NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Brondong

Rara Winarti

Prolog

Tentang seorang gadis Dewasa, bernama Rara Winarti tinggal di Ibukota Jakarta yang dikenal padat penghuninya.

Rara dan keluarga tinggal di Keramat Pulo Jakarta Pusat, rumah bedeng berderet sepanjang gang memasuki rumah Rara.

Anak-anak berlarian dan bermain di area rel kereta api. Pemandangan seperti itu sudah biasa di area itu,

rel kereta api sudah seperti halaman rumah, dijadikan tempat nongkrong bergosip ibu-ibu, dan anak-anak bermain sepak bola di pinggir rel setiap sore.

Jika kereta api lewat ibu -ibu akan berdiri sebentar dan duduk bergosip ria kembali setelah kereta lewat

Tidak ada raut takut pada wajah mereka , bagi anak-anak itu hanya ulat besi lagi numpang lewat yang tidak perlu ditakutkan,

Di pinggir jalan sebuah bangunan kecil yang bertuliskan

“JUAL NASI UDUK”

Di situlah ibunya Rara mencari rezeki , mpok Imah, atau atau dipanggil mak Soimah,

Untuk mencari kesibukan dan mencari tambahan, Ia menjual nasi uduk, gorengan berserta kawan kawannya termasuk lontong dll.

Babeh nya Rara seorang PNS, dan kelurganya Rara juga memiliki beberapa kontrakan sebagai lahan pemasukan untuk keluarganya.

Kehidupan keluarga Rara bukan orang yang susah, boleh dibilang kalangan menengah keatas.

Tetapi yang membuat kehidupan keluarga itu terlihat susah karena kelakuan Rara yang urakan.

Diusianya boleh dibilang sudah matang, tetapi pemikirannya masih dangkal tentang kehidupan.

Apa lagi tentang berumahtangga. Jangan ditanya, dia akan bersikap cuek tentang itu, semua di matanya tampak rata .

Gimana tidak, sejak lulus dari bangku kuliah, Ia baru sekali merasakan yang namanya bekerja, dan baru tiga kali mendapat gajian.

Dan sekarang hari- harinya ia habiskan nongkrong dan main game di warnet.

Sering kali mpo Ima mengusir Rara dari Warnet jika sering lupa waktu hingga seharian di warnet.

Kalau sudah seperti itu, sapu lidi ikut bertindak, tentu itu di lakukan mpo Ima bukan ingin mempermalukan putri sulungnya, tetapi lebih tepatnya nya memberinya didikan.

Tidak tahan dengan kelakuan putrinya yang menganggap semuanya gampang, akhirnya ibunya mencarikan Jodoh untuk Rara, agar membuatnya berubah, karena anak se-umurannya hampir semua sudah menikah dan mempunyai anak. Bahkan teman akrabnya, Sukma mempunyai empat orang anak berderet,do,re,mi,fa.

Hasil pencarian jodohnya berlabuh pada seorang duda beranak satu, yang baru enam bulan menyandang status Duda.

Tanpa pikir panjang ibunya Rara menerima pinangan itu, walau Rara tidak menyetujuinya.

Hari pernikahan pun akan tiba.

Segala persiapan sudah lengkap dan undangan sudah disebar, tetapi entah kenapa pihak mempelai pria membatalkan pernikahan dengan sepihak.

Tentu saja keluarga Rara jadi bahan pergunjingan para tetangga,

Membuat keluarganya malu.

Tidak tahan dengan segala caci dan sumpah serapah dari ibunya, Rara memilih keluar dari rumah keluarganya dan berjanji tidak akan kembali ke rumah orang tuanya.

Pekerjaan barunya yang mengubah seluruh hidupnya.

Bastian salim seorang Pengusaha muda sekaligus seorang aktor.

Ia lebih memilih tinggal di sebuah apartemen mewah dari pada hidup bersama kelurganya, sebuah kelurga besar yang hidup layaknya kelurga Dinasti, yang Ratunya adalah neneknya, dengan segala aturan dan kedisiplinan yang ketat.

Bastian salim berjiwa bebas yang tidak mau diatur- atur, apalagi menyangkut tentang pernikahan, ia ingin menjalani hidup sesuai keinginannya, tidak ingin diganggu tidak ada yang menganggu kehidupan pribadinya.

Tetapi setelah ia memiliki pembantu baru di apartemennya, semuanya berubah, hidupnya tidak setenang dulu lagi.

Pertengkaran demi pertengkaran menjadi bagian hidupnya setiap hari, sayangnya ia tidak bisa memecat wanita itu, karena sudah menandatangani kontrak kerja selama dua tahun.

Bagaimana jadinya jika ia akhirnya harus menikah dengan wanita yang bukan tipenya sama sekali, bahkan jauh dari kata sempurna untuknya.

Wanita itu bahkan lebih tua darinya, dan lebih buruk lagi , wanita itu pembokatnya sendiri.

Kecelakaan malam itu mengharuskannya harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan.

Rara

Suara ayam saling bersahutan saat orang masih terlelap dalam tidur, Emak Imah sudah berkutat dengan panci dan penggorengan.

"Praaaaaaak "

Bagun kagak lu, hah ! muke lu gue siram pakai kopi entar ne iye."

teriak seorang wanita paru baya itu dengan logat bahasa Betawi yang sangat kental. Suara berisik itu berasal dari rumah permanen berlantai satu, di kawasan padat penduduk di pusat Kota Jakarta.

“Iyeee... ella mak, baru juga jam segini uda ribut aje, kayak hansip malam bangunin sahur," sahut Rara dari dalam kamar

“Eh... masih nyahut aje mulut lu Iye , gue sambet pakai sandal, baru tau rasa," teriak si wanita dengan sikapnya yang buru buru

“Iye,’iye, gue bagun ”

“Makan aje lu segentong habis...." Teriak wanita itu

sesekali Ia mengibaskan daster bermotif bunga-bunga ke belakang.

“Iya, iyelah mak, kalau lapar iya kudu makan, masa kagak," jawab Anaknya itu lagi

“Trus, trus , trus aje lu jawab Iye ."

“Lah... Mak, kan yang mulai dari tadi ribut mulu, kalau biasanya tuh... mak iye, kalau pagi-pagi tuh ayam yang berkokok bangunin orang -orang, lah ini... kenape jadi mak yang nyap-nyap terus dari tadi pagi," ujar Rara

“Eh, ini anak... kagak ada sopan -sopannya , ame orang tua dah.

Buruan sana angkatin keburu siang ini!" Pintanya lagi dengan suara yang menggelegar

“Iye, iyeee," jawab Rara sambil bergegas

Suasana itu sudah biasa terjadi di rumah Itu.

Bu Soimah harus teriak -teriak dulu untuk bangunin anaknya yang sehari harinya bantuin angkutin jualannya di pinggir jalan.

Rara hanya bantuin angkat- mengangkat saja, urusan melayani pembeli Nasi uduknya tetap jadi bagian emaknya.

Rara hanya seorang Pengacara (Pengangguran banyak acara} pertengkaran dan ribut- ribut dengan emaknya Itu sudah serapan saban hari buat Rara.

Diumur nya yang tidak muda lagi, ia hanya seorang wanita dewasa yang tidak bekerja.

Buat dia, wanita itu tidak perlu bekerja, Lelakinya harus bekerja, jadi tugas dia bukan cari kerja, tapi cari suami yang bekerja untuk menghidupinya nanti.

Kebutuhannya yang selalu tercukupi, menjadikannya wanita yang malas untuk mencari kerja.

Kalau Ia kehabisan kuota atau ingin beli sesuatu, tinggal minta dari Engkongnya, seorang juragan Kontrakan, dan peternak Lele yang lumayan sukses.

Rara anak Pertama dari tiga bersaudara , ia mempunyai dua adik perempuan dan satu lagi laki-laki, adik perempuannya sudah bekerja di salah satu rumah sakit di daerah Cikini.

Dan adik laki-laki Rara masih duduk di bangku Menengah Atas.

“Ra, lu cari kerja kek, lu kagak malu ape, sama anak lu ntuh,"

ucap Bu Soimah pada anak sulungnya

“Iya ela.... Mak itu –itu lagi yang dibahas, kagak bosan apa , ulang kalimat itu terus –terusan" Celetuknya.

Rara punya anak umur dua tahun Bernama calvin, wajah tampannya yang kebule-bulean dengan Matanya yang berwarna abu-abu membuatnya jadi idola emak-emak di gang rumahnya.

“Gue malu Rara liat lu ntuh yang tidak punya pekerjaan, dan penampilan lu yang urakan, kampungan," ucap Ibunya,

“Hidup itu dibawa nyantai aje kali mak. Nikmati apa yang ada, hidup cuman sekali, mati juga sekali, jadi nyantai aje,” kata Rara sok Tua.

Bagi Rara hidup itu tidak di perlu dijadikan beban, ada makanan Iya makan, kalau tidak ada, tinggal diam.

Makanya , kerjaannya saban hari Nonton drama Korea, main game di ponselnya, Jadi seorang single mother tidak lantas menjadikannya pusing, toh juga anaknya Babehnya yang urusin, segala kebutuhan anak semata Wayangnya.

Bapak Rara seorang PNS bekerja di Pencatatan sipil Negara. Jadi hidup keluarga bukan orang yang susah.

Pak Agus tidak pernah mengomentari kehidupan anak sulungnya, Ia tidak pernah memarahi Rara dengan segala kelakuannya. Kalau beliau ada waktu luang, Ia akan menghabiskan bersama Cucunya.

Banyak kegiatan mereka lakukan kalau ada waktu luang, dari pada marah-marah terus menerus, seperti yang di lakukan Istrinya saban hari, hanya Merepet terus.

Baik Aisah adik Rara tidak mengambil pusing atas sikap dan kelakuan mpoknya.

Ia menghormati kakaknya layaknya seorang kakak. Baik adik laki-lakinya Risky, anak remaja itu juga selalu hormat dan sayang pada kakak pertamanya, walau tetangga dan teman-temanya sering menggosipkan kakaknya, tidak lantas membuatnya malu atau ikutan tidak suka.

Bagi mereka bertiga, cukup ibu saja yang memarahi kakaknya dan menasehatinya, mereka bertiga hanya jadi pendengar, dan tidak mau ikut campur.

“Bang nasehatin napa Anak lu ” kata bu Soimah karena merasa putus asa ketika Rara tidak mendengar ocehannya

Pak Agus hanya mengangguk dan menyibukkan diri bermain burungnya

“Babe bagi duit, Rara mau jalan," ucap Rara pada babe nya yang sibuk main burung, babeh nya tidak bertanya duitnya untuk apa, dan mau kemana?

Pak agus mengeluarkan dua lembar duit seratus ribuan dari balik sarung

,

“Makasi Be”

Ia mengeluarkan motor dan pergi, Mamanya masih bernyanyi dengan segala ocehannya,

“Lu tuh iye Bang, gua kagak ngarti dah ama jalan pikiran lu, anak nakal bukannya di nasehatin, malah dimanjain aje"ocehan mak Soimah kali ini menular ama suaminya.

Pak Agus seperti biasa, hanya jadi pendengar yang baik, kalau dijawab akan panjang urusannya, masalahnya bisa berambet kemana-mana

“Dengar!

Kagak lu bang yang gua omongin,” kata Bu Soimah

“iye bu, iye, bikinin gue kopi hitam aja dah, sepat ni mulut dari tadi belum minum ngopi “ kata Pak Agus mengalihkan pembicaraan istrinya.

Suasana hening pun terjadi di rumah Rara, karena seperti biasa ketiga anak-anaknya dan cucu mereka yang jadi menghidupkan suasana rumah.

Calvin bocah tampan itu lagi tertidur lelap di depan TV, yang tadinya duduk anteng menonton film kartun kesukaannya Ipin dan Upin , Film kartun karya Negara tetangga Malaysia itu menjadi salah satu favoritnya.

Risky anak bungsu mereka ikut latihan pertandingan bola.

Aisah putri kedua mereka jam segini belum pulang dari rumah sakit, Ia bekerja jadi seorang perawat disalah satu rumah sakit di Jakarta Pusat di Cikini Raya.

Rara seperti biasa, Ia akan kelayapan entah kemana, dengan motor Scoopy nya, dan tidak jauh dari namanya Warnet, atau mungkin menonton drama korea, kalau lagi paket kuotanya lagi nyekak

Atau main game online dari computer.

Jarum Jam dinding sudah bertengger di angka delapan, Rara sejak sore tadi belum juga pulang, Calpin bocah tampan itu lagi duduk di karpet depan TV.

Matanya tidak lagi terfokus pada layar televisinya, tapi Ia sibuk dengan mainan mobil-mobilan . Karena film kartun kesukaannya sudah habis . kalau sudah jam malam maka remote tv jadi milik Emak soimah.

Ia menonton acara pencarian bakat dangdut, yang setiap hari tayang di salah satu televisi swasta.

Bersambung....

Dipaksa menikah Dengan Duda

Aisah baru tiba di rumah, ia seorang anak yang kalem dan soleha, dan pembawaannya yang ramah.

Ia jadi kebanggaan keluarga, berbeda jauh dari kakaknya yang berpenampilan urakan, gaya bahasanya yang ceplos-ceplos.

Ia menutup kekurangan mponya, baik adiknya Risky, ia anak yang baik dan siswa yang berprestasi di sekolah.

Kedua anak ini tidak ada yang mengikuti sedikitpun sifat Rara.

Karena itulah Soimah ibu Rara selalu membanding-bandingkan Rara dengan kedua adiknya.

Tidak enak memang kalau dibanding-bandingkan dengan saudara sendiri, karena setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

“Kemana lagi sih ni anak bikin pusing aje," ucap Bu Imah dan sesekali menoleh keluar.

“Tidur aja Mak kalau capek, biar Aisah aja nanti yang urus Calvin," ujar wanita berhijab itu dengan lembut.

“ Maak, nungguin mpok lu ne, kagak balek-balek daah ... ude jam segini.

Bang! sono cariin tuh anak lu, ini uda malam kagak balik-balik," pinta mak Soimah pada suaminya yang duduk di teras rumah, ditemani se teko kecil kopi hitam pekat, pakai sarung kotak- kotak sudah ciri khas dari Babe nya Rara.

Pak Agus tipe lelaki yang tidak banyak bicara, tetapi perhatiannya pada anak-anaknya sangat luar biasa.

Apalagi sama cucunya Calvin , ia sangat sayang pada bocah tampan berkulit putih itu. Calvin jadi teman main babeh nya, selain burung peliharaannya.

Pak Agus pencinta burung, tidak heran di rumahnya banyak burung yang ia pelihara, dari yang mahal sampai yang murah.

Pak Agus lebih senang di hadiah in burung, daripada barang mahal

Jika ada yang datang orang bertamu ke rumah mereka. K bicara soal politik ia tidak open. Tetapi jika sudah bicara tentang burung Pak Agus langsung semangat. Bisa-bisa dijadiin jadi menantu kalau sudah membahas tentang burung.

Kalau misalkan ada dua orang yang datang untuk melamar ke rumah Pak Agus, yang satu datang bawa mobil mewah, dan satu lagi datang bawa burung.

Pak agus akan melirik burungnya dulu. Maksudnya orang yang bawa burung, itu semua karena terlalu cinta pada hewan berbulu, bersuara indah tersebut.

“Baaang ...! Sono cariin Rara dulu," teriak Mak Ima lagi dari dalam rumah.

“Bu, dia sudah dewasa, sudah tau kapan pulang, ngapain dicariin."

“Iya mak, biar saja," ucap Risky membela Mpok nya.

“Iyeee! Mak tau, tapi ini sudah jam berapa ....?" Mak Soimah berdecak pinggang menatap anak dan suaminya bergantian.

.

“Baru jam delapan lewat lima menit Mak," jawab Aisah ikut juga membela mpok nya.

"Sudahlah mak, biar Aisah aja yang urus Calvin"

Ia membawa bocah tampan itu ke kamarnya untuk ia jaga. Tidak repot mengurus, karena anaknya juga penurut dan tidak banyak tingkah.

Waktu malam sudah menunjukkan jam sembilan malam, akhirnya Rara pulang juga, itu artinya ia haru mempersiapkan diri untuk mendengar ocehan dari Emaknya.

Benar saja, Mak Ima sudah berdecak pinggang di depan televisi menyambut kedatangan Rara,

“Assalamualaikum!” Rara memberi salam

“Wa'alaikumsalam,” sahut babe nya yang lagi duduk di teras.

"Lu, emang iye ... kelayapan mulu kerjaannya."

Mak Ima langsung bernyanyi menyambutnya Rara.

Tapi seperti biasa, Rara akan menganggapnya angin berlalu.

Ia menghampiri Putranya menggendongnya kembali dari kamar Aisah

“Gue malu Ra, Lu jadi omongan satu RT, sakit hati gue!"

Mak Ima menunjuk dadanya dan menarik-narik daster biru bermotif burung yang ia pakai.

“Iiih ... Mak nih, anak baru nyampe rumah ditanya dulu, udah makan apa belum? kalau belum makan, makan dulu, gitu mak, bukanya langsung ngomel-ngomel tidak jelas seperti itu,"

ujar Rara dengan gaya tempo nada suaranya nya dibuat lambat , Jadi kesannya ia yang memberi petuah untuk Mak Imah, Ia jadi sok tua jadinya.

“Sumpah dah, disambar gledek .... Ogah gua nanya kayak ke gituan ame Lu, sepat mulut gue," ujar Mak Imah

“Ih, ngomong begitu ama anak sendiri. Kualat lo Mak," kata Rara kesal meninggalkan maknya yang masih mengoceh.

Mendengar hal itu Pak Agus yang tadinya duduk di luar ikut masuk.

Ia memberi nasehat pada istrinya.

“Ibu, kenapa ngomong kayak begituan sama anak? Ibu juga kudu ngomong yang benar , biar anak juga ngomong annya jadi ikut benar. jika Ibu mengomelinya tiap hari Ia tidak akan menghargai mu," kata pak Agus menasehati istrinya.

"Panas hati gue Bang lihat kelakuan anak Lu itu."

“Sabar Bu, sabar, ingat apa yang dialami Rara dulu, apa yang membuat Rara seperti ini.

Ibu tidak kasihan apa?"

“Tau ini Mak” Aisah ikut memarahi Emak Imah.

“Biarkan mpok begitu dulu Mak Ia tidak melakukan hal yang buat malu' kan?”

Aisah, ikut menasehati.

“Iya ne Mak ...." Risky ikut memberi pembelaan.

“Kita tidak boleh seperti ini Bang, kita harus mencari Jodoh buat dia"

“Mak kenapa sih selalu itu yang diomongin setiap ada kesempatan," kata Aisah, mendengus kesal.

"Jangan Mak, biarkan dia cari jodoh sendiri." Risky tidak setuju.

“Orang kayak begitu kagak laku, siapa yang mau sama orang amburadul dan pengangguran kayak mpok kalian," ujar wanita paruh baya itu lagi.

Tidak ada dari keluarga mereka yang membenci Rara, kecuali wanita yang menyebut dirinya itu ibu, tetapi selalu menyalahkan dan selalu melihat semua yang dilakukan Rara salah.

“Pokoknya tidak iyee, apapun yang bilang kalian, pokoknya emak kudu cari jodoh buat ntuh orang."

"Terserah ibulah," kata Pak Agus merasa kesal, melihat kelakuan istrinya yang selalu memaksakan kehendaknya pada Rara.

Bu Soimah lama –lama gerah juga mendengar omongan tetangganya yang selalu menggosipkan anaknya, menyebut Rara jadi beban keluraganya, hal biasa di gang sempit ke arah rumah mereka, para ibu-ibu bergosip ria setiap sore.

Tidak tahan dengan omongan tetangga, Bu Ima akhirnya mencarikan jodoh untuk anak sulungnya, tanpa diskusi dulu dengan keluarganya.

Bahkan engkong Rara marah besar pada anaknya, yang menerima lamaran seorang duda beranak satu, yang baru hitungan bulan bercerai dengan istrinya. Padahal pekerjaannya hanya pedagang sayur di pasar.

“Apa ibu sudah gila?" tanya pak Agus pada istrinya.

“Mak, laki-laki itu baru cerai ama istrinya," ujar Riski adek laki-laki Rara yang menentang pernikahan itu.

“Lu gila emang dah, dia orang gak benar malah lu jodohin ame anak lu" ujar engkong Rara.

“Gue, pusing Beh, dia jadi bahan omongan semua orang karena gak kawin-kawin."

“Eh Imah, Babe bisa cariin yang lebih baik lagi buat Rara. Jadi batalin itu lamarannya, samperin sono kerumahnye!" pintah Engkong Rara

“Gue, kagak mau nunda lagi Beh, ini uda kesekian Babeh menunda-nunda pernikahan untuk Rara"

Bu Soimah menolak membatalkan pernikahan Rara.

“Bukannya tidak ingin dia menikah Bu, tapi karena belum tepat” kata Pak agus.

“Gue, tidak mau anak itu jadi beban selamanya. Kalau sudah tua nanti biar ada yang urus, dia," kata Bu soimah, ia tetap pada pendiriannya.

Padahal Rara mendengar semua dari pintu, ingin rasa ia berontak dan melawan emaknya, tetapi Rara menahan diri walau ada rasa sesak di dadanya.

Orang tua yang seharusnya menjaga dan mengerti dirinya, malah menganggapnya beban keluarga.

“Baiklah, gue menyetujuinya," ujar Rara

Mendengar Rara, Ibunya akhirnya diam. Wajah Rara terlihat tenang dan bersikap biasa. Tetapi mereka semua paham, kalau Rara tidak pernah menunjukkan kesedihan pada orang lain, terlebih pada kelurganya.

“Ra, Engkong kagak setuju, Lu bisa tolak sekarang, kita kerumahnya."

Kagak usah Kong, biarin ajelah, biar Mak senang."

Bersambung ....

Tolong Bantu like dan vote Kakak

Pernikahan yang gagal

Dengan berat hati dan bersikap pasrah, Rara menerima pinangannya Farhan.

lelaki yang sudah memiliki seorang anak, kehidupan perekonomiannya juga pas-pasan apalagi tampangnya lebih hancur lagi; buluk, dekil, bau lagi, hidup pula.

Karena pekerjaannya bagian pemotongan ayam di pasar dan Jualan sayur juga

Entah apa yang dipikiran Soimah dengan tega menikahkan anaknya, pada musuh bebuyutan Rara waktu kecil.

Farhan setahun lebih tua darinya, teman satu SD berteman SMP, setelah itu ia tidak sekolah lagi.

**

Malam itu terdengar keributan dalam kamar, Soimah bertengkar dengan babeh nya Rara.

“Ibu kok tega ngawinin anak pada orang kayak begituan? Aku tidak setuju, gak rela, tidak memberi restu.

Masa Rara kawin sama anak buluk begitu?

Ibu pikirkan ... !

Anak kita sehat Bu, dia tidak gila, tidak ada kelainan, Kenapa Ibu menjodohkan pada orang kayak begitu?

Aku menyekolahkan Rara dan mendapat pendidikan tinggi. Pada akhirnya menikahi anak berandalan seperti itu?" Pak Agus sangat tidak setuju.

“Gue sudah menerima lamarannya, hari pernikahan sudah ditentukan," ujar wanita itu bersikap acuh.

“Ibu, kenapa semena-mena begitu? Apa artinya aku kepala keluarga di rumah ini jika tidak bisa jadi pemimpin istri."

Rara sudah me memutuskan menerima pernikahan, Engkong Rara dan Babe Rara tidak setuju

“Rara lu yakin kawin ama si buluk itu?" tanya Sukma.

“Yakin gak yakin sih .... Emak gue yang maksa," ucap Rara dengan santai tidak ada rasa khawatir.

“Terus lu mau aja gitu?" tanya Sukma lagi.

“Ya kaleee ... gue nolak mak gue, yang ada gue dijadiin semur jengkol," ucap Rara.

“ Ne, iyeee .... gue saja yang nikah ama orang normal, kagak bahagia hidup gue. Nah .... Loh, kawin ama orang-orangan sawah kayak gitu .... Ape jadinya hidup lu, Ra," ucap Sukma terkekeh, ia meledek teman sepermainannya dari kecil.

“Gimana Lu ngerasa tenang dan bahagia, Lu beranak terus tiap tahun," timpal Rara balas ledekan Sukma, temannya, mempunyai banyak anak.

“Terus! anak Lu entar ama siapa?" Sukma menatap dengan serius.

"Paling tinggal ama Ibu di rumah emak, Babeh juga tidak bisa jauh dari itu anak."

“Lagian kenapa sih encing kepengen bangat nyuruh Lu kawin”

“Gue, nyusahin emak katanya."

“Lu kagak takut Ra, si buluk jadi suami Lu?"

“Ngapain takut, dia juga manusia' kan," jawab Rara enteng “Lama-lama bosan juga dengerin emak gue, ngoceh mulu tiap hari"

**

Akhirnya pernikahan Rara tiba, walau babe dan keluarga yang lain tidak menyetujuinya, Ibunya Rara tetap saja memaksakan pernikahan, ia seolah -olah ingin menyingkirkan Rara dari keluarganya, baginya anaknya itu seperti kotoran yang ingin disingkirkan.

Setelah acara adat betawi yang panjang lebar di lalui mulai dari:

-Ngelamar

-Bawa tanda putus

-Piara calon nona penganten

-Siraman dan tanggas dan sederet acara lainya Rara menjalaninya semuanya, ingin menuruti apa mau ibunya.

Semua acara itu ia ikuti , walau tidak setuju dan berat hati. Tetapi ia tetap melakukan Rara tidak mau kedua orang tuanya bertengkar karena dirinya.

Bahkan ibu Rara mengancam babe nya, bahkan malam ibunya masih sempat bertengkar

"Ibu pergi dari rumah kalau sampai Rara tidak jadi menikah pada waktu yang sudah di tentukan" tidak ngin babeh nya dan emak bertengkar maka ia menurut.

Hari pernikahan,

Di rumah sudah dipasangin ornamen- ornamen pengantin, bunga kelapa dan warna-warna menarik, sudah berdiri sepasang ondel-ondel, ikon paling khas dari suku Betawi. Boneka raksasa ini diyakini simbol untuk mengusir roh jahat.

Suasana Pesta sudah jelas terlihat. Tetapi sesuatu terjadi yang akan mengubah hidup Rara.

Hingga pagi tiba, pengantin prianya tidak menampakkan batang hidungnya, suara-suara bisik -bisik tetangga sudah mulai terdengar, pakaian pengantin dan segala aksesoris yang akan dikenakan saat ijab dan acara resepsi sudah tergantung rapi, digantung di sisi-sisi lemari kayu dalam kamar.

Pakaian pengantin Dandanan care None pengantin Cine.(Nama baju pengantin Wanita betawi ) Oh sedikit tentang baju pengantin wanita Betawi, Ternyata baju pengantin Betawi adalah perpaduan antara budaya Tionghoa, Arab dan Barat

Di kamar yang di per khusus kan untuk calon pengantin wanita Rara lagi duduk dengan santai memegang ponsel ditangannya, sesekali bibirnya tersenyum menatap layar ponselnya. Ia tidak menghiraukan pesta pernikahannya yang gagal, ia tidak menunjukkan raut sedih atau khawatir.

Disaat orang menghawatirkan bagaimana nasip pernikahannya, tetapi seperti biasa Rara winarti akan selalu bersikap bodoh amat dengan semua yang terjadi.

Ia berpikir kalau pernikahan gagal karena mereka tidak berjodoh.

Pengantin prianya sampai siang tidak muncul juga, Rara tersenyum riang dalam hati, akhirnya pernikahan yang tidak diharapkan, batal juga.

“Ternyata nasip baik masih berpihak ame gue," ujar Rara pelan.

Tetapi karena hal itu, terjadi badai lebih besar di keluarganya. Semua keluarga menyalahkan ibunya Rara yang memaksakan pernikahan.

Tapi kemanakah pengantin prianya pergi? Tidak ada yang tahu. Ara malah berharap lelaki dekil itu dimakan buaya sekalian,

Rara kembali ke rumah, sebagai pengantin yang gagal, bagi semua orang, hal seperti itu jadi satu aib pada keluarga.

Ibunya Rara memaksa menikahkan Rara tujuannya, ingin menyumpal mulut ibu-ibu satu gang rumahnya.

Tetapi apa daya, bukan menyumpal malah menambah bocor,. ada gosip di mana-mana.

Batalnya pernikahan mereka membuat semua orang berspekulasi, makin banyak gosip yang bermunculan apalagi sampai masuk ke laman akun gosip.

Maka semuanya makin heboh, Rara semakin terkenal dengan adanya kejadian itu

Selalu ada jawaban Rara untuk membungkam mulut mereka.

“Rara Lu kagak malu keluar setelah pernikahan lu gagal?"

“Lah, kenapa gue malu? berarti dia belum beruntung dapat gue.

Tuhan mau kasih gue yang terbaik," Jawabannya bijak.

Hanya orang yang bermuka badak dan urat malu yang sudah putus mampu bersikap tenang seperti itu,

“Makanya Ra .... Tutup aurat mulai sekarang, pakai kerudung biar orang simpati “ Bu RT memberinya petuah-petuah.

“Bu haji, pakai kerudung itu hak masing- masing, dan datangnya dari dalam hati, ngapain pakai kalau hatinya juga busuk," jawab Rara

Ia akan selalu berani menjawab setiap pertanyaan yang di tujukan padanya Karena hal itu juga ia dianggap anak pembangkang di gang rumahnya.

Mak soimah menangis sepanjang malam, merasa malu dan belum juga di salahkan ama engkongnya Rara, dan babe nya.

Semua kelurga menyalahkannya, belum lagi tetangga yang menggosipkan nya sepanjang hari, menatapnya dengan aneh.

Jika Rara bersikap biasa saja dan baik keluarga yang lain sudah menerima kegagalan pernikahan Rara,

Bahkan Engkong Rara merasa senang karena cucunya tidak jadi menikah, dengan lelaki jangkung yang dipanggil orang sebutan si buluk.

Tapi sepertinya tidak bagi Emaknya Rara, ia masih marah dan berpikir kalau Rara dirasuki setan yang menempel di tubuhnya

Ia tiba-tiba datang dari kamar membawa garam dan melempari ke wajah Rara, yang saat itu lagi makan di meja dapur.

"Pergilah, pergilah syetan." Tangannya terus melempari wajah Rara dengan garam, tidak cukup sampai di situ, lalu ia membaca ayat-ayat kursi .

“Apa yang kamu lakukan?" Pak Agus dan kedua anaknya berlari ke dapur

Pemandangan yang terlihat memilukan karena saat itu Rara lagi makan.

Wajah dan rambut Rara dipenuhi butirn- butiran kecil berwarna putih, seperti mandi salju, tetapi bukan salju, melainkan garam yang memenuhi kepala, bahkan memenuhi piring Nasi.

Ia terdiam, membiarkan ibunya melakukan semua yang membuatnya puas.

Bersambung ....

Bantu Vote lagi iya kasih bintang dan share.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!