NovelToon NovelToon

Best Teacher And Me

Prolog

Bertualang dalam pikirannya sendiri, Kila melamunkan masalah keluarganya, masalah yang ada di rumah. Kemudian dia menatap sejenak sekeliling kelasnya, tinggal dirinya yang belum meninggalkan kelas. Padahal sudah jamnya seluruh siswa pulang, selain siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Namun, Kila tidak ikut ekskul manapun. Kila hanya membiasakan diri setelah sholat dzuhur di musholla kemudian kembali ke kelasnya untuk menikmati suasana kesendirian. Karena hanya disinilah dia bisa menikmati suasana kesendirian, aman tanpa beban.

Merasa tidak ingin memikirkan masalah di rumahnya lagi, kini Kila malah beralih memikirkan Irsyad, sosok guru yang ia kagumi. Kila ingat betul, di kelas ini, ditempat duduk yang ia duduki, di meja yang ia pandangi, bau khas ruang kelas yang berdebu ini Kila ingat dengan seseorang yang mengajaknya untuk berta'aruf. Tapi itu sebuah kesalahpahaman Kila belaka. Ya, Kila hanya salah paham dengan kalimat "ta'aruf" yang terucap dari mulut mungil sosok pria itu. Terlebih, yang mengucapkan kalimat itu adalah Irsyad, pria yang mampu menyihir Kila dengan suaranya dan jatuh hati saat pertama berjumpa dengannya.

Irsyad Maulana, beliau adalah sosok cinta pandangan pertama Afifah Syakila. Ada sebuah permasalahan lain, Kila tahu betul kalau mencintai gurunya sendiri merupakan salah satu hal yang tabu dipandang oleh masyarakat. Namun, Kila tidak mungkin menunjukkannya secara terang-terangan. Kila itu gadis yang apabila menginginkan sesuatu bukan dengan terang terangan menunjukkannya, tapi dengan diam seraya berusaha memintanya karena Allah. Irsyad Maulana, kau sedang diminta Kila melalui Allah lewat sepertiga malamnya.

"Rumah kamu di mana? Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan orang tua kamu." Pria itu membuyarkan lamunan Kila dengan sebuah pertanyaan. Lalu dengan gagap ia melihat darimana asal suara itu lalu memalingkan muka dan menundukkan pandangannya seketika karena tahu yang ia lihat adalah sesosok pria. Kila kemudian mengerjapkan matanya berkali-kali, ia mulai sadar akan pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu. Apa yang dimaksud dengan pertanyaan yang ia lontarkan? Apa Kila sudah membuat kesalahan padanya sampai harus menanyakan alamat dan ingin bertemu dengan orang tua segala.

"Maaf, Pak. Jika saya ada salah saya mohon maaf. Bapak mending hukum saya aja daripada harus ketemu sama orang tua saya untuk menjelaskan sikap saya di sekolah. Saya takut kalau nanti Papa saya murka, Pak." Kila semakin menundukkan pandangannya. Namun, terdengar tawa masam yang jelas. Kemudian perlahan berubah menjadi tawa lepas. Sepertinya pria itu malah menertawakan Kila dengan puas. Kila harus menjaga citranya sebagai seorang perempuan. Ia tak mau ditertawakan, apalagi orang tersebut merupakan orang yang dikaguminya dan dicintainya dalam diam. Ya, orang itu adalah Irsyad.

"Saya cuma ingin mengunjungi beliau berdua karena agenda acara saya sebagai wali kelas kamu, Kila. Silaturahmi antar orang tua murid dan wali kelas. Reaksi yang berlebihan dari kamu sangat lucu. Saya nggak bisa berhenti ketawa jadinya. HAHAHA..." Irsyad menjawab lalu gelak tawanya makin menjadi.

Kila malah terdiam dan lupa memikirkan citranya sebagai perempuan dan malah terbenam dalam pikirannya, baru kali ini ia melihat Irsyad tertawa lepas dari dekat. Irsyad memang bukan sosok guru tampan dan dingin seperti guru idola pada umumnya, ia guru tampan yang sangat hangat dan mudah senyum tapi juga sulit ditebak. Tapi melihat tawa lepas dari Irsyad sedekat ini membuat jantungnya berdetak tak karuan, membuat dirinya makin menyadari bahwa kekagumannya pada Irsyad sudah melebihi batas normal. Buru-buru Kila menyingkirkan pikiran anehnya itu.

"Ya sudah kalau begitu, Pak. Silahkan datang. Alamat rumah saya tetap sama seperti yang saya buat di kertas perkenalan diri yang Bapak suruh buat satu kelas saat itu. Dan tidak cuma itu, semua informasi didalamnya juga lengkap, kok, Pak." Kila memutus gelak tawa sang guru.

"Emmm... kalau begitu, memang benar orang paling berharga kamu itu nenek, bukan ayah atau ibu, atau keduanya, atau keluarga? Soalnya satu kelas pada jawab gitu," tanya Irsyad lagi pada Kila.

"Saya jadi bingung, Pak. Kenapa semua orang menanyakan itu pada saya. Saya rasa dalam informasi yang Bapak minta waktu itu sudah sangat jelas. Saya tidak ingin membahas tentang nenek lagi, Pak." Nada bicara Kila berubah menjadi sendu perkara mengingat nenek kembali. Nenek adalah sosok paling berharga bagi Kila. Sejak kecil bahkan dari lahir Kila lebih dekat dengan nenek ketimbang papa dan mamanya karena kesibukan masing-masing. Kila sudah berusaha untuk ikhlas atas meninggalnya nenek, tapi kita semua tahu bahwa semua butuh proses.

"Saya turut berdukacita, Kila. Tapi jangan lama lama sedihnya. Kan juga udah 40 hari berlalu." Irsyad memberi semangat setelah beberapa saat hening.

"Um, saya usahakan sesegeranya, Pak. Terimakasih," dijawab Kila dengan anggukan.

"Terimakasih kembali."

"Untuk...?" Kila mengernyitkan dahi.

"Jawaban terimakasih mu. Haha, dasar aneh."

"Hmm, saya aneh, ya, Pak?"

"Iya, tapi saya suka."

"Suka...? Maksudnya gimana, Pak?"

"Saya suka kamu yang begitu."

deg

deg

deg

"Kenapa diam, Kila? Ada yang salah, kah?"

Sebenarnya yang Kila dan Irsyad lakukan adalah sebuah percakapan kecil antara guru dan murid, tapi mengapa ada kata ambigu yang membuat Kila semakin salah paham atas perkataan Irsyad. "Saya suka kamu kata Pak Irsyad ...? Ya Rabb, apa tidak salah dengar," batin Kila.

"Kila? Kil, Kila...? Kenapa diam? Hei, Saya berbicara dengan kamu di sini." Irsyad mencoba menyadarkan Kila saat ucapannya tak digubris Kila dan malah terlihat sedikit lamunan yang ditunjukkan oleh Kila pada Irsyad.

"Eh, iya, Pak? Kenapa?"

"Apa ada yang salah dengan ucapan saya? Kenapa diam? Kamu seperti melamun tadi."

"Emm, tidak. Tadi bapak bilang suka saya? Yang begini, yang aneh ini maksudnya?" tanya Kila ragu-ragu.

"Iya."

"Ooh, begitu, Pak."

"Iya."

Lagi, jika waktu itu Kila salah paham mengenai kalimat "saya ingin kita berta'aruf" dari Irsyad, kali ini ia salah paham dengan kalimat "saya suka kamu" dari orang yang dikaguminya itu. Terlebih, kalimat itu belum selesai, "saya suka kamu yang begitu" perlu digarisbawahi bahwa kalimat nya berlanjut menunjukkan yang disukai Irsyad itu bukan dirinya melainkan sifat anehnya.

Kila memang seorang gadis yang mudah terbawa perasaan tentang perkataan orang, terlepas dari baik atau tidaknya perkataan itu untuk dirinya. Lihat saja, dirinya menggarisbawahi kalimat penting yang berhubungan dengan keadaan dirinya terutama suasana hatinya, tanpa peduli makna sebenarnya dan ada kalimat lanjutannya. Mungkin inilah kelemahan fatal yang dimilikinya, dan tak bisa diubah.

Irsyad merasa sudah tidak adalagi yang ingin dibicarakan, iapun beranjak meninggalkan kelas.

"Kalau begitu, saya tinggal dulu. Sampaikan kepada orang tuamu bahwa saya akan datang. Sekalian mau izin ta'aruf juga. Oke? Assalamu'alaykum." Ucap Irsyad di ambang pintu seraya berjalan menuju kantor guru.

"Wa'alaykumussalam, Pak." Jawab Kila dengan nada yang semakin melemah, ada kata ambigu lagi dalam kalimat yang dilontarkan Irsyad pikirnya. Apakah kata itu sama seperti yang lalu, atau adakah keseriusan dibaliknya. Kila yakin kali ini ia tidak salah dengar dan kalimat lanjutannya juga tidak ada, jadi kali ini tidak mungkin ia salah paham. Argh... pikiran Kila sudah melayang entah kemana.

"Gimana kalau Pak Irsyad ke rumah bukan hanya silaturahim antar orang tua murid dan wali kelas untuk silaturahmi saja, tetapi juga meminta izin untuk berta'aruf denganku, hihi," batinnya.

...****************...

Malu

Hari pertama sekolah memang sangat mendebarkan bagi siapapun, tak terkecuali bagi Kila. Gadis bernama lengkap Afifah Syakila itu datang dihari pertamanya sekolah di jenjang SMA dengan diantar oleh kedua orang tuanya. Kila tak sabar ingin segera menemui teman baru di kota baru mengingat dia dan keluarganya baru saja pindah dari kotanya yang lama. Dan tibalah Kila di sebuah sekolah SMA Swasta yang termasuk salah satu sekolah terbaik di kota itu.

"Ma, Pa, terimakasih ya, udah mau antar Kila di hari pertama Kila sekolah. Padahal Mama sama Papa super sibuk apalagi kita baru aja pindah." Kila merasa senang sekaligus merasa bersalah pada kedua orang tuanya. Kila cukup bahagia karena setelah sekian lama, akhirnya mereka bertiga bisa berkumpul kembali layaknya sebuah keluarga.

"Nggak papa, sayang. Ini hari spesialnya kamu. Jadi, sebagai orang tua kami ingin putri kami bahagia di hari pertamanya sekolah di kota yang asing ini." Mama menanggapi, kemudian keduanya mencium pipi Kila dilanjutkan dengan Kila mencium tangan mereka dan turun melambaikan tangan ke mereka yang mulai menjauhi menuju kesibukan mereka masing-masing.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Kila saat memasuki gerbang berharap hari pertamanya sekolah berjalan dengan baik.

Hari pertama sekolah, seluruh siswa baru dikumpulkan di aula sekolah. Mereka duduk terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Laki-laki di tiga kolom sebelah kanan, sedangkan perempuan di dua kolom sebelah kiri. Benar, tahun ajaran baru ini lebih banyak siswa laki-lakinya dibandingkan siswi perempuannya.

Syakila menatapi sekelilingnya berharap menemukan seseorang yang dia kenal dan hasilnya nihil. Kila pun berusaha berkenalan dengan seseorang disebelahnya, "Hai... Aku Syakila, kamu...?" Tanya Kila pada siswi cantik dengan rambut terurai di sebelahnya. Dengan antusias siswi itu menanggapi, "Oh, Hai, Aku Ira Christina. Panggil aja Ira, Kil. Hmm, kamu aku panggil akil boleh gak?" Tak disangka, siswi itu meminta nama panggilan tersendiri pada Kila yang kemudian permintaan itu disetujui dengan anggukan dari Kila. Merekapun mulai membicarakan banyak hal, perihal riwayat hidup. Sepertinya mereka akan menjadi sahabat akrab.

...****************...

Matahari sudah berada pada puncaknya, mengharuskan dijedanya seluruh kegiatan untuk keperluan istirahat sholat dan makan. Kila dan Ira harus berpisah dikarenakan keperluan ibadah, Kila menuju musholla sedangkan Ira tetap di aula bersama siswa lainnya yang beragama Kristen Protestan.

Kakak OSIS membimbing seluruh siswa muslim untuk masuk ke musholla, mengambil wudhu dan bersiap mengenakan perlengkapan sholat. Disaat murid lainnya sibuk berkenalan dan mencari kawan, Kila khusyuk mendengar murottal pengisi waktu untuk menuju azan.

Waktu azanpun tiba. Betapa takjubnya Kila mendengar azan berkumandang, pasalnya muadzinnya membawakan azan dengan irama nahawand yang sangat tepat untuk menenangkan hati dan pikiran dari letihnya rangkaian kegiatan perkenalan lingkungan sekolah ini. Nada khas nahawand yang sendu mampu menyihir siapapun untuk tidak berpaling mendengarkan kumandang azan itu dan bergegas untuk menjemput panggilan itu, melaksanakan sholat.

"Masya Allah... Azan nahawand. Merdu sekali. Siapa pemilik suara itu kira kira?" Batin Kila tak henti-hentinya kagum terhadap suara azan nan merdu itu seraya mendalami makna azan dan menjawabnya di dalam hati.

...****************...

Kebanyakan siswa sudah menyelesaikan sholat setelah imam mengucap salam. Mereka langsung merapikan perlengkapan sholatnya lalu bergegas memakai sepatu dan berkumpul kembali untuk dibimbing kakak OSIS menuju aula sekolah. Dilain sisi, tampak Kila sedang berkonsentrasi memuja nama tuhannya dalam dzikir, berkelanjutan dengan bersholawat kepada Baginda Rasulullah, lalu bermunajat kepada-Nya. Sampai akhirnya Kila tersadar bahwa dirinya di musholla sudah berbaur dengan sisa kakak kelas yang baru selesai sholat, bukan dengan siswa baru lagi. Kila menyusuri seluruh sudut musholla untuk mengenali adakah kakak OSIS yang bisa membimbingnya untuk kembali ke aula, sebab Kila lupa arah ke aula sekolah mengingat banyak ruang, lorong, dan belokan di sekolah ini.

Setelah bertanya kepada kakak kelas yang tampaknya rohis sekolah ini, Kila pun memberanikan diri untuk ke aula sekolah sendirian. Kila tidak enak menyuruh kakak kelas tadi mengantarkannya karena dia buru-buru, sepertinya jam pelajaran akan dimulai.

Bermodalkan tekad dan keberanian, Kila langsung pergi menuju aula. "Kayaknya, lewat sini, deh, kalau kata kakak yang tadi," ucap kila menebak arah.

"Abis dari kantor guru, belok kanan, terus...?" gumam Kila. Akhirnya Kila lupa dengan arah selanjutnya. Ingatannya dengan hal-hal yang rumit tidak akan bertahan lama. Masih banyak lagi jalan dan belokan yang diberitahukan kakak rohis tadi. Namun, belum ada setengahnya, Kila lupa dan bingung dengan urutan arahnya.

"Balik ke kantor guru aja, deh," pikir Kila. Sudah di depan kantor guru, Kila malah segan untuk bertanya dengan guru yang ada di sana. Karena terlihat semua guru sedang sibuk berkutat dengan buku-buku di meja mereka.

Semenit kemudian, Kila memutuskan untuk pergi lagi ke aula mengandalkan ingatan yang samar tentang arahnya.

BUK

Saat Kila berbalik, ia malah bertabrakan dengan seseorang. Perawakannya tegap dan lebih tinggi dari Kila, jadi Kila menabrak dada bidangnya, ya yang ditabrak Kila adalah seorang pria.

"Aduh, maaf, Pak. Saya tadi nggak liat jalan. Maaf, Pak, berkas yang Bapak bawa jadi berjatuhan. Biar saya bantuin, ya, Pak?" Kila menawarkan bantuan, lagian salahnya juga berbalik arah tiba-tiba. Namun tangannya sudah duluan merapikan berkas yang jatuh itu.

Bersamaan dengan aksi Kila, pria yang dipanggilnya dengan sebutan "Pak" itu juga mengumpulkan berkas yang dijatuhkan Kila. Sampai pada lembar terakhir, tangan Kila kalah cepat dan malah memegang tangan pria itu.

Tanpa sadar mereka saling menatap. Kila menelusuri bola mata hazel pekat milik pria itu. "Mata yang indah," batin Kila.

Buru-buru pria itu berdiri untuk memutuskan kontak mata itu. Lalu Kilapun ikut berdiri setelah mengambil perlengkapan sholatnya yang sempat terjatuh juga tadi.

"Maaf tadi saya nggak sengaja tersentuh tangan bapak," ucap Kila spontan. Sebenarnya ia juga tidak pernah bersentuhan dengan lelaki bukan mahramnya. Jadi, Kila cukup terkejut saat dia yang malah menyentuhnya, walau dengan tak sengaja. Ditambah, Kila dengan liar menelusuri bola mata indah milik pria itu, meski refleks.

"Tidak apa-apa. Kalau begitu saya tinggal dulu," ucap pria itu segera menyudahi.

"Pak, mohon maaf. Saya boleh bertanya sesuatu?" tanya Kila mencegah pria itu beranjak dari hadapannya.

"Apa itu?"

"Sebenarnya, saya siswi baru disini, Pak. Harusnya saya sudah ikut dengan siswa yang lain ke aula, tapi saya ketinggalan karena terlalu lama di musholla. Terus, karena saya lupa arah aulanya saya coba tanya kakak kelas yang ada di musholla tadi, tapi kakak itu memberi penjelasan sangat cepat, Pak, jadi saya lupa lupa ingat. Dari penjelasan kakak kelas tadi, setelah sampai sini, saya tidak tahu lagi arah selanjutnya menuju aula. Jadi, apakah bapak bisa beritahu saya setelah dari sini saya harus lewat mana lagi?" jelas Kila detail pada si pria dengan name tag yang bertengger di bajunya bertuliskan Irsyad Maulana, dan Kila mengabaikan gelar setelah namanya karena menurut Kila itu tidak penting.

"Kalau boleh tahu, nama kamu siapa? Kenapa kamu bisa lama dari musholla? Apa tidak ada temanmu yang kamu kenal dan memintanya untuk menunggumu tadi? Terakhir, apa kamu sudah bilang dengan kakak OSIS yang membimbing mu bersama siswa lain untuk menunggumu?" tanya Irsyad mengintrogasi.

"Saya Kila, Afifah Syakila, Pak. Saya di musholla karena baru selesai sholat, Pak. Sebenarnya, yang membuat saya lama di musholla karena saya terlalu fokus untuk amalan dzikir setelah selesai sholat. Saya tidak bermaksud riya atau menyombongkan diri, Pak, tapi memang seperti itu alasan saya lama di musholla dan tertinggal dengan yang lain. Kalau teman, ada. Tapi beda agama, Pak. Kalau yang seagama belum sempat kenalan tadi waktu di musholla.

Masalah tidak bilang ke kakak OSIS, saya yang salah, Pak. Saya tidak ingin membuat masalah dengan kakak OSIS. Soalnya, setiap siswa baru yang ingin bicara selalu digalakin, Pak. Saya pikir nanti jika terlambat karena sholat pasti kakak OSIS nya bakal maklum, tapi ini sudah terlalu lama karena saya lupa arah ke aula. Tapi nggak papa, resiko saya tanggung karena ini konsekuensinya."

Setiap sekolah punya masa perkenalan lingkungan sekolah untuk siswa baru. Kebanyakan acara itu sekolah menyerahkan ke OSIS untuk "membimbing" siswa baru dengan ketegasan berlebihan, lebih ke arah marah dan tidak ingin dibantah. Tapi Kila sudah terbiasa dengan itu, karena tidak jauh dari pengalaman di rumahnya selama ini.

"Baiklah, saya mengerti. Saya juga habis dari musholla. Saya mau ke aula setelah ini, untuk antar berkas. Kamu bisa ikut saya."

"Wah, kebetulan sekali. Terimakasih banyak, Pak."

"Iya, sebentar, ya. Saya ke meja saya dulu untuk ambil beberapa berkas yang kurang."

"Baik, Pak, akan saya tunggu."

"Niat ingin tanya arah, malah dianterin. Beruntungnya aku, Alhamdulillah...," batin Kila. Kila tahu kalau kita lebih mendahulukan Allah dibanding urusan dunia, Allah pasti akan memudahkan setiap langkah kita. Seperti Kila yang bertemu dengan Irsyad dan dituntun langsung ke aula.

Tak lama setelah beberapa berkas telah diambil, Irsyad menunjukkan arah seraya memperkenalkan tempat tempat yang ada disekitar sekolah. Irsyad paham betul, gadis seperti Kila pasti pelupa terlebih dengan sekolah yang sangat rumit denahnya ini.

"Um..., Pak. Omong-omong, bapak tahu siapa muadzin musholla dzuhur tadi?" tanya Kila disela jeda dari obrolan.

"Ooh itu, memangnya kenapa?" Irsyad bukan langsung menjawab, malah balik bertanya.

"Bukan apa apa, sih, Pak. Saya seperti tersihir kagum dengan kumandang adzan tadi. Adzan yang sangat indah. Apalagi, nahawand yang sendu membuat tiap orang damai mendengarkannya." ujar Kila dengan penuh kejujuran.

"Ooh, begitu. Benarkah sangat indah? Bukannya tiap adzan indah?"

"Iya, Pak. Tapi adzan ini berbeda. Saya benar-benar kagum padahal sudah beberapa kali saya dengar adzan lain yang indah. Adzan dzuhur tadi seperti ada sihir didalamnya."

"Haha, kamu berlebihan."

"Benar, Pak. Tapi memang begitu yang saya rasakan."

"Kalau begitu, terimakasih." Irsyad berkata seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Terimakasih? Kayak bapak aja yang adzan tadi." ucap Kila keheranan.

"Loh, belum saya bilang tadi, ya. Itu tadi, saya muadzinnya."

Kila langsung mematung mendengar kalimat Irsyad yang mengaku kalau Irsyad lah muadzinnya. Kila merutuki diri karena dirinya seperti membuat pernyataan kagum pada Irsyad secara terang-terangan. Malunya Kila, bisa-bisanya dirinya seperti ini.

Dibela

Kila yang sempat mematung dan tertinggal oleh Irsyad pun disadari oleh Irsyad. Lalu Irsyad mundur mendekat ke Kila.

"Dari tadi saya ngomong sendiri ternyata. Pantas, tidak ada tanggapan dari belakang, rupanya kamu diam disini," ucap Irsyad agak kesal ke Kila.

"Maaf, Pak. Tadi tali sepatu saya lepas sebelah kanan. Sudah saya perbaiki, yang kiri malah ikutan lepas, hehe," ujar Kila beralibi seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

...****************...

Kini mereka sudah dekat dengan aula, hanya tinggal beberapa langkah saja.

"Begini, saya masuk terlebih dahulu, ya. Setelah itu kamu. Saya tidak ingin kita bersamaan masuknya." Perintah Irsyad, kemudian dibalas anggukan oleh Kila.

Irsyad sudah masuk ke dalam, berarti tinggal giliran Kila. Tidak seperti Irsyad yang menyelonong masuk, sebagai siswa baru etikanya adalah dengan mengetuk pintu masuk terlebih dulu. Kila pun mengetuk pintu tiga kali lalu meminta izin masuk.

"Permisi, Kak. Saya Afifah Syakila siswa baru peserta acara, Kak. Maaf atas keterlambatan saya, Kak. Apakah saya diizinkan masuk?" tanya kila penuh sopan santun.

"Masuk," ujar kakak OSIS dari seberang.

"Baik, Kak. Terimakasih banyak." Ucap kila menunduk seraya berjalan ke sebelah Ira, tempat duduknya tadi.

Belum sempat Kila duduk, Kakak OSIS tadi sudah memanggil namanya untuk ke depan aula dan menghadap ke seluruh siswa. Tanpa pikir panjang, Kilapun menurut. Sebagai aturan, semua peserta forum wajib menuruti perintah panitia yang dipegang oleh OSIS.

Kila melihat Irsyad sudah selesai dengan urusannya, sepertinya mengantarkan keperluan berkas acara. Kemudian Irsyad segera melangkah keluar dari aula dan melewati Kila begitu saja. Terbesit dalam pikiran Kila kekecewaan, entah karena apa Kila juga tak tahu.

"Sini kamu, Afifah Syakila, kan?" tanya kakak OSIS.

"Iya, baik, Kak," Kila menurut.

"Dari mana saja?"

"Dari musholla, Kak."

"Jangan bohong!"

"Demi Allah, saya berkata jujur, Kak."

"Jangan bawa bawa nama tuhan segala!" kata kakak OSIS dengan sewot.

"Kalau begitu, saya bisa menjelaskan, Kak," pinta Kila.

"Buruan, kalau nggak masuk akal, ada hukuman buat kamu."

"Baik, Kak."

"Ya udah, ngomong!"

"Saya tadi sholat nya lama, Kak. Setelah saya sadar sudah tidak ada lagi siswa baru yang lain, saya mencoba mencari salah seorang kakak OSIS, tapi nihil," jelas Kila.

"Terus? Tetap telat, kan?"

"Iya, Kak. Saya nyasar mau ke aula tadi."

"Kamu masih siswa baru disini. Baru hari pertama aja udah nggak menghargai waktu, gimana nanti coba? Jadi mau kamu sekarang seperti apa?"

"Saya mengakui kesalahan saya, Kak. Saya minta maaf akan tindakan saya. Saya siap untuk dihukum sebagai konsekuensinya," jawab Kila dengan pasrah.

"Um, kasih hukuman apa, ya ...," kata kakak OSIS dengan nada licik.

Disela percakapan mereka, tak disangka Irsyad datang kembali ke aula. Si kakak OSIS itupun sibuk bersikap manis untuk pencitraan di depan sang guru.

"Eh, bapak kembali lagi. Ada yang kelupaan, ya, Pak?" tanya si kakak OSIS, sebut saja Yuli, berbasa-basi.

"Iya, ada yang kelupaan. Saya lupa bilang, siswi yang bernama Afifah Syakila ini, dia ikut bersama saya tadi. Dia mengatakan semuanya dengan jujur. Saya juga baru keluar dari musholla sesaat setelah dia juga baru keluar dari musholla. Saya yang langsung mengantarnya ke aula ini, tapi saya duluan masuk kemudian disusul dia yang masuk. Itu saya lakukan agar kami tidak berbarengan dan akan dikira macam macam oleh segelintir orang yang iri pada si siswa baru ini. Saya rasa dia tidak pantas dihukum untuk alasan apapun. Dia tidak salah, kalian panitia yang salah karena tidak mencari siswi ini. Apa tahu kalian kalau dia tersesat? Bukannya itu bagian dari tanggungjawab kalian? Lalu pantaskah orang yang salah menghukum orang yang tidak salah?" Pembelaan untuk Kila dilontarkan Irsyad. Kila juga cukup terkejut atas kembalinya Irsyad ke aula. Yuli juga terdiam seribu bahasa, dilain sisi Kila terlihat mengulum senyum karena dibela oleh Irsyad.

"Jadi, bisa kamu persilahkan siswi yang bernama Afifah Syakila ini duduk, Yuli?" tanya Irsyad dengan penekanan didalamnya.

"Kamu, Afifah Syakila, duduk kembali di tempatmu," perintah Yuli, ada nada gemetar terdengar.

"Baik, Kak. Terimakasih, Kak." ucap Kila seraya menuju tempat duduknya di sebelah Ira.

Setelah melontarkan pembelaan untuk Kila, Irsyad langsung menyelonong keluar tanpa berkata sepatah kata pun.

Kila memikirkan lagi kejadiannya dengan Irsyad hari ini. Allah Mahakuasa, Kila yang perlu orang untuk menuntunkan arah ke aula, Dia menghadirkan Irsyad. Dan ketika Kila sudah ingin menyerah dan pasrah untuk menerima hukuman dari Yuli meski tak bersalah, kuasa dari Allah lagi Irsyad membelanya dan tak jadi dihukum.

Sejujurnya, diakhir ingin dihukum Kila ragu kalau Irsyad akan membelanya. Irsyad terlihat abai dan tidak langsung menjelaskan keadaan Kila pada Yuli, lalu pergi begitu saja melewati Kila. Sejujurnya Kila ingin Irsyad menjelaskan langsung keadaannya saat dirinya dan Irsyad baru sampai di aula, tapi Irsyad menyuruh dirinya dan Kila untuk tidak berbarengan memasuki ruangan. Yang tandanya, Irsyad hanya mencoba mengantarkan Kila saja karena tujuan yang sama, pikir Kila bukan untuk menjelaskan keadaan dirinya. Namun, Kila tetap bersyukur atas dibelanya dirinya. Semuanya terjadi karena Allah Mahakuasa.

...****************...

Akhirnya, acara perkenalan lingkungan sekolah untuk siswa baru sudah selesai, sudah tiga hari berlalu. Sejak saat itu, Kila belum sempat bertemu dengan Irsyad untuk berterimakasih karena sudah menyelamatkannya saat itu. Berlebihan memang kata "menyelamatkan dirinya", padahal hanya sekedar dibela. Lebih tepatnya lagi, laki-laki itu hanya meluruskan keadaan.

Sekarang, seluruh siswa sudah dibagikan kelasnya. Kila mengambil kelas IPS, entah kebetulan macam apa ternyata Kila sekelas dengan Ira. Hal itu membuat Kila lebih leluasa didalam kelas karena sudah ada yang dikenal nya. Tapi Kila memilih untuk duduk di depan, paling depan persis didepan meja guru. Kila mengajak Ira untuk duduk di depan bersamanya, tapi Ira tetap tidak mau. Sedangkan Kila juga tidak mau diajak Ira duduk didekat jendela kelas.

"Ya udah, Ra. Aku di meja depan, kamu di dekat jendela. Nanti kamu juga cari teman semeja, terus kenalin ke aku, aku nanti juga gitu. Biar kita banyak temen. Gimana?" tawar Kila untuk mengakhiri beda pendapat ini.

"Oke, Akil. Siap laksanakan, komandan. Aku sebenarnya udah ada, Kil. Bentar aku kenalin dulu."

"Hai, Kil. Aku Arisa Putri, panggil Risa aja." si sosok teman baru muncul memperkenalkan diri.

"Hai juga, aku Kila, Afifah Syakila. Sejak kapan udah semeja bareng? Kan selama satu minggu ini kita berdua terus duduknya, Ra." Kila juga heran karena Ira sudah dapat teman baru.

"Udah dari abis acara untuk siswa baru itu, loh, Kil. Udah lama, cuman kamunya yang entah kemana. Tiap pagi sampai jam sembilan aja kita bareng, sisanya kamu ke musholla mulu sampai bel pulang. Dan pagi sampai jam sembilan si Risa yang ke musholla. Jadi baru kali ini kalian berjumpa. Kalian berdua, sibuk aja, sih. Gimana mau tau coba?" ujar Ira menjelaskan.

"Ooh, gitu ...," ucap Kila dan Risa kompak. Kemudian ketiganya tertawa bersama.

"Haha pantas nggak ketemu, dan aku nggak tau. Ya udah, Risa salam kenal, ya," ujar Kila menyudahi gelak tawa mereka.

"Iya, salam kenal juga, Kila."

Sebelumnya, Kila dan Ira selalu duduk bersama di dekat jendela kelas, tempat duduknya Ira. Tapi itu karena Kila tahu pembelajaran akan resmi dimulai Senin nanti, empat hari lagi tepatnya. Namun sekarang Senin itu telah tiba. Kila menginginkan tempat duduk di dekat guru, supaya perhatiannya saat belajar tidak terganggu. Sejak SD hingga SMA dia selalu duduk di posisi duduk yang sama, didepan meja guru. Kila merelakan untuk tidak duduk semeja dengan Ira agar dirinya tidak mengalami penurunan dalam pendidikannya. Toh, nanti diluar jam pelajaran mereka juga bisa bersama lagi, semeja juga.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!