NovelToon NovelToon

Falling In Love With Trouble Maker

Awal Perseteruan

“Anak itu benar-benar sudah keterlaluan. Aku harus memberinya pelajaran!” gerutu Ayra dalam hati

Dengan kekesalan yang memuncak, Ayra mendatangi laki-laki menyebalkan itu.

Gadis pemberani itu mendatangi Devara, cowok berandal yang suka berbuat onar. Kali ini kesabaran Ayra sudah tak terbendung, setelah mendengar Devara dan teman-teman satu genknya mengolok-olok petugas upacara yang bertugas hari ini. Padahal peserta upacara hari ini terdiri dari perwakilan siswa-siswi SMA – SMK se-kota mereka. Hari ini adalah hari jadi Kota mereka. Dan sekolah mereka ditunjuk menjadi petugas upacara peringatan hari jadi Kota yang ke-275.

Devara yang sedang bercanda dengan teman-temannya di barisan belakang tak menyadari kemarahan Ayra. Dengan raut muka penuh kekesalan, Ayra menghampiri Devara. Semua siswa yang dilewati Ayra melihat gadis cantik yang sedang dipenuhi api kemarahan. Sesampainya di samping Devara, Ayra langsung menjewer telinga kanan Devara.

“Sini kamu!” seru Ayra, sambil tetap menjewer Devara dan membawanya keluar barisan dan berjalan menjauhi barisan upacara

“Aaaaggghhhh!! Sakit!!”Devara geram sambil menahan sakit.

Siswa-siswa yang lain langsung melihat ke arah mereka.

“Siapa gadis ini? Berani sekali dia memperlakukan aku seperti ini” batin Devara dalam hati sambil memperhatikan Ayra

“Lepaskan!!!” hardik Devara sambil melepaskan jeweran Ayra dari telinganya.

Telinga Devara tampak memerah. Karena Ayra menjewernya dengan kekuatan penuh karena sudah kesal.

Pak Anton, guru mereka yang ikut mendampingi semua murid mengikuti upacara bendera, melihat kejadian itu, lalu segera menghampiri mereka berdua.

“Ada apa ini?”tanya pak Anton

“Ini pak, Cowok ga tau diri”tunjuk Ayra ke arah Devara

“Apa? Ga tau diri? Memang salahku apa?” tanya Devara tak terima

“Kamu sadar ga sih, barusan kamu baru mengolok-olok sekolahmu sendiri.. Dasar!” balas Ayra penuh amarah

“Walaupun petugas upacaranya salah, bukan berarti kamu bisa mengolok-olok mereka seperti itu dong. Bagaimanapun juga Itu kan sekolahmu juga”sungut Ayra penuh emosi

Devara tampak kesal.

“Emang petugasnya ga becus”cela Devara

“Memangnya kamu bisa lebih baik dari mereka?”seru Ayra geram

“Tentu saja”jawab Devara mantap

“Cuih..ga mungkin”jawab Ayra merendahkan

Devara semakin panas, merasa diremehkan gadis itu. Matanya melotot, tangannya mengepal dan terangkat ke udara seakan hendak memukul Ayra.

Ayra tak takut sama sekali.

“Mau pukul? Sini..Ga malu apa mukul cewek?” tantang Ayra

Keduanya bertatapan dengan mata yang terbelalak menahan amarah dalam hati masing-masing.

“Sudah..sudah..jangan bertengkar” Pak Anton melerai mereka berdua.

“Kita selesaikan masalah ini di sekolah..jangan disini..malu dilihat sekolah lain”tutur Pak Anton mencoba menenangkan mereka berdua

“Kalian kembali ke barisan sana”

Mereka berdua menurut. Dengan kekesalan yang masih terpendam di dalam hati masing-masing. Sambil berjalan menuju barisan, Devara membisikkan sesuatu ke telinga Ayra.

“Rasakan nanti pembalasanku”bisik Devara

“Aku tidak takut” jawab Ayra sambil menatap sinis pada Devara

Devara hanya membalas ucapan Ayra dengan senyum sinis.

Merekapun kembali ke barisan masing-masing

“Kamu baik-baik saja?“ tanya Nadine pada Ayra

“Iya..aku baik-baik saja” jawab Ayra sambil menengok ke arah Devara penuh kemarahan.

Cowok itu tampaknya juga diinterogasi teman-temannya. Tetapi saat mata mereka bertatapan, dia tersenyum sinis pada Ayra. Ayra spontan membalikkan badannya.

“Senyumnya…mengerikan” batin Ayra

Gadis pemberani itu bernama Ayra. Amayra Grizelle Fredella. Gadis baru di sekolah. Dia baru sebulan pindah ke kota ini. Ayahnya adalah seorang polisi. Bundanya ibu rumah tangga. Sejak kecil ayahnya sudah mengajarkan Ayra untuk  menjadi anak yang mandiri dan tidak manja. Dia juga jago beladiri. Itu sebabnya dia sama sekali tak takut pada siapapun.

Gadis cantik dengan tinggi 162 cm dan berat badan 45 kg membuat Ayra terbilang mungil. Wajah yang cantik dengan rambut hitamnya yang panjang serta senyum yang menawan yang menghiasi wajahnya mampu membuat cowok manapun pasti terpikat dengan kecantikannya. Namun jangan salah, dibalik kecantikannya, tersimpan gadis tomboy yang sangat jago beladiri. Salah sedikit saja, Ayra tak segan melayangkan bogem mentahnya pada siapapun yang berani mengganggunya.

Devara Alexander. Cowok ganteng si troublemaker. Anak pemilik sekolah elit di kota ini. Dia dan genknya adalah “penguasa” sekolah. Orangtua Devara adalah milyarder dan pebisnis handal, salah satu dari Crazy Rich Asia. Hidup bergelimang harta membuat Devara menjadi anak yang sombong dan angkuh. Secara penampilan, Devara adalah cowok ganteng dengan tubuh yang sempurna. Dengan tinggi badan 185 cm dan berat badan yang ideal dan sangat atletis. Garis wajah yang tegas dengan hidung mancung serta sorot mata yang tajam membuat semua gadis pasti takluk dengan pesonanya. Hanya saja kelakuan sang pangeran yang membuat cewek-cewek tak berani mendekat terlalu dekat dengan trouble maker ganteng itu.

Sekolah Baru

Sebulan sebelumnya...

Pagi yang cerah. Matahari mulai mengintip manja dari ufuk timur. Menyapa setiap jiwa yang masih terlelap untuk mulai mengawali hari melakukan aktivitas dan rutinitasnya masing-masing.

Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar seorang gadis yang masih terbuai dalam mimpi. Suara ketukan di pintu kamarnya, membuat dia terbangun dari tidur panjangnya.

“Tok..tok..tok”pintu kamar Ayra diketuk dari luar

“Ay..bangun. Udah pagi. Waktunya ke sekolah nak..”suara lembut Bunda dari balik pintu.

Ayra mengerjapkan matanya perlahan. Rasanya ia enggan beranjak dari ranjangnya yang sangat empuk dan nyaman.

“Sudah pagi”gumam Ayra dalam hati memandangi langit-langit kamarnya.

Bunda duduk di tepi ranjang sambil membelai lembut rambut putri kesayangannya.

“Ay..udah bangun belum nak?”suara Bunda kembali menyapa.

“Iya bund..udah”jawab Ayra sambil tersenyum pada Bundanya

“Cepat mandi ya..bunda siapkan sarapan dulu”ucap Bunda kemudian melangkah keluar kamar Arya dan turun ke lantai satu untuk menyiapkan sarapan.

Meski enggan, Ayra menggeliat lalu bangun dari ranjangnya. Dia melangkah masuk kamar mandi untuk membersihkan wajah dan bersiap mandi.

Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah. Pindah ke kota baru, memaksa Ayra juga harus sekolah di sekolah yang baru. Sekolah elit terbaik di kota.

Ayra membasuh wajahnya menggunakan air wastafel yang terasa dingin airnya. Membuat rasa kantuk Ayra perlahan menghilang. Akhirnya Ayra menuju shower setelah sebelumnya melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya.

Karena Ayra tak suka mandi air dingin, disetelnya air kran ke arah air hangat. Ayra menengadahkan tangannya di bawah air shower mengecek tingkat kepanasan air tersebut. Setelah dirasa pas, Ayra menempatkan dirinya dibawah shower.

Dibiarkan air shower membasahi tubuh mulusnya yang putih bersih. Dengan memejamkan mata, Ayra membasuh tubuhnya. Kemudian Ayra membalurkan sabun cair ke seluruh tubuhnya. Ayra sangat menikmati ritual mandinya pagi itu.

Selesai mandi, dililitkannya handuk untuk menutupi tubuhnya. Ayra keluar kamar mandi, kemudian mengambil setelan seragam yang diperolehnya dari sekolahnya yang baru.

Dipandanginya tubuhnya yang kini sudah berseragam lengkap. Diikatnya rambut panjangnya model kucir kuda. Tak lupa Ayra memakai make-up natural untuk menunjang penampilannya.

“Hufffttt”Ayra menghela nafas panjang

Hatinya bergemuruh. Akan seperti apa nanti hari-harinya di sekolah yang baru?

“Semoga saja aku bisa sekolah dengan tenang”pinta Ayra dalam hati.

Ayra meraih tas sekolahnya yang sudah berisi buku dan alat tulis. Turun ke lantai satu, Ayah dan Bunda sudah menanti putri semata wayangnya untuk sarapan.

“Pagi Ayah..pagi Bunda”sapa Ayra riang sambil mencium pipi Ayah Bundanya

“Pagi Sayang”sambut Bunda

“Sudah siap masuk sekolah baru Ay?”tanya Aldi, ayah Ayra

“Udah dong yah?”jawab Ayra mantap

“Ga ada yang ketinggalan kan?”tanya Bunda

“Sepertinya ga ada. Kalo pun ada, ini kan hari pertama Ayra masuk. Pasti dimaklumin lah..kan anak baru”jawab Ayra sambil tersenyum

“Ingat ya Ay, jangan cari masalah di sekolah yang baru. Belajar aja yang bener”pesan Ayah

“Iya yah..selama temen-temen baru Ayra ga cari masalah, aku mah ga akan bikin perhitungan sama mereka”jawab Ayra enteng sambil menyantap sarapan pagi yang dihidangkan bundanya.

Ayah dan Bunda saling bertatapan, mendengar jawaban gadis tomboy kesayangan mereka. Mereka tampak geleng-geleng kepala lalu tersenyum menatap Ayra.

“Ayah ga makan?”tanya Ayra melihat ayahnya hanya minum kopi.

“Udah tadi..cepetan dihabisin. Setelah ini ayah antar ke sekolah. Baru ayah berangkat kerja”

“Oke..siap bos”jawab Ayra mantap

Semua makanan di piring telah habis disantap Ayra. Akhirnya Ayra dan Ayah berangkat menuju sekolah baru Ayra yang terkenal sebagai sekolah terbaik dan favorit di kota.

Sampai di gerbang sekolah, Ayra turun dari mobil.

“Berani masuk sendiri kan Ay?”tanya Ayah

“Emang aku anak kecil..hisshh..udah Ayah berangkat kerja sana”pinta Ayra

“Nanti kalo udah pulang, kabari Ayah”

“Iya..iya..Yah..udah ayah berangkat sana.. nanti telat”

“Hati-hati ya nak”

Ayra melambaikan tangannya pada sang ayah.

“Oke..ayoo masuk sekarang” gumam Ayra dalam hati menyemangati dirinya sendiri.

Ayra melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah elit itu.

“Selamat Pagi” seorang satpam menyapa Ayra ramah.

“Selamat Pagi Pak”balas Ayra

“Selamat datang di SMA X, ada yang bisa saya bantu?”tanya Pak Satpam

“Ehmm..saya murid baru Pak. Pindahan dari kota XX. Ini hari pertama saya masuk sekolah”

“Baiklah..Mari saya antar ke ruang guru”

“Terimakasih Pak”

“Iya..sama-sama”

Ayra mengikuti di belakang Pak Satpam yang ditemuinya tadi. Tiga hari yang lalu Ayra sudah pernah masuk sekolah ini, mendaftar bersama Ayahnya. Ruang guru yang dimaksud lumayan jauh tempatnya, karena memang sekolah ini sangatlah luas. Bangunan megah bertingkat yang memiliki banyak ruang kelas dan fasilitas yang sangat lengkap. Ayra tampak melihat-lihat sekelilingnya.

Dilihatnya beberapa siswa sedang melakukan pemanasan olahraga di lapangan sepakbola dan lapangan basket. Beberapa siswa juga tampak berlari di sepanjang track lari yang mengitari lapangan sepakbola.

Beberapa anak cowok yang melihat kehadiran Ayra, tampak tersenyum ke arahnya. Pasti mereka terpesona dengan kecantikan Ayra. Sementara Ayra terlihat canggung dan gugup hingga memainkan tali ranselnya.

Di suatu tempat di sudut lapangan, Devara dan genknya terlihat bergerombol. Mereka bolos pelajaran lagi hari ini. Mereka bercanda dan tertawa dengan terbahak-bahak.

Seorang guru berjalan ke arah mereka dengan terengah-engah.

“Capek Pak? Hahahaha…”

“Dasar anak-anak kurang ajar! Di sini kalian rupanya..cepat masuk kelas”hardik Pak Panji, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

“Males Pak..pelajarannya membosankan”ucap anak-anak berandal itu

Devara berdiri dari tempatnya duduk, lalu berjalan ke arah Pak Panji. Sambil berkacak pinggang Devara menatap lelaki paruh baya yang sebentar lagi pensiun itu.

“Bapak tidak bosan, selalu mengurusi urusan kami. Kenapa Bapak tidak menyerah saja? Sebentar lagi Bapak pensiun kan?”

“Memangnya kenapa kalau aku pensiun? Aku masih kuat jika hanya menghadapi anak-anak berandalan seperti kalian. Jangan mentang-mentang keluargamu pemilik sekolah ini, maka aku akan tunduk pada bocah ingusan sepertimu. Aku bukan kepala sekolah lembek itu”

“Huhh..banyak ba**t kau tua bangka!”seru Devara

“Jaga ucapanmu anak muda!“hardik Pak Panji sambil melotot. Suaranya yang menggelegar karena emosi menghadapi ketidaksopanan Devara, membuat semua orang yang mendengar suaranya spontan menengok ke arah suara.

Ayra yang juga mendengar suara kemarahan Pak Panji, menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah sumber suara. Devara mendengus kesal kemudian meninggalkan Pak Panji.

“Mau pergi kemana kau? Kembali ke kelas”perintah Pak Panji sambil meraih pergelangan tangan Devara

Devara mengibaskan tangannya dengan kasar sehingga tangan Pak Panji lepas dari pergelangan tangannya. Tanpa sepatah katapun, Devara meninggalkan Pak Panji dan teman-temannya.

“Dasar anak tak tahu sopan santun” umpat Pak Panji.

“Kenapa kalian masih di sini? Cepat kembali ke kelas”perintah Pak Panji pada teman-teman Devara yang masih tak beranjak dari tempat mereka. Pak Panji memukul mereka satu per satu bahkan menendang mereka supaya kembali ke kelas.

“Iya..iya Pak..kami kembali ke kelas”ucap anggota genk Devara.

Mereka kocar-kacir berusaha menghindari pukulan dan tendangan Pak Panji. Devara berjalan melintas di depan Ayra. Keduanya sempat beradu mata.

“Cantik”gumam Devara dalam hati begitu melintas di depan Ayra.

“Pasti murid trouble maker”gumam Ayra melihat Devara yang melintas di depannya. Melihat seragam Devara yang berantakan dan kejadian dengan Pak Panji barusan, Ayra langsung menyimpulkan bahwa Devara adalah seorang trouble maker.

Sampah Masyarakat

“Nona..nona”panggil Pak Satpam pada Ayra.

“Ah..iya Pak..maaf”ucap Ayra.

Gara-gara melihat keributan antara Devara dan Pak Panji, Ayra sampai lupa tujuan utamanya. Ayra segera mengikuti ke mana arah kaki Pak Satpam mengantarnya.

Akhirnya Ayra sampai juga di sebuah ruangan besar, yang adalah ruang guru. Pak Satpam menghadap salah satu guru piket lalu meninggalkan Ayra sendiri di ruangan itu.

“Kamu murid baru?”tanya Pak Willy, guru piket yang bertugas

“Iya Pak”jawab Ayra

“Siapa namamu?”tanya Pak Willy

“Nama saya Ayra. Amayra Grizelle Fredella Pak”jawab Ayra

“Wahh..nama yang cantik, secantik orangnya”goda Pak Willy

"Terimakasih Pak" jawab Ayra sambil tersenyum.

“Baiklah..saya sudah diberitahu bagian kesiswaan kalau hari ini akan ada siswa baru. Mari saya antar kamu ke kelasmu”ujar Pak Willy

“Baik Pak”sahut Ayra

Pak Willy berjalan di depan Ayra. Mereka melewati beberapa kelas. Saat Ayra melintas, beberapa cowok di dalam kelas yang melihat Ayra, terlihat heboh sendiri, karena kagum akan kecantikan seorang Ayra. Membuat keadaan kelas yang sedang pelajaran yang awalnya tenang menjadi tidak kondusif. Keributan itu memaksa guru-guru harus mengendalikan jalannya pembelajaran. Sementara cowok-cowok yang duduk di samping jendela, malah melongokkan kepala mereka keluar jendela untuk melihat Ayra secara langsung.

“Tolong tenang”perintah guru yang mengajar

“Wahh..aku seperti baru saja melihat bidadari”

“Benar..cantik sekali”

“Ceweeekkk”

“Cantiiikkk lihat sini dong”

Ayra berjalan terus tanpa memperhatikan kehebohan yang sudah dibuatnya.

“Baru hari pertama masuk, kamu sudah buat keributan ya? Lihat itu”tunjuk Pak Willy ke kelas yang heboh dengan kehadiran Ayra di sekolah itu.

“Mereka pasti terpesona melihat kecantikanmu”puji Pak Willy

“Hehehe..bapak bisa saja”ucap Ayra sambil tersenyum dengan senyum yang dipaksakan.

“Awas saja jika mereka berani mengganggu hidupku selama di sini! Aku takkan tinggal diam”gerutu Ayra dalam hati.

Mereka sampai di depan pintu sebuah kelas. Pak Willy segera mengetuk pintu.

“Tok..tok..tok”

“Yakk..silahkan masuk”ucap Bu Sherly yang sedang mengajar

Pak Willy mengajak Ayra masuk.

“Pak Willy, ada keperluan apa ya Pak?”tanya Bu Sherly

“Maaf bu, saya mengantar seorang murid baru. Dari bagian kesiswaan, anak ini dimasukkan kelas ini”ucap Pak Willy

“Oo..baik Pak..terimakasih”

“Saya permisi dulu..mari bu”

“Mari Pak”

Akhirnya Pak Willy meninggalkan Ayra seorang diri di kelas X.C. Siswa di kelas itu saling berbisik-bisik satu sama lain. Ayra tampak sedikit gugup namun kemudian dia berusaha setenang mungkin.

“Anak-anak..kalian kedatangan murid baru”

“Silahkan memperkenalkan diri”pinta bu Sherly pada Ayra.

“Terimakasih bu”ucap Ayra pada bu Sherly

“Ehmm..Salam kenal semua..Perkenalkan nama saya Amayra Grizelle Fredella. Kalian bisa memanggil saya Ayra. Saya baru pindah ke kota ini karena orangtua saya pindah kerja ke sini. Saya harap kita bisa berteman dan bekerjasama”Ayra memperkenalkan diri.

“Oke Ayra..sekarang silahkan kamu duduk. Kamu duduk di samping Nadine saja ya..”

Seorang gadis cantik mengangkat tangannya sambil tersenyum bahagia. Ayra mengenal gadis itu. Membuat Ayra juga tersenyum karena rupanya ada seseorang yang dikenalnya di kelas itu. Ayra kemudian berjalan ke arah meja Nadine.

“Hei..apa kabar? Kita bertemu lagi”sapa Nadine ramah

“Iya..senang bertemu denganmu”

“Aku senang akhirnya kita sekelas”

“Iya..aku juga”ucap Ayra sambil tersenyum.

Ayra senang karena akhirnya ada yang dikenalnya di sekolah itu. Akhirnya pelajaran dilanjutkan. Ayra mengikuti pelajaran dengan baik.

“tettttttt…teettttttttt”bel istirahat berbunyi.

Bu Sherly meninggalkan kelas, diikuti beberapa anak yang sudah tak sabar ingin segera istirahat. Beberapa anak mengerumuni Ayra. Mengajaknya berkenalan. Nadine yang akhirnya memperkenalkan teman-temannya satu per satu. Ayra senang karena teman-temannya kelihatan sangat welcome padanya.

“Kau mau ke kantin?”ajak Nadine

“Boleh”jawab Ayra

Akhirnya dua gadis yang baru berteman itu, pergi ke kantin bersama. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Daniel, sahabat Nadine.

“Dan..masih ingat Ayra kan?”tanya Nadine pada Daniel

“Tentu saja..Kau jadi sekolah di sini?”tanya Daniel

Ayra mengangguk.

“Senang bertemu denganmu lagi Ayra”

“Aku juga”

“Semoga kita bisa berteman. Kalian sekelas?”tanya Daniel

“Iya..kami sekelas. Sebangku malah. Ya kan Ayra?”

“Iya”

“Kalian mau ke kantin? Ayo ke sana”

Ayra, Nadine dan Daniel berjalan bertiga ke kantin sekolah. Sepanjang perjalanan, siapapun yang berpapasan dengan Ayra, terlihat heboh sendiri, terutama cowok-cowok. Sementara cewek-cewek yang melihat Ayra, menatap dengan tatapan iri. Iri karena merasa kalah saingan dengan gadis baru yang sangat cantik itu. Mereka tak tahu bahwa dibalik kecantikan Ayra tersembunyi gadis tomboy yang sangat jago beladiri.

“Kau sudah punya banyak fans rupanya Ayra”goda Daniel

“Iya..lihat mereka, bahkan mereka tak berkedip”ucap Nadine

“Biarkan saja mereka”

Nadine merangkul lengan Ayra dan menuntunnya sampai ke kantin.

Tiba di kantin,

“Pranggggg”bunyi piring yang terjatuh di lantai

“Kalo jalan liat pake mata?”teriak seseorang

Rupanya seorang anak kelas X, yang sedang bercanda dengan temannya tak melihat genk Devara yang jalan ke arahnya. Hingga piring yang dibawanya menabrak Devara lalu jatuh ke lantai. Piring dan isinya kini berhamburan di lantai.

Semua orang yang mendengar dan melihat kejadian itu seakan menahan nafasnya. Beberapa juga tampak ketakutan melihat ekspresi wajah Devara dan genknya yang sedang marah besar.

“Kau sudah bosan hidup rupanya, hah?”anak itu terkulai lemas di lantai memunguti makanannya yang berserakan di lantai.

“Ma..maaf Dev”ucap anak itu dengan nada bergetar saking takutnya.

Devara tampak acuh tak acuh dengan tangan kanannya membersihkan kemejanya yang ditabrak anak itu tadi. Anggota genk nya yang bersuara lebih lantang ketimbang Devara. Salah satu dari mereka duduk berjongkok di depan wajah anak itu sambil menoyor-noyor kepala anak itu.

“Berani-beraninya kau mengotori baju Devara dengan makanan menjijikkan yang kau miliki itu, hah?”

“Ma..maaf..aku tak sengaja”ucap anak tadi hampir menangis

Tak ada seorang pun yang berani membela ataupun menolong anak tadi. Ayra yang menonton kejadian tadi sedikit merasa kasihan pada anak tadi. Tapi dia memilih tak ikut campur karena sadar dia anak baru di sekolah itu.

Nadine dan Daniel yang juga melihat kejadian itu memilh mengajak Ayra menyingkir dan segera memesan makanan karena waktu istirahat sebentar lagi selesai.

“Kita sebaiknya tak ikut campur..ayo kita beli makan saja”ajak Nadine

“Ayo”sahut Daniel

Anak tadi masih saja “dianiaya” oleh genk Devara akibat kesalahan kecil yang dilakukannya.

“Sudah..biarkan saja. Kita pergi dari sini”ucap Devara dingin

Devara malas menanggapi kejadian sepele yang menimpanya. Devara pun memilih berjalan menuju kantin lantai III miliknya. Diikuti oleh anak buahnya yang setia. Tak ketinggalan Angel, anggota genk Devara. Satu-satunya cewek di genk Devara. Angel melingkarkan tangannya di lengan Devara.

“Enyah saja kau dari sini”umpat Alex, anak buah Devara yang duduk berjongkok tadi, lalu ditendangnya anak tadi hingga tersungkur di lantai.

Alex dengan arogan, berjalan sambil menginjak makanan yang berserakan di lantai dan berjalan mengikuti Devara.

Setelah Devara pergi, teman-teman anak tadi segera membantu anak tadi berdiri.

“Ayo berdiri! Kau baik-baik saja kan?”tanya teman-temannya.

Ayra sudah memesan makanan dan akan berjalan mencari kursi yang kosong. Matanya masih menangkap Devara dan anak buahnya yang pergi menuju lift dan bersiap ke kantin lantai III.

“Anak itu lagi” gumam Ayra dalam hati.

Sejak hari pertama masuk sekolah, Ayra sudah tak suka dengan Devara dan genknya. Karena mereka semaunya sendiri. Suka menindas oranglain. Berbuat tidak sopan kepada guru-guru. Melihat hal itu, Ayra menjadi antipati terhadap Devara dan genknya.

Ayra bertemu Devara lagi ketika Ayra baru keluar dari toilet. Sambil membersihkan tangannya yang basah menggunakan tisu, Ayra melihat Devara. Kali ini Devara berbicara dengan kepala sekolah.

“Devara..maafkan kesalahan Pak Panji. Kau jangan marah ya?”bujuk kepala sekolah

“Kenapa tua bangka itu masih disini? Sebaiknya bapak segera pecat saja dia. Selalu menggangguku saja”keluh Devara sambil berkacak pinggang.

“Saya akan nasehati beliau”ucap kepala sekolah

“Kau urus masalah ini”gerutu Devara dengan kesal lalu meninggalkan kepala sekolah seorang diri.

Ayra yang akan kembali ke kelasnya sempat berpapasan dengan Devara. Sekali lagi keduanya saling bertatapan dengan dingin. Lalu Ayra segera berjalan menuju kelasnya.

Devara menoleh sesaat ke belakang melihat Ayra yang jalan menjauh dari tempatnya.

“Gadis itu lagi”gumam Devara dalam hati.

Kemudian Devara pergi entah kemana. Dia bolos kelas lagi.

Saat istirahat kedua, Ayra yang baru kembali dari kantin dengan segelas minuman ditangannya, melihat ke arah taman sekolah.

“Siapa dia?”tanya Ayra sambil memperhatikan segerombolan anak-anak yang duduk-duduk di taman sekolah

“Siapa? Devara?” tanya Nadine

“Dia itu anak pemilik sekolah. Kamu jangan sampai berurusan dengan dia ya Ayra.. Kalo tidak, kamu bisa dikeluarkan dari sekolah ini”pesan Nadine

“Jangan sampai dia berurusan dengan aku” gumam Ayra dalam hati

Di tengah-tengah pembicaraannya tiba-tiba Daniel mendekati mereka.

“Kalian bicara tentang siapa?” tanya Daniel

“Oh..bukan siapa-siapa..hanya ‘sampah masyarakat’,” ujar Ayra sambil menyeruput minuman yang ada ditangannya.

Daniel clingukan memperhatikan sekeliling sambil mengernyitkan dahinya begitu mendengar kata ‘sampah masyarakat’ yang dilontarkan Ayra. Ketika bola mata Daniel menangkap sosok Devara dan genknya di taman sekolah, dia pun tersenyum tanda mengerti. Kemudian dia berjalan menyusul Ayra dan Nadine kembali ke kelas.

Sejak saat itu, Nadine dan Daniel menjadi satu-satunya sahabat Ayra sejak menginjakkan kakinya di sekolah itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!