🍂🍂🍂
Pemilik kaki jangkung itu terus berlari, mengedarkan pandangan mencari di setiap sudut. Puas sudah dia membelah keramaian manusia. Dia kembali ke papan pengumuman, mencari ke setiap terminal keberangkatan. Nihil, tidak ada di manapun. Sudah satu jam dia berkeliling, lututnya mulai lemas, dadanya terasa sesak. Akhirnya dia tersandar kedinding, nafasnya tersengal-sengal. Badannya luruh seketika, dia menumpukan siku di lutut mengacak-acak rambutnya.
"Argh …! Rindu, kamu kemana?!"
Teriakannya menarik perhatian sekitar. Tak peduli dengan setiap mata yang memandangnya. Berkali-kali dia merutuki kebodohannya, menyayangkan ketidak kepekaannya. Terlihat buliran air mata mumai membasahi pipinya.
_____
Delapan tahun kemudian
Percakapan di telepon.
"Mas, kamu seharusnya bisa menilai bagaimana sikap ibu kamu padaku. Aku sangat menghargai beliau sebagai ibumu. Bahkan aku menganggap seperti ibuku sendiri, tapi kamu lihat, aku selalu diabaikan. Aku tidak pernah diajak berdiskusi! Kamu juga, apa kamu peduli pada perasaanku. Kamu tidak mau memberikan aku tempat tinggal yang nyaman. Aku bahkan merasa tidak dianggap di rumah ibumu!"
"Jadi, kamu benar-benar gak mau tinggal di sini lagi?!"
"Aku mau Mas, tapi tidak sekarang. Mamaku lebih membutuhkan aku. Kamu aku ajak tinggal di sini sementara, kamu menolak!"
"Aku tidak mungkin meninggalkan ibu sendiri!"
"Aku ingat janjimu padaku, jika kondisi sudah tidak memungkinkan kamu mau ikut aku pulang. Di sini peluangnya lebih bagus. Kita bisa mencicil dan menabung lagi. Tapi akhirnya kamu lupa janjimu. Aku mengalah dan ikut pindah ke rumah ibu. Syarat yang kamu janjikan juga kamu lupakan!"
Terdiam
"Mas! kamu memang tidak bisa mau mengerti keadaan ku. Kamu mengabaikan tanggung jawab kepada istri dan anakmu. Kamu lebih memilih tinggal dengan ibu dan terpisah dari istri juga anakmu?!"
"Ahhh … sudahlah!"
Suara itu terdengar lantang. Tidak lama pertengkaran itu berakhir. Rindu meratapi nasibnya. Ia tengkurap membenamkan kepalanya di bantal meredam tangisan.
_____
"Sayangku ... bunda pulang …!"
Gadis kecil itu berlari dan tertawa riang menghampiri ibunya. Rindu berjongkok membentangkan tangan menangkap putri kesayangannya.
Haappp
"Ahhh, sayang mama, kangen ya?" Rindu menciumi wajah gadis kecilnya gemas, dia mendaratkan kecupan di pipi kiri dan kanan.
"Maafkan bunda ya, mama tidak bisa menemani kamu bermain," ucapnya seraya membelai rambut putrinya. Gadis kecil itu mengoceh entah apa. Sangat mungil, begitu lucu dan cantik. Kulitnya putih seperti ibunya. Matanya bulat, hidungnya pesek, pipi tembem ada lesung pipi bila tersenyum, sangat menggemaskan.
Rindu bangkit seraya menggendong gadis kecil itu dan menghampiri mamanya. Wanita paruh baya itu menyambut kedatangannya di depan pintu. Kanaya, putri kecilnya bertepuk tangan melonjak kegirangan di gendongan. Rindu
tersenyum, melihat kebahagiaan di wajah putrinya. Dia akan pastikan putrinya tidak akan kekurangan satu apapun walau tanpa kehadiran sang ayah di sisinya.
Dahlia mendekap Rindu dengan rasa haru. Dia bangga dengan perjuangan putri ini. Selain membiayai kebutuhan keluarga dan menyekolahkan adik-adiknya hingga kuliah. Rindu juga harus merawat putri kecilnya dan memberikan kasih sayang yang cukup.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini, Rin?" tanya Lia lembut dengan nada keibuan.
"Seperti biasa, Ma."
"Kamu lelah, Sayang. Jika ada waktu luang beristirahatlah. Jangan terlalu lelah, kesehatanmu sangat penting. Ada anak yang harus kamu jaga."
"Iya, Ma. Rin pasti ingat pesan Mama." Rindu memberikan senyuman terbaik, memberi ketenangan untuk mamanya.
"Oya, Ma. Rin dapat tawaran pekerjaan di sebuah cafe. Jadwalnya Sabtu dan Minggu malam. Sebagai pekerja paruh waktu. Tapi sepertinya Rin hanya mau ambil yang hari Sabtu aja."
"Apa kamu bisa sayang? pekerjaanmu di kantor sudah sangat berat."
"Bisa, Ma ... cuma seminggu sekali aja kok, hari Minggunya Rin masih bisa istirahat. Dan itu waktu untuk menemani gadis kecil kesayanganku ini," ucapnya sambil mencium pipi putrinya gemas.
"Ya sudah kalau gitu ... tapi kamu harus janji sama mama, jika kamu tidak sanggup kamu harus berhenti. Jangan memaksakan diri ya sayang."
"Iya, Ma ...." Rindu mengecup pipi mamanya.
"Mama bersyukur mempunyai putri seperti kamu."
"Rindu juga bersyukur, Mama adalah Mama Rindu. Mama yang penyayang dan perhatian. Mama tempat aku berlindung, tempatku mencurahkan segalanya. Mama yang selalu membuatku kuat. Rindu sayang Mama, banyak, banyak sekali ... sebanyak ini!" Rindu memutar sebelah tangannya membentuk lingkaran.
"Ooww ... anak kesayangan mama."
Mereka saling merangkul, Kanaya yang berada di gendongannya menggeliat di tengah mereka. Gadis kecil itu mengoceh seperti mengatakan sesuatu. Rindu dan Dahlia tertawa gemas dan mencubit pipi tembem milik Kanaya. Untuk sekarang ini, Kanaya adalah kekuatan terbesar Rindu saat menghadapi kenyataan hidup.
Dahlia, wanita paruh baya itu sebenarnya sangat merasa kasihan dengan putri satu-satunya. Walaupun Dahlia selalu melihat senyuman di wajah Rindu. Namun, dia mengerti bahwa putrinya itu sangat tersiksa. Tapi selalu terlihat tetap tegar. Rindu adalah anak yang baik, selalu peduli dengan orang disekitarnya. Sangat menyayangi keluarga dan bisa menempatkan dirinya. Dahlia hanya bisa memberi dukungan, apapun keputusan yang Rindu ambil untuk kebahagiaannya.
Disisi lain, dari dalam sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari rumah Rindu. Seorang pria sedang melihat pemandangan bahagia. Ia terus memperhatikan hingga kedua wanita dan gadis kecil itu masuk ke dalam rumah. Dia melihat dengan rasa haru.
Dialah sosok pria tampan yang jarang sekali memperlihatkan senyuman. Pria hebat yang selalu bersikap dingin. Ini pertama kali baginya kembali melihat Rindu setelah sekian lama. Dia hanya bisa melihat dari kejauhan. Merasa tidak berhak untuk menghampiri. Sebenarnya dia Ingin berlari dan segera memeluk Rindu. Melepaskan rasa yang selama ini dipendam.
Pria itu seperti pengecut yang bersembunyi di dalam mobilnya. Wajahnya terlihat lelah, matanya memerah, tangannya mengepal. Sekuat tenaga dia menahan gejolak di hatinya. Penyesalannya masih tersisa. Sangat ingin melangkah maju. Namun, begitu takut menghadapi kemungkinan buruk nantinya.
Bayangan masa lalu kembali terlintas di benaknya. Tentang kenangan indah yang sulit dilupakan selama ini. Hidupnya selalu dibayangi akan kenangan itu. Dia seperti terperangkap di dalamnya. Kata-kata maaf terus terucap dalam hatinya. Ia ingin segera maju untuk segera melindungi Rindu. Saat ini dia hanya perlu bersabar, sebentar lagi waktunya akan tiba.
*
*
*
*
*
Hai ... hai ... haiiii Readers tersayang ....
Selamat datang di novel kedua aku. Ini visual tokohnya ....
Rindu Kharisma
Ardian Putra Moriz
Semoga Readers tersayang suka sama karyaku yang ini yah ... Aku akan berusaha memberi yang terbaik untuk Readers tersayang. Beberapa cerita terinspirasi dari kisah nyata. Rindu dan Ardian, Rindu dan masa lalunya. Tentu saja dengan tambahan sedikit bumbu-bumbu penyedap, semoga Readers suka yah.
Aku hanya penulis baru ya Readers, maklum aja kalau masih banyak typo dan bahasa yang masih kaku. Apalah daya penulis kecil ini masih mencari-cari peminat, Readers tersayang cukup tinggalkan jejak aku sudah sangat senang. Apalagi kalau ada yang komen, hugghhh rasanya melayang-layang di udara. hehe ...😀☺️
Jempolnya dong ....
Cintanya juga jangan lupa, biar notif masuk dari NT MT.
Pencet ini 👍 pencet ini juga ❤️
Love U ... muuacchh 😘😘
🍂🍂🍂
"Erm ... lihatlah ini."
Sebuah komputer tablet di arahkan kepada Ardian oleh asisten kepercayaannya. Matanya melirik sekilas foto di layar tablet itu. Ardian yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaannya tertarik untuk melihat. Ia meminta sang asisten menyerahkan tablet itu ke tangannya. Setelah menggeser dua foto di layar itu bolak balik tiga kali, lalu diserahkan kembali pada bawahannya. Terlihat senyum tipis di sudut bibir Ardian.
"Apa yang akan kamu lakukan?"
Ejja sang Asisten kepercayaan membuka pembicaraan.
"Kapan foto itu di ambil?"
"Tadi siang, Anton yang mengirim foto itu, ia kebetulan berada di sana."
"Jadi dia sudah kembali. Apakah sudah ada keputusan?"
"Dari informasi yang Anton dapatkan, hari ini adalah hari putusan terakhir. Dan bisa di pastikan bahwa hakim menyetujui segala tuntutan."
Ardian tersenyum tipis. Akhirnya waktu untuknya telah tiba. Harapannya sebentar lagi akan terwujud. Rasa percaya dirinya mulai bangkit.
"Minta orang untuk mengawasi, laporkan setiap kegiatannya sesegera mungkin. Cukup pastikan ia baik-baik saja!"
"Baiklah, saya keluar dulu."
Ejja mengerti apa yang harus ia kerjakan. Dia adalah asisten dan sahabat Ardian sejak kuliah, ia mengerti dengan jelas bagaimana sepak terjang Ardian selama ini. Cara kerjanya terkesan santai namun, terstruktur dengan rapi. Tidak pernah gegabah mengambil keputusan, membuat Ardian berhasil mengembangkan perusahaan dengan cepat. Semenjak menjalin pertemanan dengan Ardian, Ejja telah menjadi tempat curhat yang setia. Hingga akhirnya ia di percaya sebagai asisten yang membantu segala pekerjaan Ardian.
'EM entertainment', perusahaan yang sekarang telah menjadi lima agensi terbesar di Indonesia. Semua berkat kerja keras Ardian dan juga berkat campur tangan Ejja. Setelah Ardian menyelesaikan kuliah ia di angkat sebagai Ceo perusahaan ayahnya ini.
Ardian membuka laci meja kerjanya. Mengambil selembar foto yang terselip di dalam sebuah buku. Kemudian ia mengangkat gagang telepon lalu melakukan panggilan ke meja sekretaris.
"Bawakan pigura ukuran 4R segera." Panggilan itu di tutup.
Lima belas menit kemudian sang sekretaris membawakan permintaannya. Lalu ia memasang sendiri foto yang tadi dikeluarkannya ke dalam pigura itu. Ardian meletakkan foto itu di meja menghadap padanya, agar ia bisa melihat foto itu ketika sedang bekerja.
Ardian tersenyum memandangi foto dihadapannya. Setelah sekian lama ia akhirnya bisa memajang foto tersebut. Kali ini ia bisa melihat sepuas hatinya. Sebentar lagi sosok yang ada di foto tersebut akan ada di hadapannya.
Pikiran Ardian mulai menjelajah ke masa lalu. Masa dimana kenangan manisnya di mulai ketika masih duduk di bangku SMA. Dari awal pertemuan hingga akhirnya ia kehilangan kontak dengan sahabat baiknya. Delapan tahun sudah Ardian menyimpan kisah hidupnya yang telah merubahnya. Kekecewaan dan penyesalan kembali menyelimuti hatinya.
_
_
_
_
Flashback On
Pukul 7.30 pagi. Rindu bergegas menuruni angkot, berusaha mempercepat pergerakan yang memang sudah terlambat. Ini senin pertama ia sebagai murid 'SMA KASIH BANGSA' dan hari ini upacara bendera pertama. Rindu terlalu bersemangat, semalam ia sampai tidak bisa tidur karna tidak sabar untuk mulai bersekolah, dan akhirnya ia terlambat bangun pagi ini.
___
Cerita pagi ini ....
"Astaga ... Rindu! belum bangun juga, ini hari pertama sekolah, kamu masih molor!"
Mama Menarik selimut Rindu paksa dan mencipratkan air yang di bawanya dari kamar mandi.
"Aaaa ... aauuu ... Mama, basah nih ...!"
Rindu tersentak terpaksa bangun dari tidurnya. Ia berusaha duduk dan mengusap mata agar segera terbuka. Sesekali ia menguap menghilangkan rasa kantuk yang masih menggelayuti.
"Sana mandi cepat, lihat tuh jam!"
Rindu ikut melihat arah telunjuk mama dan melotot. Masih setengah sadar Rindu berlari ke kamar mandi. Tubuhnya oleng hampir menabrak lemari pajangan.
"Hati-hati ... ya ampun anak ini, Mama bilang jangan tidur malam!"
"Ah ... Mama, handuknya kelupaan!"
Mama menepuk jidatnya, ada-ada saja kelakuan anak gadisnya ini setiap pagi. Ia menggeleng, lalu mengambil handuk baru yang berukuran besar dari lemari.
___
Rindu berlari ke arah pagar yang hampir menutup. Beberapa siswa yang juga terlambat berhasil masuk di detik-detik terakhir. Rindu berlari secepat mungkin, namun naas, aksinya itu sia-sia. Pagar itu telah tertutup kurang lima langkah lagi darinya. Bapak satpam tersenyum dan melambai ke arahnya, senyum kemenangan berhasil membuatnya harus di hukum setelah ini.
Pak satpam nyebelin ..., rutuknya dalam hati.
Rindu tidak sempat menghentikan langkahnya hingga akhirnya menabrak pagar besi itu.
Brakk!
"Aauuu ... sttt ...." Rindu meringis sesaat. "Pak ... pak ... tolong buka pagarnya, please ...!"
Rindu menyatukan kedua telapak tangannya. Nafasnya masih tersengal-sengal, sedetik kemudian tiba-tiba bahu kanannya di senggol seseorang.
"Aauuu ... siapa sih?"
Rindu menoleh ke arah cowok yang menabraknya, yang menunduk mengatur nafasnya sembari memegangi lutut dan dadanya.
"Maafb... Huufftt ... Huufftt ...."
Rindu mengelus pundaknya, terasa nyeri. Cowok itu telah berdiri tegak dan ikut mengelus pundak Rindu tiba-tiba. Secepat kilat gadis itu menepis tangan orang yang menyentuhnya.
"Dih ... apaan sih? pegang-pegang sembarangan!"
"I--itu bahu kamu gak apa-apa? maaf aku gak sengaja!"
"Gak apa-apa!" jawab Rindu ketus, lalu kembali memohon pada pak satpam di seberang pagar.
"Pak ... tolong buka pagarnya!"
Rindu merengek memohon, namun pak satpam menggeleng dan menunjuk ke arah guru yang berdiri tidak jauh dari pagar sambil melipat tangan di dadanya. Pak Darma guru BK ter sadis sepanjang sejarah SMA itu didirikan. Murid-murid menjulukinya Pak Raden, karena kumisnya yang tebal dan panjang mirip
Pak Raden. Tampangnya juga sanggar, selalu di takuti para siswa. Hobinya menonton drama seperti ini setiap senin pagi.
Matilah, itu pasti guru BK, sial banget sih aku pagi ini. Udah telat, bahu aku di tabrak lagi, dan sekarang harus di hukum guru BK, gumamnya dalam hati, ia mendadak pucat.
Segala tingkah nya di perhatikan anak cowok di samping tanpa ia sadari. *H*aha ... mukanya lucu banget, pikir cowok itu.
"Udah telat juga ... ngapain di pikirin, tenang ... aku bakal temani kamu kok!" ucapnya membuyarkan lamunan Rindu.
"Apaan ... siapa juga yang sudi?!"
"Cantik-cantik galak!"
"Suka-suka aku, sana-sana jangan dekat-dekat!"
Rindu mengibaskan tangannya menyuruh menjauh. Anak cowok itu tersenyum tanpa mendengar perkataan Rindu, ia semaki kesal. Apaan sih ni cowok, senyum-senyum! pikirnya lagi.
Sepertinya asyik nih, cewek galak yang unik. Kalau berteman, pasti menyenangkan. Kelihatannya sama-sama anak baru juga, di kelas mana ya anak ini? batin cowok itu kemudian.
Lima menit kemudian mereka di biarkan masuk bersama beberapa murid lain yang terlambat. Mereka di giring untuk ikut upacara, namun di suruh berdiri paling belakang. Setelah upacara selesai, mereka di jemur selama 15 menit sambil hormat di hadapan bendera. Lalu mereka di suruh datang ke ruang BK untuk diberi pengarahan.
*
*
*
*
Jangan lupa tinggalin jejak ...
LoPe dan JemPol kamu yang berharga. 🥰
Komen Yuuu ramein...
Happy Reading 😘😘
Di ruang BK
Pak Darma menyerahkan buku keterlambatan siswa pada salah satu anak. Setelah itu mereka di minta menulis dua puluh lima baris kalimat 'SAYA BERJANJI TIDAK AKAN TERLAMBAT LAGI' di kertas A4. Kelima anak itu mengisi nama dan kelas asal masing-masing di buku keterlambatan. Sekilas Rindu melirik pada cowok yang menabraknya di depan pagar, mengintip tulisannya.
Apaan sih pake ngintip segala? Mau tau nama aku ya? ajak kenalan dong harusnya! batin Rindu dongkol, lalu melirik sekilas ke barisan kedua catatan itu. Ardian putra Moriz, anak 1-7, awas aku tandain kamu.
Rindu Kharisma, anak kelas 1-9 ... emm, nama yang cantik, kelasnya juga dekat, baguslah, pikir Ardian kemudian. Ia tersenyum senang setelah berhasil melihat data gadis itu.
"Eemm ... hukuman kalian cukup sampai di sini, segera selesaikan apa yang bapak minta. Letakkan saja di atas meja, lain kali bapak akan menyuruh kalian membersihkan WC jika terlambat lagi!" ucap Pak Darma tegas. Semua anak-anak tertunduk mendengarkan.
"Kamu!" Pak Darma menunjuk pada Rindu, sontak membuatnya terkejut.
"Saya percayakan sama kamu, jika ada yang tidak mengerjakan kamu harus bertanggung jawab, mengerti!"
"Ba--baik Pak!" jawabnya terbata-bata, lalu sebuah kunci diserahkan ketangannya.
Waduh, awas aja anak-anak ini kalau buat masalah, aku gak mau di semprot pak Darma! pikiran Rindu.
"Semua mengerti ...!" ucap Pak Darma tegas.
"Mengerti Pak!" jawab mereka bersamaan.
"Baiklah saya masuk ke kelas dulu."
Setelah pak Darma pergi, anak-anak segera mengambil posisi ternyaman mereka. Dengan duduk di lantai, berjongkok, bahkan ada yang berani duduk di kursi guru BK yang galak itu. Rindu lebih memilih menulis di luar bersama seorang siswa perempuan yang juga terlambat. Setelah selesai mereka masuk ke kelas masing-masing. Sebelum itu, Rindu memastikan semua kertas telah terkumpul dan menutup pintu ruang BK itu lalu menguncinya. Rindu menyerahkan kunci ke salah seorang guru, karena ia tidak tahu pak Darma ada di kelas mana.
Prosesi belajar di hari pertama masih belum di mulai. Biasanya akan ada tahap perkenalan antara sesama murid dan guru. Wali kelas 1-9 masih berada di dalam kelas. Para siswa sedang memperkenalkan diri secara bergantian. Rindu mengetuk pintu kelas.
Tok ... tok ... tok.
"Selamat pagi Buk ... maaf saya terlambat."
"Masuk, langsung perkenalkan diri kamu."
Rindu masuk dan berdiri di depan kelas, lalu mulai memperkenalkan diri. Rindu memandangi seisi kelasnya. Beberapa anak menatapnya intens, tatapan kagum dengan kecantikan Rindu.
"Ok ... karena terlambat, bagaimana kalau Rindu kita hukum menyanyi, setuju?" Bu Yani bertanya ke semua murid.
"Setuju ...!" jawab mereka serentak.
"Silahkan Rindu," ucap bu Yani lalu tersenyum.
"Ermm ... lagu apa, Buk?" tanyanya binggung.
"Terserah apa saja."
Rindu memejamkan mata sejenak. Memikirkan lagu yang tepat untuk di nyanyikan. Rindu menarik nafas pelan. Anak-anak mulai bertepuk tangan memberinya semangat.
"Erm ... Erm ..."
Di atas bumi ini ku berpijak
pada jiwa yang tenang di hariku
tak pernah ada duka yang terlintas
ku bahagia
ingin ku lukis semua hidup ini
dengan cinta dan cita yang terindah
masa muda yang tak pernah kan mendung
ku bahagia
dalam hidup ini
arungi semua cerita indah ku
saat-saat remaja yang terindah
tak bisa terulang
ku ingin nikmati
segala jalan yang ada dihadap ku
kan ku tanamkan cinta tuk kasihku
agar ku bahagia
Ku bahagia - Melly Goeslow
Tepukan tangan bergemuruh, semua mata terkesima dengan nyanyian Rindu. Suara nya yang merdu membuat membuat semua orang takjub. Anak-anak bersorak, beberapa anak cowok sampai bersiul. Rindu tersenyum senang dengan sambutan semuanya.
"Rindu ... bagus suara kamu, kamu berbakat jadi penyanyi."
"Terimakasih Buk, saya cuma hobi aja."
"Baiklah, silahkan duduk di bangku yang kosong."
"Iya Buk."
Rindu berjalan ke arah belakang. Hanya satu bangku yang masih kosong di dekat jendela. Di sebelahnya ada anak yang tadi juga terlambat. Tidak ada pilihan lain, terpaksa harus duduk dengan anak cowok itu. Beberapa pasang mata mengekornya berjalan. Rindu membuat mereka terpesona.
"Hai ... Aku Dimas!" Anak itu memperkenalkan diri setelah Rindu duduk di bangkunya.
"Ah ... hai ... aku Rindu!" Ia menyambut jabatan tangan Dimas sesaat.
"Suara kamu bagus, aku suka."
"Makasih," jawab Rindu canggung.
"Kita temenan ya!"
Rindu tersenyum membalas Dimas. Senyuman dengan lesung pipi di kiri yang membuat Dimas ikut senyum, sangat cantik.
🍂🍂🍂
Jam istirahat di kantin
"Dim!"
"Mmm ... Apa?"
"Di kelas Lo, ada cewek yang namanya Rindu?" tanya Ardian sambil menikmati nasi goreng buatan Bu kantin.
"Erm ... yang tadi pagi telat juga?" Dimas balas bertanya dan menyeruput jus alpukat nya.
"Iya!"
"Ada, kita sebangku, memang kenapa?"
"Hah? Enak Lo bisa deket-deket cewek. Eh, anaknya asyik kayanya, kenalin ke gue!"
"Woiii ... apaan, dia aja dingin gitu, gak banyak ngomong. Eh ... tapi tadi dia nyanyi di depan kelas!"
"Hah? Trus gimana?"
"Suaranya ... beeww ... bagus banget. Anak-anak pada bengong denger dia nyanyi," ucapnya seraya mengeluarkan kedua jempol tangan.
"Jadi penasaran gue."
"Haha ... apa? jangan bilang Lo naksir, gue saranin jangan deh ... galak!"
"Hahaha gak lah, gak lah ... gue cuma penasaran sama suaranya."
"Em ... Lo tau, tadi gue gak sengaja nyenggol siku dia, tiba-tiba gue di pelototi, tapi dia gak ngomong apa-apa!"
"Hahaha ... Iya, Lo lihat tadi pas gue juga gak sengaja nabrak dia, matanya itu seperti mau keluar. Haha ... cewek yang model gitu susah ditangani."
"Hahaha ... bener, bener, salah dikit aja bisa KO," ucap Dimas masih dengan tawanya.
"Lo belum lihat pas dia senyum Ardi, lesung pipinya cantik, gue yakin lo bakalan naksir juga," batin Dimas, lalu pandangannya beralih ke arah pintu masuk kantin.
"Ardi ... itu orangnya, lagi jalan ke sini sama Dian."
Ardian menoleh ke belakang. Lalu memberi isyarat ke Dimas dengan menggoyangkan dagunya ke depan dan ke samping. Dimas langsung paham dengan isyarat Ardian.
"Dian!" panggilnya agar ikut duduk dengan mereka. Dian yang langsung mengerti mengajak Rindu bergabung.
"Hai ... Ardi, Dimas," sapa Dian saat sampai di meja Ardian dan Dimas.
"Gabung di sini aja!"
Dian pun mengangguk dan duduk di sebelah Dimas, Sedangkan Rindu di sebelahnya Dian. Ardian menunduk menikmati makanannya, lalu melirik sebentar ke arah Rindu dan Dian yang baru saja ikut gabung.
"Kalian kelihatannya dekat?" tanya Rindu heran dengan sikap mereka seperti sudah lama kenal.
"Erm ... kita satu SMP, ini Dimas, kamu udah kenal kan. Ini Ardian, anak kelas 1-7."
Rindu tersenyum sesaat. Dia yang nabrak aku tadi pagi, ternyata temenan sama Dian, huh ..., batin Rindu.
Ardian melihat Rindu meliriknya, mereka saling pandang untuk sesaat, lalu Rindu mengalihkan pandangannya ke deretan makanan yang ada di kantin.
"Dian, aku beli makanan dulu, kamu nitip apa?"
"Aku persen jus jeruk aja, makasi ya Rindu!"
Rindu mengangguk dan memberi tanda OK di tangannya. Ardian, Dimas dan Dian mengekori langkah Rindu hingga menjauh dengan mata mereka.
"Dian, Lo kelihatanya udah dekat sama Rindu, kok bisa?" tanya Dimas penasaran.
"Kita pertama kali ketemu pas OSPEK kemaren. Gue satu kelompok sama Rindu, orangnya ternyata asyik kalau ngobrol, dan akhirnya kita dekat." Dimas dan Ardian mengangguk mendengarkan.
"Tapi sama gue kok galak?" tanya Ardian.
"Em? Ooo itu ... Rindu bilang dia memang gak suka sama cowok yang pegang-pegang seenaknya. Mode galak nya bisa keluar, Lo tadi pagi pegang bahu dia kan?" Dian balik bertanya.
"Itu karena gue reflek, soalnya ketabrak gue tadi pas lari!"
"Lo minta maaf aja lagi. Dia pasti maafin, anaknya baik kok!" Ardian mengangguk, pandangannya beralih ke Rindu yang jalan mendekat.
"Dian, ini jus kamu!" Rindu meletakkan jus pesanan Dian dan air mineral serta Roti isi coklatnya di meja.
"Rindu, kamu cuma makan Roti sama minum air mineral aja?" tanya Dian.
"Iya ... aku gak begitu suka minuman dingin, kecuali yang rasa coklat. Minuman coklat di kantin habis jadi aku cuma beli ini!" Rindu menggoyangkan roti isi coklatnya lalu tersenyum.
Tuhh kan, senyumannya manis. Duhh, jantung gue deg deg serrr...," batin Dimas. Ardian juga tersenyum mendengar cerita Rindu dan Dimas melihat itu. Ardi, tuhh kan? Lo pasti naksir juga!
"Rindu," panggil Ardian, sontak membuat Rindu menoleh padanya.
"Aku minta maaf ... soal yang tadi pagi. Aku benar-benar gak sengaja." Rindu berpikir sejenak lalu tersenyum.
"Iya ... lupain aja, udah lewat juga," jawab Rindu tersenyum manis. Untung kamu temannya Dian, kalau gak udah aku cuekin, huh.
"Aku, aku ... Rindu, sudah di maafkan juga?" Dimas ikut menyela.
"Iya ... kita temenan sekarang." Mereka semua tersenyum senang.
"Ok ... kalau gitu kita berempat sahabatan ya? sahabat baik!" kata Dian memberi ide, kemudian Dimas menyambut dengan meletakkan tangan nya di meja. Ardian, Dian dan Rindu menumpuk tangan mereka di atas tangan Dimas, dan mereka bersorak mengangkat tangan ke atas.
" Yeah ...." Persahabatan itupun di mulai. Semakin hari mereka semakin dekat. Tertawa bercanda di manapun mereka berkumpul.
Dimas dengan kekonyolannya. Ardian yang selalu peduli dengan ketiga temannya. Yang lebih sering mengeluarkan biaya jika mereka nongkrong. Dian yang centil dan selalu ceplas-ceplos, dan Rindu yang biasanya kalem menjadi lebih terbuka. Sifatnya yang tidak suka dengan cowok genit, masih ada. Jika ada yang sengaja mendekati Rindu, Ardian dan Dimas akan maju lebih dulu menghalangi. Mereka berempat sepakat, tidak ada yang boleh pacaran dulu, ingin bermain bersama sampai puas. Jika ada yang pacaran, otomatis hubungan mereka akan renggang.
Begitulah awal mula persahabatan mereka berempat. Hingga akhirnya mereka naik ke kelas dua, mereka masih sering berkumpul. Sekarang Dimas dan Dian di kelas lain. Sementara Ardian dan Rindu di kelas yang sama, mereka juga duduk sebangku. Hubungan persahabatan mereka banyak di nilai anak-anak lain berlebihan, TTM (teman tapi mesra). Tanpa ada yang tau bahwa sebenarnya Rindu telah menaruh hati pada Ardian.
*
*
*
*
Jangan lupa tinggalin jejak...
LoPe dan JemPol kamu yang berharga. 🥰
Komen Yuuu ramein...
Love you all ☺️😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!