Derasnya hujan tak menghalangi langkah Gendis, dia bahkan berlari secepat mungkin ketika mendapatkan kabar duka, teriakan ibu dan adik tirinya tak lagi dihiraukan
Jalanan yang menanjak membuatnya harus mengatur nafas, dia melihat telah berbaris karangan bunga duka cita, hatinya bergetar, sudut matanya memerah menahan air mata
Nafas Gendis terengahengah ketika sampai di depan gerbang utama sebuah rumah, satu-satunya rumah mewah di desa itu. Air matanya tak lagi dapat dibendung, Tuan Pratama satu-satunya orang yang peduli dan baik padanya kini telah terbujur kaku di sebuah peti
"Nak kamu basah kuyup, ayo masuk, ganti baju dulu yah di kamar bibi, " ucap bi Imah, salah satu asisten rumah tangga yang sangat dipercayai oleh Tuan Pratama, Gendis hanya mengangguk, seluruh tenaganya seakan ditarik keluar, baru kemarin dia bertemu dan bersenda gurau dengan Tuan Pratama
Gendis Ayu adalah seorang yatim piatu, di usianya delapan tahun ibunya meninggal karena sakit, tak berselang lama ayahnya menikah dengan seorang janda yang telah memiliki seorang anak
Saat menginjak usia 12 tahun ayahnya meninggal karena kecelakaan, sejak itu dia hidup bersama ibu dan Adik tirinya, Gendis sebenarnya berasal dari keluarga cukup berada di desanya, tapi karena sifat boros ibu tirinya membuat harta peninggalan orang tuanya perlahan-lahan habis dijual oleh ibu tirinya yang malas bekerja
Beruntung Gendis gadis yang pintar dalam bidang akademis, sejak sekolah dasar dia selalu mendapatkan beasiswa di sekolahnya, sehingga dia bisa bersekolah hingga tamat SMA dengan menggunakan beasiswa. Bahkan dia menerima beasiswa di salah satu Universitas Negeri di kota
Kekejaman ibu tirinya tidak hanya menghabiskan hartanya tapi mereka membuat Gendis harus bekerja mencari nafkah, sedangkan mereka hanya malas-malasan, semua tugas rumah tangga dibebankan pada Gendis
Gendis tak mau meninggalkan rumah peninggalan orang tuanya, hanya rumah itu sisa kenangan yang dimilikinya, dia bertahan dengan apapun situasi yang dihadapinya
Beruntung Gendis mendapat pekerjaan merawat kebun Tuan Pratama, seorang kakek yang memilih pensiun dari dunia bisnisnya dan menikmati masa tuanya di desa itu
Tuan Pratama berasal dari desa itu, dia mengenal orang tua Gendis dengan sangat baik, Tuan Pratama mengetahui bakat yang dimiliki gadis itu, dan menyukai sikap ramah serta pekerja keras yang dimiliki oleh Gendis
Gendis bekerja di rumah Tuan Pratama sudah Tiga tahun sejak kelas 1 SMA hingga lulus, Tuan Pratama sangat baik padanya, Gendis tak diijinkan bekerja pada orang lain. Kebaikan tuan Pratama sering dimanfaatkan oleh ibu tirinya untuk meminta uang
Ibu Ela secara terang-terangan meminta uang dan selalu Tuan Pratama berikan, bagi tuan Pratama uang yang diminta ibu Ela tidaklah seberapa, dia tidak ingin melihat Gendis bersedih karena ibu tirinya
Setelah berganti pakaian, Gendis menuju ruang tengah, dia tidak berani mendekat, karena sadar diri, dia hanyalah seorang tukang kebun tuan Pratama hatinya sakit, merasa sangat kehilangan, selama ini tuan Pratama sudah seperti ayahnya sendiri
Sepulang dari pemakaman, Gendis terdiam di taman samping rumah, di tempat itu dia menghabiskan waktu bersama tuan Pratama, pekerjaannya selalu dipuji, apalagi jika Bunga-bunga bermekaran
"Nak, kamu diminta ke dalam oleh tuan Dewa, " ucap bi Imah
"Baik bi, " jawab Gendis, dia bertanya-tanya, ada apa Tuan Dewa memanggilnya, selama ini dia tidak pernah dekat dengan keluarga Tuan Pratama, Dia hanya mengetahui tuan Pratama mempunyai dua orang anak, yang pertama adalah tuan Dewa dan anaknya yang ke dua telah meninggal karena sakit
Gendis berjalan menuju ruang tengah, hatinya tak menentu, di ruangan itu ada nyonya Carla isteri Tuan Dewa dan Arjuna Putra anak pertama Tuan Dewa
Kedatangan Gendis tampak tidak disukai oleh nyonya Carla, sedangkan Arjuna acuh tak peduli, dia sibuk dengan handphonenya, tak berminat melihat kedatangan Gendis
"Baiklah, karena orang-orang yang berkepentingan sudah berkumpul, saya akan mulai, perkenalkan nama saya Yoga, pengacara sekaligus notaris tuan Pratama, " pengacara itu memperkenalkan dirinya pada Gendis
"Bi Imah dan Staf saya akan menjadi saksi, saya akan memutarkan sebuah video yang merupakan wasiat dari Tuan Pratama, " kata pengacara itu, dia mengeluarkan laptop dan menyambungkannya dengan proyektor
Sebuah Video diputar, semua tampak terdiam, fokus mendengarkan video itu,
" Keluarga ku yang sangat aku cintai, ketika melihat video ini berarti aku sudah tidak ada lagi di dunia ini, aku merekam video ini dengan kesadaran penuh dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Aku menyerahkan semuanya pada kalian, perusahaan, perkebunan dan aset lainnya, namun aku ada satu permintaan untuk Arjuna, Cucuku, kamu pernah berjanji pada kakek akan mengabulkan satu permintaan ku, yang aku minta adalah kamu menikahi Gendis, yang sudah aku anggap sebagai cucu ku, jika kau menikahinya, kakek ingin selama sebulan kalian bersama, tidak boleh meninggalkan walaupun sehari, semuanya akan disiapkan oleh pak Yoga, " melihat video wasiat itu, Tuan Dewa, Nyonya Carla, Arjuna dan Gendis sangat terkejut
"apa ga salah papah membuat wasiat seperti ini?!, " teriak nyonya Carla
"Pak Yoga, apa kamu yakin papah merekam video ini dengan sadar?," Tuan Dewa bertanya meyakinkan
" Saya melampirkan surat keterangan darin dokter ahli jiwa, Tuan Pratama dengan sangat sadar merekam wasiat itu, " Ucap Pengacara Yoga
Tuan Pratama tidak mengancam apapun pada Arjuna jika menolak wasiat itu, dia hanya menagih janji pada cucunya, satu permintaan yang belom pernah dia sampaikan dan Arjuna telah berjanji mengabulkan permintaan kakeknya
Gendis teringat, dia berjanji akan mengabulkan satu permintaan tuan Pratama, dia tidak menyangka permintaan itu adalah menikahi cucunya.
" Kamu tolak saja, lagipula kakek kamu tidak mengancam apapun, " tegas nyonya Carla
" Iya kami juga tidak akan memaksa, " Tuan Dewa menimpali
Arjuna tampak berpikir keras, dia harus mengambil keputusan,
"Aku ingin bicara berdua dengan mu, " ucap Arjuna pada Gendis, mereka keluar dari ruangan itu
"A.. ada apa tuan?, " tanya Gendis ketakutan
"Bagaimana dengan mu?, " tanya Arjuna dengan sinis
"Aku terserah saja Tuan, " jawab Gendis dengan menunduk, hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya
" Oke Pernikahan kita hanya berlangsung 1 bulan, tapi jangan mengharapkan lebih, aku tidak tertarik dengan pernikahan, setelah itu kita berpisah, setidaknya kita sudah memenuhi keinginan kakek, " ucap Arjuna, lalu masuk kembali ke ruangan itu
Arjuna terpaksa memenuhi keinginan Kakeknya sebagai baktinya sebagai seorang cucu dan menunaikan janjinya, meskipun dia sama sekali tidak tertarik dengan pernikahan
Trauma masa kecilnya melihat kedua orang tuanya saling selingkuh dan mengabaikannya, sehingga dia tumbuh dengan kakeknya. Dia bahkan lebih sayang pada kakeknya
Gendis menghela nafasnya, Tuan Pratama sangat baik padanya, mungkin dengan cara ini dia bisa membalas kebaikannya, rencana kuliahnya tidak akan terganggu, setelah berpisah dengan Arjuna, dia bisa langsung melanjutkan kuliahnya. Gendis menyusul masuk ke ruangan itu
"Oke aku setuju menikahi gadis ini, " ucap Arjuna pada pengacara Yoga
"Kamu sudah gila ya Arjuna?!, " nyonya Carla berteriak
"Aku sudah dewasa umur ku 32 tahun, tidak perlu meminta pendapat kalian lagi," jawab Arjuna dengan sinis
Nyonya Carla dan Tuan Dewa terdiam, mereka memang tidak dekat dengan Arjuna, sudah sangat lama mereka tidak seperti orang tua dan anak pada umumnya
Gendis menunduk, dia meyakinkan dirinya, tidak akan ada penyesalan dengan keputusan menerima. pernikahannya dengan Arjuna, laki-laki yang umurnya terpaut 15 tahun.
Teman-teman jangan lupa like, vote dan komen yaaa, kritik dan saran sangat aku nantikan ❤🥰
Satu Minggu Kemudian
Pernikahan Gendis dan Arjuna berlangsung sangat sederhana, hanya dihadiri oleh Pengacara Yoga, Nyonya Carla, Tuan Dewa, bi Imah , petugas KUA serta Ibu dan adik tirinya Gendis
Tidak ada gaun yang mewah, apalagi pesta yang meriah, pengacara Yoga memberikan uang yang merupakan amanah dari tuan Pratama pada bi Imah untuk membeli baju dan menyewa perias untuk Gendis, tuan Pratama yakin tidak ada yang akan peduli dengan pernikahan ini
" Kamu cantik nak, seperti almarhum ibu mu, " ucap Bi Imah dengan mengusap air mata
"Kenapa bibi menangis?, " tanya Gendis
" Tuan Pratama pasti punya maksud dan tujuan yang baik untuk kamu nak, semoga kamu bisa meluluhkan hati tuan Arjuna, " bi Imah mengusap air matanya
"Aku tidak apa-apa bi Imah, aku ikhlas dengan menerima pernikahan ini, aku akan berusaha menjadi isteri yang baik untuk Tuan Arjuna, " jawab Gendis dengan senyum, menyembunyikan kekhawatirannya, dia sudah siap dengan apapun yang terjadi setelah pernikahan ini
Setelah selesai dirias, Gendis keluar dari kamar dengan menggunakan kebaya berwarna putih dan rambut yang disanggul dengan sederhana, Arjuna tak melirik sedikitpun pada Gendis, bahkan tidak ada yang peduli dengan tampilan Gendis, Ibu dan Adik tirinya tak sabar menghabiskan uang yang diberikan Arjuna
Arjuna memberikan mas kawin sebuah cincin berlian seberat 5 gram dengan batu permata, dia meminta asistennya membelikannya
Selesai mengucapkan akad, Gendis mencium tangan Arjuna, dia bisa merasakan Arjuna setengah hati menerimanya sebagai isteri
Setelah itu Gendis mencium tangan ibu tiri dan orang tua Arjuna, mereka pun tak jauh beda sikapnya
Gendis harus menerima kondisi sekelilingnya yang tak peduli dengan pernikahan ini, bahkan suaminya tak menganggap pernikahan ini ada, hanya bi Imah yang peduli dengan perasaanya, tapi Gendis sudah bertekad akan menjadi isteri yang baik bagi Arjuna
Malam telah larut, desa yang terletak di lembah tersebut membuat hawa yang dingin menusuk kulit, di rumah itu hanya ada Gendis, Arjuna dan bi Imah
Gendis menggunakan baju tidur transparan yang telah disiapkan oleh bi Imah, bahkan bi Imah menunjukan lemari yang penuh dengan baju dengan ukuran yang pas dengan Gendis, semuanya telah disiapkan oleh tuan Pratama, dia yakin pernikahan itu akan terlaksana
"Aku akan tidur di kamar sebelah, jangan menggunakan baju itu lagi, aku tidak suka! jangan berharap lebih dengan pernikahan ini, aku sudah memberikan banyak pada ibu mu, aku rasa kalian sudah cukup puas, " Arjuna keluar dari kamar
Gendis menghela nafas, dia seperti dijual oleh ibunya yang meminta uang yang sangat banyak entah buat apa, malam pertama akan dilaluinya sendiri
***
Sudah Tiga minggu mereka menikah, Gendis selalu menyiapkan makan, dia ingin memasaknya sendiri untuk Arjuna
Mereka tidak pernah terlibat pembicaraan, meskipun mereka serumah, Arjuna selalu sibuk di ruang kerjanya, dan Gendis memilih menata taman seperti biasanya
Sejak menikah dan tinggal di rumah itu, Gendis memakai baju yang belikan oleh Tuan Pratama, hari ini dia memakai dress selutut dengan rambutnya dibiarkan tergerai
Gendis sedang menyirami bunga-bunga yang sedang bermekaran, Arjuna melihat dari teras lantai dua, dalam hatinya dia mengakui Gendis gadis yang cantik dengan senyuman yang menawan, tapi dia tidak tertarik terikat dengan sebuah pernikahan
Gendis keluar dari kamar mandi setelah membersihkan badannya, dia terkejut ketika Arjuna duduk di sofa bersila tangan, Gendis hanya menggunakan handuk yang dililitkan di badannya
"Kenapa kamu terkejut? " tanya Arjuna
"Ti... ti... tidak apa-apa tuan," jawab Gendis dengan terbata-bata
" Tuan tidak keluar?, tanya Gendis ragu
"ooh sudah berani mengusir suami mu?! " Arjuna tampak kesal
" Sejak kapan kau menganggap ku sebagai isteri?! " ucap Gendis dalam hatinya
"Baiklah silahkan tuan di sini," Gendis mengambil bajunya yang ada di kasur , saat Gendis membuka pintu kamar mandi, Arjuna menarik tangannya
"Aku suami mu, berhak melihat tubuh mu! " ucap Arjuna dengan mencengkram tangannya, Gendis meringis kesakitan, apa yang dikatakan oleh Arjuna memang benar, dia berhak meminta haknya, dan Gendis harus siap melakukannya
"Aku tau tuan," jawab Gendis dengan menatap Arjuna, mereka saling menatap, selama ini Arjuna memang tidak menganggap pernikahan ini, tapi dia tetap pria normal
Arjuna menarik handuk yang melilit ditubuh Gendis dan membawanya ke tempat tidur, tubuh Gendis bergetar setiap sentuhan yang dilakukan oleh Arjuna, karena ini adalah pengalaman pertama baginya
Gendis tak bisa menolak, ini juga yang dia harapkan, sebagai seorang isteri, meskipun Arjuna melakukannya karena *****
Malam ini menjadi penyempurna hubungan mereka, nafas mereka saling memburu, malam ini mereka saling menikmati sentuhan demi sentuhan penyatuan mereka dilakukan beberapa kali
Pagi yang cerah, Gendis membuka matanya, mendapati Arjuna yang terlelap didepannya dengan dada telanjang, meski badannya terasa remuk efek penyatuan semalam, tapi dia bahagia telah melaksanakan tugasnya sebagai seorang isteri
Gendis memandangi Arjuna yang masih terlelap, sejujurnya dia mulai merasakan jatuh hati pada suaminya saat Arjuna mau memakan masakannya, diam-diam dia mencuri pandang pada suaminya sendiri, meskipun dia tau perasaanya hanya sepihak, Gendis menyimpan sendiri perasaanya
Gendis mengetahui kisah kelam Arjuna dari bi Imah, sejak kecil Arjuna lebih dekat dengan Tuan Pratama karena orang tuanya saling berselingkuh, dan selalu bertikai di depan Arjuna karena hal itu dia tidak berminat dengan hubungan pernikahan
Satu Minggu Kemudian
"Aku akan menyiapkan berkas perceraian kita, kamu akan bebas, aku telah menunaikan janji ku menemani mu selama satu bulan, aku akan memberikan bagian mu, " Ucapan Arjuna seperti pisau yang menyayat hatinya
"Tuan... aku tak menginginkan apapun, rumah ini bukan milik ku, jadi aku yang akan keluar dari rumah ini, anggap saja kita telah bercerai, " Gendis meletakan sendok dan berlalu pergi dari meja makan, Arjuna tak bergeming karena dia berfikir ini adalah yang terbaik bagi mereka
Pagi hari sekitar pukul 05.00 pagi, Arjuna masuk, ke kamar Gendis, meletakkan beberapa berkas di meja, Gendis berpura-pura tidur, padahal dia belum memejamkan mata dari semalam
Tak lama kemudian suara mobil terdengar, Gendis bergegas turun ke bawah, mobil Arjuna sudah berlalu pergi keluar dari gerbang
Gendis menangis sejadi-jadinya suami yang dicintainya pergi meninggalkannya, bahkan mungkin tidak pernah kembali
Gendis kembali ke kamarnya dan melihat sebuah cek dengan nilai ratusan juta rupiah serta berkas perceraian
Dia menatap berkas dan cek itu lama, meremas bajunya, setelah dibuang oleh ibu tirinya, kini dia ditinggalkan oleh suaminya, hidup yang sulit baginya
Setelah kepergian Arjuna, Gendis mengemasi barangnya, tak banyak yang dia bawa, hanya koper kecil dan berkas pribadi miliknya
" Nak.. kamu mau ke mana?, " tanya Bi Imah dengan suara yang parau
"Aku pergi ya bi, ini bukan rumah ku, " jawab Gendis
"tapi kamu mau ke mana nak?, " Bi Imah menangis
"Aku akan baik baik saja bi, aku tidak ingin berada di sini lagi, aku akan membangun kembali hidup ku jauh dari desa ini, aku akan mengabari bibi, " kata Gendis sambil memeluk bi Imah, dengan berat hati bi Imah melepaskan Gadis yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri
Gendis berjalan tak tentu arah, sudah sangat jauh dia berjalan kaki dari pagi hingga sore, tiba-tiba pandangannya kabur, tubuhnya lemas, Gendis merasa tak punya lagi tenaga, tubuhnya ambruk di tepi jalan
Bersambung...
Teman-teman jangan lupa like, vote dan komen yaaa, kritik dan saran sangat aku nantikan ❤🥰
Setelah 30 menit pingsan, Gendis akhirnya siuman, dia terbangun dengan lemas dan sudah mendapati dirinya terbaring di sebuah klinik
"Kamu sudah bangun, syukurlah, " Ucap seorang wanita yang menggunakan jas putih, Gendis menebak dia adalah seorang dokter
"Aku dimana?" tanya Gendis
"Kamu ada di klinik saya, perkenalkan nama saya Dokter Rahma, " kata Dokter Rahma
"Terimakasih dokter, aku masih lemas dan mual dok, mungkin karena terlalu lelah, " ucap Gendis, dia ingat belum makan apapun sejak pagi
"Panggil saja saya ibu Rahma, maaf tadi saya liat isi tas km nak Gendis, karena warga sekitar juga tidak mengenali kamu nak, sepertinya kamu tidak punya tujuan ya?" tanya ibu Rahma
"Boleh saya menumpang bu?, mungkin beberapa hari, saya bisa melakukan pekerjaan rumah, " pinta Gendis dengan memelas
" Baiklah nak, ayok kita makan dulu, kebetulan ibu juga belum makan siang," Gendis mengangguk
"ibu tinggal sendri,? " tanya Gendis
"iya nak, " jawab Ibu Rahma, Gendis tak berani bertanya lebih
"Nak ibu Lihat nilai sekolah kamu bagus, dan kamu mendapatkan beasiswa," ucap ibu Rahma
"iya bu, bulan depan registrasi ulangnya,, " jawab Gendis
"Kalo begitu lebih baik kamu tinggal di sini sementara waktu, sambil membantu ibu di klinik, kebetulan asisten ibu baru saja melahirkan, " kata dokter Rahma
"Saya akan senang sekali bu, terimakasih banyak" Gendis sangat bahagia, untuk sementara waktu dia memiliki tempat tinggal
Satu Bulan Kemudian...
Pagi Hari Gendis merasa tak enak badan, mukanya pucat, ada yang tidak beres dengan badannya, setelah selesai membersihkan ruangan klinik dan memasak dia merebahkan diri di kamarnya
"kamu kenapa nak?" tanya Dokter Rahma
"enggak tau bu, rasanya enggak nyaman," jawab Gendis
"kamu istirahat saja yah, ibu tinggal dulu, sudah ada pasien, " dokter Rahma meninggalkan Gendis untuk istirahat
Ketika memejamkan mata, Gendis tiba-tiba teringat, dia belum mendapatkan tamu bulanan, dadanya berdetak kencang, dia harus memastikan sesuatu
Setelah membeli alat tes kehamilan di apotik, Gendis langsung memastikannya, hatinya berdebar kencang siap atau tidak dia harus melihat hasil tes itu
Saat dua garis terlihat, Gendis lemas namun bercampur senang, dia akan menjadi seorang ibu, tapi juga sedih tak memiliki suami
Malam telah tiba, Gendis penuh dengan cemas, dia harus memberitahu pada dokter Rahma perihal kehamilannya, dia sudah siap jika harus pergi dari rumah itu
****
" Apa kamu hamil di luar nikah?, " tanya Dokter Rahma baik-baik
"tidak bu, aku melakukannya dengan suami ku, Gendis menundukkan kepalanya air matanya mulai mengalir, dia menceritakan dibalik kehamilannya pada dokter Rahma
Gendis tidak menceritakan nama Arjuna ataupun keluarga Pratama, karena dia tidak ingin berurusan lagi dengan keluarga pratama, tapi Gendis memberitahu nama Pengacara Yoga sebagai bukti jika Dokter Rahma ingin membuktikannya
Beruntung dokter Rahma masih mau menerima Gendis, dia kasian dengan Gendis jika harus berada di luar tanpa tujuan
"lalu bagaimana dengan kuliah mu?, " tanya dokter Rahma
"Aku ingin sepenuhnya menjadi seorang ibu, kalo boleh setelah membantu dokter, aku ingin memberikan les pada anak-anak di sekitar desa ini, " ucap Gendis
"Baiklah kalo itu sudah menjadi keputusan kamu, ibu hanya bisa mendukung, " jawab dokter Rahma
Meskipun sedang hamil Gendis rajin membantu Dokter Rahma, dia menjadi tau banyak hal mengenai dunia medis, Gendis juga menerima tawaran menjadi guru les untuk anak - anak sekitar
Kecantikan yang dimiliki gendis sering kali dicibir sebagai wanita selingkuhan yang dicampakkan, karena hamil tanpa adanya suami, Gendis tak pernah peduli walaupun hatinya sakit dengan semua tuduhan beberapa warga sekitar
Beruntung dia bertemu dokter Rahma, seorang dokter tanpa keluarga yang mengabdikan hidupnya untuk melayani masyarakat sekitar
Gendis tak pernah mau menerima uang dari dokter Rahma, dia sudah sangat bersyukur mendapatkan tempat tinggal yang layak
Rumah dokter Rahma memang tidak mewah tapi sangat nyaman. Gendis mendapatkan uang dari hasil les anak-anak serta dan menerima pesanan kue
Gendis menjalani kehadirannya dengan suka cita meski dalam keadaan yang sangat terbatas tapi tidak membatasi rasa syukurnya
Tujuh Tahun Telah Berlalu
Anugerah yang luar biasa bagi Gendis, dia melahirkan bayi kembar laki-laki dan perempuan. Sang kakak laki-laki diberi nama Raka Putra dan adiknya perempuan diberi nama Cahaya Putri, mereka kini telah menginjak kelas dua sekolah dasar
Raka dan Cahaya tumbuh dengan bakat yang luar biasa, Raka pandai melukis sejak usia empat tahun dan mulai diarahkan oleh Gendis untuk melukis di atas Kanvas
Lukisan itu dia jual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sedangkan Cahaya memiliki bakat suara merdu, terutama melantukan ayat Alquran dia sering memenangkan menyanyi dari usianya masih lima tahun
Sering mengikuti lomba antar desa membuat Cahaya kerap dipanggil untuk acara hajatan, meskipun upah tak seberapa, tapi mereka sangat bersyukur
Meskipun Raka dan Cahaya mempunyai bakat yang luar biasa, di sekolah mereka kerap mendapat cemoohan dari beberapa siswa karena tidak mempunya ayah bahkan tidak mengetahui siapa ayahnya, awalnya mereka sedih tapi Gendis selalu menanamkan sikap mandiri,tangguh, sabar, dan tidak pendendam
Sikap ramah dan periang yang mereka miliki membuat Mereka disukai oleh para guru dan memiliki teman yang setia
Terlebih lagi mereka selalu mendapatkan ranking di kelas, kepintarannya mewarisi dari Gendis dan Arjuna
Raka dan Cahaya yang kini berusia tujuh tahun tidak pernah sekalipun melihat bagaimana rupa ayahnya dan mereka sangat merindukan sosok ayah
Mereka selalu bertanya seperti apa sosok ayah mereka, Gendis menceritakan mengenai Arjuna tanpa berbohong pada mereka
Suatu saat nanti Gendis berjanji akan mempertemukan mereka dengan ayahnya, Gendis selesai menidurkan anaknya, dia duduk melamun di teras
" Apa yang sedang kamu pikirkan, " tanya ibu Rahma
"Mereka berhak tau siapa ayahnya, tapi aku belum siap bu, apakah dia akan mengakui anaknya?" Gendis menitikkan air mata
"Dia mengakui atau tidak, tak perlu kau risau, kamu sudah memberikan yang terbaik bagi mereka, Raka dan Cahaya sangat pintar dan berbakat, itu anugerah mereka yang harus kamu syukuri, mereka masih mempunyai kita berdua, " jawaban dokter Rahma menenangkan hati Gendis
****
Di sebuah Cafe, nyonya Carla sedang berbincang dengan seorang pria,
"Kamu yakin wanita ini tidak pernah lagi bertemu dengan suamiku?" ucap Nyonya Carla pada seorang pria yang menyerahkan amplop berisi foto
"iya nyonya, sudah lama tuan tidak bertemu dengan wanita ini, " jawab pria itu
Nyonya Carla mengernyitkan dahinya, tak percaya dengan yang dilihatnya di foto itu
" Siapa gadis ini?! " tanya nyonya Carla
"Menurut informasi yang saya dapatkan, dia adalah asisten wanita itu, dia dan dua anaknya kembarnya tinggal bersama dokter itu, " pria itu menjelaskan dengan sangat hati-hati
"Apa!, " Nyonya Carla menggebrak meja, membuat pria di depannya terkejut
"Cari tau siapa ayah dari anak-anak itu, dan cari info dengan detail mengenai wanita itu, " Nyonya Carla menunjuk sebuah Foto. Dia tidak menyangka, Gendis saat ini tinggal bersama wanita yang sangat dibencinya
"Kalau ternyata anak itu adalah anak dari Arjuna, aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang" ucap nyonya Carla seraya mengepalkan tangannya
Bersambung...
Teman-teman jangan lupa like, vote dan komen yaaa, kritik dan saran sangat aku nantikan ❤🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!