah melewati jalan becek yang masih sepi . Berjalan seorang diri menuju halte bus terdekat. Karena sepeda miliknya di tinggal di sekolahan jumat kemarin.

Dari balik kabut yang masih pekat muncul sosok pria tampan yang menutupi kepalanya dengan jas hujan berwarna hitam. Dia berjalan menuju ke arah Alma. Akio...

Setelah melewati jalan sempit, Akio menyuruh Alma masuk kedalam mobilnya yang terparkir di tepian jalan.

Pak supir melajukan mobil BMW seri X dengan pelan sesuai perintah tuan nya.

" Apa sudah kamu tanda tangani surat perjanjian itu?". Akio bertanya dengan pandang lurus kedepan, tanpa menatap ke arah Alma.

" Belum, masih ada yang perlu saya tanyakan sebelum menandatangani perjanjian itu".

" Apa kamu manusia?", tanya Alma to the points.

" Apa harus di jawab?" .

" Kamu tidak takut aku lenyapkan jika tidak bisa ber kompromi?.

Mendengar kalimat Akio, seketika detak jantung Alma berdentum dengan hebatnya.

" Lenyapkan ?", dengan nada gemetar, Alma mengulang kata-kata Akio sambil menelan salivanya merasa ngeri.

Semudah itu pemuda di sampingnya mengatakan kalimat yang mengerikan.

" Ya, jika kau tidak mau menandatangani perjanjian tutup mulut, maka satu-satunya jalan kau harus ku lenyapkan".

Dari awal Akio memang berencana akan melenyapkan Alma, setuju atau tidak dengan isi surat perjanjian, hasil akhirnya adalah nyawa Alma taruhannya.

Karena tidak boleh ada yang mengetahui siapa Akio sebenarnya.

Alma langsung mengambil kertas perjanjian dan pulpen, dari dalam tas ranselnya, dan menandatangani surat perjanjian itu dengan cepat, tak lagi mengajukan pertanyaan.

Akio sempat memperhatikan gantungan kunci yang ada di tas Alma, Akio ingat jika gantungan pahatan batu berbentuk bintang bulan itu adalah miliknya yang diberikan pada manusia yang dulu pernah menyelamatkan nyawanya.

Seorang ilmuwan yang merawatnya saat Akio terdampar di bumi.

Delapan tahun lalu UFO yang di kendalikan Akio mengalami kerusakan karena berbenturan dengan meteoroid dan merusak sistem operasi UFO, sehingga UFO mengalami gesekan dengan atmosfir bumi, dan memunculkan percikan api, membakar mesin UFO, dan UFO jatuh, tertarik gravitasi bumi.

Beruntung Akio bertemu dengan manusia yang baik hati , profesor Sobari yang merawat dan mengajarinya bahasa manusia. Dan juga cara hidup di planet bumi.

Akio adalah salah satu makhluk luar angkasa (alien) yang berwujud sangat mirip dengan manusia, Akio berasal dari planet Mesier yang berada di galaksi Andromeda.

IQ mahluk dari planet Mesier memang diatas rata-rata IQ manusia di bumi, proses penuaan mahluk Mesier juga lebih lamban dari pada manusia. Umur mahluk Mesier bisa mencapai ribuan tahun. Tapi perkembang biakan makhluk Mesier cukup lambat, karena proses pembuahan yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.

" Siapa nama ayahmu?", Kini mata Alma dan Akio saling bertemu, namun Alma langsung membuang pandangan keluar kaca mobil.

" Kalau kamu tidak menjawab pertanyaan ku, apa aku perlu menjawab pertanyaan kamu?", Alma masih membuang muka.

" Pak Sobari, apa kau putri pak Sobari?", Alma begitu terkejut saat Akio menggenggam erat lengan Alma dan mengguncang-guncang tubuhnya. Apalagi Akio tahu siapa nama mendiang ayahnya. Alma semakin takut.

" Bagaimana bisa kamu mengenal ayahku?".

Mobil berhenti persis di depan pintu gerbang sekolah.

Akio langsung turun dari mobil dan pergi meninggalkan Alma yang masih duduk terpaku di dalam mobil mewah itu.

" Ayahnya sudah mati karena berusaha menyelamatkan ku, tidak mungkin aku melenyapkan nyawa dari putri orang yang menyelamatkan hidupku", hati Akio berkecamuk tak menentu, sambil berjalan cepat meninggalkan mobil.

" Nona, tuan muda memang jarang berbicara, mohon maaf kalau sikapnya terlihat arogan, dan dingin", pak supir membukakan pintu untuk Alma.

Alma turun dari mobil dan menerima payung dari pak Supir. Setelah mengucapkan terimakasih dan menyuruh pak supir kembali masuk ke mobil .

Di bawah guyuran hujan di pagi hari, Alma memasuki gerbang sekolah yang menjulang tinggi, tidak ada upacara bendera hari ini, karena hujan deras. Alma langsung menuju tempat parkir melihat keberadaan sepedanya.

" Masih berada di sana, lagian siapa yang mau mengambil sepeda itu?, semua murid disini adalah anak orang kaya. Mungkin uang jajan mereka bisa untuk membeli sepeda yang lebih bagus dari sepada itu", Alma kembali melanjutkan berjalan menuju kelasnya.

Ternyata suasana kelas masih sepi, belum banyak teman sekelas yang berangkat. Dan Akio...., entah pergi kemana anak itu,

" sebenarnya siapa dia, bisa mengenal mendiang ayahku,"

Sikap Akio si pria dingin yang misterius, benar-benar menyita perhatian semua orang, termasuk Alma.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Aquaphobia : (phobia air adalah ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap air )".

Thalassophobia : ( lebih berpusat pada badan air yang tampak luas, gelap, dalam, dan berbahaya. Orang-orang yang menderita fobia ini mungkin tidak terlalu takut dengan air, melainkan takut dengan apa yang bersembunyi di bawah permukaannya).

Meteoroid adalah : batu-batuan luar angkasa yang berukuran kecil dan melayang bebas serta bergerak dengan cepat. Rata-rata meteoroid berukuran tidak lebih besar dari asteroid atau sekitar batu kerikil yang ada di Bumi. ... Lalu, meteoroid akan masuk ke dalam lapisan atmosfer dengan kecepatan 70 km/detik.

Galaksi Andromeda : (nama lain, Messier 31 dan NGC 224) adalah sebuah galaksi spiral yang berjarak kira-kira 2,5 juta tahun cahaya dari bumi. Galaksi ini merupakan salah satu galaksi di luar galaksi Bima Sakti yang dapat dilihat dengan mata telanjang pada malam yang cerah, tanpa bulan, dan tanpa polusi cahaya.

© copy by wikipedia.org

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!