" iren ingin pulang ke indonesia nyonya"
Entah sudah berapa puluh kali iren mengutarakan keinginanya itu, namun Ny.Maya selalu saja melarang dengan alasan yang sama.
" Tidak sekarang iren, kau tahu kan! Aku sedang sangat membutuhkanmu saat ini"
Ny.Maya melepaskan tangan iren yang sedang memijat bahunya, ia kemudian menuntun iren untuk duduk disampingnya.
" Iren sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ny.Maya seraya menggenggam tangan iren den kedua tanganya.
" Aku tahu ibumu sering sakit, biasanya kau juga hanya memintaku mengirim uang untuk berobat" lanjutnya seraya menepuk lembut punggung tangan iren, mencoba menepis rasa tidak teganya.
"lalu kenapa sekarang kau terus meminta pulang?" Tanya Ny.Maya dengan serius,
Iren hanya menundukan kepala, ia tahu jika ia berkata bahwa dirinya terus gusar memikirkan sang ibu tanpa tahu apa masalahnya, majikannya itu mungkin tidak akan mengerti.
" katakan saja berapa yang kau butuhkan?" Ny.Maya mengeluarkan ponsel dari tasnya, ia akan memberikan berapapun yang iren minta, asal gadis itu tidak pulang ke indonesia.
Ny.Maya sudah siap mengirimkan uang dari ponselnya, hanya tinggal mengetikan jumlah, ia kembali bertanya karna iren tak kunjung bicara.
" Katakan iren! Berapa banyak uang yang kau butuhkan untuk pengobatan ibumu? "
Iren tak bisa berkata-kata lagi, yang dia butuhkan saat ini bukanlah sekedar uang, ia sadar berapa banyak pun uang yang ia kirim tidak akan bisa menghilangkan kecemasan di hatinya.
" Maaf mengganggu nyonya!" seru seorang pria paruh baya kini berdiri beberapa langkah dibelakang mereka.
Ny.Maya dan iren pun menoleh ke arah suara.
" Ada apa eka?" Tanya Ny. Maya, wajahnya nampak kesal, ia paling tidak suka jika percakapannya di potong.
" saya ingin minta ijin untuk membawa iren nyonya, saya butuh iren untuk membetulkan keran air yang bocor" ucap pak eka
Ny.Maya menghela napas kasar.
" pergilah! Kerjakan pekerjaanmu sana" ucap Ny.Maya dengan raut wajah yang sedikit tidak rela
Iren pun berdiri dari duduknya, seperti bias, ia menundukan sedikit kepalanya sambil tersenyum, sebelum kemudian pergi meninggalkan nyonya-nya itu.
Melihat sang kepala asisten rumah tangganya masih berdiri, maya tahu pasti masih ada hal yang ingin ia sampaikan.
" Apa lagi?" Tanya Ny.Maya dengan nada suara yang sedikit kesal.
" Maaf jika saya lancang nyonya, apa tidak sebaiknya nyonya ijinkan saja iren pulang ke indonesia" ucap eka memberi saran
Mendengar itu Ny.Maya pun melayangkan tatapan tajam dengan sejuta tanya.
" Ny selalu memberi ijin pada para pekerja lain untuk pulang ke indonesia setiap 2thn sekali, sudah 5thn iren bekerja di rumah ini, ia selalu bekerja lebih keras dari yang lainnya, tapi selama ini dia tidak pernah minta pulang sama sekali" terang pelayan tua itu
Ny.Maya tersenyum mendengar penuturan kepala asisten rumah tangganya itu, ia melipat tanganya di dada lalu berkata " aku lebih tahu bagaimana cara kerja iren dibanding dirimu" seolah tengah membanggakan diri dengan nada bicara yang sangat ketus.
Bagi Ny.Maya iren adalah anak yang baik, sopan dan ramah, lebih dari itu dia adalah wanita yang istimewa.
Walau iren di anak emaskan terang-terangan, ia tidak pernah berbangga hati sampai membuatnya malas melakukan pekerjaannya, iren justru selalu memberikan lebih, gadis itu bukan hanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah saja, iren juga sering memijit maya, tak jarang iren juga memperbaiki gaunnya yang rusak.
Lebih dari itu, iren juga sering kali mengerjakan pekerjaan laki-laki, seperti tadi contohnya, membetulkan keran bocor, listrik yang bermasalah, iren bahkan sampai tidak ragu memanjat ke atap rumah untuk membetulkan genteng atap yang bocor, karna alasan itulah ny maya enggan mengijinkan iren pulang ke indonesia.
iren adalah salah satu karyawan yang sangat berharga, bukan karna takut akan kehilangan, tapi ia memang sangat membutuhkan iren saat ini, terlebih belakangan ini ia tengah stress dengan keadaan sang putra, serta desakan dari ibu mertuanya.
" cepat nikahkan putramu dengan iren, mau sampai kapan kau terus membiarkan mereka seperti itu" Ucapan sang ibu mertua itu selalu saja menggema di telinganya, seolah enggan membiarkannya untuk tenang walau sesaat.
" Sebenarnya nyonya, beberapa hari ini saya sering memergoki iren menangis diam-diam" Ucapan pak eka menyadarkan maya dari lamunannya.
Ny.Maya juga sama gusarnya dengan iren, ia tak kunjung mendapat kabar dari indonesia, itulah sebab utama ia tidak bisa membiarkan iren pulang, karena jika terjadi sesuatu di sana iren bisa saja tidak ingin kembali, katakanlah maya egois karna tidak ingin hal itu sampai terjadi.
Ny.Maya memijat kepalanya yang kembali terasa pusing, terlalu banyak tekanan yang ia terima beberapa hari ini, tapi ia juga merasa tidak tega setelah mendengar penuturan pak eka.
" Ya sudah, setelah makan malam suruh iren ke kamarku, sekarang aku mau istirahat"
Ny.Maya bangkit dari duduknya, ia berjalan menaiki tangga hendak masuk ke kamarnya.
Pak eka tersenyum kemudian membungkuk memberi hormat, ia kini bisa bernapas lega karna akhirnya Ny.Maya menyerah juga.
.
.
.
Setelah makan malam, iren mendatangi kamar Ny.Maya seperti apa yang pak eka katakan, ia sangat senang ketika eka menyampaikan bahwa nyonya -nya itu mungkin akan memberinya ijin untuk pulang ke indonesia
" Nyonya, ini iren" seru iren disertai ketukan pintu
" Masuklah ren" suara Ny.Maya terdengar sangat lembut ditelinga, tidak seperti biasanya.
" Duduk! " pinta Ny.Maya seraya menepuk pelan sofa kosong disampingnya.
" Aku akan mengizinkanmu pulang ke indonesia, tapi, ada syaratnya" Ny.Maya tersenyum penuh makna
" Iren siap memenuhi syarat yang nyonya ajukan" jawab iren dengan penuh semangat, karna yang paling penting baginya adalah bisa pulang ke indonesia, agar bisa mengetahui apa yang terjadi sampai hatinya terus gusar memikirkan sang ibu.
" Besok datanglah ke apartment putraku dan layani dia" iren mengangguk paham.
" ambil ini" ny maya memberikan satu botol obat
" dan ini juga" kemudian memberikan selembar kertas
" apa ini nyonya?" tanya iren tek mengerti
" itu adalah daftar pertanyaan yang mungkin akan diajukan putraku padamu, baca dan hafalkan" ucapnya sambil tersenyum, iren hanya mengangguk
" ya elahh... mau melayani tuan muda aja harus pake naskah, apa jangan-jangan nyonya melakukan ini untuk membuatku menyerah dengan keinginanku, tapi aku tidak boleh menyerah, aku harus pulang ke indonesia" batin iren bersua
" jika tidak ada pertanyaan lain, kau bisa pergi"
Iren bergegas keluar dari kamar majikanya, entah kenapa ia merasakan ada yang aneh dengan Ny.Maya, senyumnya nampak tak biasa.
" iren tunggu"
iren menoleh mendengar panggilan itu, ia pun melepas handle pintu yang dipegangnya, dan kembali menatap sang majikan
" apa ada yang lain lagi nyonya?" tanya iren
" aku akan memberimu bonus gajih tiga kali lipat jika kau berani terima tantangan ku untuk memakai pakayan pelayan wanita" ucap Ny.Maya, ia sangat bersemangat sampai mengatakan itu hanya dengan satu tarikan nafas.
Iren berpikir sejenak, ia membulatkan tangan lalu berkata " ok nyonya! Jangan menyesal ya!" iren berkata sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Ny. Maya juga tersenyum
Di dalam sebuah kamar apartemen, alarm yang bertengger di atas nakas berbunyi dengan nyaring, waktu sudah menunjukan pukul 05.00 pagi, sudah waktunya bagi pria tampan penggila kebersihan untuk bangun.
Pria yang tengah terlelap itu membuka matanya, tangan kirinya terulur untuk meraih jam weker yang selalu membangunkan dirinya setiap pagi, pria tampan itu kemudian mendudukan diri, mematikan jam weker lalu menaruhnya lagi di atas nakas.
Tunggu! Ada yang tidak beres, pria tampan itu memperhatikan jam wekernya, ada sidik jari di kaca depan jam itu, dan itu membuatnya tidak senang, ia pun mengambil kembali jam wekernya, pria itu lalu meraih selembar tisu, kemudian menghapus noda di kaca jam itu,
setelah noda sidik jarinya hilang pria tampan itu kemudian meletakan jamnya kembali ke tempat semula.
Si penggila kebersihan, pria tampan perfeksionis itu bernama aditya, seorang tuan muda dari salah satu keluarga konglomerat di dunia.
Aditya menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu bangkit dari tempat tidur, pria tampan itu kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi, dan memulai rutinitas kebersihan tubuhnya.
Dimulai dari membersihkan barisan giginya yang putih, lalu berkumur untuk menghilangkan bau pada mulutnya, setelah melihat barisan giginya bersih, kini matanya sibuk mengamati wajahnya dari pantulan cermin, ia mulai mencari keburukan dari wajahnya yang hampir mendekati sempurna itu.
“ iyuh... Sangat menjijikan”
Aditya nampak tak suka melihat pantulan wajahnya yang sedikit berminyak, ia meraih sabun pencuci wajah dengan cepat, dan dengan cepat pula ia mengusir semua kotoran di wajahnya itu, ia lalu menyibakkan air untuk membersikan busa sabun di wajahnya, entah pria itu sadar atau tidak, tapi gayanya saat menyibakkan air itu terlihat sangat cool.
Aditya tersenyum puas setelah melihat wajahnya yang bersih tanpa minyak, aktivitas kebersihanya berlanjut ke bagian tubuh kekar nan atletisnya, ia membuka celana bokser-nya, lalu beranjak, beralih ke tempat mandi.
Pria tampan itu memutar kran shower, tapi sayang, airnya tidak mau turun dan itu membuat aditya menghela nafas panjang, ia beralih dan mencoba memutar keran di bathtub, tapi airnya juga tidak mengalir, hal itu membuat aditya mendengus kesal, ia mengacak-ngacak rambutnya dengan kasar.
Dengan sangat terpaksa ia memutar keran wastafel, dengan mengunakan cangkir yang baru diambilnya dari dalam lemari, ia mulai membasahi seluruh rambutnya, sambil menunduk ia mulai mencuci rambut dengan sampo kebanggaannya, wangi segar daun mint pun mulai menyeruak di area penciumanya.
Setelah rambutnya bersih, kini pria tampan itu membasahi seluruh tubuhnya, saat sedang asik memakai sabun, tanpa diduga airnya tiba-tiba mati, pria tampan itu terpaksa membersihkan tubuh yang sudah dipenuhi sabun dengan air seadanya, merasa tubuhnya masih lengket, aditya pun melingkarkan handuk di pinggang lalu mencari tisu basah, yang pasti akan selalu ada dalam laci nakas nya.
Aditya menghabiskan dua pak tisu basah untuk membersihkan tubuhnya, setelah dirasa cukup ia pun beranjak keluar dari kamar mandi, namun tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.
“ Ahh... “
Iren berteriak ketika melihat tuan mudanya telanjang bulat, ia lalu membalikan tubuhnya dengan cepat memunggungi aditya, gadis itu kembali keluar dan menutup pintu.
Sementara aditya, pria itu refleks menutupi bagian bawahnya dengan tangan, ia kembali ke kamar mandi dan juga menutup pintu di saat yang bersamaan.
Aditya membuka lemari gantung untuk mengambil handuk baru, karna handuk yang sebelumnya ia pakai sudah ia lemparkan ke keranjang baju kotor.
Pria tampan itu sedikit ragu saat hendak keluar dari kamar mandi, ia mengintip ke dalam kamarnya dari celah pintu yang ia buka, pria itu baru keluar setelah memastikan tidak ada siapapun di sana.
15 menit kemudian.
Aditya keluar dari kamarnya setelah memakai setelan baju olah raga, ia melihat iren duduk bersandar di sofa dengan kepala menengadah ke belakang seperti menatap ke atas, tapi wajahnya ditutupi dengan majalah.
Saat aditya mendekati iren, ia sangat terkejut melihat majalah yang iren gunakan untuk menutupi wajahnya itu, dengan cepat ia meraih majalah porno yang entah dari mana datangnya itu, ia bernafas lega melihat iren yang ternyata menutup kedua matanya.
Aditya menyembunyikan majalah itu dibelakang bantalan kursi, lalu ia pun mulai bersua
“ mau apa kau kesini?” aditya mendudukkan dirinya dihadapan iren
“ membetulkan keran air” iren berkata tanpa bergerak sedikit pun, membuat aditya menyunggingkan senyum senang.
Aditya bangkit dari duduknya seraya berkata, “ aku akan pergi joging, tolong selesaikan sebelum aku kembali, sekarang kau bisa membuka matamu iren” kemudian berlalu
Aditya menghentikan langkahnya tepat di depan pintu lalu berbalik, ia melihat iren hendak bangkit dari duduknya.
“ oh ya! Satu lagi” iren menoleh pada tuan mudanya itu.
“ aku bersikap santai karna selalu sendirian disini, yang tadi itu kecelakaan, anggap saja kau tidak melihat apa pun, dan jangan terus memikirkan apa yang sudah terjadi” ucap aditya yang kemudian keluar dari apartemennya
Mendengar iren kembali mendudukkan dirinya di sofa dengan kasar, ia menggerutu karna jadi teringat lagi pada kejadian beberapa menit lalu.
“ Kenapa harus diingatkan lagi, aku kan sudah berusaha melupakannya” keluh iren dengan sedikit merengek
Aditya lari pagi di area taman tidak jauh dari kawasan apartemennya, menjadi pusat perhatian sudah biasa baginya, itu sudah menjadi bagian dari rutinitasnya, yang masih belum juga membuatnya terbiasa adalah para wanita muda yang selalu berusaha mencuri perhatian darinya, seperti saat ini contohnya.
“ Maaf” ucap seorang gadis
wanita itu sengaja menyenggol lengan aditya, ia juga menjatuhkan handuk kecil miliknya.
Aditya tahu apa yang wanita itu inginkan, wanita itu ingin aditya mengambil handuk itu lalu mengembalikannya sambil tersenyum, tapi aditya tidak melakukan hal itu, ia memang mengambil handuk itu tapi kemudian melemparnya ke tempat sampah seraya berkata “ jika kau ingin membuang sesuatu, buanglah ke tempat yang benar”
Wanita itu menatap aditya yang berlalu pergi dengan tatapan tak percaya, ia kesal dengan sikap aditiya yang tidak romantis, dan tambah kesal lagi saat melihat aditya mengambil tisu basah yang disodorkan oleh seorang pria yang mendekati pria pujaannya itu.
Wanita itu tak percaya saat melihat apa yang dilakukan sang pujaan hatinya, aditya tampak menggunakan tisu basah itu untuk membersihkan bagian tangan yang tadi bersentuhan dengan kulit cantiknya.
“ Aku adalah wanita tercantik di lingkungan ini, dan aku tidak pernah mendapat penghinaan sebesar ini, jangan panggil aku dea jika aku tidak bisa menaklukan mu tampan, lihat saja nanti" wanita itu menyeringai licik kemudian pergi.
Aditya kembali ke apartemennya bersama roby, ia meninggalkan roby dan masuk kedalam kamar, dengan cepat ia melepas bajunya yang sudah basah oleh keringat, ia bahkan tidak nyaman dengan keringatnya sendiri, saat hendak membuka celana ia baru ingat bahwa iren ada di apartemennya,
Baru saja muncul di pikiran aditya, iren sudah keluar dari kamar mandi sambil tersenyum
“ Iren sudah mengisi bathtub dengan air hangat, tuan bisa langsung mandi” ucap iren sambil berlalu pergi.
Iren pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan, tak lupa ia juga membuat jus untuk roby.
Sudah dua jam berlalu sejak aditya masuk ke dalam kamar, roby yang sudah terbiasa dengan bosnya itu tetep setia menunggu dengan santai, tapi tidak dengan iren, ia nampak hawatir, apalagi sarapan yang dibuatnya kini sudah dingin.
“ Ada kejadian apa tadi?” roby melirik iren sekilas saat mendengar pertanyaan itu
“ oh itu, tadi ada wanita yang menyenggol tuan muda” jawab roby yang sudah kembali sibuk dengan pekerjaan di laptopnya.
“ tunggu, buatkan aku sandwich saja” iren yang hendak membuat sarapan baru pun menghentikan kegiatannya, ia menyiapkan apa yang diminta tuannya yang baru saja keluar dari kamar.
“ aku sudah terlambat, ayo roby” sandwich yang hendak iren potong dan sajikan itu menghilang dari hadapannya, aditya mengambilnya dan makan sambil berlalu pergi.
Sesampainya di hotel, seperti biasa aditya akan berkeliling, dan saat itu adalah saat yang paling menegangkan bagi para karyawan, pasalnya, jika ada kesalahan aditya tidak segan untuk langsung memecat tanpa mau mendengar satu pun alasan.
Aditya menyentuh meja dan benda lainnya untuk memastikan tidak ada debu disana, seorang anak kecil berlalu dihadapanya, ia melihat anak itu memakan snak sambil meninggalkan jejak di lantai, tangan aditya melambai memanggil seorang ob.
“ bersihkan lagi ” dengan sigap ob itu membersihkan rempahan snak yang berceceran di lantai,
Aditya tidak menegur anak itu, karna baginya, tua atau muda tamu adalah raja. Tapi, ia memerintahkan ob itu untuk mengikutinya dan membersihkan rempahan yang gadis kecil itu tinggalkan di lantai.
Kini ia masuk ke dapur, semua koki nampak tegang melihat ceo mereka memperhatikan setiap detail, bukan hanya tempat tapi juga penampilan.
“ Bukankah aku sudah memberi peringatan” ucap aditya seraya menyentuh rambut pelayan wanita yang terurai dengan bebas itu
Pelayan itu menundukan kepala saat aditya menekan pundaknya, semua yang melihat hal itu menatap dengan tatapan mengiba, mereka seperti tahu apa yang akan terjadi pada pelayan wanita itu.
“ kau di pecat” ucap aditya menengadahkan tangan, denan sigap boby menyemprot hand sanitizer ke tangan atasannya itu
“ aku tidak butuh karyawan yang tidak mau mendengarkan perintahku” ucap aditya seraya mengusap tanganya, membersihkan telapak tangan yang tadi menyentuh gadis muda itu.
Setelah aditya pergi, semua pelayan kembali bekerja, seorang koki mendekat dan tersenyum padanya.
“ Kenapa? Dia memecatku hanya karna aku tidak mengikat rambutku” keluh pelayan wanita itu
“ aku sudah mengingatkanmu tadi, tapi kau lebih takut rambutmu rusak dari pada menuruti perintah, sekarang lihat apa yang terjadi, rambutmu memang tidak rusak tapi kau kehilangan pekerjaanmu” pelayan wanita itu menghela nafas mendengar penuturan koki yang merupakan teman lamanya itu.
Kemarin, saat aditya melakukan inspeksi, ia melihat sehelai rambut wanita itu hendak jatuh, ia mengambil rambut yang masih menggantung itu seraya berkata “ jika kau masih ingin bekerja disini ikat rambutmu seperti yang lain atau potong pendek sekalian”
Aditya mengatakan itu dengan tegas, ia khawatir rontokan rambut wanita itu jatuh ke makanan yang akan di sajikan ke pelanggan, aditya sudah memberinya pilihan, dan ia mengambil tindakan untuk menghindari masalah lebih besar yang mungkin akan terjadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!