NovelToon NovelToon

Kekasihku, Menantuku ( Mantu jadi ipar)

Prolog

"Apakah kau mencintaiku, Ina?"

"Tidak, aku tidak akan mencintaimu!"

"Kenapa?"

"Karena kamu adalah menantu kakakku."

"Apa itu bisa menjadi alasan?"

"Bisa. Buktinya baru saja aku katakan."

"Tapi aku mencintaimu, karina. Kau mengingatkan ku pada mendiang istriku."

"Oh, ya. Bukannya sejak awal aku selalu dikaitkan dengan mendiang istrimu. Kau selalu saja merasa dibayangi semua yang berkaitan dengan dia."

"Ina...aku.."

"kenapa? Kamu pikir aku tidak pernah tahu apa yang kamu pikirkan selama ini. Selama kita dekat kamu memperlakukan seolah aku adalah gita. kalau kamu mencintai gita kenapa kamu tidak pernah membuatnya bahagia."

Alam terdiam. Dia selalu meyakini kalau mendiang istrinya selalu bahagia bersamanya. Dia heran kenapa Ina menuduhnya seperti itu.

Ina menatap Alam dengan sinis "Simpan saja buat kenang-kenangan. Aku tidak butuh cintamu."

Gadis berlari meninggalkan lelaki itu. Menahan rasa sesak di dadanya. Lama dia terdiam disebuah tempat, menumpahkan yang sedari tadi menahan.

Dia adalah Karina Gadis cantik yang tumbuh di keluarga Broken Home. Mamanya beberapa kali menikah dan bergonta-ganti pacar. Hingga suatu hari dia mengetahui adanya hubungan gelap antara kekasihnya, Dodo dan Kania, sang mama.

Ina berusaha menjalani harinya seperti biasanya setelah mamanya meninggal. Kisah cintanya dengan sang kakak tiri, Rangga, berakhir tanpa kepastian. Hingga sosok baru datang mengobati lukanya, Namun sebuah perasaan itu baginya salah. Karena lelaki itu suami keponakannya.

Cinta yang rumit dibumbui konflik keluarga. Dendam lama sang kakak pada besannya memperkeruh hubungan mereka.

"Jika aku bisa memilih aku ingin hidup dengan keluarga biasa saja."

~Karina~

"Aku mencintaimu, kamu mengingatkanku pada mendiang istriku."

Sebuah kisah lembaran baru kehidupan Ronal Wassalam yang berstatus duda beranak satu.

Klik

Satu tahun sebelumnya

Jam sudah menunjukkan pukul 19:00, waktunya pulang ke rumah. Ina melirik kanan kiri tidak ada lagi makhluk hidup disekitar mushola kampus. Sial, tadi dia tertidur disana, tugas kuliah menumpuk, tapi malas pulang ke rumah.

Ina yakin, mamanya pasti pergi lagi dengan teman lelakinya yang selalu berganti. Seandainya papanya masih ada, ina tidak akan merasa takut ini setiap pulang ke rumah.

Malam semakin larut, tak ada kendaraan yang lewat. Ina mencoba menghubungi rangga kakak tirinya yang baru pulang dari jepang. Tapi diurungkannya karena takut merepotkan.

"Butuh tumpangan?" Suara seseorang menyapanya.

"Andi?" Pemilik suara tersebut hanya tersenyum simpul.

"Kok bisa disini?" ina sudah duduk disamping andi.

"Bisalah. Kamu lupa kampus kita searah. Kok kamu baru pulang?"

"Tadi ada mata kuliah diganti jam sore. Makanya baru pulang." cerita ina merebahkan kepalanya disandarkan kursi jok.

"Oh.." Andi kembali fokus sama kemudinya.

Andi dan Ina berteman sejak SD. Ina pernah menyatakan perasaannya pada Andi. Tapi ternyata Andi mencintai sheila. Saat itu, ina mencoba menjauhi andi, karena setiap bertemu andi selalu menceritakan soal sheila, yang juga satu sma dengannya. Andi adalah Kakak kelas idaman di SMA Nusa Bangsa. Banyak yang menggilai lelaki itu. Memang wajahnya tidak setampan dodo, kekasihnya sekarang.

Ina menghidupkan musik karena merasa suntuk.

Terdengar sebuah lagu yang sangat disukainya.

Entah kenapa lagu itu mewakili suasana hatinya, apalagi disamping lelaki yang pernah disukainya.

"Na" ucapkan memecahkan keheningan malam

"Iya" Ina masih memejamkan matanya. Menikmati alunan musik yang di ulangnya sekali lagi.

"Hubunganmu sama pak dokter gimana?"

"Baik."

"Apa dia sayang sama kamu?" Tanya Andi

"Kenapa menanyakan hal itu? Aku dan dia sudah dua tahun lo. Dia masih setia sama aku,kok."

"Kamu itu sudah seperti adikku sendiri, na. Jadi wajar dong sebagai seorang kakak aku menanyakan hal itu? Apa tidak sebaiknya kamu cari lelaki yang lebih muda? Sepantaran kamu."

Oh, adik. Jadi dia masing mengganggap adik. Nggak papa, Na.

Toh aku sudah punya kak dodo yang masih mencintaiku.

"Kamu masih suka kumat nggak?" tanya andi

Andi tahu kalau Ina punya riwayat jantung sejak lahir. Dia selalu menjaga perasaan gadis itu, termasuk memberi pengertian saat dirinya menolak perasaan Ina. Karena perasaannya masih Sheila walaupun sekarang mereka tak pacaran lagi.

Ina mencoba pura-pura tidur. Karena dia takut jatuh cinta lagi pada Andi.

"Na" Terdengar sapaan lembut itu menggetar jantungnya.

"Hmmm.." Ina hanya sedikit bersuara.

"Ini sudah sampai didepan rumahmu. Sepertinya tante Kania sudah pulang."

Ina menoleh ke arah rumahnya. Dengan malas dia beranjak turun dari mobil andi.

"Makasih, ya." Ina yang tadinya muram berbalik senyum manja pada lelaki itu.

"Sama-sama. Udah masuk sana! Udah malam. Nggak baik untuk kesehatanmu."

Tak lama Andi sudah hilang dari pandangannya.

Ada sedikit terdengar hembusan nafas berat.

Ina tersenyum kecil. Lalu berbalik masuk ke rumah.

"Non ... ina, sudah pu ...lang." Suara bibi seperti gugup melihat kepulangan anak majikannya.

"Sudah, bi." ina meletakkan tasnya di sofa lalu beranjak ke dapur melewati kamar mamanya.

Ina mendengar suara desahan dari dalam kamar mamanya.

Pasti mama bawa pacar baru lagi.

Desahan itu semakin jelas, membuat ina penasaran siapa lelaki yang sedang menjamah mamanya. Ina mencoba membuka pintu tapi ternyata dikunci.

Pada akhirnya ina mengecek dari cctv, ada rasa penasaran yang besar. Ina mencoba menguatkan diri melihat cctv.

"Bismillah..." Ina mencoba main zoom siapa lelaki itu.

Matanya membulat karena kaget bukan kepalang. Ina mencoba untuk kuat tapi tidak bisa. Ina hanya bisa menangis diam. Siapa sangka ternyata pacarnya sendiri adalah selingkuhan mamanya.

"Non...!" suara bibi masuk ke kamar ina.

"Bi, aku .... mau .... ke kamar mama." Ina mulai terbata-bata. Nada suaranya berat.

Sakit! Iya, sangat sakit! Tapi itulah kenyataannya. Dodo yang selama ini dia cintai ternyata adalah pria bejat. Ina ternyata tertipu dibalik sikap malaikat lelaki itu.

Braaaaaakkkk!

Ina meminta pak leman sang sopir mendobrak pintu kamar mamanya. Didepan mata kepalanya sendiri sebuah pemandangan mengerikan.

"MAMAAA!"Pekik ina.

Mama kania dan Dodo sedang bergumul didalam selimut. Ina menarik mamanya, mengamuk sejadi-jadinya. Mama Kania malah mendorong Ina sampai terjungkal.

"Ngapain mengusik mama! Masuk kamar!" usir mamanya yang menutup tubuhnya dengan selimut.

Sementara Dodo masuk kamar mandi dengan cueknya.

Mama beralih menatap Dodo "Kan sudah kubilang, do. Cepat nikahin ina, biar dia nggak nyusahin aku lagi. Capek bolak balik rumah sakit buat ngurusin anak penyakitan seperti dia."

"Seharusnya kamu nyusul papa kandungmu, tuh. Heran deh, penyakitan tapi nggak mati-mati!"Cerocos mama kania.

Duaar! bagai tersambar petir ina mendengar ucapan mamanya sendiri. Tubuh ina lemas. Bagaimana bisa seorang ibu bicara seperti itu pada putrinya sendiri.

Ina berlari keluar rumah dengan perasaan kacau. Bibi mengejar ina yang berlari semakin jauh. Hilang dalam kegelapan.

"Mang... cepat cari non ina..." teriak si bibi.

Pak sopir yang masih memegang kunci mobil langsung berlari kedalam mobil.

"Kalau kalian mencari ina! Saya pecat!" Pekik mama kania yang masih bergelayut manja bersama dodo.

Bibi dan pak sopir tidak peduli dengan ancaman kania. Mereka lebih peduli dengan keadaan ina.

Malam ini hujan turun lebat, ina berjalan ditengah gerimis rintik hujan. Terbayang pemandangan yang mengerikan, ucapan mamanya yang tidak ingin dia dengar, sebuah kenyataan pahit menujam ke ulu hatinya.

Kedengarannya lebay, tapi baginya dunia serasa runtuh, gelap dan tak terarah. Kalau dia melihat dodo selingkuh dengan wanita lain nggak masalah, tapi ini mamanya sendiri.

Ina merasa tubuhnya terhenti...dan.... ambruk..

###

Assalamualaikum

Ini karya baruku lanjutan kisah Karina dan Alam.

Apakah mereka bisa bersatu? atau akan ada sosok lain yang akan menggesernya.

Donor Jantung

Beberapa bulan sebelumnya

"Horeeee!"

"Kita luluuusss"

Teriakan beberapa siswa-siswa SMA NUSA BANGSA menggema di lapangan basket. Beberapa dari mereka ada yang memilih pulang, Ada yang ikut berkumpul ditengah lapangan, ada yang asyik bercengkerama bersama teman-temannya.

Setelah acara pelepasan, kepala sekolah mengizinkan para murid untuk merayakan kelulusan tanpa keributan. Sebagian dari mereka merayakan dengan corat coret.

"Bajunya jangan di corat coret. Kasih pada yang lebih membutuhkan." Ucap pak kepsek yang pusing lihat para murid sudah membubarkan diri. Padahal belum ada instruksi.

Tentu saja hal ini mereka manfaatkan untuk merayakan kelulusan. Apalagi murid XII, mereka berpelukan ala teletubies.

Salah satunya tiga wanita yang merayakan kelulusan dengan corat coret. Mereka adalah Karina, Angel dan Laras. Laras adalah sahabat Karina sejak masuk SMP, sedangkan Angel bersahabat sejak masuk SMA.

Mereka bertiga tidak menghiraukan tatapan dari jauh sambil menggelengkan kepalanya. Semua yang berkumpul di tengah lapangan melakukan kegiatan yang sama. Berbagai warna cat dan coretan spidol yang ada dibaju mereka. Tampak wajah mereka yang berseri.

"Na, kamu dijemput tuh." panggil Laras.

Ina berlari mendekati lelaki yang berdiri didepan tiang gawang basket. Senyum ceria tampak di wajah keduanya. Langkahnya berlari menghambur kearah lelaki itu.

"Kak Rangga kapan pulang ke Indonesia?" serunya sembari memeluk kakak yang disayanginya.

"Seminggu yang lalu."

Ina menepuk dada sang kakak "Jahat, pulang nggak ngabari."

"Males, ah. Kamu banyak mintanya."

"Gitu, ya sama adeknya." Itu menatap tajam kearah sang kakak.

Dia Rangga, Kakak tiriku. Mamaku pernah menikah dengan papa Aryo, papanya kak Rangga. Sejak kecil kak Ranggalah tempat pengaduanku, tempat aku berlindung. Dia menjadi pahlawanku, panutanku, bahkan aku berharap jika menikah nanti punya suami seperti kak Rangga.

Tapi bukan berarti aku suka sama kak Rangga. Nggak mungkinlah, kayak nggak ada laki-laki lain saja. Kalau bisa sih aku dapat yang dewasa. Ya, lagi- lagi lelaki pedomanku adalah kak Rangga.

Sejak papa Aryo meninggal dunia. Kak Rangga pulang ke rumah mamanya. Dulu sebelum dijemput sama Tante Raya, dia ngotot mau ngajak aku ikut tinggal sama dia. Tapi nggak mungkinlah, aku kan masih punya mama.

"Yuk, pulang kakak traktir kamu makan yang enak."

"Bener!" Seru Ina

Rangga mengangguk lalu mempersilahkan sang adik masuk ke mobil. Tatapan Ina kearah kedua temannya, ada rasa tak enak karena meninggalkan mereka begitu saja.

"Kak, ajak mereka, ya. Biar rame. Bolehkan." Ina dengan tatapan memelas membuat Rangga mengiyakan permintaan sang adik.

Padahal aku ingin hanya berdua dengan kamu, na. Karena ada yang ingin aku sampaikan padamu, ah Rangga payah kali kau.

Ina berlari mendekati kedua temannya. Rangga memperhatikan dengan seksama dari balik kaca, terlihat keseruan tiga sahabat. Tatapannya tak pernah lepas dari tubuh mungil yang berdiri. Karena dari kedua temannya hanya Ina bertubuh kecil.

Tampak Ina dan kedua temannya berjalan ke arah mobilnya.

"Ngel, kamu didepan, ya." Ucap Ina sambil membuka pintu mobil.

"Makasih, na. Calon adek ipar yang pengertian." Angel mencubit pipi sahabatnya.

"Ehmmmm.. angel dicariin, kok aku nggak ya. Nggak kasihan aku yang jomblo ini." Laras memecahkan keakraban Ina dan Angel.

Ina memencet pipi laras dengan gemas "kan, ada aku."

Laras menggeleng "Nooo, kamu punya pak dokter, na? siapa namanya...!"

"Dokter Dodoooooo" Teriak Laras dan Angel.

Zreeeet zreeeeet

"Siapa, na?" Tanya Laras mulai kepo

"Kak dodo."

"Ciyeeeee .... yang ditelepon calon suami." Goda Angel.

"Apaan sih, kalian, biasa aja deh."

Laras dan Angel terkekeh melihat reaksi Ina yang risih digoda sama mereka. Mereka tahu hubungan Ina dan Dodo diawali antara pasien dan dokter. Mamanya juga sangat percaya dengan dokter Dodo. sehingga hubungan mereka lancar tanpa hambatan apapun.

"iya kak."

"Oh, Iyakah. Alhamdulillah."

"Iya, Aku akan kerumah sakit sekarang."

Angel dan Laras menatap Ina. Menanti cerita dari Ina.

"Kata kak dodo, dia udah dapat donor jantung buat aku!"

"Aaaaaaa .. Ina selamat, ya. Paling tidak lo nggak akan sakit lagi."

"Amin... makasih, ya, doanya." Laras memeluk Ina dengan erat.

"Kak, aku mau langsung pulang dulu. Traktirnya kapan-kapan saja, kakak masih lama kan diindonesia."

Tak berapa lama mobil mereka berhenti dikediaman Ina, gadis itu turun dari mobil. Netranya menangkap sebuah mobil yang tak asing dimatanya.

Mama sudah pulang.

Ina berjingkrak riang lalu berjalan memasuki rumahnya. Rasanya dia ingin mengabarkan pada mamanya tentang kelulusannya. Paling tidak dia bisa minta mamanya mencarikan kampus yang keren.

"Ma, aku lulus." Serunya saat mendapati mamanya sedang meneguk air mineral di dapur.

"Oooo... baguslah." Reaksi datar yang diberikan Kania membuat gadis itu menahan sesak.

"Kamu ganti baju kita ke rumah sakit. Kata Dodo dia sudah dapat donor jantung buat kamu." Kania melangkahkan kakinya menuju sofa ruang tengah. Kakinya dilipat kesamping menunjukkan betapa mulusnya paha Kania.

Matanya menangkap pakaian yang dikenakan sang mama. Ada rasa tak nyaman dalam penglihatannya. Lingerie hitam yang hanya sebatas paha, Ina bisa menebak kalau mamanya habis berpacaran.

"Jangan bilang tadi ada pacar mama kesini."

"Iya, tadi Edo kesini. Nggak papa, na. Mama kan masih muda, belum 50 tahun."

"Tapi, ma. Ina malu. Mama sudah 3 kali berganti suami. Masih mending papa Aryo daripada David."

Ingatannya melayang saat suami ketiga mamanya mencoba masuk ke kamar anak tirinya. Ketika Ina sedang mengerjakan tugas sekolah, bak seorang pahlawan lelaki itu bilang "Papa mau lihat anak papa belajar."

Tak ada kecurigaan dalam pikirannya saat lelaki itu disampingnya. Tangan david mulai bekerja, membelai rambut anak tirinya, mengecup keningnya, Ina mulai risih berusaha berontak tapi David lebih kuat.

"Pa, jangan." protesnya.

"Tenang, na. Mama kamu sudah tidur, hanya kita berdua disini."

"Toloooong!"

Plaaaakkk

"Diam!"

Mulutnya dibekap, tangan Ina meraih sesuatu yang bisa menyelamatkannya. Sambil berdoa dalam hati.

Bruuuuk!

Seketika David ambruk membuat dirinya sedikit lega. Dengan cepat Ina berlari mencari pertolongan. Tapi saat membuka pintu kamarnya.

"Mama"

"Apa yang kalian lakukan berdua dikamar?kamu mencoba menggoda suami mama, Hah!" Kania muncul didepan pintu kamar putrinya. Tatapannya beralih ke kancing baju Ina yang sudah terbuka.

"Ma...papa David yang menggodaku." Adu nya.

"Mas, kamu nggak papa sayang?" Kania mendekati suaminya.

"Apa yang kamu lihat! Cepat bantu bawa papamu ke kamar!" Ina menghapus air matanya dan membantu mengangkat David yang masih pingsan.

Lamunannya buyar saat bibi yang bekerja dengan keluarganya menyapa.

"Non Ina sudah pulang? Gimana, non lulus nggak?"

"Lulus dong, bi. Siapa dulu, Karina."

"Alhamdulillah, non. Sebagai hadiah buat non, boleh reques sama bibi mau dimasakin apa?"

"Nanti aja, bi. Aku mau siap-siap kerumah sakit. Katanya ada donor jantung buat aku."

"Alhamdulillah, ya, non."

Bibi menatap Ina yang sudah memasuki kamarnya.

Ya Allah semoga non Ina benar-benar mendapatkan donor itu. Kasihan sejak kecil sudah menderita dan tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibu kandungnya.

Berilah non Ina umur yang panjang agar bisa mengejar apa yang dia cita-citakan.

Di Rumah Sakit

Langit Jakarta mulai menghitam. Mataku tertuju pada kapas putih yang bergulung diatas langit. Mobil ini akan membawaku ke rumah sakit Kasih Bunda. Tapi entah kenapa pikiranku tidak menentu, antara takut kalau donor itu gagal dengan takut kak Dodo mengajak menikah. Aku belum mau menikah, aku masih ingin kuliah.

"Mama tahu kamu pasti deg-degan kan bertemu Dodo. Jangan lupa bilang sama dia, kapan kau dilamar, kapan dia mengajakmu menikah."

Apa kubilang, pasti mama membahas soal itu.

"Ma, aku masih 18 tahun. Masih pengen kuliah dan mengejar cita-citaku."

"Capek mama debat sama kamu, na. Mama cuma nggak mau kamu kesepian dirumah sendirian. Kalau kamu menikah ada yang jagain kamu."

"Ya, mama juga jangan lagi pergi sama laki-laki. Temenin aku dirumah."

"Terus kalau aku dirumah, yang cari biaya pengobatan kamu siapa? kamu pikir mama pergi cuma buat senang-senang. Mama kerja, nak. kerja!"

Kembali ku tatap langit demi mengalihkan obrolan dengan mama. Sekarang masih jam dua siang tapi langit berasa jam lima sore, rintik pun mulai turun. Mendung pun seakan menakuti orang-orang yang berada dijalan. Tetesan air dari langit seolah ingin mengusir para pejalan untuk menyingkir. Tak lama rintik tersebut semakin banyak.

"Na, mama ada urusan ditunggu teman mama sis Yerli. Kamu nggak papa kan pergi sendiri. Kalau sudah sampai kabari Dodo aja, biar dia jemput kamu dari mobil."

"Apa itu lebih penting, ma. Lebih penting dari nemenin aku kontrol gitu."

Seperti biasa, mama pasti tidak pernah menggubris ucapanku. Huh, biarlah aku masih bisa ke sana sendiri.

Ku sandarkan kembali punggungku di jok mobil. Memejamkan mata sejenak, tapi bayangan itu terus melewati pikiranku. Sejenak aku teringat mimpi,

Seorang wanita yang rupa mirip denganku memintaku menjaga putrinya.

Putri?

Kubuka tas ku yang berisi ijazah sekolah yang mau kupamerkan dengan kak Dodo. Disampul tertulis namaku "Karina Permata Gunawan." Mama pernah bilang kalau itu nama papaku, mama juga pernah cerita kalau papaku menikah dengan mama di usia 60-an.

Tapi yang paling bikin aku sesak, bukan mama yang datang saat pengumuman kelulusan. Melainkan kak Rangga, walaupun dia kakak tiriku, tapi aku tidak enak terus merepotkannya. Entah kenapa sejak SMA dia selalu tahu kapan jadwal bagi raport.

Seperti tadi dia muncul mendadak di sekolah tanpa memberitahuku. Aku yakin pasti dia mengambil ijazah.

"Non, sudah sampai."

Aku mencoba menghubungi kak Dodo untuk menyusulku di mobil. Hujan tampaknya semakin deras.

"Kok, kakak yang menyusul. Kak Dodo mana?"

"Dodo lagi ada pasien."

Itu adalah kak Ilham, teman sejawat kak Dodo. Orangnya baik, semua yang dirumah sakit baik padaku. Tapi kakak yang satu ini beda.

"Mana oleh-olehnya?" Tagihku

"Oleh-oleh apa,na?"

"Kata kak Dodo, kak Ilham baru pulang dari Jambi, mana oleh-olehnya."

"Sudah masuk ke perut hahahahahaha."

"Ish..."

"Sudah kamu ke ruangan Dodo, nanti aku nyusul."

Aku dan kak Ilham berjalan berlawanan arah. Berjalan melewati banyak mata yang melihatku, mendengar cibiran sinis dari para suster.

Ceklek!

Aku membuka pintu ruang dinas kak Dodo. Tampak seorang pasien masih muda dan cantik. Mata Dodo menjelit kearahku menunggu si pasien keluar dari ruangan.

"Cantik, ya."

Tangan kak Dodo membelit pinggangku.

"Kamu lebih cantik, Sayang."

Selalu dia bilang begitu kalau kedapatan pasien cantik. Aku mencoba tak menampakkan rasa cemburu, tapi seperti dia tahu yang aku rasakan.

"Ehmm ..."

"Kau ini, ham. Ganggu!"

"Hahahhahaaha... Do, masih mending aku ganggu daripada kamu buat yang aneh-aneh sama Ina. Kasihan dia masih kecil, masih panjang masa depannya.

Oke, kita langsung pokok permasalahan. Sahabatku sedang sakit keras saat ini, dia merasa hidupnya tak lama lagi. Maka dia mendaftarkan diri menjadi donor buat kamu Ina."

"Laki-laki apa perempuan, kak?"

"Perempuan, na. Mana bisa jantung laki-laki buat perempuan, Karina."

Aku merapikan rambut yang baru saja diacak bergantian oleh dua lelaki didepanku.

"Siapa namanya, kak?"

"Ada, deh. Pokoknya itu pesannya. Seminggu lagi kamu kerumah sakit untuk persiapan operasi kamu."

Aku menggaruk kepala yang tidak gatal "Kenapa mesti seminggu? kenapa nggak hari ini saja? aku sudah siap, kok."

"Kalau kamu siap, nanti malam aku jemput, ya?" Ucap Kak Dodo menatapku lebih dekat.

"Ehm ... kalian ini! dahlah aku mau balik ke ruangan."

"Kak Ilham kenapa? kok dia bete banget kayaknya?"

"Lagi patah hati, pacarnya kabur mau nikah sama cowok lain. Sudahlah nggak usah urusin dia. Kan ada aku."

"Kak aku lapar, aku mau ke kantin dulu." Pamitku.

"Kamu duluan, nanti aku menyusul. Soalnya masih ada yang aku kerjakan. Nggak papa kan?"

Aku mencoba tersenyum "Nggak papa, kak. Aku duluan, ya?"

Aku berjalan meninggalkan ruang dinas kak Dodo. Melihat banyak pasien dan keluarganya lalu lalang di koridor rumah sakit. Beberapa anak yang berjalan dengan mamanya, tangan mereka bergandeng erat seakan takut anaknya lepas.

Sedangkan aku, sejak kecil tak pernah di dampingi oleh mama ketika berobat. Papa Aryo lah yang selalu mengantarkanku kontrol, sementara mamaku sibuk dunia model. Mamaku seorang Model majalah dewasa, walaupun kadang dia juga ikut peragaan busana perancang ternama seperti ramli. Dulu waktu kecil, papa Aryo suka membawaku ke acara mama.

Kakinya berhenti di sebuah kantin. Banyak menu disana, ada bakso, soto, nasi uduk, nasi goreng. Dari semua menu tersebut pilihanku ke nasi uduk dan jeruk hangat.

"Ina kamu makan disini?"

"Kak Mona?"

Kak Mona juga salah satu dokter dirumah sakit ini. Kak Mona adalah mantan kekasih Kak Rangga, tapi sekarang dia sudah menikah dan punya anak. Walaupun nggak jadi kakak ipar, kak Mona masih baik seperti waktu dia pacaran dengan kakakku.

"Kakak apa kabar?"

"Alhamdulillah baik. Gimana sekolah kamu, na?"

"Aku sudah lulus, kak. Sekarang masih nyari kampus."

"Good. By the way Rangga apa kabar? Dia udah nikah belum?"

Aku masih asyik menyeruput jeruk panas. Kenapa kak Mona nanyain kak Rangga?

"Kabar dia baik, kak. Kayaknya belum sih, Nggak tahu juga apakah dia punya calon apa belum. Kalaupun ada, pasti dia ngenalin ke aku. Seperti dia ngenalin kakak ke aku."

"Ina ... Ina ... Dia sudah punya seseorang sudah lama dia tunggu. Malah dia pernah bilang seseorang itu adalah cinta pertamanya."

Cinta pertama? siapa? Kok kak Rangga nggak pernah cerita ke aku? Ish, kakak macam apa dia, curhat sama orang lain bukan sama adeknya.

" Siapa kak orangnya?"

"Dia .... "

"Dokter Mona, anda ditunggu pasien." Seorang suster datang menemui kak Mona.

Ah, jadi penasaran aku 'kan.

"Yang pasti dia bilang sampai sekarang cewek itu belum peka. Kakak duluan, ya."

Ah, sudahlah itu bukan urusanku.

Kakiku berjalan keluar dari kantin. Tapi tatapanku beralih ke seorang lelaki, tangannya menahan dadanya, seperti orang kesakitan.

"Suster!"

"Ada apa?" Salah seorang suster mendekatiku.

"Itu ada orang pingsan. Di tolongin dong."

Tak berapa lama kulihat orang orang mengerumuni lelaki itu. Aku tak begitu jelas melihat wajahnya. Ah, semoga dia tak papa.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!