"APA? kalian menjadikan aku sebagai penjamin hutang," tanya Fathia kaget sekaligus tak percaya.
Bibi dan pamannya rela menjadikan ia sebagai jaminan hutang pada seorang rentenir. Jika Fathia tidak mau membayar hutang yang sudah menumpuk di tambah bunga maka ia akan dijebloskan masuk penjara.
"Uangnya juga habis untuk pengobatan ibu kamu yang sakit-sakitan," sahut Inas Bibi Fathia.
"Bohong! setiap minggu aku selalu transfer uang untuk pengobatan Ibu dan juga kebutuhan kalian. Apa masih kurang cukup?" bantah Fathia dengan nada tinggi.
"Kau pikir uang yang kau berikan pada kami itu cukup untuk membayar tenaga dan waktu kami untuk mengurus ibumu itu? coba kau sewa suster di luar sana, takkan sanggup kau membayarnya," sambung Renda suami dari Inas.
Fathia tertunduk, ternyata keluarganya tak ikhlas dalam merawat sang ibu, kakak mereka sendiri. Ternyata mereka memanfaatkan kondisi ini untuk memeras Fathia.
Saat ini Fathia sedang meniti karirnya di dunia entertainment.Dari kecil Fathia memiliki cita-cita menjadi seorang Artis peran yang terkenal. Lulus dari S1 jurusan teater dan drama Fathia mulai mencoba keberuntungannya. Ia mulai ikut casting atau lomba pencarian bakat. Dua tahun perjuangan Fathia tak semudah yang di kira.
Ternyata masuk kedunia yang penuh ketenaran dan sorotan itu sangat susah, apalagi jika kita tidak mengenal orang dalam, sungguh Fathia harus merangkak untuk naik ke atas panggung. Bahkan beberapa teman-temannya terpaksa memakai jalan pintas dengan cara memberikan harta berharga mereka pada orang-orang yang dapat langsung menjadikan mereka bintang dalam semalam.
Fathia sendiri tak mau memakai cara itu, menurutnya sebuah proses akan membentuk kita dan akan memberikan sebuah pengalaman yang tak dapat di bayar dengan uang. Meski kini Fathia sudah mulai mendapatkan peran-peran kecil ia sudah bangga dengan pencapaiannya. Ia yakin suatu saat ia akan berdiri tegak di atas panggung karena perjuangannya sendiri.
"Beri aku waktu satu bulan untuk mengumpulkan uang," pinta Fathia mengalah.
"Akan kami sampaikan pada juragan Afkar, tapi jika kau kabur ibumu akan kami lempar kejalanan," ingat Inas mengancam.
Fathia berjalan gontai menuju kamar ia dan sang ibu. Sungguh di saat ia sedang berjuang kenapa ada masalah berat lain yang datang menimpa.Kemana ia harus mencari uang untuk membayar hutang itu, bahkan uangnya dari hasil menjadi viguran dan pemeran kecil tak cukup untuk biaya sang ibu. Bahkan ia harus menghemat kebutuhannya sendiri.
Dilihatnya ibu tercinta sudah tertidur pulas, Fathia memilih duduk di jendela kamarnya. Ayah, sejak kepergiaan ayah hidup ia dan sang ibu bertambah susah, tak ada lagi tempat mengadu.Ditambah ibu yang mulai sakit-sakitan satu tahun belakangan, membuat Fathia harus bekerja keras untuk mencari tambahan pemasukan.
Dan sekarang Bibi dan Pamannya memeras ia dengan alasan sudah berkorban waktu dan tenaga karena mengurus sang ibu.Tega sekali mereka, apa mereka pikir pekerjaan Fathia yang di bilang artis itu mudah dan menghasilkan uang banyak?
Ia hanya seorang artis kecil bukan artis besar yang muncul di setiap stasiun TV. Fathia memandang langit hitam, tak ada bintang atau bulan yang menyinari. Itulah yang dirasakan Fathia hidupnya terasa kelam tak ada yang dapat menyinari hidupnya.Masalah semakin datang menghimpit, beban semakin berat terasa karena tak ada tempat berbagi untuk memikul nya.
...****************...
Proses rekonstruksi akan digelar pagi ini. Reiki yang kini memakai baju tahanan tiba bersama beberapa orang polisi. Wafi dan Liora pun juga tiba di sana. Mereka berdua turun dari satu mobil yang sama membuat si tersangka menyipitkan mata karena curiga.
“Ayo, kita mulai saja,” ajak Wafi. Semua orang masuk ke dalam rumah menuju TKP utama, yaitu ruang kerja.
“Kita mulai dari sebelum Milen datang,” ujar Wafi.
Reiki duduk di meja kerjanya sedangkan Liora berdiri di depan. Adegan di mana mereka mengobrol pun dilakukan hingga kedatangan Milen yang menyeret Sena dan Reiki yang membujuk istri keduanya itu. Sampai ia dan sang istri pertama bertengkar.
Namun, Reiki menolak ketika Liora mengatakan kalau dirinyalah yang sudah mendorong sang istri pertama hingga terkena kaca pajangan.
“Bukan aku yang melakukannya, tapi Milen,” terang Reiki.
“Jangan bohong kamu,” tampik Liora.
Wafi dan anak buahnya memisahkan dua orang itu. “Oke. Lalu kapan kamu dipukul Milen dengan stik golf?”
“Dari sini aku keluar dan Reiki mengejarku,” jelas Liora. “Tapi Milen juga mengejar kami lalu memukul kakiku.”
Wafi memerintahkan pemeran pengganti Milen mereka adegan itu. Liora pun pura-pura terjatuh.
“Lalu apa?” tanya Wafi.
“Milen dan Reiki bertengkar di pangkal tangga.”
“Apa-apaan ini,” protes Reiki. “Hanya kamu dan Milen yang keluar dari ruangan itu.” Reiki menunjuk ruang kerjanya. “Sedangkan aku dan Sena tetap di dalam.”
“Kita lakukan reka adegan versi Liora dan versi Anda nantinya,” ujar Wafi.
Reiki yang sudah tersulut emosi mencoba mengalah.
“Oke sekarang bagaimana tersangka mendorong korban?”
Liora yang tadinya duduk di lantai berdiri di dekat tangga. “Di sini mereka adu mulut. Milen sempat menampar dan memukul Reiki. Karena emosi Reiki pun mendorongnya.”
Tak terima dituduh, Reiki mendekati istri pertama yaitu. “Heh, dasar wanita licik. Ular kamu, ya, bisa-bisanya kamu mengarang cerita seperti itu.”
Anak buah Wafi berusaha menjauhkan Liora dari tersangka. Pemeran Milen pun berdiri di dekat tangga dan Reiki diminta berpura-pura mendorong wanita itu untuk diambil fotonya.
“Oke. Sekarang kita lakukan reka adegan versi Pak Reiki,” ujar Wafi. Ia dan anak buahnya kembali ke ruang kerja.
Liora melihat ada kesempatan saat Reiki ditinggal sendirian oleh pengawas di dekat tangga. Ia mendekati laki-laki itu. “Bagaimana aktingku?”
“Dasar wanita iblis,” umpat Reiki.
Liora tersenyum sinis. “Memang. Karena kamu yang mengubah aku menjadi iblis. Bukan begitu?”
Reiki mendekati istrinya lalu berkata dengan gigi yang bergemeretak. “Memangnya apa yang aku lakukan sampai kamu melakukan ini?”
“Sudah mau membusuk di penjara tapi belum juga sadar akan kesalahanmu? Ternyata hal ini gak cukup untuk membuat kamu sadar.” Sesekali Liora melirik ke ruangan kerja takut-takut kalau polisi kembali. Namun, benar saja daun pintu pun terbuka tampak Wafi hendak keluar. “Iblis ini akan membuat kamu menderita di neraka.” Dengan gerakan cepat Liora membawa kedua tangan sang suami menyentuh dadanya dan ia pun menjatuhkan diri di tangga.
“Liora,” sorak Wafi. Ia gegas mengejar sang pemilik hati hingga berhasil ditangkap.
Reiki yang tak tau apa-apa hanya diam dan terpaku di posisi. Semua terjadi begitu cepat. Ia tak menyangka kalau istri pertamanya bisa senekat itu.
Wafi menatap si tersangka dengan tajam. Semua anak buahnya keluar dan menghampiri.
“Hei.” Wafi menepuk pelan pipi Liora.
“Aku pusing, Waf,” ucap wanita itu dengan lemah.
“Kita ke Rumah Sakit.” Wafi mengangkat Liora dari anak tangga dan di gendongnya keluar dari rumah masuk kedalam mobil. Ternyata beberapa awaka media juga wartawan sudah berkumpul di sana.
Ia pun tak peduli. Hal yang paling penting sekarang adalah keselamatan Liora. Polisi itu membunyikan klakson mobilnya dengan keras agar kerumunan orang-orang pencari berita memberinya jalan keluar.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Penasaran sama kelanjutannya?
Cccuuss... Meluncur ke novel Author yang ke 5. Cerita kali ini dijamin seru dan bikin tegang. Yang pasti beda dari cerita lainnya. DRAMA WIFE
Jangan lupa, tinggalkan jejak dan dukungan kalian, ya...
Like, komen, hadiah, jadikan favorit biar dapat notif pas up date. Terakhir, bintang limanya...
Terima kasih...
Fathia pelangi
Gadis berusia 24 tahun yang sedang mengejar cita-citanya menjadi seorang Artis peran terkenal mulai menghadapai masalah hidup setelah kepergian sang ayah. Saat sang ayah masih hidup Fathia dan keluarga bisa dibilang hidup cukup. Memiliki rumah sederhana dan satu mobil avanza juga satu motor metik scoopi.
Masalah perekonomian muncul saat tulang punggung keluarga sudah tak ada.Satu persatu harta mereka harus di jual untuk memenuhi kebutuhan hidup serta biaya kuliah Fathia yang tinggal semester akhir. Apalagi sang ibu mulai jatuh sakit Fathia memutuskan untuk tinggal di rumah bibi atau adik dari ibunya.
Sang bibi yang di kiranya baik mau menampung dan membantu merawat ibunya yang tengah sakit ternyata memanfaatkan keadaan ini untuk memeras Fathia, bahkan mereka menjadikan Fathia sebagai penjamin pinjaman pada rentenir dengan embel-embel Fathia adalah seorang Artis.
Kini beban hidupnya bertambah, dalam satu bulan Fathia harus melunasi hutang yang digali oleh bibinya sendiri untuk mengubur dirinya yang tak tau apa-apa. 400 juta itulah jumlah hutang bibinya pada rentenir yang punya dua istri itu sebut namanya Afkar. Belum lagi bunga yang terus berjalan, membuat Fathia bingung kemana arah harus dituju untuk mencari uang sebanyak itu.
"Buk, Fathia mungkin nggak pulang dua minggu ini, Thia harus mencari pekerjaan lain untuk tambahan hidup kita dan juga biaya pengobatan ibu," ucap Fathia lembut pagi ini setelah memandikan dan menyuapi sang ibu sarapan bubur.
"Apa ada masalah sehingga kamu haru mencari pekerjaan tambahan? " tanya Bu Julinar menggenggam tangan anaknya yang duduk di sampingnya.
Fathia menggeleng memberikan senyum terbaiknya agar sang ibu percaya bahwa semua baik-baik saja.
"Tidak ada, aku hanya ingin kita bisa tinggal di rumah sendiri. Meski harus tinggal di kontrakan kecil setidaknya kita tidak merepotkan bibi," jawab Fathia meyakinkan sang ibu.
"Ibu hanya bisa mendoakan, semoga Allah memberikan kamu rezki yang berlimpah."
"AMIN.Thia pergi ya bu, Thia akan menginap di kosan Ciara," izin Thia lagi lalu memeluk ibunya erat tak lupa mencium kening dan tangan.
Fathia mengendarai satu-satunya harta peninggalan sang ayah yaitu motor metiknya.Perjalanan menuju pusat kota memakan waktu tempuh satu setengah jam.Tujuan pertamanya adalah kosan sang sahabat Allura Ciara. Mereka bersahabat sejak duduk di bangku SMP dan sampai sekarang. Persahabatan mereka sangat erat kepercayaan dan kesetiaan di pegang teguh itu yang membuat mereka masih bertahan sampai saat ini.
"Lo nggak kerja?" tanya Thia ketika baru sampai.
"Nanti gue berangkat siang, syutingnya habis makan siang," jawab Ciara memberikan segelas air minum.
"Jadi, apa rencana lo kedepannya?" tanya Ciara langsung karena semalam Thia sudah menceritakan masalahnya pada Cia.
"Ntah, gue nggak tau mau cari uang sebanyak itu kemana," jawab Thia menghempaskan badannya di atas kasur.
"Maaf gue juga nggak bisa bantu, lo kan tau bayaran kita untuk jadi figuran dan peran kecil berapa."
"Ia, gue juga nggak minta bantuan uang sama lo, cukup lo menjadi pendengar yang baik dan menjadi tempat untuk gue berkeluh kesah itu dapat bikin gue merasa beban hidup sedikit berkurang."
"Nanti gue coba tanya sama teman-teman atau kru di tempat syuting, siapa tau ada loker atau butuh pemeran tambahan," usul Ciara.
Allura Ciara
Tempat berbagi cerita dan berkeluh kesah bagi Fathia, begitu pula sebaliknya. Persahabatan mereka yang mengalami banyak cobaan dan ujian membuat hubungan mereka semakin kuat dan bisa dibilang layaknya saudara kandung.
Sama-sama meniti karir di dunia entertainment membuat mereka semakin saling memahami akan kesulitan hidup dalam bertahan dan berjuang untuk menggapai sebuah mimpi.
"Gue berangkat kerja dulu, nanti gue coba tanya bang Joe siapa tau dia mau nambah karyawan," pamit Cia saat akan berangkat kerja menuju club malam sebagai tambahan uang masuk.
"Hhmm... Hati-hati, jangan sampai lo termakan rayuan hidung belang," pesan Thia pada sahabatnya.
Ciara hanya tersenyum membulatkan telunjuk dan jempolnya sebagai tanda ok 👌.
🍒🍒🍒
Pagi ini Thia berangkat menuju lokasi syuting. Meski hanya peran kecil Thia selalu datang tepat waktu ia menghargai setiap proses perjalanan karirnya dengan penuh semangat. Thia sudah mulai mendapatkan tempatnya di mata beberapa sutradara acting nya yang natural dan dialognya yang di improvisasi sendiri menjadi ciri khasnya . Dia tau apa yang dimau oleh sang sutradara tanpa harus ada arahan lagi.
"Bagus Thia, kamu memiliki bakat. Suatu saat kamu pasti akan memiliki panggung kamu sendiri, bersabarlah nikmati prosesnya," pesan sutradara.
"Terimakasih om. Hhmm... Apa om bisa bantu saya, saat ini saya butuh uang lebih siapa tau om bisa mengajak saya syuting proyek lain," tanya Thia lembut dan sopan.
"Maaf Thia, untuk saat ini saya tidak bisa membantu kamu. Tapi nanti coba saya promosikan kamu pada rumah produksi lain, setidaknya kamu bisa memulai sebuah peran besar di FTV, bayarannya lumayan lah untuk satu episode bisa 10 juta untuk artis baru seperti kamu,"usul sutradara itu.
"Terimakasih om, sekali lagi terimakasih," pinta Thia senang dan penuh harap.
Thia mulai mengemasi barang-barangnya untuk kembali pulang.Rencananya hari ini ia ingin pergi mencari pekerjaan.
"Thia" panggil seseorang dari belakang dan Thia pun menoleh.
"Ada apa kak?" tanya Thia pada seorang pria bernama Edo salah satu kru di tempat ia syuting.
"Temanku ada syuting iklan, tapi artisnya tidak kunjung datang apa kau mau mengantikan artis itu, tapi bayarannya pasti tidak semahal artis yang kau gantikan itu," tawar eko.
"Mau kak, mau banget berapapun bayaran tidak masalah aku akan berikan kemampuan terbaikku,"jawab Thia penuh semangat dan keyakinan.
"Datanglah ke alamat ini, dan bilang kau artis pengganti dari Eko." Pria itu memberikan secarik kertas bertuliskan alamat.
Cukup dekat pikir Thia saat membaca alamat yang tertulis di kertas itu. Tidak mau membuang waktu Thia memacu motor metik nya menuju alamat itu. Kecepatan sedang 15 menit Thia sampai di lokasi syuting sebuah iklan minuman instan.
"Saya artis pengganti dari Eko," ucap Thia pada sutradara yang tampak sedang menunggu kedatangan artis besar yang akan menjadi bintang iklan itu.
"Syukurlah, ada juga yang datang. Cepat kalian dandani dia sekalian briefing," titah sutradara itu pada makeup artis dan kru-nya.30 menit Thia sudah siap di set, beberapa orang tampak kagum dengan penampilan Thia. Wanita cantik tadi sekarang berubah seperti bidadari setelah di dandani oleh makeup artis, kecantikannya semakin terpancar dan wajah Thia memang pas saat masuk lensa kamera.
2 kali take adegan syuting iklan itu selesai, semua kru bersorak karena pekerjaan mereka tak memakan waktu lama, Thia artis baru itu sangat pintar beracting di depan kamera layaknya seorang profesional.
"Kamu dari agensi mana?" tanya seorang wanita kira-kira berusia 32 tahun.
"Saya bukan artis agensi mbak, saya hanya seorang figuran juga artis peran kecil saja," jawab Thia saat hendak pulang setelah berkemas.
"Besok datanglah ke alamat ini, saya sedang mencari orang berbakat seperti kamu untuk agensi baru," kata Widia memberikan selembar kartu nama dan alamat.
Fathia membacanya dan senyum terbit di wajahnya. "Tapi saya boleh ajak teman saya kan mbak?"
"Boleh silahkan, tapi kalian harus casting dulu sebelum bisa tandatangan kontrak. Besok kita ketemu di sana."
Fathia mengangguk senyumnya tadi tak luntur sampai wanita itu pergi dari hadapannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!