Dari author : Karya keduaku, hanya tulisan receh karena author gabut. Hanya menulis kejadian yang sebenarnya sering terjadi, tidak banyak halu tapi lebih ke realita. Terimakasih pada readers dan teman teman yang sudah sudi mampir. Minimal beri like dan koment saja. 🙏🙏
☀☀☀☀☀☀
Di sebuah bangku taman dua orang yang baru saja saling mengenal sedang membicarakan bagaimana masa depan mereka berdua nantinya. Mereka berdua berkomitmen akan saling menerima kekurangan masing masing dan akan belajar saling mencintai. Intinya Nia dan Zy menerima perjodohan mereka.
"Aku benar benar tidak menyangka akan nikah sama kamu Nia" Zy menatap anak anak yang berlarian di Taman itu.
"Hmm, sama" Nia tersenyum tipis.
"Kamu kenapa menerima dijodoh denganku ? " Zy melirik Nia sekilas.
"Memangnya siapa aku berani menolak dijodoh denganmu" Nia menjawab tanpa menoleh.
"Kamu nggak dipaksa kan ?, aku takutnya kamu sakit karena pernikahan ini". Zy memandang lekat gadis yang duduk disampingnya, seolah ingin memastikan apa gadis itu benar benar yakin dengan keputusannya.
"Aku akan belajar mencintaimu, lagi pula aku mana bisa menolak. Bukannya tanggal pernikahan sudah ditetapkan. Bagaimana jadinya jika aku menolak. Keluarga kita akan kecewa". Nia menjawab lirih, dia melirik laki laki disampingnya.
"Nah itu kan kamu terpaksa."
"Walaupun terpaksa aku akan belajar jadi istri yang baik buatmu, Kamu sendiri kenapa mau di jodoh denganku. Bukannya kamu sudah punya pacar ?".
Alzyan tersenyum mendengar pertanyaan Tania, calon istrinya.
"Dijodohkan sama kamu, laki laki mana yang akan menolak. Kamu cantik, lembut, gadis yang ramah."
"Ah, jangan terlalu memuji. Kamu belum mengenalku, kau hanya melihat luarku saja" Nia tersenyum tipis, sebenarnya Nia senang mendengar pujian Zy padanya. Tapi dia tak mau menampakkannya, justru dia heran kenapa laki laki ini merasa tak bersalah meninggalkan pacar yang kabarnya sudah 4 tahun ini dipacarinya.
"Nia, aku janji akan membahagiakanmu. Kau adalah pilihan ibuku, Aku tak mau mengecewakan ibuku. Lagipula mana kuasa aku menolak dijodohkan dengan gadis secantik kamu." Zy membatin dan menatap wajah Nia tak berkedip.
"Hei, kenapa menatapku begitu " Nia mengibas ngibas tangannya di depan mata Zy.
"Apa kamu sudah yakin mau menikahiku, jika kau ingin menolak masih ada waktu. Aku tak ingin punya suami yang hanya menilai kecantikan fisikku saja. Berpikirlah lagi"
"Hei, mana bisa aku berpikir. Lebih baik aku lompat dari jembatan sana daripada tak jadi menikahimu."
"Apaa ?" Nia terkejut mendengar kata kata Zy.
"Hehe, bercanda. Ibu akan memutilasiku dan mayatku dibuangnya dari jembatan itu jika aku tidak menikahimu"
"Berarti kamu menerima perjodohan ini dalam tekanan ibumu ?"
"Sudahlah, jodoh itu ditangan Allah. Tuhan mentakdirkan kita berjodoh dengan cara begini. Aku akan jadi suami yang baik untukmu", Zy menjawab dengan tersenyum senyum. Terlihat dia tak keberatan sama sekali dengan perjodohan ini.
"Bagaimana dengan pacarmu ?" tanya Nia dengan memicingkan matanya.
"Ah nantinya dia juga akan move on dariku, mungkin dia akan mendapat laki laki yang lebih baik dariku". Zy menatap keatas menarik nafas dalam dan membuangnya, dia berusaha melupakan Maysa. Toh dulu Maysa pernah berkhianat darinya, namun dimaafkannya. Bukan tak mungkin Maysa dengan mudah melupakan dirinya bukan ?
Tania mengangguk angguk tanda setuju.
"Mungkin memang sudah takdir kita berjodoh dengan cara begini, aku akan belajar mencintaimu dan menerima kekuranganmu" Nia menoleh pada Zy.
"Aku juga, aku akan berusaha jadi suami yang baik dan membimbingmu. Aku juga akan menerima kekuranganmu. Nia, aku minta padamu jadilah istriku." Alzyan mengambil tangan Tania dan menggenggamnya. Matanya menatap mata Tania.
Tania terkejut, dan jantungnya berdegup kencang. Dia menunduk malu, wajahnya pun merona. Dia terdiam tak dapat berkata.
"Nia, aku melamarmu. Maukah kamu jadi istriku, jadi pendamping hidupku, jadi ibu dari anak anakku?"
Tania semakin terkejut, bagaimana bisa Alzyan mengatakan itu padanya. Ketemuan dan mengobrol juga baru satu kali ini. Sebelumnya hanya berpas pasan saja, saling melempar senyum saja jika kebetulan ketemu. Itupun jarang sekali.
Alzyan merogoh saku jaketnya, lalu mengambil sesuatu dari sana.
"Ini cincin lamarannya, kamu suka? "
Tania mengangguk dan tersenyum malu, wajahnya masih merona.
"Kamu terima lamaranku apa tidak ? "
"Iya, aku mau jadi istrimu" jawab Tania malu malu.
Alzyan lalu memakaikan cincin berlian itu di jari manis calon istrinya. Ternyata pas di jari Tania.
"Bukannya lamaran sudah ya, antara orang tuamu dan pamanku ?, waktu itu aku tak ada dirumah sedang kerja shif malam.
"Itu mereka, ini lamaran dariku. Memangnya kau tak suka? "
"Iya, aku suka" Tania tersenyum manis, membuat hati Alzyan menghangat melihatnya.
"Ya sudah, ini sudah sore. Aku antar pulang ya. Pernikahan kita 10 hari lagi. Jadilah pengantin yang cantik untukku" Alzyan mencubit kecil hidung Tania.
Tania menganguk dengan malu malu, membuat Zy gemas melihat calon istrinya itu.
***
Jumat 5 Maret, hari yang dinantikan telah tiba. Akad nikah Yusuf Alzyan Karim dan Tania Larasati berlangsung lancar dan resepsi pernikahan mereka dihadiri oleh banyak tamu undangan.
Para tamu memuji kecantikan dan ketampanan pasangan suami istri yang baru sah itu, semua mata memandang mereka berdua. Tapi tak sedikit juga mereka yang iri.
"Tak sepadan, bagaimana mungkin Bu Diana menjodohkan Zy dengan gadis itu" Komentar salah satu gadis.
"Istri Alzyan sangat cantik, wajar saja dia mau dijodohkan dengan gadis itu" ujar salah satu sahabat Alzyan.
"Pasangan yang serasi" salah satu dari istri teman teman mereka menimpali.
"Beruntung sekali Tania dinikahi oleh Alzyan " Ucap salah satu teman Tania.
"Sisakan satu untukku ya Allah, lelaki tampan dan kaya seperti kak Alzyan" Salah seorang anak gadis teman Ayah Alzyan menatap kagum pada Alzyan.
Zy melirik istrinya yang kelihatan sudah lelah, wajah Tania kelihatan pucat.
"Nia kalau lelah, istirahat saja"
"Tidak usah, aku hanya ingin minum saja"
"Aku panggilkan pelayan ya", Zy lalu melambaikan tangannya pada pelayan agar mendekat, lalu dia meminta pelayan itu membawa sebotol air mineral untuk istrinya. Tak lama pelayan itu datang membawa air mineral untuk Tania. Tania meminum setengah dari botol itu.
"Kau haus sekali ya ?"
"Iya, makasih ya minumnya.."Tersenyum malu.
Alzyan mengangguk dan tersenyum.
Tak terasa acara pun telah usai, tamu undangan telah pulang kerumah masing masing.
"Paman titip Tania ya, jaga dia baik baik" ucap Pak Danu adik kandung papa Tania, Wali yang menikahkan Tania.
"Baik paman, aku akan jaga Tania baik baik."
"Terimakasih Alzyan, Tania paman dan bibi pulang ya", pamit Danu.
Salma istri Danu memeluk Tania, dia sudah merawat Tania semenjak Tania berusia 6 Tahun. Dia menganggap Tania sebagai anak kandungnya.
"Mainlah kerumah bibi, Tania. Ajak suamimu".
"Iya bi, bila ada waktu aku dan suamiku akan kerumah bibi".
"Bibi tunggu kalian, bibi dan pamanmu pulang sekarang ya"
"iya bi" , Tania dan Alzyan berbarengan.
Setelah semua tamu pulang, Diana dan Akmal Karim menggoda anak dan Menantunya.
"Ayolah istirahat kekamar kalian, kau biarkanlah istrimu istirahat malam ini Zy"
"Iya bu" jawab Zy.
"Istrimu kelihatan lelah. Pijatlah kakinya, kakinya pasti pegal memakai heels seharian ini." ujar Akmal.
"Siap Ayah, kami keatas ya." Zy menggamit tangan istrinya menjauh dari ibu dan ayahnya.
"Hei tunggu, jangan kau buat istrimu bertambah lelah, " Diana setengah berteriak karena Zy telah menjauh darinya.
"Hei, jangan kau seret istrimu, sabar dulu anak muda" Akmal geleng geleng kepala melihat anaknya.
***
Seperti seharusnya malam pertama Zy tak menyia nyiakan malam itu, suasana kamar yang romantis telah dipersiapkannya sebaik mungkin. Zy hendak melakukan tugasnya sebagai suami pada malam itu.
"Aku takut"
"Jangan takut, aku akan melakukannya dengan lembut"
"Tapi aku belum siap.."
"Hhh, siap tak siap lah. Memangnya aku suami dalam novel yang sanggup menunggu berbulan bulan sampai istrinya siap? " gerutu Zy dalam hati, tapi dia berusaha menenangkan istrinya.
"Aku tak akan menyakitimu" Zy memeluk istrinya, mengusap usap pucuk kepalanya, lalu dia membacakan doa keatas pucuk kepala istrinya. Dan Zy benar benar memperlakukan Nia dengan lembut sehingga Nia melupakan ketakutannya berganti dengan kebahagiaan.
sensor 🙏
"Kau lelah ya, istirahatlah, besok kita akan pindah kerumahku"
"Rumahmu, kau tidak tinggal disini? "
"Tidak ini rumah orangtuaku, aku punya rumah sendiri. Rumah yang sederhana pemberian ayahku"
"Oo" Nia mengangguk angguk. Matanya mulai mengantuk.
"Wajahmu kelihatan pucat, tidurlah." Zy menyelimuti tubuh istrinya lalu dia berbaring disebelahnya. Mereka berdua lalu sama sama tertidur karena kelelahan dengan aktifitas dan rangkaian acara hari ini.
*****
Like dan komenmya. baca juga jangan sekedar di like yaaa. 🙏
Yusuf Alzyan Karim adalah laki laki berusia 30 Tahun, putra satu satunya dari Akmal Karim dan Diana. Akmal adalah pengusaha di bidang property juga pemilik dari Sekolah tinggi ilmu kesehatan ternama dikota Jakarta. Dia juga memiliki rumah sakit swasta terbaik di kota itu dan memiliki restoran dengan menu masakan Timur Tengah yang tersebar di beberapa kota di tanah air. Sementara sang ibunda Diana adalah ibu rumah tangga yang selalu mendukung dan mensupport suaminya.
Yusuf Alzyan karim, dia tak mau membanggakan usaha dan kekayaan orang tuanya. Dia belum bersedia menjadi pemimpin perusahaan dan yayasan yang dimiliki orang tuanya, karena dia punya cita cita sendiri yang sekarang sedang di dirintisnya. Jika ayahnya adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang kesehatan, property juga kuliner Zy malah tertarik di bidang pertanian. Perusahaan sekarang masih dipimpin sang ayah, sedangkan yayasan sekolah kesehatan juga rumah sakit dikelola oleh Rendy putra angkat dari Akmal dan Diana.
Yusuf Alzyan Karim biasa dipanggil Zy, berwajah tampan dan sangat mempesona kaum hawa. Sudah pasti kaum hawa banyak yang ingin jadi istrinya, tapi Zy seorang pria pemalu kalau soal wanita. Seumur hidupnya dia hanya satu kali pacaran yaitu sama Maysa Winarta. Itupun karena Maysa yang menembaknya duluan, dan akhirnya Zy sangat mencintai wanita itu. Dia menuruti semua keinginan Maysa, Maysa sangat dimanjakannya. Walaupun Maysa pernah menghianatinya dengan alasan pacaran dengan Zy terkekang karena banyak aturan, tidak boleh memakai pakaian terbuka. Tidak boleh pergi ke club, kemana mana harus sama Zy. Padahal dulunya dia sendiri yang mati matian mengejar cinta Zy. Untung saja Zy mau memaafkan Maysa. Akan tetapi ibundanya Diana tak menyetujui hubungan Zy dan Maysa setelah penghianatan Maysa itu. Lagi pula dari awal dia juga kurang suka dengan Maysa yang sering berbusana terbuka dan sifatnya sangat manja.
"Mengapa ibu tak pernah bisa melihat kebaikan Maysa bu, cobalah tuk menerima Maysa. " Alzyan menjadi gusar menghadapi ibunya yang tak menyukai kekasihnya.
"Zy, kau itu tak berpengalaman soal wanita. Kamu tak bisa membedakan mana wanita yang benar baik baik atau hanya pura pura baik"
"May mencintaiku dengan tulus bu, dia telah menyesali perbuatannya dulu" Alzyan berjalan selangkah medekati ibunya.
"Pokoknya ibu maunya kau menikahi Tania, kau belum melihat orangnya. Dia jauh lebih cantik dari Maysa, dia juga..."
"Bu, aku tak mau menikahi wanita karena kecantikannya, aku mementingkan akhlaknya"
"Jika akhlak yang kau bicarakan maka nilai Tania lebih tinggi dari Maysa. Ibu tak mau kau membantah." Diana menatap tajam putranya, isyarat dia tak mau dibantah.
"Besok kau temui Tania, ibu sudah memberi nomor ponselnya sama kamu tadi kan, ajak dia ketemuan. Ibu tidak terima bantahanmu"
Diana meninggalkan Zy sendirian di ruang keluarga. Setelah ibunya pergi Zy melangkah keluar rumahnya dan pergi dengan mobilnya. Dia ingin menenangkan dirinya.
Zy berjalan menyusuri pantai, debur ombak membuatnya tenang. Zy masih dalam keraguan. Menerima pilihan ibunya atau kabur dengan Maysa kekasih hatinya. Zy berharap setelah ini dia dapat membuat keputusan.
Sayup sayup terdengar suara tangisan seorang wanita, Zy dapat melihat dua orang wanita yang sedang mengobrol. Sepertinya salah satu diantara mereka menangis. Zy terus mengayunkan langkahnya menyusuri pantai sehingga semakin dekat dengan dua orang wanita itu sehingga Zy dapat mengenali salah satu diantara mereka.
"Gadis itu, kenapa dia menangis? " Zy menjadi penasaran.
Salah satu wanita didepannya adalah seorang karyawan di rumah sakit milik ayahnya. Zy pernah beberapa kali ber pas pasan dengannya ketika sedang mampir kerumah sakit Jaya Medica Center. Terus terang saja Zy tertarik dengan gadis itu dan ingin mengenalnya setelah beberapa kali bertemu secara kebetulan, tapi sifat pemalunya membuat dia urung untuk berkenalan dengan gadis itu.
"Kenapa si cantik menangis? " Zy penasaran dengan gadis itu yang dia beri julukan si cantik.
Zy terus berjalan mendekat dan berdiri tak jauh dari dua orang wanita itu, Zy menatap ke laut luas sambil menguping pembicaraan dua orang itu, sementara si cantik masih sesegukan.
"Aku harus apa Aish, bahkan tanggal pernikahanku sudah ditetapkan."
"Ya sudah kamu terima saja, rizki jangan ditolak"
"Aku takut dia tidak mencintaiku, aku tak masalah dengan hatiku. Aku bisa saja belajar mencintainya tapi apakah dia bisa menerimaku. Dia sudah punya pacar"
"Nia, sebaiknya kamu terima saja perjodohanmu. Setelah kau menikah, jadilah istri yang baik untuknya. Kurasa lambat laun dia kan bisa menerimamu, asalkan kau bisa memberi cinta untuknya".
"Menurutmu dia akan mencintaiku? "
"Kakakku juga menikah di jodoh, awalnya dia tidak mencintai istrinya, tapi sekarang mereka bahagia"
"Baiklah, mungkin ini memang takdirku. Aku akan menerima perjodohan ini, aku akan jadi istri yang baik untuknya"
"Nah begitu, kurasa bu Diana tak salah memilihmu untuk jadi istri anaknya. Kau pasti bisa jadi pendamping anaknya"
"Heii, Diana.. itu nama ibuku" gumam Zy dalam hati, dia semakin mempertajam pendengarannya.
"Kuharap begitu, aku tak akan mengecewakan bu Diana"
"Nah begitu donk, aku yakin kau pasti bisa menghadapi si dingin Alzyan"
Degg
"Apaa, jadi dia wanita yang dijodohkan ibu sama aku ? " Zy tak percaya dengan pendengarannya. Tapi Bu Diana mana lagi yang putranya bernama Alzyan. Zy mematung di tempatnya.
"Dijodohkan dengan si cantik itu, oh Tuhan.. Aku memang sudah lama menyukainya dalam diamku. Tiba tiba saja dia jadi calon istriku, aku harus pulang menemui ibu" Zy mengangkat wajahnya, melihat kearah dimana dua orang wanita tadi. Tetapi mereka berdua sudah tidak ada.
"Kemana mereka ?, hei benarkah si cantik itu calon istriku?" Zy menepuk nepuk sendiri wajahnya, kemudian dia berlari kearah mobilnya diparkir.
Perasaan Zy campur aduk, disatu sisi hatinya senang di jodoh dengan wanita yang diam diam di Sukainya, di satu sisi dia merasa mengkhianati Maysa. Hatinya dalam keraguan memilih Maysa atau memilih ibunya.
"Tentu saja aku akan memilih ibu yang melahirkanku, lagipula dijodoh dengan si cantik. Laki laki mana yang akan menolak" Zy seakan akan lupa baru saja dia tadi mengatakan tidak mementingkan kecantikan.
"Lagi pula ibu bilang kan akhlaknya juga bagus, kurasa ibu tak akan salah memilih wanita untukku, iya kan? " Zy bertanya pada dirinya sendiri, dia ingin segera sampai dirumah. Zy yakin sudah membuat keputusan bahwa dia menerima perjodohannya.
***
Tania larasati seorang gadis berusia 22 tahun adalah anak yatim piatu, ayahnya Surya Atmaja dan ibunya Rosita sudah meninggal dunia saat dia berusia 6 tahun. Beruntung dia masih punya paman yang mengasuhnya dengan baik.
Danu pamannya Tania adalah seorang sopir yang bekerja di perusahaan milik pak Akmal Karim. Dan Tania sekolah di STIKES Bunda dengan beasiswa khusus untuk anak yatim. Danu sangat menyayangi Tania seperti anak kandungnya sendiri begitu juga dengan bibi Salma. Danu juga memiliki seorang anak laki laki bernama Reza Harzalian yang masih duduk di kelas tiga SMU
Sekarang Tania adalah seorang Bidan yang bekerja di ruang bersalin di rumah sakit Jaya medica Center, sudah 1 tahun ini dia bekerja disana. Tania sebenarnya tak begitu cantik. Tapi yang melekat padanya adalah sesuai porsinya, pas. Hidungnya, matanya, bibirnya, bentuk tubuhnya. Ya semua kelihatan pas, imut itu kata yang cocok buat dia.
Dijodohkan dengan anak pemilik rumah sakit tempat dia bekerja bukan membuatnya bangga dan menyombongkan diri justru adalah beban baginya, apakah nanti dia bisa jadi pendamping yang baik untuk pewaris Jaya Group. Dan apakah nanti suaminya akan mencintainya, atau apakah dia sendiri bisa memberi cinta untuk suaminya.
***
Zy telah sampai dihalaman rumahnya, pada saat itu mobil dokter Antony meninggalkan pekarangan rumahnya.
"Apa tekanan darah ibu naik lagi? " Zy bertanya pada diri sendiri, dia bergegas turun dari mobilnya, khawatir dengan ibunya. Zy berlari kekamar ibunya.
"Ibu" panggil Zy. Yang dipanggil diam saja, dia kelihatan pucat dan lemas.
"Ibu, maafkan Zy. Apa karena Zy ibu jadi sakit? Zy akan menuruti kehendak ibu, Zy bersedia menikah dengan Tania"
" Zy, apa benar yang ibu dengar ini? "
"Benar bu, ternyata Zy mengenal Tania bu. Ternyata dia adalah gadis yang pernah Zy ceritakan waktu itu"
"Bagaimana kau bisa tahu Zy? " sebenarnya Diana sudah tahu Tania adalah gadis yang sering diceritakan Zy padanya makanya dia menjodohkan putranya itu dengan Tania, keponakan dari Pak Danu sopir perusahaan suaminya.
"Nanti saja ku ceritakan bu, sekarang ibu tidurlah. Ibu harus istirahat, bukankah nanti ibu akan sibuk dengan acara pernikahan Zy? "
"Zy, terimakasih sudah menuruti kemauan ibu" Diana merentangkan tangannya, Zy menghampirinya, lalu memeluk ibunya.
Akhirnya Zy menerima perjodohannya
*****
tap jempolnya gaesss, makasihh
Tania terbangun, diliriknya jam di dinding ternyata masih pukul 02.10 dini hari. Tania menatap laki laki yang tertidur pulas disebelahnya, wajahnya sangat tampan, hidung mancung, alis yang tebal, bibir merah yang berbelah, rahang yang tegas, kulitnya putih. Kurang apa lagi coba.
"Apa aku sedang bermimpi jadi istri tuan Alzyan ?" Nia menepuk nepuk mukanya, dan terasa sakit.
"Sakit, ini nyata. Tapi... " Nia lalu menepuk nepuk pipi suaminya.
"Hei, tidurlah lagi. Kau tidak bermimpi. Kau memang sudah jadi istriku" Zy menarik istrinya kedalam pelukannya. Wajah Nia merona malu. Wajahnya sekarang pas di depan dada suaminya.
"Kenapa dia bisa menebak isi kepalaku"
Zy memeluk Nia sangat erat sehingga Nia merasa sesak, Nia pun mencoba lepas dari pelukan Zy, Tapi Zy menambah erat pelukannya. Akhirnya Nia pasrah saja. Nia menggerakkan kakinya dan terasa sakit dibawah sana, perih.
"Astagfirullah, aku sudah tak perawan ini. gara gara kamu Tuan Zy" Nia merengut memandang wajah suaminya.
"Ya ampuun, pasti ada bercak darah. Bagaimana ini, ini kan dirumah mertua. Aku harus menghilangkan jejaknya, biar gak malu".
Nia menunggu suaminya benar benar tertidur pulas, di saat pelukan suaminya terasa longgar Nia pelan pelan beringsut dan bangun. Dia meneliti selimut putih yang dipakainya, benar ternyata ada bercak darah disana. Lalu Zy meneliti seprei, ternyata tidak ada bercak darah disana. Beruntung seprei itu berwarna Navy. Lalu Nia membawa selimut itu kekamar mandi. Saat berjalan dia merasakan sakit.
"Aduuh, lumayan sakit juga ternyata. Kau bilang tak akan sakit. Apa semua wanita sepertiku berdarah dan merasa sakit di malam pertama, oh nasib" Nia meratap.
Di dalam kamar mandi Nia membersihkan bercak darah itu dengan sikat, kemudian dia pun mandi membersihkan tubuhnya. Setelah selesai kembali berpakaian Nia mengantar selimut itu ke ruang laundry di bawah. Dan kemudian dia kembali kekamarnya dan mengambil selimut baru dari dalam almari.
"Beres, misi menghilangkan jejak selesai. aku kan jadi malu jika bibik dirumah ini nanti mencuci selimut yang ada bercak darahnya".
Nia kembali berbaring, kini dialah yang memeluk suaminya meletakkan wajahnya diceruk leher suaminya, meresapi aroma tubuh suaminya. Dan akhirnya dia pun tertidur kembali.
"Bangun Nia " Zy menepuk nepuk pipi licin milik Nia. Nia perlahan lahan membuka matanya.
"Ayolah bersihkan dirimu, kita solat subuh berjamaah" Zy kelihatan sudah rapi dan semakin tampan dengan baju kokonya.
"Hmm, iya. Tunggu aku ya" Nia bergegas bangun dan ke kamar mandi. Zy menatap punggung istrinya yang masuk kamar mandi.
"Aku janji akan membimbingmu jadi istri solehah Nia, dan aku janji akan menerima kekuranganmu"
Tak lama kemudian Nia selesai dan memakai mukenanya. Mereka pun solat subuh berjamaah.
***
Nia mengemas ngemas pakaiannya karena hari ini dia akan pindah kerumah suaminya. Setelah selesai semua, suaminya pun muncul dari pintu.
"Sudah selesai, kalau sudah ayo kita pamit sama ibu dan ayah."
"Sudah, ayolah" Nia berdiri dan menenteng kopernya.
"Biar aku yang bawa" Zy menenteng koper milik istrinya, dia sendiri tak membawa koper karena semua pakaiannya ada dirumahnya.
Sesampainya di ruang keluarga, Pak Akmal dan Ibu Diana sudah menunggu mereka. Zy dan Nia pun berpamitan, Diana memeluk menantunya dan mencium pipi menantunya.
"Zy, jaga baik baik istrimu ya. Jangan lama lama kasih kami cucu. Lihat kami berdua sudah tua"
"Nggak lama lama kok bu lihat saja nanti, iyakan Nia ?" Zy melirik Nia disampingnya dan merangkulnya.
Muka Nia jadi merona, bukannya menjawab dia malah menyembunyikan wajahnya dibelakang bahu suaminya.
"Ya udah kami berangkat sekarang ya bu, ayah".
Zy dan Nia masuk ke dalam mobil, menantu dan mertua pun saling melambaikan tangan.
***
Nia menyusun pakaiannya ke dalam lemari, pakaiannya tak sampai seperempatnya deretan pakaian Zy. Bukan karena tak membawa semua pakaiannya tapi karena hanya itulah yang dia punya.
Zy bilang rumah itu sederhana, ternyata Zy bohong batin Nia.
"Memang tak sebagus rumah ibu mertua, tapi ini jauh lebih bagus dari rumah paman Danu" gumam Nia.
Dirumah ini juga ada pelayannya satu orang, dan tukang kebun satu orang. Zy bilang mereka suami istri. Tapi rumah ini tak dijaga oleh satpam seperti rumah ibu mertua.
Saat sedang melamun, Nia dikejutkan oleh Zy yang tiba tiba memeluknya dari belakang.
"Sepertinya tubuhmu ini kecil sekali ya" Zy memeluk dan meraba raba.
"Lepaskan"
"Eh, tak akan kulepaskan. Bahkan aku baru saja mulai" Zy mulai menyerang Nia, tapi serangan yang lembut. Membuat Nia jadi ketagihan mendapat serangan serangan itu.
***
Makan siang sudah tersedia dimeja makan, baru kali ini Nia tinggal makan saja. Biasanya dirumah paman Danu dia harus membantu bibinya masak. Zy menambahkan ikan goreng kedalam piring istrinya.
"Sudah, ini terlalu banyak" Nia cemberut.
"Kau harus banyak makan, biar berat badanmu bertambah, Lihat kau terlalu kurus. Aku ingin kamu menonjol dibagian ini, ini dan ini" Zy menunjukkan bagian bagian yang diinginkannya menonjol.
Akhirnya Tania menurut saja, diakuinya tubuhnya memang kategori kurus. Demi suaminya tak apalah dirinya sedikit menggendut. Setelah mereka selesai makan, Nia membereskan piring kotor hendak mencucinya.
"Nia, sudahlah biar bi Harti saja yg mengerjakan. Aku tak mau kau lelah, nanti ibu lambat dapat cucu"
"Apa hubungannya?"
"Eh, bukannya kau bidan. Bukannya wanita yang sering kelelahan susah untuk hamil? "
"Tapi ini sama sekali tak membuatku lelah"
"Nggak ada tapi tapi, kamu temani saja aku dikamar. Tugasmu dirumah ini hanya menemani aku, dan melayani ku"
"Oh Tuhan.. apa kau tidak tahu melayanimu lebih lelah dari mencuci piring ini, dasar Tuan Zy" Nia menggerutu dalam diamnya.
"Hei kenapa, apa keberatan? "
"Tidak, ayolah ku temani" Nia tersenyum manis, dan dia merangkul pinggang suaminya. Mereka berjalan berbarengan melewati tangga menuju kamar.
"Suamiku, apa kau lelah, mau aku pijiti? " tanya Nia basa basi setelah mereka sama sama duduk disofa dalam kamar mereka.
"Tidak temani saja aku nonton"
"Oke, mau nonton apa? "
"UFC" Zy menjawab tanpa menoleh dia menyetel siaran televisi mencari chanel yang menyiarkan UFC siaran ulang, karena kemaren dia tak sempat nonton karena resepsi pernikahannya.
"Acara apa itu" Nia serasa pernah mendengar kata kata UFC.
"Kau lihat saja ke tv didepanmu"
Nia memelototi televisi didepannya, sesekali dia menutup matanya dengan telapak tangan, sementara Zy merangkul bahu Nia dan memain mainkan pipi Nia bagaikan mainan squishy.
"Aku tak mau nonton ini, serem"
"Kalau tidak mau nonton tidur saja", Zy membaringkan Nia di pangkuannya.
"Ayolah tidur saja " Zy masih memain mainkan pipi istrinya.
"Nia, aku mau pipimu lebih chubby dari yang ini, berapa berat badanmu? "
" 48"
"Tinggi ?"
"160"
"Naikkan 10 kg"
"Apaa " Nia setengah memekik.
"Ayolah Nia aku ingin punya squishy yang montok dan padat".
"Hhh, Tuan Zy.. Orang ingin punya istri yang langsing kau malah ingin istrimu gendut, apa kau tak lihat aku ini pendek ?"
"Aku suka yang pendek dan montok, eh jangan panggil aku Tuan Zy." Zy menekan nekan pipi Nia dengan telunjuknya 3 kali.
"Oke deh, Mas Zy"
"Panggil Sayang"
"Mas Zy saja" Nia cemberut.
"Aku bukan jawa" Zy merengut.
"Tapi aku asli jawa dari nenek moyangku mas"
"Ooh terserah lah, Mas juga tidak apa apa" Zy masih memelototi televisinya, dia tak terlalu mempermasalahkan panggilan Tania terhadap dirinya, asalkan jangan memanggil Tuan.
"Mas" panggil Nia lembut.
"Hmm"
"Memangnya mas aslinya dari mana? "
"Ibu asli dari pekanbaru, ayahku dari Madinah" Zy melepaskan pandangannya dari televisi dan kini dia memandang wajah istrinya yang berbantal di pangkuannya.
"Ooo" Mulut Nia membentuk hurup o, membuatnya kelihatan sangat menggemaskan, itu bagi mata Zy yang melihat.
"Pantasan mas Zy punya hidung mancung dan mata besar gitu " Nia bergumam dalam hati.
Zy mengusap usap rambut Nia membuat istrinya itu mengantuk, dan beberapa menit kemudian Nia menguap. Matanya mulai terpejam.
Alzyan Mandang wajah istrinya yang sudah terlelap, bibir manis itu sangat menggoda. Alzyan mengecupnya, Tania diam saja tak bergerak. Dia benar benar sudah terlelap.
*****
Jempol cantiknya jangan lupa gaess, nah itu dia makasihh
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!