NovelToon NovelToon

Mr. CHEF Is Mine

Prolog

Aira Mutiara,

Panggil saja Rara. Gadis cantik yang duduk di bangku perkuliahan semester 4 jurusan bahasa. merupakan anak kedua, dan memiliki seorang kakak perempuan bernama Annisa.

Seperti kebanyakan anak muda lainnya, ia memiliki hobi travelling, berbelanja dan makan. Hehehe....

Baginya alam merupakan mahakarya Tuhan paling indah untuk di nikmati dan di syukuri hadirnya. Termasuk Mr. Rendra. Ujarnya tersipu malu.

Mr. Rendra Afrizal

Pemuda gigih pemilik sebuah caffe kecil, tujuan hidupnya sangat sederhana. Hanya berporos bagaimana caranya mengembangkan caffe yang ia miliki menjadi lebih besar dan berkembang serta membahagiakan keluarganya terutama ibu dan adik perempuan nya sesingkat itu.

Cinta? Ayahnya adalah sosok yang paling bertanggung jawab atas ketidakpercayaan kata bernama cinta pada tahta hati Mr. Rendra.

...****************...

Jauh dari kata Ceo, mafia dan lain sebagainya. Menceritakan yang lebih sederhana tentang kisah cinta anak muda. Author minta maaf jika nantinya akan banyak kekurangan di novel ini.

Terimaksih kepada kalian yang sudah sabar menunggu.

Bismillah.... Selamat datang dan selamat kembali dalam dunia perhaluan❤

...************...

"Ibu, makanan sudah siap! Makanlah!" Ujar Rendra pada sang ibu, wanita paruh baya itu tampak tertatih saat berjalan. Usianya sudah lebih dari setengah abad.

"Panggil adikmu!" Ujarnya dengan bibir bergetar.

"Baik bu, ibu makanlah terlebih dahulu!" kata hangat selalu Rendra berikan untuk wanita tercantik yang dengan sedia melahirkan dirinya kedunia. Memberikan nya kesempatan bahwa dunia itu ada sebagai tempat keindahan.

"Apa kak!" Ujarnya ketus, datang menduduknya dirinya tanpa permisi di kursi yang ada tak jauh dari meja makan tersebut.

"Yang sopan dek!" Kata tegas langsung di layangkan pada sang adik dengan sorot mata membunuh.

"Bodo!" Jawabnya tak kalah ketus, ia masih duduk di kelas 1 SMA Negeri. bagi Jelita, hidupnya sangat tak adil, serba kekurangan dan sengsara.

Tanpa kata permisi, ia melangkah pergi seusai menghabiskan sarapan milik nya.

"Dek!" panggil Rendra dengan tegas.

"Sudahlah Rendra, tak apa!" Ujar Bu Ratih dengan kelembutannya.

"Tapi bu, anak itu semakin kurang ajar setiap harinya!" ujarnya jujur, nadanya melembut kala berhadapan dengan sang ibu.

Pikiran itu melalang buana 3 tahun yang lalu, Kata kebanyakan orang lainnya "Sempurna!" Kata multak yang menggambarkan kehidupan keluarga miliknya. Dahulu....

Bangga? Tentu saja.

Foto itu masih terkenang indah, bahkan sangat indah. rasanya? Keadaannya saat ini adalah mimpi yang tak enak untuk sekedar di khayalkan.

Namun sayangnya, Ini adalah kenyataan pahit yang harus Rendra telan.

Menjadi dewasa di umur yang terbilang cukup muda dengan tingkat emosi yang masih tak stabil untuk anak muda kebanyakan nya.

"Aku menceraikan mu Ratih!!!!" Ujar Ayah Satrio pada istrinya.

"Tapi Ayah....."Bibir Bu Ratih bergetar hebat.

Telinganya tuli akan permohonan untuk jangan mengakhiri, "Pikirkan baik baik nasib anak anak!" Dan faktanya Ayah Satrio tetap berteguh pada pilihnya melangkah pergi tanpa peduli anak dan istrinya.

Jelita kecil menjadi trauma, dan Bu Ratih tak jauh dari itu nasibnya. Hanya Rendra yang menguatkan kedua manusia cantik dalam hidupnya.

"Ibu jangan lupa minum obat ya... Rendra berangkat kerja dulu bu..." Ucap Rendra mencium telapak tangan sang ibu untuk berangkat bekerja.

Pembantu? Dulu punya. tapi sekarang ibunya kasihan pada Remdra jika harus mengeluarkan uang lebih. toh Bu Ratih bukan ibu ibu lumpuh dengan penyakit parag yang tak bisa berjalan dan sekedar menyapu bukan? Tak apa.

Rumah yang terbilang cukup mewah, kini berubah dengan rumah yang sangat sederhana namun cukup layak untuk ketiganya berteduh. Menjadi dewasa adalah sebuah keadaan yang sangat memaksa dan tak enak rasanya.

...*************...

"Ah lelahnya!!!" Ujar Aira merebahkan dirinya di atas sofa rumah miliknya.

"Belanja lagi dek?"

"Hehehe iya.." kekehan lucu itu keluar dari mulut Aira memperlihatkan deretan giginya yang putih nan bersih.

Aira Mutiara, seorang mahasiswa jurusan bahasa di salah satu kampus negeri di ibukota, tak mewah seperti kebanyakan keluarga lainnya yang membuang berjuta-juta uang sekali belanja. Tapi kedua orang tua Aira cukup untuk membiayai putrinya berbelanja.

"Buruan mandi sana!" Ujar sang kakak.

"Iyaya bawel!" Ujar Aira bergegas untuk mandi, "Oh ya! Aku beliin sesuatu kok buat kamu juga kak! Hehehe!!" Ujarnya.

Harmonis, kebanyakan seseorang terkadang menilai jika memiliki kecukupan rezeki yang lumayam akan bahagia? Tak juga. Aira hanya memiliki kakak tercantik dan terbaik yang selalu mengerti dirinya. Untuk kedua orang tuanya? ada dan masih sehat wal afiat. Namun mereka akan sibuk dengan dunia kerjanya!

"Hai sisi, utuk utuk....." Memang bandel sekali bukan? Aira kakak mu menyuruh untuk mandi bukan kau seenaknya memainkan kucing kesayanganmu. Sisi, kucing gemil berbulu putih bersih. Binatang kesayangan Aira ini mah. Hehehe...

"Ra buru, keburu mama dan Papa pulang!" Ujar Annisa memperingati, pasalnya sudah dari 30 menit Aira tak kunjung keluar.

"Mampus...." Bathin Aira, jika sudah berurusan dengan hewan kesayangan rasanya akan lupa waktu bukan? Apalagi Sisi adalah kucing yang sangat menggemaskan sekali.

"Mana Papa dan Mama kak?" Ujar Aira yang sudah turun , dan baru saja mendudukan dirinya di kursi meja makan tersebut.

"Katanya ada meeting di luar, jadi gak bisa makan malam di rumah." Tutur Annisa.

"Sudah kuduga!" Ujar Aira tersenyum miris.

"Dek gak boleh gitu! Gak baik!" Ujar Annisa memperingati adik kesayangannya.

"Hem...." Suasana makan itu di penuhi dengan keheningan yang sunyi, Aira yang diam memakan, tak ada satu patah katapun keluar dari bibir cantik miliknya. Sunyi senyap.

Langkahnya pelan, kaki di celupkan setengah di kolam renang. Duduk termenung menikmati malam. Langitnya indah bukan? Cahaya bintang begutu memberikan ketenangan.

"Sudah malam! Gak baik di luar! ini susunya!" Ujar Annisa memberikan segelas susu hangat untuk sang adik, bukan nya masuk namun Annisa malah ikut bergabung dengan sang adik.

"Kak..."

"Kita gak boleh egois dek, kita juga harus mengerti pekerjaan mereka. Semua ini mereka lakukan juga untuk kehidupan kita bukan? Biar kamu dan kakak bisa kuliah di universitas yang kita mau?" Ucap Annisa, seolah ia tau adiknya akan mengeluarkan kata protes padanya.

"Hah... Kakak selalu saja membelanya..."

"Bukan membela tapi mengajarkan sikap yang baik untuk adik kesayangan kakak ini!" Ujarnya menyenggol penuh sayang pundak Aira.

"Sayang kakak...." Ujarnya tulus memeluk sang kakak.

Ah, hanya Annisa yang selalu ada untuk adik kesayangnnya. Tak sekedar kakak kandung saja.

Jika langit memiliki bintang untuk meneranginya.

Dalam keluarga, kamu adalah bintang indah itu kak...

Perempuan kesayangan yang selalu mengerti segala hal keinginan ku, tanpa aku harus bersusah payah menjelaskan nya padamu....

Terimaksih atas sikap dewasa yang kau ajarkan padaku dalam setiap hal.... Aku menyayangimu...

...*******************...

BAB 1

"Hai bos, pagi..." Ujarnya tersenyum, pemuda bernama Rizki ini adalah teman sekolah menengah akhir Rendra. lebih tepatnya adik kelas. Karena himpitan ekonomi, ia terpaksa bekerja menjadi pegawai di cafe milik Rendra.

Di kota besar seperti ini, nampaknya mustahil bisa mendapatkan pekerjaan yang segera dan layak untuk Rizki yang tak memiliki kemampuan apapun hanya ijazah SMA yang ia miliki, beruntung ia bertemu dengan Rendra.

"Kak, bukan bos!" Ujar Rendra acuh kakinya melangkah berjalan masuk. Menggunakan appron dan memulai pekerjaannya.

Hanya ada 1 karyawan lagi yang ia punya, Desi. gadis remaja ini terpaksa bekerja untuk mencukupi kehidupannya sendiri dan membayar beberapa buku pelajaran yang harus ia beli, apabila orangtuanya telat mengirimkan uang. Beruntung ia memiliki otak yang cerdas sehingga ia bisa mendapatkan beasiswa tapi buku pendukung dan keperluan tak terduga harus ia persiapakan juga bukan?

Hidup adalah jalan mensyukuri atas apa yang sudah Tuhan berikan kapada kita, mengeluh boleh. Tapi menyerah? Harusnya kita malu bukan? Tuhan sudah menciptakan manusia dengan akal dan bentuk yang sebaik-baiknya.

......Apapun masalah yang kau punya, aku yakin kau bisa menyelesaikan nya. semangat dan berbahagialah selalu untukku...........

"Gimana hasil kemarin?" Ujar Rendra bertanya pada Rizki, ia bertugas sebagai pembuat sekaligus orang yang bertanggung jawab masalah pembukuan dan perkembangan cafe. Untuk Desi, dialah orang yang mengantarkan pesanan dan membersihkan meja yang sudah di tinggal oleh pembeli. sebelum pembeli baru mendudukinya lagi.

"Lumayan kak, ada peningkatan!" Ujar Rizki memberikan buku laporan.

"Kerja yang bagus, kalau gini terus kan elu bisa gua kasih bonus!" Ujarnya bercanda.

"Desi juga kan?" Tanyanya.

"Hm... Engga!" goda Rendra. untuk Desi, Kenapa sikap Rendra seperti manusia pada Desi? tersangkanya adalah Rizki, oke kalian pasti tau kenapa bukan? Apalagi kalah soal cinta terpendam.

"Yah bos..." Ujar Desi lesu.

"Iyayaya...." Jawab Rendra.

Cafe buka jam 10 pagi dan tutup jam 8 malam, hari ini pengunjung cukup banyak berdatangan. Sekedar menumpang wifi yang sudah di sediakan dengan es teh atau secangkir coffe. Maklum pelajar dan mahasiswa yang mode menghemat kuota dengan segudang tugas yang harus di selesaikan segera.

"Nih buat kamu kak!" Ujar Desi memberikan secarik tisu sambil menunjuk perempuan yang duduk menjadi pengunjungnya.

Sudah bisa di tebak isinya, nomor wa atau akun sosial media. Bukan sekali dua kali hal ini terjadi tapi sangat sering terjadi.

"Ya" Ujar Rendra mengambil tisu dan membuangnya ke dalam tong sampah terdekat.

"Sekali sekali tanggepin kenapa? Siapa tau jodoh!" Ujar Rizki menggoda. Ah rasanya dia juga tak kalah tampan dengan Rendra ujarnya dalam hati sedikit sombong. Tapi mengapa hanya Rendra yang memiliki penggemar banyak bahkan di antaranya terang-terangan memberikan nomor pribadi miliknya.

Tringgg.....

Tringgg.....

Dering telfon membuat Rendra menghentikan umpatan yang akan di layangkan pada Rizki,

"Ya bu? Kenapa dengan adik saya?" Ujarnya bertanya di sebrang sana.

"Baik bu saya kesana sekarang!" Ujar Rendra langsung menutup telfon nya.

"Ada apa?" Tanya Rizki yang masih berdiri tak jauh dari Rendra, otomatis manusia satu ini sekilas mendengar percakapan di ujung telfon sana bukan?

"Titip Cafe, mau ke sekolah adikku!" Ujarnya berpamitan.

Kakinya melangkah tergesa menyusuri koridor sekolah sang adik, "Kenapa dia selalu membuat masalah!" Ujarnya membathin dalam hati.

"Saya Rendra bu, kakak dari Jelita kiranya permasalahan apa yang sudah adik saya perbuat ya bu?" Ujar Rendra sopan kala sudah duduk berhadapan dengan guru wali kelas dari Jelita.

"Anda kakaknya? Ah begini nak Rendra adik anda ketahuan mencuri barang dari teman sekelasmya. Dan dia sudah mengaku, pihak sekolah memberikan sangsi tegas untuk menskors Jelita 1 minggu kedepan!"

"Apa bu?" Ujar Rendra kaget.

"Dan saya juga mengingatkan, anda cukup tau dan faham bukan? Bahkan anda sering kesini mendapat laporan tentang adik anda,Jelita. ini adalah toleransi terakhir dari pihak sekolah. Apabila Jelita mengulangi kesalahannya, mohon maaf pihak sekolahan akan mengeluarkannya!"

"Saya janji akan membuat adik saya tak mengulangi kesalahannya lagi bu!" Ujar Rendra dengan pasrah.

Semuanya berubah begitu cepat, kesabaran dalam hatinya Rendra hampir terkikis habis menghadapi ulah sang adik.

"Dek ngapain si kamu gitu? Uang dari kakak apa kurang cukup?" Ujar Rendra bertanya pada adiknya, saat ini mereka berdua sudah ada di cafe, ruangan khusus yang di peruntukan untuk pemilik.

Hanya keheningan dengan tangan yang terus memainkan ponsel yang ia genggam yang Rendra dapatkan dari sang adik.

"Dek!!! jawab kakak!" kali ini suara Rendra sudah naik 1 oktaf dan mengambil paksa handphone yang adik perempuan nya genggam.

"Makanya kalau cari cewe itu yang bener kak!" Celetuk Jelita dengan ketus.

"Apa maksudmu!"

"Semua ini, permasalahan ini kakaklah penyebabnya. Andai hari itu kakak tak mengenalkan kekasih kakak kepada keluarga kita terutama Papa. Keluarga kita masih utuh kak!" Ujar Jelita, kali ini tatapan nya di penuhi amarah dengan gebrakan meja kerja milik sang kakak.

"Dek!!!!"

"Apa? Apa? itu memang kenyataan nya kan kak? Semua karena wanita murahan kakak!" Ujar sang adik.

"Diam!!!!! Jangan menyangkut pautkan semua masalah mu dengan mereka!"

"Tapi aku begini karena mereka! Manusia jahat itu telah merenggut kehangatan kelurga kita kak!"

"Oke kakak yang salah! Kakak minta maaf! Kakak mohon jangan membuat ulah lagi, kamu sudah kelas 3 dek, sebentar lagi mau lulus!!!! Kau tak kasihan dengan ibu!!!" Ujarnya, entahlah harus bagaimana lagi Rendra menjelaskan semua nya agar sang adik mengerti semua ini tidak dapat di perbaiki lagi dan ini mungkin menjadi takdir pahit yang harus mereka telan.

"Aku pulang!" Ujarnya mengambil kembali handphone miliknya, Kaki Jelita melangkah keluar tanpa mempedulikan sang kakak yang memanggil namanya.

Semua sudah terjadi, memang ini kesalahan nya. Semua wanita sama, hanya menginginkan harta dan kekayaan sang kekasih. Apakah Cimta serendah ini? Bisa di tukar dengan segala hal? Menyedihkam sekali.

"Kasihan si bos ya kan? Pasti adiknya bikin masalah lagi tu!" Bisikan itu spontan Desi keluarkan saat melihat Jelita keluar dari ruangan sang kakak dengan muka penuh kecewa.

"Kerja dodol! Ngegosip aja kerjaan nya! Ntar gua potong gaji baru tau rasa lu!!!" Jawab Rizki yang kebetulan orang yang secara tak langsung yang diajak bicara oleh Desi.

"Dih, lu bukan bos nya! awas lu sampe potong potong gaji gua!!!

"Makanya kerja markonah!!!! ngegosip aja!"

"Elunya juga nanggepin!"

"Ngelunjak ni anak!!!" Sinis Rizki.

"Kalem bro kalem!!" Ujar Desi dengan kekehan lucunya.

...***************...

...Happy Reading!!!!!!!...

BAB 2

"Pulang jam berapa dek?"

"Malem kayaknya kak. Aku pulang sendiri aja! Kakak langsung pulang gakpapa! Ada tugas kelompok yang harus di kumpulin besok!" Ujar Aira menerangkan.

"Yakin nih?"

"Iya kak iya..." Ujar Aira menyakinkan.

"Yaudah kakak pergi ya!" Ujar Annisa berpamitan pada sang adik yang akan masuk kedalam untuk menerima perkulihan hari ini.

Tatapan kagum itu akan selalu tertuju kepada setiap langkah Aira yang melewati beberapa laki laki teman kampusnya. Bahkan dari fakultas lain pun banyak yang mengenal Aira. Udah cantik? Anak organisasi, Good Rekening, Good Attitude. Makin panjang antrian yang ingin menjadikan nya pacar.

Beberapa anak pejabat, pengusaha tak segan segab untuk menawarkan bantuan hanya sekedar mengantar pulang. Perempuan cantik banyak, tapi Aira memiliki aura tersendiri yang membuat siapapun yang berteman atau bersamanya akan terlihat bahagia.

Oke, orang yang selalu bahagia di luar, pasti memiliki kesedihan didalam dirinya. bagaimana kehidupan Aira yang dikatakan sangat kurang perhatian dari Mama dan Papanya.

Bisa terhitung waktu, mereka memiliki waktu hanya sekedar makan malam. Hari libur? Nampaknya uang lembur begitu berarti bagi Mama dan Papa Aira daripada menggunakan waktu itu untuk menghabiskan kebersamaan dengan keluarga kecilnya.

"Ma Pa!" Pekik Annisa kaget, ini tampak nyata bukan? Jam baru saja menunjukkan pukul 5 sore kenapa kedua orang tuanya sudah berada didalam rumah?

"Assalamualaikum Pa! Ma!" Ujar Annisa meralat ucapan nya menyampaikan salam kepada kedua orang tuanya.

"Waalaikumsalam! adikmu mana?" Tuhkan pertanyaan keramat langsung muncul dari mulut ibu negara, bagaimana ia menjawab semuanya.

"Rara katanya ada tugas kelompok ma! Jadi kemungkinan malem baru pulang!" Tutur Annisa menjelaskan.

"Loh kamu itu gimana? Kamu kan kakaknya? Harusnya menemani Aira kalau pulang malam seperti ini!! Kamu tu gak becus jaga adik!" Ujar sang Mama memprotes.

Setidak pedulinya Mama, dia adalah orang yang lebih mempedulikan Aira. Bukannya tak sayang dengan Annisa. Tapi keduanya menganggap Annisa sudah cukup dewasa untuk menjaga dan menanggung semua tanggung jawab. Anak perempuan pertama memang harus memiliki ketangguhan sebagai perisai atas semua masalah yang ada di dalam keluarga bukan?

"Ade udah gede Ma! Pasti bisa jaga sendiri! Kasih kepercayaan ke adek juga ma! Jangan terlalu mengekangnya!"

"Kamu tu kalau di bilangin susah! Sana mandi!" Ujar Mama nya kembali.

Kehidupan nyata memang begitu kan? Rasanya kebanyakan anak pertama harus di paksa mengerti dan memahami berbagai hal. Sedangkan anak terakhir selalu nampak seperti bayi yang selalu di perhatikan meski usianya sudah beranjak dewasa.

jam bergulir, ini sudah jam 7 malam tepat makan malam akan segera di laksanakan, handphone milik sang adik tetap tidak dapat di hubungi.

Jangan tanya ekspresi kedua orang tuanya, sangat mengintiminasi Annisa dan di anggap tak pantas menjaga adiknya. Hingga makan malam telah selesai Rara tak kunjung pulang kerumah.

"Annisa!!!" Teriakan itu menggema.

"Ya ma! Pa!" Dengan tergopoh gopoh ia segera menemui kedua orang tuanya.

"Sekarang cari adikmu!" Kata perintah sangat dingin terucap dari mulut Papa nya.

"Ya Pa!" Jawab Annisa pasrah, memang ini kesalahan nya kan?

"Jangan pulang sebelum kau bisa menemukan adikmu!" Imbuh sang Mama tak kalah galaknya.

"Apa kalian akan seperti ini!" akhirnya yang di tunggu datang tanpa kekurangan satu apapun, wal afiat seperti terakhir ketemu di kampus "Aku sudah besar dan berhenti memperlakukan kakak ku seperti itu! Dia lah sebaik baiknya manusia yang mampu menjagaku!" Ujarnya dengan tegas.

"Anak kecil tau apa kamu!" Papanya kembali meremehkan Rara.

"Pa!" Tegur sang istri.

"Mama juga sama! Jangan membentak kakakku, dia anak kandung mu juga ma! sama seperti aku! Dan aku sudah besar Ma! Pa! Aku bisa membedakan hal baik dan buruk untukmu! Ini masih jam 9 malam, batas wajar seorang anak perempuan pulang tanpa pengaruh alkohol sama sekali bukan?" Semua tertumpahkan keluh kesahnya.

"Dek, ga boleh gitu!" Celetuk Annisa pelan.

"Uang tak bisa membeli kebersamaan Ma! Pa!" Ujarnya lagi, "Aku capek mau tidur! ayo kak!" Ujarnya mengandeng tangan sang kakak dan masuk kedalam kamar.

"Maaf ya!"

"Gakpapa! Sana tidur!" Kata terakhir dari sang kakak sebelum keduanya masuk kedalam kamar nya masing masing.

"Sisi udah makan?" Ujarnya sayang mengelus-elus kucing kesayangannya, tentu dalam keadaan yang sudah bersih ya.

"Utu utu!!! Makin gembul aja ya! Harusnya Sisi jagain kak Annisa kalau di omelin Mama Papa! Cakar aja ya!!!!" Celotehan itu dengan gemas di layangkan pada kucing gembilnya.

Hanya meong an kecil yang keluar darinya, memang apa yang diharapkan? Dapat berbicara dengan hewan? Itu tak akan pernah terjadi, meskipun ini juga dalam mode dunia halu.

Kembali ke cafe milik Rendra, Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam bukan? Ah Rendra sudah pulang kerumah. Kini ia duduk termenung di depan halaman rumah kecilnya. Sebatang rokok ia nyalakan untuk menemani nya malam ini.

Selalu, rokok menjadi barang pelarian kala mahluk bernama laki laki berada dalam mode masalah. Tak semua? Ya rokok hanya di peruntukan kaum kecil. Kalau membeli alkohol, terlalu mahal. Eman-Eman.

Satu batang....

Dua batang....

Tiga batang...

"Hah...." Hembusan nafas kasar Rendra keluarkan.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!