"Kau sudah melihat berita hari ini?"
Tanya Flo, manajer Albar pagi-pagi sekali.
Albar yang baru bangun dari tidurnya tampak menatap Flo dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.
"Kenapa kau selalu berisik melebihi Ayam milik Datuk nya Ipin Upin."
Kesal Albar pada Flo, dan dengan malas menutup mukanya dengan bantal agar bisa melanjutkan tidurnya yang terjeda.
Gila, ia bahkan baru tidur satu jam yang lalu setelah baru sampai dari Samarinda untuk tampil mengisi acara ulang tahun hotel yang cukup ternama.
"Albar! kau bodoh? Ini menyangkut karirmu!"
Kata Flo menarik bantal dari atas muka Albar dan melemparkannya jauh-jauh.
"Haish... Aku bodoh, dan kau gila! Pagi begini kau sudah berisik di saat aku baru tidur satu jam!"
Albar balas memaki Flo yang langsung menabok lengannya.
Mereka yang hubungannya memang masih sepupu jelas saja bisa dengan bebas adu jotos bila perlu.
"Lihatlah dulu!"
Kata Flo sambil menyodorkan layar hp nya ke muka Albar.
"Apa sih?"
Albar menatap layar hp Flo di mana terlihat berita gosip menampilkan seorang model mengaku hamil oleh Albar.
"Hah, siapa dia! Aku ngga kenal!"
Albar menunjuk layar hp Flo dengan mata selebar UFO.
"Dasar bodoh! Makanya aku bilang bangun!"
Flo kesal bukan kepalang.
Albar menatap Flo.
Sepupunya yang tomboi abis, dan selalu mengikuti penampilan G Dragon itu terlihat memanyunkan bibirnya.
"Model ini, aku ingat dia yang mengajakmu foto di acara musik pagi di salah satu TV swasta bulan lalu kan?"
Kata Flo.
Albar mendengus.
"Mana aku tahu, terlalu banyak orang minta foto, apa aku harus mengingat muka mereka satu persatu."
Kesal Albar.
"Lagipula aku sama sekali ngga pernah merasa kenalan sama dia, apalagi sampai menghamili."
Gumam Albar.
Lalu...
"Hah! Apa menghamili?"
Albar mengulang kalimatnya, tampaknya otaknya memang belum sepenuhnya berfungsi dengan baik karena kurang tidur.
Flo mendengus.
Kadang ia kesal memiliki sepupu seabsurd Albar.
"Sekarang bagaimana? Kamu harus jumpa pers buat klarifikasi."
Kata Flo.
Dan beium apa-apa, panggilan masuk bertubi-tubi ke lima nomor hp Flo, juga ke nomor hp Albar, bahkan nomor rumah.
"Perang sudah dimulai bray. Media sampai semua perusahaan yang memakai mu untuk iklan produk mereka akan segera memburu mu seperti tikus mencuri keju."
Kata Flo.
"Haish, setelah isu narkoba, sekarang skandal dengan perempuan yang aku ngga kenal."
Albar mengacak-acak rambutnya.
Flo kemudian sibuk mengangkat panggilan di hp nya satu persatu, sambil kemudian ia mendekati jendela kaca rumah Albar yang kini tampak di depan pagar rumah awak media berdatangan menyerbu.
Albar sendiri mondar-mandir seperti kereta bayi. Tidak jelas mau apa dan harus bagaimana.
Di saat sedang bingung, panggilan di nomor pribadi Albar terlihat masuk.
"Ah Mami, kenapa dia pakai nelfon juga."
Albar menggerutu.
Albar meraih hp nya dengan cepat.
"Albar! Apa-apaan iniiiiiii!!!!!!!!!!"
Suara Mami nya langsung menggelegar begitu panggilannya diangkat Albar.
"Mam, sabar Mam, ini ngga seperti yang Mami bayangkan."
Kata Albar mencoba menenangkan sang Mami.
Meskipun jarak Mami dengannya saat ini begitu jauh, karena Mami di Perth dan Albar di Jakarta, tapi tetap saja rasanya begitu Mami berteriak, gempa tektonik langsung melanda seluruh tubuh Albar.
"Apa lagi ini Albar? Kemarin narkoba dan sekarang kamu menghamili anak orang!"
Mami berteriak-teriak lagi.
"Enggak Mam, Albar sungguh nggak kenal dia Mam."
"Apa kamu gila? Bagaimana bisa seorang gadis mengaku dihamili sementara dia ngga kenal kamu!!"
Mami tidak percaya.
"Mam, dia kenal Albar, tapi Albar ngga kenal dia, suer Mam."
Albar benar-benar pusing bagaimana caranya menjelaskan.
"Sudah, Mami tidak mau dengar lagi, Mami larang kamu jadi artis. Berhenti sampai di sini!! Mana Flo, cepat!!"
Mami kali ini benar-benar naik pitam.
**-------**
Albar dan Flo mengendap-endap di balik jendela seperti dua kura-kura takut kelilipan.
"Gimana, wartawan menyemut gitu, mau keluar juga susah."
Kata Flo.
"Gila, trus kita musti begini terus sampe monyet naik apolo?"
Tanya Albar dengan muka bete.
Flo menjitak kepala Albar.
"Kenapa mukamu begitu, harusnya aku yang jengkel dodol!"
Kesal Flo.
Albar mengelus rambut ala oppa korea nya yang aduhai.
"Mami nyuruh kamu ngungsi di tempat Abah nya Mang Kus. Sampai nanti semua kondusif, kamu musti balik ke Perth."
"Ngapa ngga sekarang aja sih."
Albar protes.
"Mami kamu lagi ngurus perusahaan baru nya, dia malas ketemu kamu."
Kata Flo dengan teganya.
Yah memang dari dulu dia mulutnya begitu, mungkin pedas bon cabe terinspirasi dari mulut Flo.
Albar menghela nafas.
Mang Kus dulu adalah supir pribadi keluarga Mamih nya, ia bekerja menggantikan Abahnya menjadi supir keluarga Mami Albar.
Hingga kemudian Mang Kus mengundurkan diri karena sakit dan akhirnya meninggal.
Abah nya Mang Kus sendiri pensiun setelah Kakek Albar meninggal yang kemudian digantikan Mang Kus.
Jadi bisa dibilang, keluarga Mang Kus sudah dua generasi yang bekerja di keluarga Albar hingga sudah seperti keluarga sendiri.
"Trus kamu sendiri gimana?"
Tanya Albar pada Flo.
"Aku akan mengurus semua kontrakmu yang kacau balau, dan berusaha membuat masalah ini selesai, setelah itu aku akan pulang saja ke Netherland, aku nyerah hidup di sini sama kamu."
Kata Flo.
"Ah kau ngga tanggungjawab, dulu kamu yang ngajakin pulang ke Indo, sekarang kamu malah mau kabur. Kalau kamu ke Netherland aku ikutlah."
Kesal Albar.
"No Albar, aku bisa di bunuh Mami mu, sudah kau nurut saja apa kata Mami. Tinggal di rumah Abah Mang Kus, dan tunggu orang suruhan mami menjemput."
Kata Flo.
"Sialan! Enak di kamu, ngga enak di aku."
Kata Albar.
Flo menjitak kepala Albar lagi.
"Kau bodoh atau apa? Aku yang bakal di semprot sana sini kamu bilang aku yang enak, bagusan kamu ngungsi daripada di sini nambah keributan doang. Pe ak emang."
Flo bersungut-sungut.
Keduanya kini kembali mengintip dari balik jendela.
Kerumunan wartawan masih begitu banyak memenuhi hampir seluruh bagian depan pagar rumah.
"Apa aku harus pakai tutup nasi biar bisa lewat?"
Tanya Albar.
Flo tertawa.
"Aku akan telfon Pardi untuk membawa mobil van saja, kamu berkemaslah."
Ujar Flo.
Albar langsung beranjak dari sisi Flo menuju kamarnya, membuka lemari dan menatap semua bajunya.
Dunia ini sedang mengajaknya bercanda atau bagaimana? Baru tadi malam dia tampil di acara dan masih begitu digilai, sekarang tiba-tiba ia bangun dan harus mengungsi ke tempat di mana ia tak pernah melihatnya.
"Hanya untuk sementara, tidak usah bunuh diri di sana."
Flo yang menyusulnya masuk kamar menabok punggung Albar hingga lamunan Albar berantakan.
"Awas saja kalau aku mati karena kesusahan hidup di sana, aku akan jadi vampire dan meminum semua darahmu sampai kering."
Kata Albar.
Flo yang mendengarnya hanya tergelak.
"Silahkan coba minum darahku, aku akan pakai autan satu dus."
Ujar Flo.
**---------**
"Huaaaaa..."
Eti histeris membuat Balqis yang duduk di sebelahnya sambil menyalin buku Dinda hampir melompat sangking kagetnya.
"Apaan sih nih anak satu."
Balqis menabok lengan Eti yang menatap layar hp nya dengan wajah syok.
"Ikh bawa hp, pengin kena razia Abang Ketos apah."
Kata Dinda yang baru muncul lagi dari toilet bersama Si Po, tapi bukan bukan adik Lala Teletubbies ya.
"Pak Guru Hanafi masih sakit aja, kelas jadi berantakan deh."
Keluh si Po.
"Huaaaaa..."
Eti histeris lagi, membuat ketiga sahabatnya mendengus.
"Lagi kumat."
Kata Balqis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lihat dong... Lihat... Babang Albar my lope lope... Masa dia katanya menghamili cewe ini, kan apa bangeeet."
Eti menunjukkan berita gosip Albar Harrys yang sedang hot-hotnya.
Bahkan akun Nyai Lambe saja hari ini sampe bahas soal Albar Harrys dari A sampai Z.
"Setelah tersandung kasus Narkoba, kini Albar Harrys menghamili seorang model baru yang ia kenal di sebuah club di daerah Kuta Bali. Albar Harrys sampai detik ini tidak bisa dihubungi awak media dan menghilang begitu saja. Apakah ini bukti bahwa memang Albar Harrys melakukannya hingga tidak bisa menyanggah berita ini?"
Seorang presenter membawakan berita tentang Albar Harrys dengan begitu bersemangat, mulutnya sampai naik turun, mencong kanan, mencong kiri seperti berdansa.
"Ngga penting banget sumpah si Eti mah dudul."
Ujar Dinda.
"Lha iya emang kerjaan dia cuma halu aja."
Tukas Balqis.
"Yeee, kalian mah enggak apdet sih, ini kan si Albar Harrys julukannya aja Justin Bieber nya Indonesia jaman now."
Eti tak mau kalah. Pokoknya hidup matinya adalah untuk membela Albar Harrys.
"Bibir nih bibiiiir."
Dinda menarik bibir Eti sampai monyong.
Membuat Po dan Balqis tertawa.
"Udah simpen itu hp, nanti ketahuan sekolahan disita baru tuh manyun."
Kata Balqis mengingatkan.
"Eh Qis, nanti sore jangan lupa ke rumah Ustadzah Nur Aeni, ada tasyakuran kelulusan Babang Adit."
Kata Dinda.
"Iya, aku inget kok, tapi nanti lihat dulu kerjaan di rumah udah selesai apa belum, kemarin kan stok sempolan di kulkas udah habis, Teh Diah sudah nanyain."
Kata Balqis.
"Yaaah, sayang banget kalo kamu ngga ikut, kan ngga rame."
Kata Dinda.
"Iya Qis, masa ngga ikut sih, apa kita bantuin aja bikin sempolannya."
Kata si Po.
"Ya ngga Ti? Manyun aja tuh bibir."
Si Po menabok lengan Eti.
"Aku mah hayuk ajalah."
Kata Eti lalu merebahkan kepalanya di atas meja dengan malas.
"Udahlah ngga usah, pada langsung saja ke rumah Ustadzah Nur, nanti gampang aku nyusul."
Kata Balqis.
"Nanti aku kabarin kalo mau ke sana."
Lanjut Balqis lagi.
"Hmm... Iya aja deh."
Sahut si Po.
Tak lama terdengar bel sekolah berdentang, menandakan pergantian mata pelajaran baru.
Semua mulai bersiap menyambut Guru yang akan mengisi pelajaran berikutnya.
"Pelajaran apa ya, energi ku rasanya menguap habis nih."
Kata Eti di sebelah Balqis.
"Sejarah Islam."
Kata Balqis.
Eti merebahkan kepalanya lagi.
"Ah auto ngantuk."
Ujar Eti malas.
"Huuu emang kamu mah ngantukan, banyak cacingnya itu perut."
Seloroh si Po sambil menoleh pada Eti yang duduk di belakangnya, membuat Eti menarik jilbab Si Po dari belakang.
Bersamaan dengan itu, seorang Ibu Guru masuk bersama seorang laki-laki tampan rupawan.
Laki-laki itu tersenyum merekah bagai bunga di pagi hari.
"Waaa... ganteng level sembilan."
Gumam Si Po dari tempatnya.
Eti mendengar kata ganteng langsung memandang ke depan, dan wow! emejing.
Mimpi apa kenyataan ini? Batin Eti.
"Perkenalkan, ini Pak Guru Irfan, dia akan mengisi pelajaran sejarah Islam mulai hari ini."
"Ihiiiiiir."
Eti dan Po menyambut semangat seperti Emak-emak yang selalu menyambut bahagia kabar pembagian sembako gratis.
**-------**
Albar melesat bagai peluru karet masuk ke dalam mobil van yang disiapkan oleh Pardi supir tahan banting badai gelombang tsunami yang selalu diandalkan Flo di kala hidup dan mati Albar terancam.
Flo juga melompat masuk mengikuti Albar masuk mobil.
"Yuk cus..."
Kata Flo pada Pardi.
"Cus gimana, itu pagar siapa yang buka?"
Tanya Pardi bingung.
"Ah iya, ketularan Albar nih dodol."
Kata Flo.
Albar mendelik tak terima ke arah Flo.
"Kayak kamu ngga dodol aja."
Kesal Albar.
"Iya... Iya... Kita dodol family."
Kata Flo membuat Albar tepok jidat.
"Terserahlah."
Ujar Albar.
Flo menelfon Bik Tuti di dalam rumah agar segera membuka pagar agar Pardi bisa segera melarikan mereka.
Bik Tuti yang mendapat mandat dari Flo jelas saja langsung bergerak secepat pesawat jet.
Wuzz...
Eh kebabalas...
Bik Tuti balik lagi. Mendekati pintu pagar yang di mana awak media sudah siap wawancara dan jeprat jepret.
Yah tahu gini mending tadi pakai gincu dulu. Batin Bik Tuti.
Begitu pintu pagar terbuka, Pardi membawa mobil van di mana Albar dan Flo sudah ada di dalamnya.
Awak media menyerbu, mengetok jendela kaca mobil sambil bertanya ini itu anu apalah apalah.
Albar tutup telinga, mata dan rebahan di kursi mobil.
"Kapok kamu jadi artis baru naik daun isunya udah macem-macem."
Kata Flo.
Ish... Albar mendesis.
Mobil Van Pardi terus bergerak melewati gelombang awak media yang membabi buta.
Hingga akhirnya mobil itu berhasil keluar dari serangan media, dan langsung melesat tanpa ngepot.
"Aman Non."
Kata Pardi melaporkan kondisi terkini.
Flo membuka tirai yang menutupi kaca mobil, dan benar sekarang mereka sudah berada di jalan raya.
Albar duduk kembali seperti biasa. Membuka kacamata hitam dan topi serta maskernya.
"Kita jadi ke rumah Abah Mang Kus? Emang kamu udah ngasih tahu?"
Tanya Albar ragu-ragu.
Flo menjitak kepala Albar.
"Mami kamu yang hubungin. Mana tahu aku nomor aki-aki."
Kata Flo.
Albar tertawa.
"Produser film horor yang mau aku bintangin kan aki-aki."
Kata Albar.
"Dulu, sekarang kamu udah dicoret."
Sahut Flo.
"Jiaaah, gosip sampah belum tentu bener gitu juga langsung aja pada percaya."
Kesal Albar.
"Lah memang begitu dunia bisnis hiburan, nama baik jadi taruhan bos, kalo namamu jelek udah matilah."
Kata Flo.
(Ini harusnya sih, wkwkwk)
Albar cenut-cenut kepalanya.
"Baru juga mau nyombong sama Mami kalo aku bisa kok hidup tanpa fasilitas dari dia, malah begini. Apes!"
Kata Albar.
"Niatmu udah jelek sih. Aku yang kebawa apes lah."
Flo melempar bantal ulat ke Albar.
Sementara itu di rumah Abah Mang Kus terlihat Abah Mang Kus begitu terkejut karena dihubungi putri mantan majikannya tiba-tiba.
"Jadi hari ini sedang menuju ke sini Nyonya?"
Tanya Abah Mang Kus.
"Iya Bah, titip anak saya yah si Albar, aduh saya pusing mengurus dia sejak Papi nya meninggal. Pokoknya tolong sekali, nanti setelah semua urusan saya di Perth selesai, saya suruh orang jemput dia."
"Tapi apakah Tuan Muda Albar nanti akan kerasan di sini Nyonya, rumah saya kecil, tidak ada AC, dan ke mana-mana susah."
Kata Abah Mang Kus.
"Sudah biar saja, lagipula itu malah bagus jadi tidak banyak orang yang kenal Albar. Kalau ada yang kenal juga bilang saja dia cuma mirip."
Ujar Mami Albar.
"Ya baiklah Nyonya, baik, saya mengerti."
Abah Mang Kus akhirnya menyanggupi.
Telfon akhirnya ditutup. Abah Mang Kus meletakkan gagang pesawat telfon rumahnya, lalu duduk di kursi dekat meja telfon sambil berpikir harus bagaimana menyambut cucu sang majikan.
**--------**
Balqis baru pulang dari sekolah. Ia tampak meletakkan sepedanya dekat pintu masuk samping rumah yang langsung menuju dapur.
"Assalamualaikum..."
Balqis mengucap salam saat masuk rumah.
Ini adalah salah satu kebiasaan yang selalu diajarkan Abah dan Aki padanya, bahwa ketika masuk ke dalam satu tempat haruslah mengucap salam terlebih dahulu.
Tak seperti biasanya saat Balqis pulang dan mengucap salam Aki langsung menjawab, kali ini rumah seolah sepi saja.
"Aki... Aki..."
Panggil Balqis sambil mencari sang Kakek.
Dan betapa kagetnya Balqis tatkala tiba-tiba kepala Aki melongok dari loteng.
"Qis."
Aki balas memanggil.
Balqis mendekati tangga menuju loteng yang tak jauh dari ruang makan dan ruang terbuka yang digunakan untuk jemuran baju.
"Aki teh sedang apa di situ?"
Tanya Balqis heran.
"Atuh kamu terusin ini bebenah, sudah selesai dipel, tinggal ganti seprei."
Kata Aki sambil kemudian turun dari loteng menggunakan tangga kayu yang ada di sana.
"Tumben loteng dibersihkan Ki."
Kata Balqis melepas jilbab dan tas ranselnya dari gendongan.
"Mau ada tamu. Ah bukan, lebih tepatnya ada yang mau ikut tinggal di sini sementara."
Ujar Aki.
"Siapa Ki?"
Tanya Balqis.
"Cucu dari mantan majikan Aki dan Abah kamu."
Jawab Aki.
"Hmm... Yang kata Aki orang kaya sekali itu, yang Aki suka cerita."
Kata Balqis sambil berjalan ke kamarnya untuk meletakkan jilbab dan tas sekolahnya.
"Iya, keluarga Harrys Adam Brown."
Jawab Aki.
"Aqis ganti baju dulu lalu sholat, setelah itu baru masang sprei."
Kata Balqis.
"Aki sudah pesan lauk ke Wa Icih, nanti kalau Wa Icih nganter di tata di meja makan biar rapi ya Qis."
Pesan Aki.
"Iya Ki."
Balqis mengangguk lalu pergi ke kamar mandi untuk salin sekalian ambil wudhu.
Abah Mang Kus atau Aki tampak bersiap menunggu datangnya sang cucu mantan majikannya.
Dulu terakhir Aki melihat cucu Tuan Harrys masih baru belajar jalan, sekarang entah setampan apa.
Namanya orang keturunan campur-campur, yang ada darah Manado, darah Inggris dan juga Arab, sudah macam campuran kopi dan krim yang nikmat.
Sekitar dua puluh menit, Balqis akhirnya selesai salin dan sholat.
Balqis naik ke loteng untuk mengganti seprei, setelah itu karena Wa Icih tak kunjung datang akhirnya Balqis mengalah yang datang ke rumah Wa Icih untuk mengambil lauk.
"Pesannya mendadak, jadi Uwa belanja lagi ke pasar."
Kata Wa Icih.
"Hehe... Iya Wa, kayaknya Aki juga dapat kabarnya mendadak mau ada tamu, soalnya tadi pagi Aki ngga bilang apa-apa sama Aqis."
"Tamu dari mana sih Aqis?"
Tanya Wa Icih.
"Dari Jakarta Wa."
"Oo, dari Jakarta."
Wa Icih si anak almarhumah Kakaknya Aki mengangguk-anggukan kepalanya.
"Uwa, Aqis pulang dulu, takut tamunya dateng."
Pamit Balqis.
Wa Icih mengangguk.
"Sambalnya agak pedas karena dicampur rawit setan, ati-ati makannya."
Pesan Wa Icih.
Balqis mengangguk, lalu segera membawa pulang rantang susun empat ukuran besar dan satu wadah gorengan tahu isi dan tempe.
Di rumah Balqis langsung memindahkan lauk dari rantang yang diambil dari rumah Wa Icih, lalu menatanya di meja.
Seekor kucing kampung yang biasa Balqis kasih makan tampak masuk lewat pintu samping, Balqis mengambil satu kepala ikan untuk sang kucing.
"Ayuk makan di depan pus."
Kata Balqis sambil keluar rumah dari pintu samping pula, kucing kampung yang masih sekitar tiga bulan itu menurut mengikuti Balqis.
Bersamaan dengan itu, sebuah mobil van hitam berhenti di depan rumah Aki.
**--------**
Aki dan Balqis menatap sosok yang sekarang ada di hadapan mereka dengan mata terbelalak tak percaya.
"Ini teh yang iklan minyak rambut sama iklan mie instan."
Kata Aki.
Flo mengangguk.
"Iya Bah, ini Albar Harrys, mantan artis."
Kata Flo membuat Albar langsung bersiap menjitak kepalanya.
"Hmm di sini gelap sekali, kurang cahaya penerang, tapi ngga apa, aku sudah datang dan akan menjadi cahaya."
Kata Albar.
Balqis menatapnya sambil geleng-geleng.
"Jelas saja ruangan terlihat gelap, kacamatanya ngga dibuka."
Ujar Balqis.
Albar yang mendengar kata-kata Balqis akhirnya baru menyadari kacamata hitamnya memang masih bergelayut di hidung mancungnya.
"Ah yah maaf... Ngg... Siapa tadi namanya?"
Tanya Albar.
"Balqis."
Sahut Balqis.
"Ah iya, maaf Bal, aku lupa buka kacamata."
Kata Albar sambil membuka kacamatanya.
Haish, apa tadi dia nyebut namaku?
BAL ?
Aki kemudian mempersilahkan cucu majikannya itu duduk.
"Sebentar saya buatkan minum."
Kata Balqis bersiap menuju ke dapur ketika Albar memanggilnya.
"Bal, ngga usah repot-repot, aku cukup Thai Tea saja."
Albar gayanya seperti sedang berada di restoran.
Flo menaboknya.
"Kamu kira lagi di cafe apa bagaimana? Udah kasih air sumur apa tadahan hujan juga ngga apa kok."
Kata Flo.
"Ah yeah, kamu memang niat banget bunuh aku aslinya kan Flo."
Albar misuh-misuh.
Aki jadi terkekeh melihat kedua cucu Tuan Harrys itu.
Flo akhirnya menjelaskan pada Aki maksud dan tujuan mereka datang, meskipun pastinya Mami Albar sudah lebih dulu menyampaikan, tali buat Flo tetap saja mereka harus menyampaikan sendiri juga supaya tidak terkesan sembarangan.
"Ya tapi begini Neng, namanya orang kampung, keadaannya serba terbatas. Ini juga alhamdulillah, rumah dulu Tuan Harrys yang biayain pas ngebangun."
Kata Aki alias Abah Mang Kus.
Flo dan Albar mengedarkan pandangan matanya ke sepenjuru ruangan rumah yang tak seberapa luas itu.
Rumah yang sebagiannya masih terbuat dari papan kayu sederhana.
"Kamar untuk Tuan Albar sudah disiapkan Balqis tadi, kalau mau lihat-lihat silahkan."
Kata Aki.
Albar memandang Flo, lalu mengangguk tanda sependapat dengan Aki.
Yah jelas saja, Albar ingin lihat kamar yang akan ia tempati untuk beberapa waktu ke depan.
"Qis, tunjukkan kamar Tuan Albar, supaya bisa lihat keadaannya."
Perintah Aki saat Balqis muncul dengan nampan untuk membawa empat cangkir teh.
"Oh, iya Aki."
Sahut Balqis.
Setelah meletakkan cangkir-cangkir teh di atas meja, Balqis pun mempersilahkan Albar untuk mengikutinya ke kamar yang mana akan ditempati Albar.
Kamar yang ada di loteng dekat ruang terbuka itu sudah rapih dan wangi.
Flo ikut membuntuti.
"Naik lewat sini."
Kata Balqis pada Albar.
"Ngga akan roboh kan Bal?"
Tanya Albar.
Ish... Balqis mendesis.
Rasanya ingin menjitak kepala artis ini.
Ah ya Tuhan, Albar Harrys, bukankah dia idola si Eti?
Apa Albar hari ini akan tinggal di rumah Aki karena isu dia menghamili model?
Dia sembunyi di sini karena sedang diburu beritanya?
Balqis memandangi sosok Albar Harrys yang kini naik ke loteng bersama sang manajer.
"Bal, ngga ada kipas angin lain? Masa kipas anginnya Doraemon?"
Terdengar Albar memprotes kipas angin duduk milik Balqis yang Balqis relakan karena mengira tamu Aki akan membutuhkannya.
Ah tahu begitu, tadi tidak usah dikasih sekalian. Batin Balqis menyesali kebaikannya.
**----------**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!