NovelToon NovelToon

Tukang Ojek Itu Jodohku

Ngekost

Perkenalan tokoh

🍃Rezeki pada tiap-tiap makhluk hidup sudah ada takaran dan kadarnya.

Tidak akan tertukar,semua ada jatahnya masing-masing.

Namun,memerlukan perjuangan yang terkadang menimbulkan lelah dan rasa sakit.

Agar rezeki itu sampai pada genggaman tangan kita.

Semua itu hanya proses,demi melatih ketangguhan kita,dan agar kita mengerti apa itu syukur dan nikmat.

🍃

Fatimah adalah muslimah yang menutup auratnya.

Dengan pasmina lebar yang menjulur hingga dada.

Berpakaian panjang dan longgar.

Meski belum terlalu syar'i namun terlihat ia sangat menjaga diri.Diusianya yang menginjak 24 tahun,dan sudah beberapa kali keluar masuk pabrik.

Karena out sourcing membuat nya mendapat kontrak tak lebih dari 3 bulan di setiap pabrik yang ia singgahi.

Kini,ia berkesempatan bekerja di bagian packing sebuah pabrik kosmetik terbesar di Ibu Kota.

Karena kecantikan dan perangainya ia selalu di kejar oleh buaya.

Nur Aini,gadis tomboy berperawakan tinggi dan langsing.Berkerudung dengan gaya casualnya, dan ransel kecil yang selalu tersampir di pundak.Sempat setahun merasakan bangku sebuah fakultas kejuruan akuntansi.

Namun mimpinya terhalang oleh himpitan ekonomi,dimana semua hal apapun membutuhkan sebuah benda yang teramat di sukai oleh tuan Crab.

Yaitu,"Uang...uang...uang...!"

Maka di usianya yang menginjak angka 19 tahun,ia memutuskan untuk mengumpulkan materi.

Sumi,gadis manis yang manja dan lucu.

Ia mengadu peruntungan dari desa ke Ibu Kota,yang jaraknya memakan waktu sehari semalam naik bus.

Merantau adalah pengalaman baru baginya,beruntung ia mengenal Fatimah dan Nur.

Sehingga mereka memutuskan mencari tempat tinggal bersama yang dekat dengan pabrik agak irit waktu dan biaya.

Tiga gadis berkerudung ini di pertemukan di ruangan interview karyawan.

Ketika mereka sama-sama di panggil untuk sesi wawancara setelah psikotes.

Namun,mereka harus pasrah ketika di tempatkan di bagian berbeda dari pabrik.

Rojali,adalah driver ojek online berbasis aplikasi.

Yang beberapa tahun lalu sempat menjadi fenomena baru di dunia jasa angkutan.

Dengan logo khas,dan warna hijau terang di helm dan jaket.

Wajah rupawan nya tertutup dengan gayanya yang selengean dan apa adanya.

Humoris dan sedikit tengil menutupi pribadi yang sesungguhnya menyimpan luka.

Dengan sepatu kets murah,

jaket berlogo perusahaan yang kumal dan celana belel,sudah menjadi style keren baginya.

___****_____

🍃🍃

Disinilah mereka gadis-gadis mandiri pejuang nafkah.

Mereka bertiga berdiri menghadap sebuah bangunan berlantai dua dengan jumlah kamar yang banyak.

Bangunan yang banyak kita jumpai di kawasan industri.

"Jadi nih kita sewa yang ini aja? "

tanya Fatimah kepada kedua gadis di samping kanan dan kiri nya,kemudian mereka mengangguk bersamaan, dengan seulas senyum di wajah polos mereka itu.

"Ya, terpaksa Kak,cuma ini yang jaraknya paling deket pabrik dan terjangkau sama gaji kita yang gak seberapa itu,kan biar ada sisanya juga buat ngirim ke mimi aku,hehehe..." ucap cewek tomboy itu sambil cengar-cengir.

Nur namanya, usianya selisih lima tahun dari Fatimah.

Nur terbiasa berbicara tanpa jeda dan tanda koma.Dengan suara cemprengnya kehadirannya selalu bisa membuat suasana menjadi ceria.Walaupun kadang bikin pusing karena sendiri saja sudah bisa membuat bising.

Tetapi,sikapnya berubah bila sudah berkutat dengan kerjaan,maka ia akan langsung dalam mode serius,tak ada suara nya sama sekali, hening.

"Iya Kak bener kata Nur, aku juga kan mau ngirim duit sing akeh buat buk'e dikampung,"

(ngirim duit yang banyak)

"Biar ibuk, gak capek-capek harus tiap hari ke sawah,kalo gak nanem padi ya nanem bawang, kasian_wis tuek,"

(kasian_udah tua)

"Biar anak ke ae sing nyari duit,mugi-mugi iso bawa umroh si buk'e karo pak'e,"

(Biar anaknya aja yang nyari duit,semoga bisa ngajak umroh bapak dan ibu)

"Bapak kepengen banget e ke mekkah,opo aku iso yo ka?"tanya Sumi kepada Fatimah, dengan tatapan sendu dan penuh harapan.

Salah satu sahabat Fatimah ini berasal dari kota S di jawa tengah.

Usianya dua tahun di atas Nur.

Mereka kini tergabung sebagai trio jomblo fishabilillah.

"Insyaallah bisa, gak ada yang gak mungkin kalo Allah udah berkehendak, kita cuma kudu usaha , berdoa, sisanya tawakkal,"

"Mimpilah setinggi-tingginya,apalagi mimpi kebaitullah,"

"Baru niat aja kita udah dapet pahala lhoo,"

jelas Fatimah sambil mengacak gemas ujung kepala Sumi yang berbalut kerudung segi empat.

Fatimah menghembuskan nafas perlahan, kemudian tersenyum semangat pada kedua sahabatnya.

"Bismillah_"semoga Allah selalu meridhoi niat kita,serta selalu memberi perlindungannya kepada kita semua... "doa Fatimah lirih terucap sambil merangkul kedua sahabat nya itu.

Sekali lagi Fatimah menatap bangunan di hadapan kami dengan nanar, sekali lagi, sebelum mereka beranjak untuk masuk kedalam kamar,yang akan ditempati oleh mereka bertiga.

Fatimah menoleh ke ruangan di samping tempat menjemur pakaian yg tidak seberapa luas,ruangan berderet itu adalah kamar mandi.

Dua bilik kamar mandi dan satu toilet di setiap lantai yang berisi delapan kamar yang saling berhadapan.

Ia terlihat membuang nafas dengan kasar.

Selain kamarnya yang sempit dengan hanya ada satu lemari kecil usang dan juga meja kecil.

Cukup mahal dengan harga sewa delapan ratus ribu perbulan.

Kalau saja,bukan karena lokasinya yang berjarak dekat dengan pabrik,mereka mungkin memilih tempat yang lain.

"Huft..."Fatimah menghela nafas nya.

(semoga kehidupan kami tidak akan terlalu berat kedepannya.

Semoga niat kami untuk menjadi anak berbakti dengan membantu keluarga,mengais rejeki di kota orang bisa membuahkan hasil)

Setelah mengucap doa di dalam hati,Fatimah mengusap wajahnya, kemudian terlihat ia meletakkan tangan kanan nya di dada sebelah kiri.

(Kenapa jantungku berdegup seperti ini?

Perasaan apa ini, apakah ini pertanda?

Ah, aku memang kurang nyaman dengan tempat ini, tapi mau bagaimana lagi,kedua sahabatku sudah cocok,lagipula

sesuai dengan isi kantong kami.)

Fatimah menggeleng kepalanya pelan,seakan mengusir pikiran yang berkelebat.

Kemudian ia menghempaskan bokong rata nya di atas karpet yang sudah di bentangkan oleh Sumi.

"Fiuh,untung aja lu bawa karpet ya Sum,bisa selonjoran deh kita,"

"Capek juga ih naek tangga," keluh Fatimah sambil memijat pelan betisnya.

Kemudian ia merogoh ransel mencari botol plastik bening berisi air mineral yg tadi sempat di beli nya,di warung depan gang.

Kemudian ia meneguknya perlahan sebanyak tiga kali.

"Udah jam sebelas siang ni Kak, mau makan sekarang aja apa ntar? "tanya Nur pada Fatimah sambil meletakkan kotak-kotak berisi lauk dan nasi di atas karpet.

"Masih anget banget kalo mau di makan sekarang nih,"

"Ada tumis kangkung, jengkol di sambelin campur teri, sama terong ungu di kecapin,"

"Ini semua dimasakin mimi nya aku nih, khususon buat kita-kita," oceh Nur menjelaskan satu persatu menu, yang membuat para cacing pita seketika meronta.

Nur masih terus mengoceh apa saja, bibirnya bergerak-gerak lucu, sambil tangannya membuka tutup rantang satu persatu.

(Dasar si burung lakbet kalo udah mulai ngoceh, bicikk.)

" Beeuuhhhh,Kak_ wangi banget ini jengkolnya,sueddeeppp dah ini mah, kuylah,gaes kita butuh energi sebelom beberes,"ocehnya lagi sambil membaui makanan yang terhampar di hadapan tiga gadis pejuang ini.

" Waaahhh,mimi emang debes yo Nur,sampek masakin kita makanan uennak tenan!"pekik Sumi dengan mata berbinar.

"Iso nambah ni aku." Sumi mengerling ke arah Nur,kemudian terkekeh ketika mendapat pelototan dari cewek tomboy itu.

Tanpa di komando lagi,Fatimah pun langsung mengambil piring yang sudah di bawanya dari rumah.

Tak tahan rupanya,melihat tumisan kangkung terasi yang sudah melambai-lambai itu, musik keroncong di dalam perut rasanya sudah mulai konser.

Namun, tiba-tiba....

"Tok.. Tok.. Tok..! "

Hampir saja nasi dan lauk-pauk menggugah selera itu berpindah, dari suapan tangan kedalam mulut.

Fatimah dan Sumi serempak ingin bangun dari duduknya.

"Udah Sum, biar Kakak aja yang buka, lu pada lanjut aje nyuap nye,"

" Udah ngeces juga tu liat jengkol."

Fatimah berdiri sambil terkekeh melihat ekspresi Sumi, yang hampir saja menyuap jengkol namun tertahan didepan mulut,karena terganggu bunyi ketukan di pintu.

Fatimah meraih gagang pintu kamar mereka.

Ceklek!

"Tante,"

*Selamat datang di karya pertamaku💖

*Semoga lebih baik karena sudah saya revisi🤭

*Terima kasih untuk para Kakak-kakak author yang sudah memberi krisannya😘

🥰🥰

Mohon dukungannya 🤗

Peraturan

___💞___

*Fatimah Pov*

Eh,Tante,"

Sapa ku pada perempuan paruh baya di hadapanku.

Tentunya setelah ku buka pintu kamar kami.

Dialah pemilik tempat yang akan kami sewa ini. Garis kecantikan masa muda masih kentara di wajah putihnya.

Meski usianya sudah di atas kepala lima.

Dengan pakaian kebesaran emak-emak rumahan alias daster, ia menyambangi kami.

" Masuk Tan, sekalian makan bareng kita, " Dengan senyum ku coba berbasa-basi menawarkan.

Netra perempuan paruh baya di hadapanku ini menelisik kami satu persatu seolah memindai,

kemudian pandangannya beralih mengarah ke barang-barang bawaan kami.

Ada tas jinjing dan ransel yang ku letakkan dipojokan.

Diatasnya tumpukan kasur lantai yang ku bawa.

Nur membawa tas jinjing berukuran sedang, ransel camping dan kasur lipat.

Sumi membawa tas selempang ukuran sedang dan koper kecil.

Ada magicom kecil hasil patungan kami bertiga dan beberapa piring dan gelas di tengah karpet yang kami bawa dari rumah.

"Sebenarnya satu kamar ini cuma buat dua orang, tapi karena kalian bersahabat dan gak mau berjauhan ya sudahlah,"

"Makanya tante kasih harga beda sama yang ngekost sendiri,"

" Jadi, kalian jangan ngiri sama yang sebelah ya,"jelas tante Gaby pemilik kost-kostan ini.

Dengan seulas senyum ia menatap kami satu persatu.

" Iya Tan, kita ngerti kok, makasih ya,"

"Oh, iya Tan, kita gajian tiap akhir bulan,"

" Insyaallah kami akan selalu bayar tepat waktu,"ucapku masih dengan senyum yang terlukis, aku pun mempersilahkan lagi agar Tante Gaby masuk, maksudnya biar sambil duduk ngobrolnya.

Kaki ku udah pegel banget berdiri, laper pula.

Ku lirik Nur dan Sumi yang asik mengunyah.

(Enak aja ya mereka makan, awas aja kalau sampe tu lauk di abisin.

Dasar gak punya solidaritas pada,tungguin kek biar makannya bareng, ish,dasar temen gak ada akhlak!)

Aku bertambah geram saja,ketika melihat mereka cuma mesem-mesem membalas lirikan tajam mataku.

"Oh, kalian lagi makan ya?"

"Sarapan apa makan siang nih? "tanya tante Gaby dengan raut wajah ramah

"Sarapan kesiangan Tan," Sumi menjawab diselingi suapannya.

"Terusin aja deh ya, maaf kalau Tante jadi menganggu kalian,"

"Tante sih, cuma mau bilang mengenai peraturan di sini, em,nanti sore kamu temuin Tante aja di warung bawah ya, "jelas tante Gaby merasa sedikit tak enak hati.

"Sekarang,lanjut lagi aja deh makan nya,

"Tante permisi dulu." Kemudian wanita paruh baya,yang masih terlihat cantik dan seksi dengan rambut merah pendek itu berlalu.

Sementara itu di dalam kamar.

Tepatnya di atas karpet bermotif salah satu kartun fenomenal, dengan salah satu tokohnya si boneka salju bernama olaf.

"Duh duh,!"

"Enak bener dah ah!"

sarkas ku sambil berkacak pinggang.

"Lhoo,ini kok kangkungnya tinggal dikit?" selorohku sambil meletakkan kembali bokong rata ku di atas karpet.

Seketika mataku mendelik menatap rantang yang menyisakan beberapa lembar kangkung tumis terasi.

"Ah, yang bener aja lu berdua,makan gak inget temen!"

"Kan,Kakak udah ngetepin duluan tadi,kenapa dihabisin sih?"pekikku tak terima,yang benar saja dua mahluk ini,perempuan apa karung goni?

Ternyata perut yang lapar itu bikin esmosi jiwa menggelora.

"Yo,opo to Kak?"

(Apa sih,Kak?)

" Iku,masih ada Kak, Sumi sisain tuh buat Kakakku yang cantik,"ucap Sumi dengan wajah polos tanpa dosanya,dia menunjuk rantang yang isinya kebanyakan sudah berpindah ke dalam lambungnya yang besar itu.

"Tauk ah, seuprit ini mah Sum!"kesalku sambil mengerucutkan bibir.

Nur cuma cekikikan melihat perdebatan kami berdua.

"Kakak sama Mbak Sumi enggak enak ya kalo gak debat?" ledek Nur masih sambil mesem-mesem.

"Dah, mending makan nih Kak, lauknya kan masih banyak juga yang lain,"tunjuk Nur pada beberapa lauk yang tersisa di rantang.

"Biar Kakak kenyang, tuh liat tanduknya hampir keluar, gara-gara udah kelaparan pasti,hihihi!"kekeh Nur terus saja meledek ku,sambil terus menyuap makanan itu ke dalam mulutnya.

"Ni anak malah ngeledek lagi."

Tapi tak ayal ku sendok juga kangkung yang tersisa seuprit itu, daripada tidak sama sekali.

"Abis enak si Kak,masakane mimi,aku ra iso tahan, jadi kebablasan deh, hehe."

Sumi tertawa dengan memamerkan barisan giginya yang rapih.

"Gak usah nyengir deh Sum,"

" Itu di gigi lu ada cabe nya,"cebikku, sebenernya kesal juga, tapi melihat wajah polosnya itu,hilang sudah rasa sebal itu.

"Ah yang bener Kak?" tanya Sumi tak yakin,namun tak ayal ia pun langsung ngibrit alias ngacir ke depan kaca yang sudah menempel di dinding kamar sebelah jendela.

"Ck,Kakak bo'ongin aku nih, "

"Rese ihh! "

Cebik nya,aku pun puas hati dapat mengerjai anak itu.

Sumi menuangkan air teh manis,yang dibawa dari rumah bulek nya untukku.

Ya, beberapa waktu yang lalu dia menumpang di rumah adik dari bapaknya yang tinggal di kota ini.

Namun lumayan jauh dari pabrik tempat kami bertiga bekerja.

Dan sepertinya Sumi merasa kurang nyaman.

Ah, entahlah aku juga tidak ingin mencampuri urusannya.

Biarlah dia yang akan bercerita sendiri nanti.

"Tumben perhatian?"

sindir ku

" Tapi, makasih deh ye,et,jangan bilang ini permintaan maaf lu ye Sum? karena udah ngabisin kangkung,"

sarkas ku sambil mengkerut kan kening.

"Ck, apaan si Kak,Sumi tulus tauk." Kemudian Sumi meletakkan gelas itu di depan ku sambil men cebikkan bibir tebal nya itu.

"Dih, Kakak gak tergoda ya dengan bujuk dan rayuan mu," selorohku pada Sumi

"Udah ih, kalian berdua nih gak kelar-kelar!"

" Cepetan ih Kak! "

"Abis ini kan kita mau beberes, bentar lagi adzan Djuhur tauk, "omel Nuraini si cewek tomboy.

"Biar bisa bocan kita nanti siang."

"Nanti sore kan kita mau belanja keperluan mandi sama nyuci, makanya cepetan ngisi perutnya, jangan debat mulu!"

Oceh Nur sambil berlalu membawa piring-piring kotor ke bagian luar.

(Ampun dah yak,ini lakbet kalau udah nyerocos.)

"Hemm,"jawabku sambil mengunyah nasi campur jengkol dan teri yang lumayan pedes, bikin bulir-bulir keringat itu menetes di kening dan pelipis ku.

Sumi juga mengangkat peralatan masak yang sudah kosong memindahkannya ke tempat cucian piring diluar, mungkin salah satu dari kami akan mencucinya nanti kalau sudah beli sabun.

Acara beberes selesai, pas adzan Djuhur berkumandang.

"Siapa yang mau ambil wudhu duluan nih?"tanya ku sambil mengeluarkan peralatan solat dari dalam ransel.

" Kita solat jama'ah ya."

**~~**

Sore ini,sambil belanja kami bertiga menemui Tante Gaby, sesuai perintahnya tadi siang.

"Eh kalian, mau belanja ya?"

"Ga usah jauh-jauh, warung tante komplit kok."

"Harganya juga gak mahal, cocok deh sama anak kost-kosan kayak kalian,"

tawarnya dengan ramah.

Kami bertiga mengangguk sambil tersenyum.

" Oh iya,soal peraturan di kosan Tante ini_"

"Pertama, kalian gak boleh nerima tamu lewat dari jam sepuluh malam,"

"Karena pintu gerbang digembok jam sepuluh lewat lima belas.

"Kalian juga gak usah bawa peralatan masak, selain magicom,"

"Jadi,kalo sewaktu-waktu kalian mau masak numpang aja di dapur Tante,"

jelas tante Gaby dengan sesekali memasang senyumnya.

"Disini juga sedia air isi ulang, nanti kalian tinggal pesan, "

"Biar si Robi, anak semata golek nya Tante ,yang bakal anter ke kamar kalian,"

"Nanti di pinjemin deh guci airnya,"tambahnya lagi sembari menyiapkan barang-barang pesanan kami.

"Baik Tan!" jawab ku dengan tersenyum mewakili kedua sahabatku, yg terpekur entah karena peraturan yang mana.

BRAAKK

"Etdah,pelan-pelan napa si neng,narok barangnya,"

"Ngagetin tau,entar ada yg pecah gak tuh?" kaget ku seraya mengusap dada.

"Kesel tau Kak!"

"Terus,aku bawa kompor portable buat apa coba, kalo gak boleh masak?"

Nur mencebik kesal sembari bersidekap, ekspresinya lucu sekali,seperti anak kecil yang tidak kebagian naik odong-odong.

🍂Terimakasih, untuk para author yang karya-karyanya sudah jadi inspirasi dan semangat ku.

Menjaga diri #1#

___💞___

Ternyata aku yang sampai duluan di kost-kosan, Sumi_mungkin besok baru balik,katanya mungkin sebelum subuh sudah sampai.

Ada budenya yang masuk rumah sakit jadi agenda balik nya ke pending.

Nur, apa dia kejebak macet ya?

Gak biasanya itu anak, padahal jarak rumahnya lebih deket dia dibanding aku.

Aku bermonolog sendiri dalam hati.

Kamar begitu sepi, aku pun meluruskan kaki di atas kasur lantai ku, pegel juga naik bis setelah berdiri selama tiga puluh menit baru dapat tempat duduk.

Jarak dari rumahku ke kostan lumayan jauh, memakan waktu hampir satu jam naik bis umum.

Ya, akhir bulan adalah waktunya kami pulang ke rumah masing-masing melepas rindu dengan keluarga.

Tidak terasa empat bulan sudah kami tinggal berjauhan dengan keluarga.

Bukan ingin hidup bebas atau lepas dari pengawasan orang tua, tapi kami hanya ingin memangkas pengeluaran dan waktu tempuh karena jarak dari rumah ke pabrik yang jauh.

Pabrik tempat kami bertiga bekerja, mempunyai tiga shift.

Shift pertama,pagi dari jam 6 sampai jam 2 siang

Shift kedua, dari jam 2 siang sampai jam 10 malam

Shift ketiga, dari jam 10 malam sampai jam 6 pagi.

Pabrik itu berotasi selama 24 jam dari senin sampai sabtu.

Karena itu kami bertiga memilih untuk menyewa kost-kosan

Sayangnya tempat ini tidak khusus untuk penghuni perempuan saja tapi bebas, ada karyawan laki-laki dan juga ada pasangan muda suami-istri.

Seperti tetangga di depanku yang diisi oleh dua orang laki-laki.

Mereka adalah karyawan di CV depan pabrik sepertinya jasa Travel.

Karena itu aku harus berhati-hati.

Bukan karena tanpa alasan, dikarenakan aku seorang perempuan yang harus bisa menjaga diri dan kehormatannya juga kehormatan keluarga.

Ku tumpuk bantal untuk menyandarkan punggungku, ku lepas kerudung segi empat ku karena aku sudah didalam kamar, pintu juga sudah ku kunci.

Ku nyalakan gawai ku dan ku selipkan headset di telinga kanan kiri ku.

Ku ingin mendengar sholawat sejenak,karena magrib masih setengah jam lagi.

Tok

Tok

Tokk

Netra ku membuka dengan terpaksa,karena telinga ku sayup-sayup mendengar suara ketukan di pintu, yang akhirnya memberi respon ke otak agar aku segera menggerakkan tubuhku untuk bangun.

Ternyata aku ketiduran, ku lirik jam dinding, magrib tinggal sepuluh menit lagi.

Ketukan di pintu terdengar lagi diiringi oleh suara panggilan.

"Mbak...mbak!"

Aku pun menyambar jilbab instan yang ku gantung di hanger.

Dalam hati bertanya, itu kan suara laki-laki,apa itu si Robi?

Tapi kan,aku gak mesen aer.

Aku ragu untuk memutar kunci pintu,karena

hati merasa was-was.

Aku tidak mengharapkan ada tamu di saat kedua temanku tidak ada disini,apalagi ini laki-laki.

Apa yang harus aku lakukan?

Ya Allah lindungilah aku.

Aku pun memutuskan memberanikan diriku untuk membuka pintu.

Ceklekk

"Nur...! "seketika mataku membulat.

Netra ku gak salah liat kan?

"Assalamu'alaikum Kakak...! "pekiknya riang seperti biasa.

"Waalaikum salam, "

"Ishhh..., bikin orang jantungan aja!" sergah ku

"Ngapain pake ketok segala sih Nur, kan pegang kunci juga,"protes ku sebal udah deg-deg an tadi.

"Ye, Kakak ni,orang baru sampek udah di ocehin aja,"

" Nih,bantuin dong!"omel Nur

"Aku bawa bolu tape nih,sebelom balik aku bikin ini dulu berdua mimi buat cemilan plus sarapan kita besok pagi Kak,"

"Buat temen ngupi-ngupi,hee," cengirnya sambil menyodorkan beberapa kardus ke hadapanku.

"Hemmm " Hidungku membaui kardus di depan mukaku ini.

"Wanginyaaaa_cacing di perut Kakak langsung demo nih."

Aku menyambar kotak kardus itu,kemudian kembali bersila di atas kasur tipis.

Mataku berbinar setelah kardus nya kubuka.

Kebeneran banget,bangun tidur perut laper mana sempet deg-degan juga kan tadi.

"Duh,enak banget keliatannya,Adek ku ini emang paling jago ya kalo bikin beginian,"

pekik ku girang menatap kue itu dengan penuh binar.

"Ck,gak usah pake ngeces gitu kali Kak, ambil piso sama piring gih!"

usir nya sambil menggeser ku dengan sikutnya.

"Dih, ni anak baru di puji udah nyuruh,"cebik ku sebal namun tetap berdiri, dan berjalan ke arah laci untuk mengambil piring kecil juga pisau, guna memotong kue.

Nur cuma nyengir sambil mengangkat dua jari nya yang di jajarkan sebagai simbol perdamaian.

***~~~~***

Keesokan harinya.

Siang ini, aku berjalan pulang sendirian.

Nur dan Sumi dipanggil ke kantor untuk jadi saksi,sepertinya bagian cream wajah alias skin care kecolongan lagi.

Aku beda desk line sama mereka berdua, aku bagian lulur dan hand & body lotion.

Tapi ruangan kami hanya berbatas jendela kaca , jadi bisa kode-kodean kalau mau janjian pas waktu istirahat.

Bisa ditebak ya kami bertiga kerja di pabrik apa.

Tidak biasanya memang kita pulang gak bertiga.

Biasanya aku nungguin mereka di parkiran.

Tapi hari ini kepalaku berdenyut dan hati ini masih geram, bila mengingat kejadian siang tadi di koridor loker.

Aku ingin segera berada di kostan ku, mandi dan bikin kopi buat sekedar melepas penat dan amarah dalam hati.

flasback#

Aku merasa ada yang mengikuti langkahku, saat ini aku sedang menuju loker, aku yang ingin mengambil uang untuk makan siang di kantin.

Karena peraturan di ruang kerja tidak boleh bawa apapun semua disimpan di loker termasuk tas, dompet, handphone, perhiasan dan lain-lain.

Ketika aku hendak keluar dari loker, ada seseorang yang merangkul bahuku,

Aku pun reflek menoleh.

"Astagfirullah!! "

Aku menjengit kaget, dan langsung saja ku singkirkan tangan yang dengan kurang ajarnya melingkar di bahuku.

"Apa yang bapak lakukan disini?"

"Ini kan ruangan loker perempuan?"tanyaku menatap lelaki empat puluh tahunan itu jengah

"Dan tolong tangannya dikondisikan pak!"

"Tolong hargai saya! " cecar ku menggebu menahan emosi.

Aku menatapnya tajam dengan iris yang sudah membola.

Namun lelaki dihadapan ku ini cuma mesem-mesem gak jelas sambil menelisik tubuhku dari kepala sampai kaki.

Bikin jengah dan rasa tidak nyaman yang seketika hadir menjadikan diri ini waspada.

Dia pun berkata dengan sarkas, sembari menaikkan satu alisnya.

"Emang mau di hargain berapa si Neng, hm? "

Se enteng itu dia menjawab peringatan dariku. (Dasar laki-laki baji*ngan.)

Kesal ku mengumpat dalam hati, tapi lantas aku tersadar dan beristigfar.

"Astagfirullah Hal adzim,"gumam ku kecil

Ku buang nafas perlahan, agar aku tidak terbawa emosi menghadapi makhluk yang tak punya malu di hadapanku ini.

"Maaf, bapak Rudi yang TERHORMAT!"

"Waktu istirahat saya sudah terbuang sia-sia dengan meladeni anda disini,saya permisi."

Baru selangkah beranjak,tanganku serasa ada yang menarik dan membuat tubuhku seketika menoleh lagi kebelakang.

💐💐

🍃Haii pembaca yang budiman baik hati dan tidak julid,hihiiii🤭🤭🍃

🍄Doakan yaa,semoga aku terus semangat🍄

Part ini sudah mendapatkan beberapa revisi

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!