NovelToon NovelToon

Cinta Tuan Muda Arogan

Awal Mula

Prolog

Arqian Yulandres,

Seorang pemuda tampan berusia 23 tahun. Di usianya yang masih terbilang muda ia telah menyelesaikan pendidikan sampai S2 nya di salah satu universitas terkenal di dunia.

Wajahnya yang rupawan membuat para kaum hawa terpesona bahkan berlomba lomba mendapatkan hati lelaki tampan itu, meskipun ia memiliki sikap dingin dan Arogan, namun tak membuat para kaum hawa menyerah begitu saja.

Kepulangannya ke tanah air bukan semata mata untuk menggantikan sang papi menjadi CEO, namun ternyata orang tuanya telah menyiapkan perjodohan dengan seorang gadis cantik yang merupakan anak dari kolega bisnis sang papi.

Viona Adira, gadis berusia 22 tahun yang sedang menjalani semester akhir kuliah S2 nya di salah satu universitas terbaik di indonesia.

Wajah cantik nan imutnya tertutup dengan sikap bar bar nya. Ia adalah gadis dengan sejuta pesona dan daya tarik tersendiri.

Rifqi Yulandres(papi Rifqi), Papi dari Arqian Yulandres.

Tiara Yulandres (mami Ara), mami dari Arqian Yulandres.

Arqianna Yulandres (Nana), adik dari Arqian Yulandres.

Rico Adira (papa Rico), papa dari Viona Adira.

Diana Adira (mama manda), mama dari Viona Adira.

...

Qian sedang bersantai dikamar disebuah apartemen miliknya yang berada dinegara A.

Ia sedang menikmati waktu bersantainya setelah lulus dari pendidikan S2 nya.

Bibirnya tersungging senyum tipis saat melihat ke bawah yang menyuguhkan pemandangan indah kota itu diwaktu malam.

Lampu lampu memancarkan gemerlap cahayanya disusul dengan suasana hiruk pikuk kota itu yang seakan tak pernah padam.

Di sisi lain,

Nampak papi Rifqi dan mami Ara sedang berada didalam kamar.

Hari ini merupakan akhir pekan yang otomatis papi Rifqi tidak masuk kerja.

Sepasang manusia itu belum juga keluar dari kamarnya walaupun hari sudah mulai siang.

Sang anak perempuan, Nana pun kesal sendiri dengan orang tuanya yang tidak menemaninya sarapan di pagi ini.

"Ish mami sama papi ngapai sih dikamar, masak dari kemarin sore nggak keluar keluar. Apa nggak pegel tu pinggang rebahan dari kemarin" gerutu Nana.

Memang benar, orang tuanya belum juga keluar kamar semenjak papinya pulang kerja kemarin sore.

Entah apa yang dilakukan sepasang paruh baya itu hingga makan malam dan sarapan pun menyuruh pelayan untuk membawakannya ke kamar.

Nana merebahkan dirinya dikasur empuknya.

"Hahhh percuma rumah gede, duit banyak tapi sepi gini" gumamnya.

Tangannya meraba raba mencari handphonenya.

Jari jari lentiknya mengscroll akun chatingannya yang sudah dipenuhi dengan pesan dari para teman temannya yang menanyakan kemana dirinya akan melanjutkan sekolah menengah atasnya.

Entahlah, gadis itu belum memiliki pilihannya, ia menyerahkan segalanya pada sang papi.

Ia yakin keputusan sang papi adalah yang terbaik untuknya.

Ia memencet kontak kakaknya. Terlihat sang kakak mengiriminya pesan yang isinya sama dengan teman teman nya yaitu menanyakan kelanjutan sekolahnya.

"Adek kesayangan kakak mau lanjut sekolah kemana?"

Gadis itu tersenyum ketika mengingat sang kakak yang sangat perhatian padanya.

4 tahun sudah gadis itu tak bertemu dengan kakaknya.

Semenjak memutuskan kuliah diluar negeri dan mengambil S1 dan S2 nya, Qian tak pernah kembali ke tanah air walau hanya sekedar melepas rindu.

Baginya, fokusnya saat ini adalah bagaimana caranya ia bisa lulus dengan cepat, pikirnya.

Nana memencet icon telepone.

Tuttt

Tuttt

(Berdering)

"Halo Nana" sapa sang kakak diseberang.

Kapan Pulang?

"Halo Nana" sapa sang kakak diseberang.

"Halo kakkk" seperti biasa gadis itu selalu heboh sendiri.

Ia memencet tombol Videocall agar bisa melihat wajah sang kakak.

"Kakakkk kapan pulang?" Rengek gadis itu setelah melihat wajah tampan sang kakak muncul dilayar ponselnya.

"Iya bentar lagi kakak pulang. Kakak mau liburan bentar disini"

"Ih kakak apa apaan sih, dari dulu bilangnya 'bentar' 'iya kakak pulang' tapi kenyataannya kakak nggak pernah pulang" gadis itu memasuki mode mengambek.

"Kakak kan disini belajar Na,"

"Tapi Nana kesepian kak, week end gini mami sama papi sibuk dikamar. Dari kemarin sore aja nggak keluar kamar" curhat gadis itu.

"Oh yha?" Qian menaikan sebelah alisnya.

Nana mengangguk

"Makannya kak cepet pulang biar Nana ada temen nya"

"Jadi, adek kakak mau lanjut sekolah kemana?" Qian mengalihkan pembicaraan.

"Kakak mah gitu, kalo ditanya suka ngalihin topik" gadis itu mencebikan bibirnya yang membuat kakaknya yang diseberang menyunggingkan senyum tipisnya.

"Jadi Nana mau lanjut sekolah dimana?"

"Sebenernya Nana pengen keluar negeri kak" pinta gadis itu.

"No!" Sang kakak melarang keras gadis kecilnya untuk sekolah keluar negeri.

"Kamu itu adik perempuan kakak satu satunya. Lagi pula hidup diluar negeri tak semudah bayangan kamu dek" Qian memberi pengertian pada sang adik.

"Ya udah deh kalau nggak boleh, Nana ngikut keputusan kakak sama papi aja" gadis itu menurut.

Obrolan antara kakak dan adik itu mengalir begitu saja.

Panghilan diakhiri saat Qian sudah mulai mengantuk karna dinegara A sudah menunjukan waktu tengah malam.

Nana kembali mendesahkan napasnya kala panggilan sang kakak telah terputus.

...

Qian masih belum memejamkan matanya.

Netranya menatap langit langit kamarnya.

Otaknya memikirkan langkah yang akan dilakukannya selanjutnya setelah ini. Dalam hatinya ia ingin sekali bekerja dan berkarir dinegara itu.

Namun logikanya menolak, kenyataannya ia adalah harapan satu satu sang papi untuk meneruskan perusahaan.

Toh dia satu satunya anak lelaki. Jikapun adiknya mampu, adiknya pun masih jauh dibawah umur.

Pagi hari waktu negara A,

Qian terbangun dari tidurnya. Waktu paginya ia habiskan untuk berolahraga pagi dengan teman temannya.

Semua mata menatap pemuda dengan wajah asia itu. Tak jarang kaum hawa disana begitu memuja wajah tampan Qian yang mengalahkan para lelaki eropa disana.

Qian memang menutup dirinya. Ia tak mau semua orang tau bahwa ia adalah anak dari pengusaha terkenal yaitu Rifqi Yulandres.

Ia ingin semua orang memandangnya karna dedikasi dan prestasinya.

Matahari sudah mulai meninggi, Qian segera kembali ke apartemen nya. Ia segera membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karna lari lari paginya.

Tringggg

(Suara ponsel Qian berdering tepat setelah ia sepesai mengganti bajunya)

"MAMIII❤️" begitulah nama kontak yang tertulis di layar handphone itu.

Qian menggeser ikon warna hijau di panggilan Video itu.

"Iya mi? Tumben nelpon jam segini?" Itulah yang terucap pertama kali.

Tak biasanya sang mami menelpon diwaktu malam di tanah air.

"Ih kamu jadi anak bukannya tanya kabar malah bilang 'tumben' ke maminya" kesal mami Ara diseberang.

"Iya mi, Qian minta maaf. Kabar mami gimana?" Tanya Qian mengalihkan pembicaraan.

"Kabar mami baik"

"Kamu nggak tanya kabar papi?" Tiba tiba papi Rifqi ikut menimbrung dipanggilan video itu.

"Kabar papi gimana?" Tanya pemuda itu.

"Kabar papi baik, oh ya ada yang perlu papi bicarain penting"

"Ada apa memangnya pi?"

Kepulangan Qian

"Ada apa memangnya pi?"

"Sebaiknya kau cepat pulang ke indonesia untuk menggantikan papi menjadi CEO. Papi sudah tua"

"Cih, umur papi aja baru 46 tahun" kesal Qian.

"Tapi papi udah gampang capek. Setidaknya bantu bantu kerjaan papi"

"Nggak mau pah, Qian belum siap"

"Ayholah boy, kamu harapan papi satu satunya. Toh nanti walaupun kamu diangkat menjadi CEO, papi juga bakal tetep kerja bantu bantu kamu"

"Ayholah pi, Qian masih pengen menikmati masa muda Qian" pemuda itu merengek.

"Tapi perusahaan membutuhkan andil kamu juga. Kamu tau kan perusahaan semakin berkembang, papi nggak bisa kalau hampir setiap hari kerja lembur nyelesaiin berkas perusahaan. Papi perlu ada yang bantu dan harapan papi satu satunya cuma kamu" pinta papi Rifqi.

"Tapi pii"

"Ayolah nak, bantu papimu. Lagi pula dengan bekerja kau juga tidak akan kehilangan masa mudamu begitu saja kan?" Mami Ara memberi sedikit dukungan pada papi Rifqi.

Qian sudah tak bisa berkata kata lagi jika yang meminta maminya sendiri.

"Baiklah Mi, tapi beri waktu Qian satu bulan buat nyelesaiin urusan Qian disini" pintanya yang diangguki mami Ara dan papi Rifqi.

1 bulan kemudian,

Hari ini tepat hari kepulangan Qian ke tanah air.

Ia telah menyiapkan segala barang barang yang akan ia bawa ke indonesia.

Tidak banyak, hanya satu koper saja.

Ia tau pasti semua kebutuhannya sudah disiapkan sang papi.

Ia melangkahkan kakinya keluar dari apartemen miliknya dengan menarik sebuah koper.

Ia menuju lobi apartemen itu, ia sudah disambut oleh seorang pria yang ia yakini adalah utusan sang papi.

Pria itu segera mengambil alih koper Qian. Mereka segera menuju landasan udara.

Qian menaiki jet pribadi milik sang papi.

Ia mendesahkan napasnya pelan saat jet itu mulai lepas landas. Jujur saja, rasanya begitu berat meninggalkan kota itu.

Namun disisi lain ia merindukan keluarganya. Sang papi pun juga membutuhkan bantuan nya.

Setelah menempuh perjalanan selama 20 jam, Qian menapakan kakinya di bandara soekarno-hatta.

Senyumnya tersungging saat kembali menghirup udara yang telah 4 tahun lamanya ia tinggalkan.

Kakinya melangkah dengan menyeret sebuah koper dengan sebuah kacamata hitam bertengger dimatanya.

Ia sudah dijemput oleh orang suruhan sang papi.

Beberapa menit kemudian,

mobil yang ditumpangi Qian sudah memasuki gerbang mansion mewah itu.

Qian keluar dari mobil, bibirnya tersungging senyum tipis saat melihat mami, papi beserta sang adik telah menyambutnya didepan pintu mansion itu.

Qian memeluk sang mami yang begitu ia rindukan. Mami Ara menangis haru dipelukan sang anak lelakinya yang sudah ditunggu kepulangannya sejak 4 tahun lalu.

Pelukannya terlepas, ia beralih memeluk sang papi. Seseorang yang membuatnya berada dinegara ini dengan waktu secepat ini.

Sang papi menepuk nepuk punggung sang putra.

"Papi bangga padamu boy" ucap sang papi.

Pelukan itu terlepas, Qian menatap sang adik yang juga menatapnya dengan mata berkaca kaca.

Sang adik masih diam terpaku menatap manik sang kakak yang begitu ia rindukan selama ini.

Qian merentangkan tangannya pada sang adik.

Dengan cepat Nana segera memeluk sang kakak. Ia menumpahkan segala rindunya selama ini dengan air matanya.

"Kakak kenapa pulangnya lama sekali, Nana kangen" ucapnya sambil tersedu sedu dipelukan itu.

"Inikan kakak udah pulang, masak nangis sih" Qian membelai kepala sang adik.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!