Hai hai semua..
Aku kembali hadir dengan Novel kedua ku berjudul PLEASE, REMEMBER ME !!
Terimakasih sebelumnya karena sudah mampir, semoga para reader suka ya dengan Novel kedua ku ini..
(Mampir juga ke Novel pertama ku MY ACCIDENT DESTINY yaa.. Menarik sekali lho ceritanya, bikin dag dig dug Uwuuu)
Oke, kali ini aku mau memberikan pengenalan Visual Cast yang terlintas di imajinasi ku yaa ( Tapi kembali lagi kepada reader, siapa tau punya idola masing masing yang biasa jadi main Lead tiap baca Novel.. Silahkan )
Elena Jesselyn / Nana
Leonard Maxmuel Alexander / Leon
Savia Amanda / Via
Kevin Limantara
Nalila Kartika / Lila (Sahabat Nana)
Nah, kira kira 5 visual ini yang akan sering muncul dalam cerita dan menjadi role model dalam imajinasi Author 🤭
Selamat membaca, meresapi dan menghayati yaa..
Cerita kali ini tetap pada genre Romansa Modern.. Bisa bikin perasaan campur aduk.. ya baper, ya manis, ya sedih, ya greget..
Terimakasih,
Setiap support kalian sangat berarti untukku.. Virtual hug dari Author ~~~
Bab 1
Di suatu sudut sekolah yang terlihat jauh dari jangkauan para siswa, Elena hanya tertunduk menangis meratapi nasib nya yang baru saja bermandikan air bercampur telur dan tepung. Gadis manis berkulit kuning langsat, rambut hitam panjang yang terikat serta mata yang indah tidak lagi nampak karena tertutup tepung dan telur.
Hari hari Elena dilalui dengan begitu berat, namun tak ada satu pun yang menolongnya.
Entah berapa kali Elena harus menjahit seragam nya yang berlubang karena jatuh atau dirobek, kehilangan sebelah sepatunya dan berganti pakaian olahraga di tengah pelajaran karena sikap arogan teman teman nya.
Walaupun ia mencoba kuat, namun hati kecilnya begitu tersiksa. Semua mata selalu tertuju padanya dengan tatapan jijik dan bau karena aroma telur yang masih menempel di pakaiannya.
" Iiiihhhh... bau banget sih. Bau busuk. " Teriak Via memprovokasi teman teman sekelasnya.
Parasnya yang cantik, hidup yang serba kecukupan membuat Via semakin arogan dan menjadikan yang lemah menjadi sasarannya.
" Keluar sana. Bikin ga nyaman aja. "
Cibiran dan hinaan pun semakin banyak di terima Elena. Namun layaknya makanan sehari hari baginya, ia hanya bisa tertunduk dan berjalan ke tempat duduknya. Keinginan Elena untuk menyelesaikan masa SMA nya adalah satu satunya harapan agar bisa segera mendapatkan pekerjaan dan hidup mandiri keluar dari panti asuhan.
Tak lama kemudian, seorang guru pun datang dan membuat keadaan kelas lebih kondusif.
Waktu menunjukkan pukul 3 sore, dimana semua murid bisa pulang ke rumah masing masing.
Ketika Elena mengemasi buku ke dalam tas, Via dan teman teman nya mulai membuat onar lagi.
" Heh, sebelum pulang bersihin kelas dulu. " Bentak Via sambil mendorong Elena.
" Maaf, tapi hari ini aku harus segera pulang. Adik panti ku ada yang sakit. " Jawab Elena takut.
" Jangan banyak alasan deh. Hari ini jadwal ku piket, seperti biasa dong. Atau liat aja besok, apa yang bakal aku lakuin kalo sampe kelas ini ga bersih. " Jawab Via marah sambil menarik rambut Elena.
Ancaman Via tentu saja membuat Elena takut, karena Via tidak pernah setengah setengah melakukan hal yang kejam kepadanya.
Ketika semua murid sudah berada di rumah masing masing atau menghabiskan waktu bersama untuk bermain, Elena masih dengan tekun memungut setiap sampah yang ada di kelas dan lorong ke dalam plastik sampah.
Dengan lemas dan lesu, Elena keluar dari ruangan hendak membuang kantong plastik yang berisi sampah itu ke tempatnya.
" Sorry, bisa numpang tanya ga. " Suara laki laki yang tiba tiba terdengar mengejutkan Elena.
Lelaki itu bernama Leonard Maxmuel Alexander, atau yang akrab di panggil Leon. Perawakan setinggi 180 cm dan tampan dengan rambut sedikit acak acakan berdiri di hafapan gadis itu, tidak bisa di pungkiri membuat nya gugup.
Leon menggunakan pakaian bebas ditutupi jaket hitam yang terlihat mahal, jauh berbeda dengan Elena yang kotor dan bau karena hasil perbuatan Via dan geng nya.
Elena pun mencoba menjaga jarak, agar lelaki asing itu tidak mencium bau yang tidak nyaman dari tubuhnya.
" Apa yang bisa kubantu? " Kata Elena tidak percaya diri.
" Ehm.. Ruang guru nya di sebelah mana ya? " Tanya Leon ramah.
" Di sebelah sana. Lurus lalu ke kanan. " jawab Elena tidak berani menatap.
" Oh.. makasih ya. Btw, aku Leonard murid pindahan disini. Salam kenal. " Leon mengulurkan tangan nya ingin berjabat tangan namun Elena malah semakin menjaga jarak dan membuat Leon merasa aneh.
" Tangan ku kotor. Maaf ya. " Jawab Elena dan segera berlalu pergi meninggalkan Leon.
" Emang tampang ku kayak preman ya. Takut banget. " Gerutu Leon merasa heran sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
Keesokan pagi nya, murid murid terutama wanita terlihat berkerumun di sekitar lorong ruang guru. Leon yang saat ini sudah memakai seragam meski tidak begitu rapi terlihat bukan seperti bukan murid baru dan sedang mendapat arahan dari guru, sangat mencuri perhatian karena ketampanan, perawakan dan status sosial nya yang sudah menjadi buah bibir.
" Udah ganteng, body proporsional, anak pemilik Hotel Zeus.. tajir melintir. Fix, dia bakal jadi idola baru. " Begitulah komentar beberapa murid yang ber kerumun di lorong karena rasa penasaran.
Leon yang sudah selesai di briefing pun keluar dari ruangan guru, ia tertegun kaget melihat lorong yang begitu ramai dan kebanyakan adalah murid wanita dari berbagai kelas.
Ia perlahan berjalan menuju kelasnya yaitu 12A dan merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian. Baru 6 langkah, Leon melihat sosok wanita yang tidak asing baginya. Dia adalah Elena, yang sedang sibuk membawa beberapa tumpukan buku tugas teman teman nya layaknya pesuruh.
" Hei, kamu.. kamu yang kemarin kan?" Sapa Leon lebih dulu mengejutkan Elena yang hari ini jauh berbeda penampilannya dari kemarin yang tampak kotor.
Elena tentu terkejut, namun gadis setinggi 156 cm itu lebih merasa takut karena sapaan Leon membuat murid murid wanita geram melihatnya. Elena langsung berbalik arah dan berjalan dengan cepat menghindari Leon.
Namun langkah kaki Leon memperpendek jarak dengan mudahnya dan ia menepuk bahu Elena, hingga membuat gadis itu menjatuhkan buku buku nya.
" Ini aku, yang kemarin.. lupa ya?" Kata Leon sambil membantu Elena.
" Biar aku aja. " Tolak Elena menghindar.
" Kamu kenapa sih kok takut banget, aku bukan orang jahat kok. " Leon pun mulai penasaran namun juga kesal, karena menurutnya gadis itu tidak sopan.
" Jangan bicara dengan ku. Anggap saja tidak pernah bertemu sebelumnya. " Jawab Elena meninggalkan Leon dengan segera.
" Dasar aneh. " Gerutu Leon kesal.
Hari pertama yang cukup memusingkan bagi Leon karena puluhan pasang mata terus mengikuti gerak gerik nya, dia mencoba beradaptasi dan berteman dengan beberapa murid lelaki sekelasnya bernama Sean dan Niko. Mereka saling berbincang dan antusias menyambut Leon yang baru sehari sudah menjadi incaran murid murid wanita.
" Aku sempat cuti sekolah 1 semester, karena ada beberapa hal yang harus aku lakukan di Singapura. " Kata Leon berbincang dengan dua teman baru nya yang cukup tampan.
" Pasti berat juga ya, setelah cuti.. tiba tiba pindah sekolah ke kelas 12, langsung persiapan untuk ikut ujian kelulusan. " Kata Sean menanggapi.
" Sebelum masuk sekolah, aku udah prepare kok.. ikut bimbel selama 2 bulan ini, jadi setidaknya gak tertinggal terlalu jauh. " Jawab Leon santai.
" Nah, udah pilih ekstra kurikuler sekolah? Kalo belum.. gabung sama kita aja di club basket. " Ajak Niko mengusulkan.
" Emang udah kelas 12 begini, perlu ya ikut ekstra kurikuler? " Tanya Leon kurang begitu tertarik terlibat dalam kegiatan sekolah.
" Gak wajib sih, tapi club kita kekurangan orang. Karena beberapa pemain inti yang lulus tahun ini. Gak suka main basket ya? Pas banget sih sebener nya, tinggi cakep.. bisa banget buat nambah supporter club kita.. hahaha " Canda Sean memanfaatkan penampilan Leon.
" Suka sih. Hobi juga sama basket. Yaa.. oke lah, maybe bisa dicoba. " Jawab Leon memberi kesempatan membuat Niko dan Sean semakin antusias.
Di tengah perbincangan mereka, Leon tanpa sengaja melihat ke arah jendela luar.. Kedua matanya tanpa sengaja tertarik pada segerombol murid wanita yang berkerumun di samping lapangan.
Ekspresi Leon yang dingin pun berubah ketika melihat seseorang sedang dipermainkan disana, di dorong kesana kemari seperti bola. Namun aneh nya, murid murid disekitar mereka tidak ada satu pun yang peduli.
" Itu.. lagi ngapain sih mereka? " Tanya Leon kepada 2 teman baru nya sambil menunjuk ke arah luar tempat kejadian yang mencuri perhatiannya.
" Oh itu.. biasa laahh, anak anak cewek kelas 11. Usil aja. " Jawab Niko santai.
Leon pun kembali terdiam dan terus melihat ke luar jendela hingga pandangan nya terhenti karena jam pelajaran pertama dimulai.
Bab 2
Pagi yang cerah, udara yang sejuk kembali mengisi hari baru dan semangat baru para murid untuk pergi ke sekolah.
Mobil lalu lalang berhenti di area gerbang sekolah, para murid lelaki lalu lalang lebih suka mengendarai sepeda motor dengan santai nya.. namun berbeda dengan Elena yang harus naik bus umum 2x untuk sampai ke sekolah.
Setiap hari tidak ada semangat bagi nya untuk pergi ke sekolah, yang ada hanya rasa takut rasa khawatir.. ' Apa yang akan terjadi padaku hari ini. '
Dengan seragam yang sudah usang, sepatu usang dan tas sekolah juga seadanya.. Elena tetap menguatkan niatnya untuk lulus menyelesaikan masa SMA nya dan bekerja. Impian sederhana nya hanya sebatas itu.
Selangkah demi selangkah Elena berjalan di trotoar salah satu sekolah favorit di tengah ibukota. Perlahan suara sepeda motor CBR 1000 rr berwarna hitam yang mewah melewatinya dan mencuri semua pandangan termasuk Elena.
' Dia.. murid pindahan itu ' Kata hati Elena saat melihat pengendara motor itu melepaskan helm dan turun dari motornya.
" Selamat pagi kak Leonard. " Sapa salah satu murid wanita yang berada di dekat situ.
Leon hanya mengangguk dan tersenyum dingin, malas menanggapi lebih.
Kepribadiannya membuat Elena bingung, di satu waktu lelaki itu tampak ramah namun saat ini tampak arogan.
" Misii.. jangan halangin jalan dong." Teriak salah satu teman Via sambil menabrak bahu Elena dari belakang.
" Maaf.. " Jawab Elena tertunduk lagi.
" Sebelum masuk kelas, beli in sarapan ku dulu ya. Seperti biasa, nih duit nya. Kembalian nya ambil aja buat ongkos pulang. " kata Shara sambil melempar uang ke wajah Elena.
" Iya. "
Selama berada di bangku SMA, 2 kata yang tidak bisa lepas dari bibir Elena adalah Ya dan Maaf.
Istirahat pertama pun tiba, waktu yang di nanti nanti kan semua murid. Terlebih lagi hari ini, ada jadwal latihan club basket sekolah yang cukup aktif latihan.
Setelah mendengar kabar tentang bergabung nya Leon di club basket, para murid semakin tertarik dan heboh untuk memberi dukungan, tentunya para wanita.
Leon memiliki kemampuan yang baik dalam bermain basket sehingga ia bisa bergabung dalam tim inti. Walaupun dia murid pindahan dan sempat cuti sekolah karena suatu alasan, namun kemampuannya tidak kalah dari para murid yang lain.
Para wanita yang saat ini lebih memilih mengerumuni tepi lapangan daripada menikmati makan siang di cafetaria, semakin terpikat tak berdaya melihat Leon dengan kaos putih dan celana olahraga melakukan shooting ke ring. Keringat yang membasahi tubuh dan rambutnya, membuat Leon semakin tampak cool.
Di satu sisi, Via dan geng nya sedang sibuk mencari cara untuk mempermalukan Elena di sudut kelas. Rambut Elena yang tadinya terikat rapi, sudah jadi berantakan karena di tarik tarik, wajahnya yang polos sudah penuh dengan coretan lipstik Via.
" Naahh.. cantik kaaan. " Kata Via tertawa puas.
" Yuk, sekarang ikut kita. "
Mereka bertiga pun menarik paksa Elena yang hanya bisa pasrah dengan keadaan. Mereka mempermalukan Elena dengan membawa nya ke tepi lapangan basket dan menjadi badut tontonan semua murid yang ada disana.
" Guys, cheerleaders kita niiihh. " Teriak Shara memancing perhatian semua orang, termasuk para pemain basket.
Semua orang tertawa terpingkal pingkal melihat penampilan Elena yang memang seperti badut.
" Hahahahaha...... Cakeeeppp, badutnya naikin mood. " Ejek beberapa lelaki di tim cadangan club basket.
" Ga usah ikut ikut. " Niko yang masih punya hati nurani menegur teman satu tim nya.
Elena pun berusaha menutupi wajahnya karena malu, namun Via dan gengnya tidak membiarkan nya semudah itu.
Leon yang ada di lapangan dan beristirahat ikut melihat pemandangan memalukan itu tanpa ekspresi apapun.
Bel berakhirnya jam istirahat pun berbunyi, para murid membubarkan diri dan segera masuk ke kelas masing masing begitu pula Via dan geng nya.
Elena pun segera berlari ke tempat yang sepi, di taman belakang tempat dimana ia biasanya membuang sampah atau lebih tepatnya tempat pertama kali dia bertemu Leon.
Dengan tisu seadanya ia mencoba menghapus coretan coretan di wajah nya namun sulit hilang.
Ketika ia sibuk membersihkan wajahnya, terlihat seseorang menghampiri nya.
" Nih, pake ini. " Dia adalah Leon sambil memberikan handuk dan sebotol air kepada Elena.
" Ga usah, terimakasih. " Tolak Elena minder.
" Kalo ga pake air gimana bisa hilang. Ambil aja, handuk nya juga masih bersih kok. " Kata Leon ketus.
" Terimakasih. " Elena pun akhir nya menerima bantuan Leon tanpa berani menatap wajah lelaki itu.
" Kalo di jailin, jangan diem aja dong. Bodoh banget sih jadi orang. " Gerutu Leon menghina Elena.
Bak sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang dirasakan Elena saat itu. Air mata kesedihan yang sedari tadi ditahannya akhirnya keluar juga. Hiks.. hiks..
" Lho kok malah jadi nangis. " Melihat itu Leon pun terkejut dan jadi merasa bersalah atas apa yang ia katakan.
" Sorry.. maksud aku bukan gitu. " Kata Leon salah tingkah.
Elena yang tadinya menunduk, akhirnya memberanikan diri menatap Leon yang jauh lebih tinggi darinya.
" Aku tau kok kalo aku ini bodoh. Karena itu, jangan pernah bicara dan bantu aku lagi. Seharusnya kamu bisa paham, kenapa dari sekian banyak siswa.. tidak ada satu pun yang peduli. " Untuk pertama kali nya Leon mendengar kalimat yang cukup panjang dari Elena, si gadis tertindas.
" Maksudnya??" Tanya Leon tidak mengerti.
" Terimakasih buat niat baik mu. Tapi lebih baik diam saja, kalau mau lulus dengan aman. " Pesan terakhir Elena sebelum berlaku pergi meninggalkan Leon yang masih tidak mengerti maksud perkataan Elena.
Setelah selesai membersihkan diri dan memakai seragam nya kembali, Leon dan teman temannya pergi ke kelas sambil berbincang.
Leon merasa semakin penasaran dengan maksud perkataan Elena, dan akhirnya ia mencari tahu lewat 2 teman nya.
" Cewek itu.. emang dia siapa? " Tanya Leon sambil mengarahkan pandangan nya ke Via yang kebetulan berjalan melewati kelas Leon.
" Ciiieehhh.. kenapa, tertarik ya sama dia?? " Canda Niko.
Leon pun melirik sinis ke arah Niko, karena pertanyaan nya bukan sebuah candaan.
" Dia Via, anak kelas 11B.. dia anak pemilik yayasan. Gak ada yang berani cari masalah sama dia. Bahkan senior senior seperti kita ini. Sekali nya cari masalah sama dia, langsung.. cut.. biasa, the power of anak tunggal tajir melintir. " Kata Sean menjelaskan.
" Terus, cewek yang dia jailin tadi?? " Tanya Leon lagi semakin penasaran.
" Oh.. Elena?? Kasian sih tuh anak.. udah jadi mangsa nya Via dari kelas 10. Yah.. gimana lagi, dia jalur beasiswa. Dia hidup di yayasan panti asuhan papa nya Via. " Jawab Niko meneruskan.
Kedua jawaban itu cukup menjelaskan perkataan Elena yang sempat tidak ia mengerti sebelumnya.
Bab 3
Malam hari di rumah Leonard, terlihat rumah nya yang begitu besar minimalis dan dipenuhi barang barang mahal, namun suasana sepi tidak bisa di hindarkan. Leon terbiasa hidup mandiri sejak duduk di bangku sekolah dasar, orang tua nya yang sibuk mengembangkan bisnis seringkali pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri.
Ada seorang pengasuh yang setia merawat Leon sedari kecil, wanita setengah baya itu adalah ibu astri atau yang biasa dipanggil ibu oleh Leon.
Wanita itu tau segala tentang Leon, layaknya anak sendiri.. bahkan Leon lebih banyak menghabiskan waktu bersama ibu asuhnya daripada orangtua kandungnya sendiri.
Orang tua Leon adalah salah satu keluarga kaya, pemilik hotel terkenal yaitu Hotel Zeus.
" Kamu sudah makan dan minum obat?? " Tanya ibu yang melihat Leon sedang rebahan di sofa ruang tengah sambil bermain game di hp nya.
" Nanti aja bu. " Jawab Leon bandel.
" Ibu kan sudah bilang, jangan sampe telat. Nanti kambuh lagi. " Kata ibu khawatir.
" Iya iya, 1 round lagi. "
" Ibu lihat, kamu ga pernah membawa kotak obat yang sudah ibu siapkan. " Kata ibu sambil mendekati Leon yang masih acuh dan menikmati permainan nya.
" Males ah. Ngapain bawa bawa obat ke sekolah. Nanti jadi banyak yang kepo. " Jawab Leon santai.
" Kenapa sih makin hari makin bandel aja. Kamu mau menjalani perawatan lagi.. sampe.. " Belum selesai ibu berhenti mengomelinya, Leon segera bangkit dan menghentikan permainannya.
" Ok ok.. aku makan sekarang. Jangan ngomel lagi ibu. " Kata Leon beranjak pergi.
" Tunggu.. kemarin kamu makan apa?? " Pertanyaan ibu tiba tiba seakan mengetes ingatan Leon.
" Pagi sarapan croisant susu coklat, siang makan burger, malam makan bistik daging. Fine fine aja kan?? " Jawab Leon dengan percaya diri dan berlalu pergi ke meja makan.
Mendengar jawaban Leon, ekspresi ibu pun menjadi lega karna semua yang di ucapkan Leon adalah benar.
Hari berganti, aktifitas pun dimulai kembali. Aktifitas sekolah yang tampak berjalan seperti biasa nya.
Elena nampak berjalan ke ruang guru sambil membawa setumpuk buku tugas, seperti biasa dia menjadi pesuruh.
Saat berada di lorong dekat ruang guru, ia berpapasan dengan Leon. Entah mengapa jantung nya berdegup kencang, dan merasa malu ketika melihat Leon di hadapan nya.
Berbeda dengan Elena, Leon pun hanya melewati nya dan mengabaikan nya seperti angin lalu.
Perubahan sikap yang tak terduga terjadi lagi, namun Elena mengabaikan nya juga. Dia merasa lebih baik keadaan menjadi seperti itu, mengingat dia sendiri yang berkata kepada Leon untuk menjauhinya.
Hari ini ada mata pelajaran tambahan untuk murid kelas 12, guna persiapan ujian kelulusan yang kurang 1 semester lagi.
Sedangkan kelas 10 dan 11 sudah pulang lebih awal sesuai jadwal.
Leon dan teman teman nya tampak lelah setelah seharian belajar. Dengan segera ia mengendarai motor kesayangan nya dan berhenti di minimarket di sekitar arah perjalanan pulang nya untuk membeli minuman dingin.
Leon masuk seorang diri dan mengambil sekaleng soda, ia berdiri di sudut minimarket meneguk minuman nya sambil melihat banyak nya orang lalu lalang di depan mini market.
Suatu kebetulan tak terduga, ia melihat Elena dengan kaos biasa dan celana jeans santai berjalan sambil membawa kantong plastik berisi beberapa barang kebutuhan panti melewati mini market itu.
Langkah Elena pun terhenti sejenak ketika melihat Leon yang juga sedang menatap ke arah nya. Namun lagi lagi, Leon mengabaikan nya dan mengalihkan pandangan nya dari Elena.
" Hmmm.. begitu lebih baik. " Gerutu Elena sambil menghela nafas panjang kemudian meneruskan perjalanannya.
" Kenapa jadi sering ketemu dia sih. " Gerutu Leon kesal dan heran. Ia segera menghabiskan minuman nya dan bergegas pulang karena hari yang mulai malam.
Keesokan hari nya, kembali ke suasana sekolah lagi. Hari ini Leon tidak tampak mengendarai motornya, namun di antar jemput oleh driver pribadi di rumah nya dengan mobil BMW hitam.
" Manja banget. Hari ini ga bawa motor. " Sapa Niko menggoda Leon.
" Lagi di bengkel, waktu nya perawatan. " Jawab Leon singkat.
Saat mereka berdua hendak berjalan memasuki kelas, tiba tiba seorang adik kelas nya menghadang jalan Leon.
" Kak Leonard. " kata gadis imut itu malu malu, namun terlihat mempersiapkan sesuatu untuk Leon.
" Huuu... cieh cieehh... " Sorak beberapa murid yang saat itu berada disana.
" Kenapa?? " Tanya Leon dingin.
" Kemarin aku bikin kue untuk kakak. Semoga kak leonard suka. " Kata gadis itu sambil memberikan bingkisan nya ke Leon.
" Ehm gimana yaa.. sorry, aku ga suka makanan manis. " Tolak Leon dengan sopan.
Belum selesai peristiwa manis yang di kerumuni beberapa murid ini, terdengar keributan lain yang berasal dari suara Via.
" Kan aku bilang susu strawbery, kenapa jadi vanila. Bego banget sih. " Teriak Via sambil berjalan menarik rambut Elena yang menahan sakit. Perhatian pun jadi beralih ke Via dan geng nya yang lagi lagi berbuat ulah.
" Lepas. "
Tangan Leon tiba tiba menahan tangan Via yang sedang menarik rambut Elena.
Semua orang yang ada disitu terkejut melihat kejadian langka ini.
" Siapa kamu?? Ikut campur. " Bentak Via berani kepada kakak kelas nya.
Pandangan mata Leon tertuju pada Elena yang merintih kesakitan karena cengkraman tangan Via yang kuat menarik rambut nya.
" Kamu mau susu strawbery kan?? " Jawab Leon sambil mengeluarkan hp dari saku celana nya dengan ekspresi datar.
" Halo.. Milky store. Saya pesan 4 dose susu strawbery.. kirim ke SMA bla bla bla... "
Pandangan Elena tak lepas dari Leon yang tiba tiba bertindak menolong nya, padahal beberapa hari kemarin lelaki itu memilih untuk mengabaikannya bahkan saat mata mereka saling menatap.
" Sebentar lagi di antar. Jadi kamu bisa lepaskan dia. " Kata Leon sambil menarik tangan Via dari rambut Elena yang terlanjut berantakan.
" Apaan sih, sok jadi pahlawan kesiangan. " Teriak Via tidak terima.
" Cuma bayar utang. Cewek ini, pernah bantu aku untuk nemuin ruangan guru. Sekarang aku uda ga ada utang.. sana.. pergiii.. " Jawab Leon ketus sambil mendorong Elena untuk segera pergi menjauh.
Via pun kehabisan kata kata melihat perilaku Leon yang membingungkan.
Sedangkan gadis yang belum selesai menyampaikan perasaan nya ke Leon, ikut geram karena situasi yang jadi kacau.
Sepulang sekolah Elena yang sudah jauh lebih baik, berjalan ke halte untuk menunggu bus umum yang biasa ia tumpangi.
Elena lebih merasa bahagia ketika sendirian, menikmati cuaca yang sore itu begitu sejuk. Namun dalam lamunan nya, tiba tiba terbayang sosok Leon yang hari ini menolong dirinya.
Sesekali senyum kecil itu merekah di wajah manis Elena, untuk pertama kalinya selama ia bersekolah disana.. orang pertama yang mau menolong nya walaupun sudah mendapat peringatan darinya adalah..
" Leonard Maxmuel Alexander. " Gerutu Elena pelan.
" Kenapa?? Manggil aku?? "
" Hwaaa... " Teriak Elena sangat terkejut, tiba tiba Leon muncul di samping nya..
" Apaan sih teriak teriak. Ntar di kira aku mau ngapain kamu." Jawab Leon kesal.
" Kamu bikin kaget. Kenapa tiba tiba ada disini. " Kata Elena merasa heran sambil memperhatikan situasi sekitar.
" Kan ini tempat umum. " Jawab Leon dingin.
" Maksud ku, biasa nya kan kamu naik kendaraan pribadi. " Kata Elena gugup.
" Oh.. motor ku lagi perawatan.. driver ku ga bisa jemput tepat waktu karena macet.. naik taksi juga sama aja macet.. jadi ga ada pilihan lain. " Jawab Leon menjelaskan.
" Oh gitu. " Di tengah percakapan canggung mereka, terlihat bus umum yang biasa di naikin Elena datang.
" Aku pergi duluan. " Pamit Elena ingin segera pergi.
" Aku ga tau. " Kata Leon tiba tiba sambil menarik tas Elena. Langkah Elena pun terhenti dan ia sangat terkejut di berhentikan mendadak oleh lelaki ini.
" Hah?? " Elena pun tidak mengerti maksud Leon yang masih menarik tasnya.
" Aku ga tau harus naik bus yang mana. Ini baru pertama kali. " Jawab Leon jaim.
Senyum tipis pun kembali merekah di wajah Elena setelah mendengar perkataan Leon.
Akhirnya Elena pun mengikhlaskan bus yang tidak bisa berhenti lama dan menunggu bus selanjutnya sambil membantu Leon.
" Alamat mu?? " Tanya Elena memberanikan diri.
Mereka pun mulai memiliki percakapan sedikit demi sedikit.
Si Elena gadis tertindas dan si Leonard lelaki dingin yang misterius bagi Elena.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!