Prolog
Pengenalan para tokoh,
Cantika Safira Abdulmalik,
Wanita cerdas,ramah, ceria,bertubuh tinggi-langsing, berwajah cantik dan memiliki wajah baby face. Sehingga banyak orang yang tidak menduga kalau dia sudah memiliki anak, bahkan kembar tiga.
Cantika baru berumur 27 tahun. Dia melahirkan saat usianya berumur 22 tahun. Akibat ketidaksengajaan saat dia bertugas dari kantornya untuk menggantikan atasannya ke Bali. Bahkan dia masih ragu siapa laki-laki yang telah memperkosanya, saat itu dia dalam pengaruh obat, karena sedang sakit demam tinggi.
Alexander Green Andersson,
Laki-laki berkebangsaan Amerika, tapi menghabiskan masa kecilnya di Indonesia dalam asuhan tantenya yang menikah dengan orang Indonesia. Dia memiliki wajah tampan bermata tajam dengan alis yang lebat. Berambut coklat kemerahan, bermata biru langit. Dia sering bolak-balik, Amerika-Indonesia untuk mengunjungi saudaranya, atau urusan bisnis.
Al Fatih Green Hakim,
Saudara sepupu Alexander dari pihak ibu. Dia juga atasan Cantika saat bekerja di perusahaan milik Hakim Group. Orangnya ramah, perhatian, dan memiliki wajah bule campuran Indonesia-Amerika. Perpaduan yang menyempurnakan ketampanannya.
Angkasa Rafa Abdulmalik,
Anak pertama Cantika, memiliki wajah tampan bule mirip Alexander. Saking miripnya itu wajah kayak hasil kloning. Memiliki sifat tenang, berjiwa pemimpin karena dia merupakan anak sulung. Merupakan otak dalang dari ide-ide trio kancil. Walau baru berusia 5 tahun dia dan kedua saudaranya sudah duduk di kelas 2 SD. Kali ini mereka membuat misi menyatukan mama dan papa kandung mereka, agar menjadi keluarga yang utuh.
Bintang Rofi Abdulmalik,
Anak kedua Cantika, gadis kecil yang cantik, ceria, dan centil banget. Saudara-saudara kembarnya memberi gelar Ratu Drama, karena pintar banget berakting seakan-akan itu beneran bukan bohongan. Anaknya cerdik dalam menilai situasi dan kondisi, sehingga dia bisa memanfaatkannya dengan baik. Dia juga merupakan seorang model, dengan wajahnya yang cantik dan imut yang membuat orang gemas melihatnya. Banyak orang yang mudah jatuh hati padanya.
Langit Rafi Abdulmalik,
Anak ketiga Cantika, kembar identik dengan saudaranya. Memiliki sifat ceria, baik hati, sehingga selalu membuat suasana hangat. Banyak disukai orang karena sifatnya. Dia adalah motor penggerak dari tindakan-tindakan yang dilakukan trio kancil. Diantara mereka bertiga dia yang paling jahil. Meminta misi tambahan untuk mencarikan jodoh buat Om Arga bila misi mereka berhasil. Karena menurutnya Om Arga itu orang baik, jadi harus hidup bahagia.
Gayatri Sri Indriyani,
Sahabat baik Cantika sejak duduk dibangku kuliah, yang baik tapi suka teledor. Selalu berusaha membantu Cantika dalam menjaga c'trio kancil. Dia juga yang memberi gelar ketiga anak kembar itu dengan sebutan Trio Kancil. Sering dipanggil Tante Gaya. Sebenarnya Gaya adalah seorang anak konglomerat yang memiliki darah biru.
Aria Bumi Darmawangsa,
Mahasiswa tingkat pertama, yang jatuh hati pada Cantika. Selalu mengejar cintanya Cantika, ngak peduli walau sudah punya anak tiga. Orangnya cekatan, perhatian, dan selalu terdepan mengenai hal-hal yang menyangkut Cantika dan anak-anaknya. Rela menjadi pelayan di cafenya milik Cantika, walau dia anak seorang konglomerat.
Arga Mahendra Darmawangsa,
Kekasih Cantika, sekaligus kakak sepupu dari Aria. Pengusaha muda yang sukses seperti Al Fatih. Dia juga merupakan cinta pertamanya Cantika. Anak Cantika pun semuanya sayang terhadap dia. Cintanya diuji dengan susahnya mendapat restu dari sang papi.
Mentari Khairunnisa Mochtar,
Sepupu Cantika, anak dari Paman Ja'far . Orangnya ceria, berani, dan suka makan, walau begitu tubuhnya tetap saja kurus. Sangat sayang pada Cantika.
\* \* \* \* \* \* \*
Cantika adalah gadis ceria yang baik hati dan sangat disukai banyak orang. Dia seorang yatim piatu, kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Saat itu dia baru berusia tiga belas tahun dan duduk di bangku sekolah menengah pertama. Cantika memiliki adik yang bernama Erlangga yang terpaut beda usia sepuluh tahun dengannya. Sekarang dia bekerja di divisi pemasaran di sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai jenis barang kebutuhan masyarakat sehari-hari. Misalnya mie instan, sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, shampo, minuman ringan, kue biskuit dan Snack.
Perusahaan yang diberi mana BERKAH JAYA adalah milik seorang pengusaha muda yang sukses. Dia adalah Al Fatih Green Hakim, seorang laki-laki campuran Indonesia-Amerika. Seorang atasan yang baik dan selalu memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Walau perusahaannya baru didirikan selama lima tahun tapi pendapatan bersihnya miliyaran per tahunnya.
Sudah satu tahun lebih Cantika bekerja di perusahaan itu. Cantika juga merasa senang kerja disana, selain gajinya yang lumayan besar, teman-teman sekantornya juga baik-baik. Ada aturan yang diterapkan oleh perusahaan itu, karyawan wanita harus berpakaian sopan dan tertutup dilarang berpenampilan seksi. Sedangkan bagi karyawan muslimah boleh mengenakan jilbab. Waktu bekerja tidak boleh banyak bicara apalagi bergosip. Apabila sakit dirujuk berobat ke Rumah Sakit HARAPAN agar tidak mengeluarkan biaya pengobatan karena Rumah Sakit itu masih milik keluarga Fatih.
"Cantika, tolong berkas laporan hasil penjualan bulan ini di kasihkan ke Pak Alif," perintah Bu Yuni yang merupakan kepala divisi pemasaran.
"Siap Bu!"
"Nanti bila sudah selesai pekerjaanmu, makanlah ini!" Bu Yuni memberikan satu kotak bekal makanan.
"Wah makasih, Bu. Tau aja kalau aku lagi lapar," Cantika tersenyum lebar pada atasannya.
"Iya, aku tahu kamu belum makan siang tadi. Karena terlalu sibuk buat laporan akhir bulan."
"Oke, Bu. Kalau begitu aku pergi dulu, ya." Cantika berlalu cepat-cepat pergi ke lantai atas tempat sang Asisten Bos berada.
Di lantai paling atas tempat kantor CEO BERKAH JAYA berada. Kini Cantika berdiri di depan pintu ruangan sang Asisten Bosnya. Dia hendak mengetuk pintu, tapi pintu keburu terbuka dari dalam.
"Eh Cantika, ada apa?" Alif asisten Bos Fatih menyapanya
"Mau memberikan laporan hasil penjualan bulan ini, Pak."
"Oh, kebetulan aku mau ke ruangannya Pak Bos. Kamu ikut aja sekalian!" ajak Alif.
Cantika pun melangkahkan kakinya mengikuti Asisten Bosnya itu. Di dalam kantor yang di desain sederhana tapi nyaman, Fatih sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Dia tersenyum menyambut dua bawahannya itu.
"Mana berkas laporan hasil penjualan bulan ini?"
"Ini, Pak." Cantika menyerahkan berkas laporannya.
"Terima kasih." Fatih menerimanya kemudian memeriksanya.
"Bagus ... Kamu sudah boleh kembali ke tempatmu." Fatih puas atas hasil pencapaian untuk bulan ini.
"Permisi, Pak." Cantika pun kembali ke tempatnya.
* * * * * * *
Seorang laki-laki berwajah tampan dan bermata biru sedang duduk di kursi kebesarannya di balik meja kerja yang bertuliskan namanya disana. ALEXANDER GREEN ANDERSSON, dia adalah seorang CEO dari perusahaan besar di Amerika yang bernama GALAXY.
Alex itu panggilan orang-orang padanya, sedangkan keluarga yang menyayanginya memanggil dia, Al. Alex merupakan pengusaha muda yang sukses. Dia sudah terjun di dunia bisnis sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Dia memiliki beberapa perusahaan peternakan dan pertambangan, serta hotel peninggalan mendiang ibunya dan kakek dari pihak ibunya.
Sedangkan dia memulai usahanya sendiri mendirikan perusahaan IT, saat dirinya duduk di kelas dua menengah atas. Dia juga mendirikan restoran halal bersama Fatih, saat duduk di bangku kuliah. Dia banyak merekrut anak-anak muda berbakat yang punya daya cipta dan kemauan untuk merealisasikan apa yang ada di dalam otaknya. Alex tidak pernah membatasi para bawahannya dalam membuat sesuatu. Dia akan mendukungnya dan mendanai seluruh biaya yang diperlukan.
Sejak muda Alex sudah banyak dikelilingi oleh orang-orang yang loyal terhadapnya. Mereka selalu setia dan menjadi bawahan yang selalu menuruti atasannya. Walau harus mengorbankan nyawa mereka.
"Drrrrt"
"Drrrrt"
"Drrrrt"
Terdengar suara handphone yang berada di meja kerjanya berbunyi. Dan tanpa melihat siapa yang menghubunginya, Alex langsung mengangkat panggilan itu.
"Hallo!"
"Assalammu'alaikum Al. Mana salamnya?" Terdengar suara yang begitu dikenalnya di seberang sana.
Kemudian Alex melihat nama yang tertera di layar handphonenya. Terlihat senyumnya langsung mengembang di wajahnya.
"Wa'alaikumsalam Fatih. Tumben kamu menghubungi aku jam segini. Ada apa?"
"Hehehe ... mau tanya. Apa kamu akan menghadiri pertemuan para pengusaha se - Asia Pasifik, yang akan di selenggarakan di Bali?"
"Sepertinya bukan aku yang akan datang menghadiri pertemuaan itu."
"Karena aku masih capek baru kembali dari Italia. Ada tikus got yang mencoba mengusik perusahaan milikku disana," kata Alex lagi.
"Oh. Ku kira kamu mau datang ke Indonesia."
"Tentu aku juga akan datang ke Indonesia, tapi buka untuk bekerja. Melainkan mau liburan di sana." Alex tersenyum membayangkan wajah sepupunya yang pasti lagi masam karena merasa dijahilin.
"Yah, terserah kau saja. Tadinya aku mau minta uang buat mengembangkan usahaku."
"Bukannya usaha lancar-lancar saja, bahkan saat ini kamu banyak memproduksi barang keluaran terbaru. Dan aku tahu kamu dapat untung yang banyak."
"Kamu kan tahu aku baru saja beli perkebunan kelapa sawit di Sumatera. Dan kini aku mau membuat beberapa pabrik lagi untuk memproduksi tambahan barang yang permintaannya terus meningkat," terdengar nada kesal dari Fatih.
"Buat apa kamu minta uang padaku. Bukannya kamu punya banyak uang dari beberapa perusahan milikmu yang di Amerika," kata Alex sambil tersenyum jail dan Fatih tak mengetahuinya.
" Itukan perusahaan pemberian Kakek, Al."
"Minta sama Papa Khalid, sana!" Alex masih memasang senyum di wajahnya.
"Awas kalau minta ditemani jalan-jalan saat main kesini." Fatih langsung menutup telphonenya.
"Marah dia." Alex tersenyum puas saat membuat saudaranya itu kesal.
"Fernando kamu ikut aku ke Bali, Indonesia." Alex menghubungi asistennya.
Mendengar kata Indonesia Fernando sudah bisa membayangkan seberapa banyaknya pekerjaan yang akan dia kerjakan disana nanti.
* * * * * * *
Drrrrt,
Drrrrt,
Drrrrt,
Suara handphone terdengar begitu nyaring di pagi yang sunyi. Tangan Cantika menggapai-gapai meja dekat tempat tidurnya mencari benda yang bersuara. Dengan mata yang masih terpejam dia memencet tombol panggil.
"Assalammu'alaikum, hallo," dengan suaranya yang masih parau karena baru bangun tidur.
"Wa'alaikumsalam, Cantika," terdengar suara seorang wanita yang tidak kalah paraunya.
"Iya, Bu Yuni ada apa? Tumben pagi-pagi nelepon."
"Saya minta tolong kamu untuk gantikan nanti pergi meeting ke Bali bersama Pak Fatih dan Pak Alif."
" Bali?" Cantika mengulang tempat yang harus didatanginya.
" Ya, Bali."
* * * * * * *
Drrrrt,
Drrrrt,
Drrrrt,
Suara handphone terdengar begitu nyaring di pagi yang sunyi. Tangan Cantika menggapai-gapai meja dekat tempat tidurnya mencari benda yang bersuara. Dengan mata yang masih terpejam dia memencet tombol panggil.
"Assalammu'alaikum, hallo." Dengan suaranya yang masih parau karena baru bangun tidur.
"Wa'alaikumsalam, Cantika," terdengar suara seorang wanita yang tidak kalah parahnya.
"Iya, Bu Yuni ada apa? Tumben pagi-pagi nelepon," tanya Cantika kepada atasannya itu.
"Saya mau minta tolong sama kamu untuk gantikan nanti pergi meeting ke Bali bersama Pak Fatah dan Pak Alif. Karena saya tadi malam masuk Rumah Sakit."
Cantika hanya menghela napasnya sambil melihat jam dinding yang masih menunjukan jam empat dini hari.
"In sha Allah bisa Bu, tapi apa sudah dikonfirmasi sama Pak Alif, kalau ibu tidak bisa berangkat dan minta digantikan oleh saya?"
"Tentu sudah. Justru Pak Alif yang meminta kamu untuk gantinya," jawab Bu Yuni.
"Baiklah kalau begitu. Saya harus siap-siap sekarang untuk menyiapkan keperluan di sana," kata Cantika yang suaranya terdengar tidak semangat.
"Kamu hanya perlu menyiapkan kebutuhan kamu saja. Karena semua urusan kantor sudah di siapkan jauh-jauh hari."
"Bawa keperluan kamu untuk tiga hari disana," terdengar suara Bu Yuni melemah diseberang sana.
"Sudah dulu, ya. Semoga semuanya berjalan lancar. Dan kamu bisa balik lagi dengan baik-baik saja. Assalammu'alaikum," Bu Yuni mengakhiri pembicaraan di pagi buta itu.
"Wa'alaikumsalam," ucap Cantika mengakhiri pembicaraannya.
* * * * * * *
Jam di dinding menujukan jam tujuh kurang lima belas menit. Cantika turun ke bawah menuju meja makan. Disana sudah ada Kakek Oemar sedang duduk, dan Bi Sinar sedang menata menu sarapan.
"Assalammu'alaikum, Kakek, Bi Sinar." Cantika memberi salam pada Kakek tercinta dan Bibi tersayangnya. Disertai senyuman manisnya yang menghiasi wajah cantiknya.
"Wa'alaikumsalam sayang," jawab sang Kakek dan Bi Sinar bersamaan sambil tersenyum ke arahnya.
"Paman Ja'far sama Mentari belum turun?" tanya Cantika sambil mencari sang Paman dan sepupunya yang cerewet.
Baru saja Cantika bertanya, sudah terdengar suara orang berlari di tangga. Dilihatnya, Mentari berlari sambil tersenyum menghiasi wajahnya.
"Assalammu'alaikum Kakek, Bunda!" sapa Mentari sambil mencium pipi Kakek dan Bi Sinar sang Bunda tercantiknya.
"Ayo, cepat sarapan dan berangkat sekolah, nanti keburu kesiangan. Kalau gerbangnya keburu dikunci lagi, nanti kamu nangis kejer lagi," kata Sinar menggoda putri sulungnya yang masih saja suka berkelakuan yang kekanak-kanakan.
"Mbak Cantika nanti anterin aku, ya. Soalnya Ayah mau berangkat dinas keluar kota pagi ini. Takut keburu kesiangan," pinta Mentari memohon pada Cantika sambil memasang wajah memohon.
"Wani Piro?" Kata Cantika sambil mengerlingkan matanya pada Mentari dan senyuman jahilnya.
"Chik...!!! Hitungan amat sama saudara sendiri," kata Mentari sambil memasang wajahnya yang cemberut.
Cantika terkekeh melihat reaksi Mentari. Menurutnya itu sangat lucu sekali. Menggoda Mentari sudah menjadi kebiasaanya sehari-hari sejak dulu. Sehari saja terlewat berasa ada yang kurang. Bahkan Kakek dan Bibinya juga ikut tertawa melihat kelakuan Mentari yang masih saja kayak anak kecil yang mudah merenggut bila keinginannya tidak dipenuhi.
"Iya ... iya ... nanti aku beliin cilok Mang Asep!" Mentari berusaha nego sama Cantika.
"Ogah ah, cilok cuman dua ribu perak " Cantika pura-pura menolak, padahal dalam hatinya ingin ketawa.
"Sudah-sudah, cepat berangkat, nanti keburu kesiangan!" Perintah Sang Kakek.
"Kakek hari ini Cantika akan pergi ke Bali, ada tugas dari kantor. Menggantikan Bu Yuni, karena beliau masuk Rumah Sakit tadi malam. Rencananya di Bali cuma tiga hari," kata Cantika meminta izin pada Kakeknya.
"Sama siapa saja kamu berangkat ke sana?" Kakek Oemar menatap Cantika dengan tatapan cemasnya.
"Sama Pak Fatih dan Pak Alif, Kek."
"Jadi cuma kamu, wanita yang ikut kesana?"
Cantika langsung gugup mau menjawab pertanyaan Kakeknya, "sepertinya, iya Kek."
"Mana ke sinikan HP kamu, Kakek mau menelphon atasanmu!" Kakek Oemar mengulurkan tangannya pada Cantika.
Dengan sigap Cantika menyodorkan handphonenya. Tak lama kemudian sang Kakek berbicara dengan seseorang diseberang sama meminta menjaga Cantika dengan baik, jangan sampai terjadi apa-apa.
Kakek Oemar termasuk tipe orang tua yang protektif terhadap anak, mantu, apalagi cucu-cucunya. Dia selalu memantau kegiatan mereka, teman-teman mereka. Dia tidak mau terjadi apa-apa sama keluarganya.
Waktu hampir menujukan jam tujuh pagi. Cantika berangkat mengantarkan Mentari terlebih dahulu. Karena waktu yang mepet, Cantika melajukan motornya di atas kecepatan rata-rata. Dan di waktu bersamaan ada mobil melaju dengan kencang seperti sedang dikejar-kejar. Sehingga menyerempet stang motornya. Untungnya Cantika dapat mengendalikan motornya sehingga tidak jadi jatuh.
"Wooy ...! Berhenti ... !" Cantika dan Mentari kompak berteriak memaki sang pengendara mobil yang kabur itu.
Dengan penglihatan yang tajam dan daya ingat yang kuat, Cantika mencoba mengingat plat nomor kendaraan itu. Dia menyimpannya di memori otaknya.
"Awas, ya kalau ketemu. Akan ku pukul dia!" Ancam Mentari.
"Sudah biarkan saja. Kita harus cepat - cepat, nanti ketinggalan," ajak Cantika.
Cantika pun melajukan kembali motornya itu. Sedangkan Mentari masih saja ngomel tidak jelas.
* * * * * * *
Cantika datang terlebih dahulu ke kantornya tempat dia bekerja. Karena mereka bertiga akan berangkat sama-sama.
Atasannya, Pak Fatah berpenampilan santai tapi enak di pandang mata. Stayle-nya selalu memukau mau pakai baju apa pun. Tersenyum saat melihat Cantika datang sambil lari tergopoh-gopoh menujunya.
"Maaf, Pak. Saya terlambat?!" dengan napas ngos-ngosan Cantika bertanya.
"Kamu tidak terlambat, kok. Santai saja!" Fatih terkekeh, tertawa di tahan saat melihat ekspresi Cantika.
"Oh syukurlah kalau begitu," kata Cantika.
"Sepertinya kita langsung saja berangkat sekarang ke bandara. Karena Alif sudah terlebih dahulu berangkat ke Bali tadi malam."
"Kok bisa berangkat duluan, Pak?" tanya Cantika sambil berjalan cepat menyesuaikan langkahnya dengan Fatih.
"Karena ada masalah di sana?" jawab Fatih
"Masalah, apa Pak?" tanya Cantika lagi.
"Hotel tempat diselenggarakannya Acara ternyata sudah penuh dan kita harus cari hotel yang lainnya. Syukur-syukur dapat hotel yang masih dekat dengannya."
"Kok bisa? Bukannya semua peserta yang ikut pertemuan para pengusaha Asia - Pasifik sudah pasti mendapatkan kamar tempat untuk menginap?" Cantika mengerutkan dahinya.
"Itu ada perubahan rencana. Karena ada beberapa pemimpin negara yang ikut acara itu. Dan mereka membawa banyak ajudan. Ya, jadinya kita pengusaha lokal harus berbaik hati menerima keputusan itu," jawab Fatih sambil tersenyum jenaka.
"Ah, pantas saja sejak tadi pagi aku merasa tidak enak perasaan. Semoga saja tidak ada kejadian yang aneh lainnya lagi, " batin Cantika.
"Kamu kenapa Cantika? kok diam saja?" Fatih merasa khawatir saat melihat Cantika lain dari biasanya.
"Tidak ada apa-apa kok, Pak!" jawab Cantika sambil tersenyum.
Mereka pun masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh sopir khusus yang bekerja di perusahaan Fatih, menuju bandara. Dan perjalanan mereka pun berjalan dengan lancar. Mereka sampai ke Bali dengan selamat.
* * * * * * *
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!