waktu telah menunjukkan pukul 05.30, alarm berulang kali berbunyi tapi sesosok di balik selimut tidak bergerak sama sekali. seseorang masuk ke kamar itu dan tanpa basa-basi langsung menendang bokong yang masih terlelap itu.
"hei bangun! udah jam berapa ini hah?! maneh gakan sekolah apa?" teriak seseorang itu setengah emosi. sosok yang tidur hanya melihat sekilas lalu kembali membenamkan wajahnya ke dalam selimut.
"kenapa harus maneh sih yang bangunin urang? mana Bi Inah?"
"berani maneh manggil urang dengan sebutan 'maneh' ?" nada sang kaka tambah emosi
"yayaya sorry" Daru yang masih tertidur menjawab dengan malas
"bangun gak maneh atau maneh lebih suka pake cara kasar?"
sang Kaka siap menendang kembali, secepat kilat Daru langsung terbangun dan berlari menuju kamar mandi.
sang Kaka hanya menghela nafas seraya menggelengkan kepalanya. diapun kembali turun ke bawah, disana sudah ada Bi Inah yang menunggu
"maaf tuan muda, bibi sudah merepotkan"
"engga ko bi, Daru emang harus gitu kalau di bangunin. bibi tahu sendiri kan gimana sifat dia. Oia dimana jasku bi?"
"dikamar tuan muda, sudah bibi siapkan"
Bi Inah memperhatikan tuan muda pertamanya memasuki kamarnya dan melihat ke lantai dua tempat tuan keduanya berada. Bi Inah berfikir kapan kaka-beradik ini dapat akur, saking tidak akurnya satu rumah di bagi 2 bagian. lantai pertama adalah bagian milik tuan muda pertama, semua barang dan warna ruangan di buat sesuai selera sang tuan muda pertama dengan gaya klasik modern, dan cat warna putih dan pastel. sedangkan lantai ke dua di tempati tuan muda kedua yaitu Daru, berbeda dengan lantai pertama di lantai kedua tidak ada tembok yang membatasi ruangan melainkan sebuah skat triplek yang memisahkannya kecuali kamar mandi dan studio musik miliknya. dengan gaya yang simple dan tidak terlalu banyak barang ruangan Daru di penuhi dengan warna hitam dan abu.
Bi Inah mulai memasak sarapan untuk kedua tuan muda karena pelayan rumah tangga di sini hanya Bi inah seorang sehingga cukup sibuk dari pagi hingga kedua tuan muda pergi menjalankan aktifitas mereka masing-masing. semua ini tak lain karena Daru yang tidak ingin ada banyak orang dan cukup Bi inah saja tanpa ada campur tangan siapapun. sudah 20 tahun bi Inah bekerja di rumah ini sehingga tahu apa kesukaan kedua tuan muda, bi Inah memasak omelet seafood untuk sang Kaka dan sereal coklat di campur buah-buahan untuk sang adik tidak lupa dengan jus apelnya. Bi Inah menyimpan omelet di meja makan sang Kaka dan menyimpan sereal serta jus di meja yang berada di samping kasur Daru. cepat-cepat Bi Inah turun karena Daru sangat tidak suka ada orang lain di kamarnya saat dia baru selesai mandi.
tak lama Daru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membalut setengah tubuhnya meski usianya baru 17 tahun tapi tubuh Daru begitu atletis dan proporsional dengan perut yang hampir membentuk sixpack. siapapun yang melihat tubuh Daru tidak akan percaya bahwa dia masih berusia belia. Daru memakai seragamnya dan segera menghabiskan sarapannya, ia bersiap-siap pergi sekolah. sebelum turun dari jendela Daru melihat ke sana kemari untuk memastikan tidak ada orang, merasa yakin aman diapun turun dengan gaya parkour dari ketinggian 5 meter dengan mulus dia mendaratkan kakinya tanpa luka sedikitpun dan segera berlari menuju garasi miliknya.
Daru berdiri sesaat di depan pagar garasi dengan tulisan "daru's" yang berarti miliknya. Segera ia menekan tombol di samping pagar, perlahan Namum pasti pagar terbuka dari bawah ke atas. Daru menyeringai menatap semua kendaraan miliknya. Ada mobil Lamborgini, Ferary, Fortuner, beberapa mobil sport hingga mobil kesayangannya yang hanya di pakai saat acara tertentu: Mayback exelero.
Daru melewati koleksi mobilnya, ia berjalan menuju koleksi motornya terdapat Kawasaki ninja 250, Yamaha R15, Honda CBR150RR, beberapa motor sport mewah, motor trail dan berbagai motor antik hingga matic.
Pandangan Daru tertuju pada motor mati nya yang telah menemani sejak dia SMP, honda beat kesayanganya, segera ia menaiki motor itu dan menstater motornya.
"Hello manis, siapkan melewati jalanan berbedu dan panas hari ini?" ucapnya seraya mengusap motornya itu
"oke untuk kalian semua! aku bukannya pilih kasih tapi akan aku naiki kalian di waktu yang pas!" teriaknya kepada semua koleksi kendaraannya.
Daru mulai menjalankan kendaraannya meninggalkan garasi yang secara otomatis tertutup sendiri. melewati rumah utama yang di penuhi para bodyguard, mereka membungkuk memberi salam saat Daru lewat, gerbang rumah terbuka sendiri setelah Daru melewati pagar secara otomatis pagar itu tertutup kembali.
"tuan muda kedua sungguh sederhana, banyak motor yang dia punya tapi kenapa pakai motor itu?" tanya seorang penjaga
"entahlah mungkin dia tidak ingin pamer"
"hey jaman sekarang mana ada anak muda yang tidak ingin pamer"
"ada, contohnya tuan muda kita"
Di lain tempat Rijal sang kaka sudah tidak sabar menanti adiknya. berkali-kali ia melihat arlojinya dan melihat lantai kedua secara bergiliran
"sumpahnya ini anak lama-lama bikin hilang kesabaran!" Rijal siap-siap ke atas tiba-tiba suara bi Inah menghentikannya
"anu tuan Rijal, tuan Daru sudah berangkat dari 15 menit yang lalu"
"tapi dia belum tur-" ucapan Rijal terhenti, ia merasa telah di kerjai oleh adiknya
"Bi Inah nanti kunci semua jendela kalau bisa palang pake besi biar dia gak bisa keluar lewat jendela lagi!" ucap Rijal murka dan langsung berjalan menuju mobilnya, pintu belakang di buka oleh sekertaris Rijal dan mobil pun meluncur meninggalkan rumah yang di ikuti oleh satu mobil bodyguard.
meski terkesan murka tapi bi Inah tahu Rijal hanya emosi sesaat saat menyuruh semua jendela di kunci olehnya, meski seperti itu Rijal sangat menyayangi adiknya.
Terlihat di pojok ruangan seorang penjaga yang baru di tugaskan untuk menjaga rumah kedua, menyadari di perhatikan sang penjaga memasang wajah bertanya setelah memberi salam
"kamu pasti penjaga baru, tuan besar yang memerintahkanmu untuk menjaga Daru?"
"benar bu"
"panggil saya bi inah, akan saya jelaskan beberapa peraturan disini. kamu disini tidak boleh sekali pun di ketahui keberadaannya oleh tuan muda kedua, selain itu lakukan pekerjaan mu. meski ini rumah kedua tapi disini juga sangat ketat, kamu tahu kan ini tempat kediaman siapa?"
"ya bu. rumah ini khusus kedua tuan muda"
"benar, apa kamu tahu kenapa tuan besar membangun rumah ini yang besarnya hampir sama seperti rumah utama yang luasnya dapat membuat lebih dari 30 kamar?"
"tidak bu"
bi Inah melihat ke genting rumah utama, antara rumah utama dan rumah kedua di satuan dengan penghubung jalan setapak kecil yang di kelilingi bunga anggrek.
"kedua tuan muda tidak ingin tinggal disana terutama tuan Daru, disana sangat banyak kenangan tentang nyonya besar dan itu yang tidak ingin di ingat oleh tuan Daru. ia sangat membenci nyonya, jangan tanya alasannya karena akupun tidak tahu apa alasan yang jelas. Tuan Daru terlalu banyak salah paham terhadap nyonya hingga muncul kebencian yang tidak terkira. Tuan Rijal sering mencoba untuk menjelaskan kepada tuan Dari tapi ujung-ujungnya mereka bertengkar hebat. Tuan Rijal mengikuti tuan Daru kesini untuk memastikan dia aman"
banyak pertanyaan di kepala sang penjaga, memastikan tuan Daru aman? tapi aman dari apa, bahkan tugasnya pun memastikan Daru dalam keadaan aman. tapi sang penjaga hanya diam menutup mulut nya.
"siapa namamu?"
"saya bagas bu"
"baik bagas, semoga kamu betah disini"
Bagas mengangguk dan membungkuk memberi salam, bi Inah pun pergi meninggalkan Bagas.
Bi Inah tahu jelas apa yang akan terjadi jika dia ketahuan oleh Daru. ia akan di maki habis-habisan, di kerja hingga akan membuat bagas memohon untuk pindah kerja. sudah ada 10 penjaga dan mereka tidak kuat menghadapi Daru. Jika di lawan dengan kekerasan Daru lebih hebat dari mereka, hampir semua teknik bela diri di kuasai oleh Daru bahkan Daru jago berkelahi ala anak jalanan.
Bagas yang di tugas kan untuk menjaga Daru selama Daru ada di rumah karena terkadang Daru melakukan hal gila saat dia sedikit tertekan seperti menghancurkan semua karya lukisan ibunya, lukisan yang begitu berharga untuk sang ayah bahkan pernah sebuah kejadian Daru hampir mengakhiri hidupnya.
Bi Inah berharap tidak ada kejadian mengerikan seperti itu lagi dan semoga penjaga yang baru menginjak usia 26 tahun itu dapat bertahan.
Rizal memperhatikan Ipad-nya yang tengah memperlihatkan grafik kenaikan perusahaan. Di jalan Bandung yang cukup padat membuatnya sedikit memikirkan Daru. Ia heran kenapa adiknya itu sangat sulit untuk di atur.
Karena jabatannya sebagai Direktur perusahaan SL furniture (perusahaan dengan nama ShabiL. di ambil dari nama keluarga mereka Al-Shabil, sebuah perusahaan terbesar di Asia dan Eropa malah perusahaan SL berencana menerbangkan sayapnya di kuliner dan kosmetik). ia tidak bisa memperhatikan adiknya terus menerus.
Hanya hari ini jadwalnya tidak padat sehingga bisa berangkat tepat jam 06.00, karena biasanya Rizal selalu berangkat jam 4 subuh dan pulang tengah malam bahkan dia bisa tidak pulang sama sekali. Apalagi dengan jadwal yang mengharuskan dia pulang pergi dari luar negeri, membuatnya tidak ada waktu sama sekali untuk memperhatikan adiknya.
setiap hari Rizal harus mengganti mata-mata untuk adiknya. insting Daru sangat tajam sehingga dia selalu tahu ada yang mengawasinya dan setiap ketahuan Daru akan menghajar mata-mata itu hingga memohon kepada Rizal untuk mengundurkan diri.
"pak Damar, Daru sudah di awasikan?" tanya Rizal kepada sekretarisnya yang tengah menyupir.
Damar sekertaris Rizal yang telah berusia 40 tahun lebih, beliau telah bekerja sebagai sekertaris selama hampir 20 tahun. dahulu melayani ayah Rizal dan sekarang mengabdi kepada Rizal. dengan pengalamannya Damar sangat cocok dengan karakter Rizal yang seperti angin.
"sudah tuan"
"kali ini jangan sampai ketahuan"
"akan saya sampaikan" pak Damar menelpon seseorang yg di duga sang mata-mata dan memintanya untuk hati-hati saat berhadapan dengan Daru.
Rizal menghela nafas, dia terpaksa melakukan ini. jika adiknya menurut apapun yang di katakannya, dia tidak akan melakukan hal memalukan seperti ini. Bahkan dia pun tidak abis pikir kenapa adiknya tidak ingin bersekolah di tempat elit tapi malah bersekolah di sekolah swasta yang biasa bahkan SMP dan SMA nya di satukan.
Rizal tersenyum kecut, mungkin adiknya tahu bila dia sekolah di sekolah elit Rizal dapat leluasa mengawasinya. kekesalan Rizal makin bertambah saat tahu adiknya membayar dan menganggung semua biaya di sekolah itu bahkan dia menjadi donatur sekolah itu.
"hari ini apa jadwalku?"
"Anda hanya harus ke kantor untuk menandatangani beberapa dokumen dan setelah itu pak Presdir meminta anda untuk ke Singapura"
"kenapa?" alis Rizal mengkerut. sempat ragu tapi akhirnya damar membicara
"pak Presdir meminta anda untuk menemui nona CL grup tuan"
"apa kencan buta lagi?" tanyanya, damar hanya mengangguk
"hah.. kenapa ini jadi seperti sinetron Korea? ayah selalu memintaku ingin menikah, merepotkan" ucapnya seraya mengusap rambutnya ke belakang. siapapun yang melihat tidak ada membantah bahwa Rizal begitu tampan bahkan terkadang Damar terpesona oleh karisma tuan mudanya ini.
Rizal Amir Al-Shabil, lelaki dewasa dengan kehidupan yang sempurna. berwajah tampan, bertubuh atletis, dengan tinggi 180 lebih, cerdas dan tentu saja bergelimangan harta.
Di masa kuliahnya dulu dia lulus sebagai lulusan terbaik di 3 universitas sekaligus. S1 lulusan terbaik di ETH Zurich university (Swiss federal institute of technologi), S2 lulusan terbaik di Oxford university dan S3 lulusan terbaik di Massachusetts institute of technologi (MIT). sang jenius yang pernah masuk di beberapa cover majalah terkenal. Dengan reputasi baiknya banyak wanita yang tergila-gila padanya dan banyak pemilik perusahaan ingin menikahkan anak gadis mereka dengannya.
"padahal usianya akan menginjak 27 tahun, tapi menikah di sebut merepotkan?" gumam Damar.
"baiklah aku akan mengikuti apa yang direncanakan oleh orang tua itu"
"baik tuan akan saya hubungi tuan besar bahwa anda setuju"
Damar menelpon ayahnya Rizal, mereka berbicara bahasa Thailand. tak lama telpon pun ditutup
"harus kah berbicara bahasa Thailand?"
"karena tuan besar berbicara bahasa Thailand jadi saya mau tidak mau harus menyesuaikan"
Rizal mendengus kesal, padahal ayahnya berdarah Inggris-Indonesia tapi kenapa harus bahasa Thailand yang dia gunakan. apa karena ayah dan ibu bertemu di Thailand, tapi bagaimanapun ibunya juga seorang warga Indonesia.
Ayahnya selalu berbicara bahasa Thailand semenjak sang ibu meninggal dunia, menurutnya Thailand adalah tempat pertama kali mereka bertemu, meski begitu terkadang Rizal merasa ayahnya sangat lebay.
"yah pokoknya awasi Daru, dia sedang apa, dimana, dengan siapa harus selalu laporkan tanpa ada yang terlewat sedikitpun!"
"baik tuan"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!