"Pagi Misca cantik, cantiknya Bunda udah bangun ini yah" Shirleen menyapa malaikat kecilnya yang terlihat berantakan karena baru bangun tidur.
"Pagi Bunda..." Gadis kecil berumur 4 tahun itu menjawab dengan semangat.
"Ayo mandi, kan hari ini hari pertama adek sekolah"
Lalu gadis kecil itu pun setengah berlari menuju kamar mandi, tidak diherankan lagi Misca Amalia Dharma anak dari Shirleen dan Athar ini sudah mandiri padahal umurnya baru empat tahun lebih dan hari ini adalah hari pertamanya menimba ilmu di tingkat paling pertama yaitu Taman Kanak-Kanak, meski begitu dia sudah mandi sendiri sejak hampir memasuki umur empat tahun.
Misca selalu melakukan hal apapun sendiri jika ia bisa lakukan sendiri. Misca juga sangat pintar dan cerdas, hal itu adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi Shirleen dan Athar.
Hari sudah menunjukkan pukul 08.00, kelas pertama Misca akan dimulai, Shirleen pun sengaja ingin menunggui gadis kecilnya itu untuk dihari pertama masuk sekolah. Seperti ibu-ibu pada umumnya, ada sedikit resah gelisah saat hari pertama anaknya bersosialisasi dilingkungan sekolah, dan ada sedikit rasa penasaran tentang bagaimana putri mereka bersikap jika berebut mainan atau sebagainya. Hal seperti ini sungguh sayang jika dilewatkan, batinnya.
Ia duduk sambil berbincang-bincang pada orang tua anak lainnya, menyenangkan juga menurutnya, karena biasanya komplek perumahan yang ditinggalinya begitu sepi, penghuninya sibuk bekerja dan tidak ada waktu luang untuk sekedar bercengkrama mendatangi rumah tetangga, bahkan sudah enam tahun ia tinggal di perumahan itu, ia bahkan belum mengenal tetangga kiri dan kanannya. Yang ia tahu tetangga disebelah kanannya suaminya seorang dosen dan istrinya seorang dokter, sedangkan anaknya pun tidak pernah terlihat ada dirumah, Shirleen tidak mengetahui pasangan itu mempunyai anak atau tidak karena tidak ada waktu untuk sekedar saling menyapa. Sementara tetangga sebelah kirinya kadang ada kadang tidak, seperti tidak berpenghuni, karena biasanya penghuninya menempati rumah itu dalam kurun waktu sebulan atau dua bulan sekali. Begitu pula dengan penghuni rumah disekitarnya, kalaupun ada ibu rumah tangga seperti Shirleen, mereka pun enggan untuk sekedar bertamu kerumah tetangga, entahlah kebiasaan ini memang sudah membuat Shirleen terbiasa.
Kriingg Kriningg, bel pulang pun berbunyi, nampak Misca setengah berlari menghampiri Bundanya, Ia sudah tidak sabar menceritakan pengalaman pertamanya bersekolah.
"Bunda, Misca mau ke taman boleh tidak ? Misca mau beli ice cream sambil cerita-cerita sama Bunda..."
"Boleh sayang... Kita ke taman sebentar yah, terus cerita-cerita, tapi gak boleh terlalu lama yah, soalnya nanti kan ayah pulang makan siang dirumah, kita harus makan bareng jadinya"
"oo iya, bener banget Bun, nanti Misca juga mau cerita banyak sama Ayah" Antusias Misca
Terdengar suara riuh dari arah taman, yah mobil Shirleen saat ini sedang parkir di area parkiran taman, terdengar suara gaduh itu mangkin mendekat kearah mobilnya.
Tok tok tok, pintu mobil Shirleen diketuk hebat oleh pemuda yang nampak sedang menampilkan mimik wajah panik dan bego lebih tepatnya.
Dengan terpaksa kaca mobil pun dibuka oleh Shirleen.
"Ada apa ?" Shirleen bertanya dengan nada ketus karena kesal.
Bukannya malah menjawab, pemuda itu hanya mematung memasang ekspresi bengong bin bego, sungguh minta ditabok gas tiga kilo tuh muka. Satu kata, ngeselin.
"Ada apa dek, kok bengong..." Shirleen bertanya sekali lagi, barang kali sales yang ingin menawarkan barang atau jasa.
"Ehh, Mbak, eehh Kak, eehh aduuhh, bisa tolongin sayang nggak, sebentar buka dulu mobilnya ini, saya mau sembunyi sebentar doang kak... tolong saya kak" Dengan wajah memelas membuat siapapun pasti tidak akan tega seperti orang yang sedang dikejar rentenir karena gak bayar hutang.
Shirleen pun menoleh kearah sekitar terdengar suara gaduh makin mendekat kearahnya, sebelum akhirnya menyetujui dan lalu membukakan kunci pintu mobilnya.
"Makannya, kalo punya hutang itu dibayar dek, kan gak dikejar-kejar gini" Asumsi yang tadinya cuma sekedar dalam hatinya pun akhirnya lolos juga dari mulutnya.
"Enak aja, siapa yang ngutang..." Jason menyangkal sambil menunduk sembunyi di kursi belakang.
"Lah terus apaan, heh atau kamu maling yang yang lagi dikejar warga, enak betul kamu sembunyi disini, keluar keluar, sana keluar..." teriak Shirleen.
Shirleen tidak bisa berfikir jernih pada saat seperti ini, yang difikirannya orang dikejar-kejar itu kalau tidak dikejar rentenir yah pasti maling atau copet. padahal jika diperhatikan pakaian yang dikenakan Jason sungguh jauh dari kata kemiskinan, dari ujung rambut sampai ujung kaki kalau dirupiahkan bisa sampai tiga ratus juta, mana ada tampang maling keren begitu.
"Saya bukan maling Kak, nanti saya jelaskan, tunggu keadaan membaik dulu" pinta Jason.
"Bunda... Misca takuutt" suara Misca, berhasil meredakan emosi Shirleen, kini ia menyadari bahwa tindakannya menakuti putrinya.
Jason pun melototkan mata saat anak kecil di sebelah wanita yang membuatnya terpesona tadi memanggilnya dengan sebutan Bunda.
Apa gadis ini anaknya, seriusan, aku kira dia masih gadis dan ini adeknya...sayang sekali ! Jason.
Bersambung.
"Misca sayang, kita gak usah ke taman yah, nanti kita beli ice creamnya di alfa aja yah, terus makannya dirumah sambil cerita sama ayah, ini udah mau jam makan siang, nanti kan mau makan bareng ayah..." Shirleen mencoba membujuk putrinya.
"iya deh Bunda, ke tamannya bisa nanti-nanti lagi, ajak ayah juga nanti"
"Lah terus saya gimana kak ?" Bertanya, karena Shirleen sudah mulai merayapkan mobilnya.
"Yah kamu maunya gimana ? Saya nggak mungkin kan anter kamu, kalau kamu tau diri yah turun, saya nggak mungkin juga kan bawa kamu kerumah saya" Kesal Shirleen.
"Nanti saya turun di Alfa aja kak, katanya tadi kakak mau ke Alfa kan, nanti saya juga turun disitu" Pinta Jason.
"hheemm" singkat padat dan disertai anggukan Shirleen.
Mobilpun sudah sampai dihalaman parkir Alfam***, Terlihat Jason yang agak ragu untuk turun seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Ada apa ? Ayo... Tunggu apa lagi, uda sampai mari turun penumpang yang terhormat..." Kesal Shirleen karena tidak baik baginya harus satu mobil dengan orang asing terkecuali sopir taxi.
"Emmm, sebagai tanda terima kasih dari saya, ini untuk kakak..." Jason menyodorkan sebuah sobekan kertas yang ternyata berisi nomor ponselnya.
"Apa-apaan ini, udah saya ikhlas, anggap saja saya sedang sial hari ini..."
"Loh bukan gitu kak, harusnya kakak beruntung bisa satu mobil dengan saya, banyak loh yang ngejar-ngejar saya sampai saya harus bersembunyi di mobil kakak kayak gini"
"Emangnya kamu siapa sampai saya harus ngerasa beruntung, lagian kamu tadi ngapain sih...? Tanya Shirleen masih penasaran.
"Kakak, memang gak kenal saya ?" Jason meragu, masa iya ada orang yang tidak mengenali dirinya, bukannya semenjak ia diperkenalkan oleh papanya sebagai pewaris keluarga Adrian, publik selalu mengkonsumsi berita tentangnya setiap hari bahkan ia kedapatan makan diwarung pinggir jalan pun dalam sekejap wajahnya sudah viral di jagat maya.
Shirleen semakin bingung dibuat pemuda yang menumpang mobilnya ini, dilihatnya wajah pemuda tersebut lekat-lekat tampak dirinya tidak bisa menemukan clue bahwa pemuda yang tengah ditatapnya ini adalah seorang aktor, karena dari beberapa sinetron yang di gilainya tiap malam dia tidak menemukan wajah seperti pemuda dihadapannya ini, bahkan pemain pendukung pun seingatnya tidak ada yang mirip dengannya.
"Kamu artis, kok saya gak pernah liat kamu di tivi ?" Jujur Shirleen.
Gubrak..., dalam sekejap rasa kecewa dan lucu datang bersamaan, jadi wanita didepannya ini benar tidak mengenalinya.
"Serius Kakak tidak kenal saya ? Bukannya maksud saya sombong nih ya kak, tapi saya lari tadi, terus sembunyi di mobil kakak ini sebenarnya saya lagi ngehindari para fans saya loh kak, kalau kakak beneran nggak kenal saya, kita kenalan dulu deh... Jason, Jason Ares Adrian !" sambil mengulurkan tangan bermaksud berkenalan.
"Oohhh, Shirleen !" membalas sekedarnya.
"Ini anak saya Misca, Misca salim dulu sama Abang ini..." lanjut Shirleen memperkenalkan anaknya.
Jason pun menyalami gadis kecil dari seorang wanita yang telah sukses membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Ada perasaan iri menyelimuti hati Jason saat ini, ia iri kenapa bukan ia yang mengenal Shirleen terlebih dahulu, beruntung sekali suaminya mendapatkan wanita cantik bak model seperti Shirleen, meskipun sudah punya anak sama sekali tidak mengurangi kecantikannya. Baginya Shirlen masih cocok untuk menjadi pasangannya.
"Oh iya kak, ini diterima yah sebagai ucapan terima kasih dari saya, itu nomor asli ponsel saya loh kak, kalau kakak udah janda telfon saya yah..." Jason keluar dari mobil dengan mengedipkan mata seraya tersenyum genit.
"Heh bocah ingusan, kurang ajar kamu nyumpahin saya jadi janda, gak dididik sopan santun apa dasar nyebelin..." Shirleen mengumpat lebih banyak nama binatang dalam hatinya, karena kalau keluar dari mulutnya takutnya akan didengar Misca, dia tidak mau yang jelek-jelek dicontoh oleh anak gadisnya.
Jason pun sudah tak terlihat keberadaannya, entah cepat sekali ia menghilang.
Shirleen dan Misca segera turun untuk membeli ice cream dan beberapa bahan makanan yang dibutuhkan. Lalu mereka pulang karena sudah janji akan makan siang bersama dirumah.
Bersambung.
"Roy, tolong kau selidiki plat mobil ini" Jason menunjukkan sebuah gambar dari kamera ponselnya.
"Baik Tuan Muda" Roy sang asisten pribadi Jason pun segera melaksanakan perintah tuannya tanpa banyak bertanya.
Namun ia nampak heran saat mengetahui hasil pencariannya, Mobil yang pemiliknya atas nama Shirleen Damla Julian, di data tertulis, seorang Ibu rumah tangga, tidak bekerja, sudah bersuami dan sudah memiliki anak, kenapa tuan mudanya menyelidiki ini, apakah terjadi sesuatu pada wanita ini, apa yang telah diperbuat oleh wanita ini ? Ia bertanya dalam hatinya.
Kembali kerumah Shirleen, dimana sebuah keluarga kecil yang tampak harmonis sedang makan siang sambil sesekali bercengkrama.
"Ayah, tadi kita ketemu artis lho" tiba-tiba saja Misca mengadukan apa yang terjadi padanya hari ini dengan sang Ayah.
"Oh iya ?" Antusias Athar.
"Iya, Bang Jason, tapi lucunya Misca sama Bunda nggak tahu kalau ternyata dia artis, iya kan Bun ?" Misca meminta persetujuan Bundanya.
"Hee, hee i iyaa" Gagap Shirleen.
Ia takut Misca menceritakan kalau tadi Jason genit terhadapnya, ia tidak ingin terjadi salah paham dengan suaminya.
"hheemmm, Jason ?" Athar seolah mengingat-ingat nama yang sering muncul di jagat maya hampir setiap harinya. Dan ia memang benar nampaknya.
"Apakah Jason yang anak pengusaha nomor satu dinegara ini ?" Tanyanya lagi.
"Nggak tahu, tapi tadi dia sempat heran karena aku tidak mengenalinya Mas" Shirleen menjawab apa adanya.
"Ah mungkin benar, beruntung sekali kalian bisa bertemu dengannya, dia memang bukan artis tapi sudah serasa menjadi artis semenjak media mengumumkannya menjadi pewaris dari keluarga Adrian" Jelas Athar dengan semangat, karena dia juga sangat ingin bertemu menyapa pewaris keluarga Adrian tersebut.
"Aaahh, begitu yah" Shirlen tampak kaget, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena bingung serta kesal orang yang dipuji suaminya saat ini bahkan tadi sempat genit padanya, bahkan dengan tanpa dosanya Jason menyumpahinya menjadi janda, apakah jika suaminya tahu apa yang diperbuat Jason tadi suaminya masih akan mendukung bocah ingusan itu.
Mereka sudah selesai makan siang, Athar pun menuju ruang keluarga dan menghidupkan televisi untuk sekedar bersantai sebelum kembali ke kantor tempatnya bekerja.
Shirleen mengemasi sisa-sisa mereka makan siang, dan mulai mencuci piring-piring kotor. Misca yang sudah mulai lelah dan waktu yang menunjukkan waktu tidur siangnya pun memilih menuju kamarnya, ia sejenak beristirahat sambil bermain dengan bonekanya sebentar kemudian merebahkan diri dan tidur.
"Sayang, nanti kamu lembur nggak ?" tanya Shirleen yang telah selesai berkemas di dapur, ia kini menuju ruang keluarga menemui suaminya untuk bermanja barang sebentar.
"Aku usahain nggak. Kenapa, mau buat adek untuk Misca ?" Athar menggoda istrinya.
"Iya !" dengan tanpa rasa malu Shirleen menjawab pertanyaan suaminya, membuat suaminya menegang karena kini posisi Shirleen sedang bergelayut manja dengannya sambil menggambar abstrak di dada bidang suaminya.
"Sekarang aja, mau ?" Athar mulai menciumi ceruk leher istrinya.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Shirleen, tapi tidak juga ada penolakan, membuat Athar dengan lancar melaksanakan aksinya, ia mulai mel**at bibir ranum istrinya, mulai membuka kancing baju istrinya, dan ia segera memancing gairah istrinya agar semakin panas dan meminta lebih, dan terjadilah sesuatu yang memang diinginkan pasangan suami istri yang memang sedang program hamil anak kedua tersebut.
Shirleen dan Athar memang sudah ingin mempunyai anak kedua, karena baginya Misca sudah cukup mandiri saat ini untuk menjadi seorang kakak, tapi sudah tiga bulan mereka mengikuti rangkaian program hamil namun nampaknya rezeki besar itu belum juga datang padanya, Athar pun tidak masalah dia tidak ingin terlalu berfokus pada istrinya yang harus segera hamil, ia santai saja dalam urusan anak, karena baginya jika Allah sudah pecaya padanya lagi, pasti nantinya rezeki itu akan datang lagi padanya.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!