Suasana perjamuan begitu elegan, ramai dengan para tamu yang semuanya adalah bangsawan. Membuat pesta menjadi semakin berkelas.
Hari ini adalah ulang tahun Huang Guifei, selir Fuxin. Keluarga Mo yang merupakan keluarga pejabat dan bangsawan secara otomatis di undang dalam perjamuan ini. Namun hanya keluarga utama yang hadir dalam perjamuan ini. Paman dan bibi ziyan beserta kedua sepupunya yang lain tidak ikut dalam perjamuan ini. Hanya Chufeng yang Ziyan ajak sebagai teman duduknya. Ia tahu bahwa gadis lain yang ada di kediamannya pasti sekarang sedang setengah mati menahan amarahnya, mungkin jika bisa, ia ingin sekali menelan ziyan hidup-hidup. Memikirkan hal itu membuat senyum berkembang di wajahnya.
"Ada apa kak? kenapa kau tiba-tiba tersenyum seperti itu? " Chufeng yang menyadari tingkah aneh saudaranya memutuskan bertanya. Setiap ia melihat saudaranya tersenyum, pasti ada sesuatu yang akan terjadi, dan yang pasti itu bukan hal yang baik.
"Tidak. Aku hanya sedang memikirkan seseorang. Mungkin sekarang dia sedang membayangkan untuk menelanku. " Ziyan kembali tertawa geli.
Chufeng hanya tersenyum mendengar ucapan saudaranya itu. Ia tahu pasti siapa yang sedang dibicarakannya. Sebagai saudara kandungnya, ia jelas paham betul bagaimana sifat kakaknya Yuefeng. Ia hanya bisa menghela napasnya bila memikirkan keburukan kakaknya itu.
Dengan kedatangan Kaisar, permaisuri, Huang guifei, dan Guifei. Acarapun di mulai. Kaisar yang duduk di kursi kebesarannya, dengan permaisuri di samping kanannya. Sementara Huang guifei dan Guifei duduk di kursi lain yang ada di sebelah kanan permaisuri.
"Terima kasih atas kedatangan kalian. Saatnya perjamuan ulang tahun Huang Guifei di mulai."
Kaisar mengangkat gelas anggurnya, menandakan bahwa perjamuan segera dimulai. Semua tamu mengikuti, mengangkat gelas, ikut bersulang.
Segera bunyi musik bergema di aula perjamuan. Para penari berlari kecil memasuki aula dan mulai melenggak-lenggokan tubuhnya. Suasana perjamuan menjadi lebih hidup. Ada yang menikmati tarian, atau sekedar berbincang-bincang dengan orang di sebelahnya.
Saat Ziyan sedang memperhatikan para penari yang sedang menari di depannya. Secara kebetulan, Matanya bertemu dengan tatapan Sima Rui. Putra sulung Kaisar sekaligus jenderal besar ini adalah calon tunangannya.
Ziyan mengangkat cangkirnya, mengajaknya untuk bersulang. Sima Rui yang menyadari ajakan calon tunangannya itu pun membalas mengangkat cangkirnya.
Ada sepasang mata lain yang memperhatikan interaksi kedua sejoli tersebut. Perasaan tak suka terlihat jelas dari sorot matanya. Sebenarnya ia tak ingin wanita itu menjadi tunangan kakaknya. Ia sendiri sebenarnya juga tak mengerti, kenapa dirinya menentang pertunangan ini. Saat dirinya membayangkan gadis itu berada di pelukan kakaknya, dan memberikan ciuman lembut padanya. Membuat hatinya terasa sesak hingga membuatnya sulit untuk bernapas. Apakah ia begitu terobsesinya ingin membalas gadis itu.
Ia berpikir bahwa mungkin saja perasaan obsesinya kini sudah mencapai taraf gila. Ia membutuhkan pengalihan. Benar, itulah yang Sima Yang pikirkan.
Ziyan kembali menikmati tarian di depannya, Sekali lagi pandangannya menangkap hal lain. Kali ini, matanya bertemu dengan Sima Yan. Putra kedua Kaisar, sang putra mahkota. Melihat ekspresinya, sepertinya perasaannya sedang buruk. Ziyan seperti melihat awan hitam di atas kepalanya dengan wajahnya yang menggelap. 'Aku benar-benar tidak mengerti pria ini. Baru tadi sebelum jamuan dimulai, wajahnya penuh dengan suka cita. Kenapa sekarang seperti badai hitam.' gerutu ziyan dalam hati.
Hingga saat ini sebenarnya ziyan masih tidak percaya bahwa kehidupannya akan benar-benar berubah drastis. Mungkin jika harus mengingat kembali, semuanya dimulai sekitar dua bulan yang lalu. Saat dirinya masih bernama 'Gaia'.
Britania tahun 2058 , pangkalan militer sektor B
Perang bergejolak antara pasukan Sekutu dengan pasukan Poros. Britania salah satu negara Sekutu memiliki kemajuan teknologi persenjataan yang membuat mereka memenangkan perang beberapa kali. Namun, seperti kata pepatah, kehidupan bagai roda yang berputar. Belajar dari kekalahan, pasukan Poros berhasil menekan pasukan Sekutu. Dan kini mereka berhasil mendekati salah satu markas pangkalan militer terkuat di Britania. Pangkalan militer ini menjadi pusat militer di negara tersebut karena divisi pengembangan teknologi persenjataannya.
Door door ....
Desing peluru terdengar di segala arah, satu persatu tubuh manusia yang terkena tembakan pun berjatuhan. Teriakan bergema menambah suasana menjadi semakin mencekam. Di sebuah lorong terlihat dua orang yang sedang berlari, seorang wanita paruh baya menggenggam erat tangan seorang gadis usia 18 tahun. Didepannya terdapat sebuah pintu besi kokoh, wanita itu menekan beberapa angka dan pintu pun terbuka. Setelah keduanya masuk, pintu tertutup secara otomatis.
Didalam ruangan, terlihat beberapa perangkat komputer. Lingkaran besi besar dengan bentuk seperti cincin berdiri kokoh di tengah-tengah ruangan.
" Ibu kenapa kita ke laboratorium? " gadis itu bertanya pada wanita paruh baya tersebut yang tak lain adalah ibunya.
Tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan putrinya, mata Rosy fokus pada sebuah layar monitor dengan cepat tangannya mengotak atik keyboard. Tombol enter menjadi akhir operasi Rosy. Sebuah cahaya kebiruan tiba-tiba muncul di tengah cincin besi.
Rosy menarik putrinya Gaia ke depan cincin besi tersebut.
" Dengarkan ibu sayang, kau harus hidup dengan baik. Ibu dan ayah menyayangimu. bawalah snowy bersamamu, dia akan menemanimu. " rosy menyerahkan seekor kucing persia putih pada Gaia. kemudian di peluknya erat putri tercintanya itu merasa berat melepaskannya.
" aku tidak mau bu. “ air mata Gaia mulai menghiasi wajahnya. Ia tak ingin meninggalkan ayah dan ibunya pada kekacauan saat ini.
" Gaia mungkin tempat itu asing bagimu, tapi ibu yakin kau pasti bisa melaluinya. "
" Tidak. aku tidak mau. Kenapa ibu tidak pergi bersamaku. Aku tidak ingin sendirian bu. " Gaia memeluk erat ibunya, enggan meninggalkannya. Air matanya semakin deras.
Melihat putrinya yang memeluknya erat dan menangis tersedu-sedu. Hati Rosy terasa hancur, namun apa daya. Dia tak mungkin membiarkan putrinya mati sia-sia disini.
" Sayang... ibu harus disini menemani ayahmu. Ibu harus ada disampingnya saat suka maupun duka. Kelak saat kau bertemu dengan Cintamu, kau akan mengerti bagaimana perasaan ibu."
Rosy dan suaminya bekerja di pangkalan militer sebagai pengembang teknologi senjata. Berbagai penelitian dan penemuan mereka berada di tempat ini. Jika jatuh ke pihak musuh bisa dipastikan akhir dari pasukan sekutu.
" Kami menyayangimu Gaia. " Rosy memberikan sebuah ciuman terakhir di kening Gaia, ciuman yang mungkin akan menjadi salam perpisahan anak dan ibu itu.
Rosy mendorong Gaia masuk ke lingkaran cahaya pada lubang cincing.
" Tidakkkk!!!! " teriak Gaia, tangannya yang menggantung di udara gagal meraih tangan ibunya. Padangan nya seketika kabur karena perpindahan dari alat teleportasi.
Seketika sosok putrinya Gaia menghilang dari hadapan Rosy. Air mata yang dari tadi ditahannya terasa berat, hingga akhirnya lolos membasahi pipi.
'maafkan ibu Gaia. Hiduplah dengan baik.'
Tidak lama kemudian,
Boom boom boom!!!
Terdengar beberapa ledakan. Seperti efek domino, ledakan itu meledakan satu persatu bangunan pangkalan militer tersebut. Membuatnya berubah menjadi lautan api.
******************
Dingin.
Gaia merasakan dingin menusuk tulangnya. Membuat kesadarannya perlahan kembali. Matanya yang sembab sulit untuk terbuka. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan perasaan mual bergejolak di perutnya. 'ah, ini pasti efek teleportasi.'
Mengingat kata 'teleportasi' membuat hatinya sedih, sakit karena kehilangan orang tua yang amat disayanginya. Mata sembabnya terasa panas, seakan air mata akan meluncur kembali keluar dari kedua mata gadis itu.
" Gaia. " Sebuah suara membuat Gaia membuka matanya. Dia mengalihkan matanya ke arah sumber suara. Seekor kucing persia putih sedang duduk memandang gadis muda didepannya. Mata emasnya yang memperlihatkan sebuah kekhawatiran menyala karena kegelapan malam. " Apa kau baik-baik saja? “
Gaia mengangguk. Mulutnya terasa berat untuk berbicara. 'Bukan saatnya untuk bersedih, aku harus segera keluar dari tempat ini.' Gaia melihat sekeliling, hanya pepohonan besar yang ada di sekelilingnya. ' apakah ini hutan '. Kemudian pandangannya beralih pada gundukan tanah di atas tubuhnya. Dia mengernyitkan keningnya, lalu melihat sebuah papan kayu di ujung sisi lain. Sebuah papan polos tanpa ukiran apapun. Tersadar ia duduk di atas makam membuatnya langsung bergerak mundur hingga terjungkal.
Melihat reaksi terkejut gadis didepannya membuat snowy tertawa kecil.
"Diam lah. “ Gaia mendengus kesal mendengar tawa kucingnya.
" Baiklah, baiklah... " Snowy yang masih terkekeh mendekati Gaia.
Snowy adalah kucing spesial. Kenapa itu spesial? karena kucing itu bisa berbicara dan berpikir layaknya manusia. Sebuah chip tertanam di otaknya. Ia adalah hasil eksperimen ibu dan ayahnya. Teknologi 'humanoid', adalah sebuah proyek kecerdasan buatan dalam proses pengembangan manusia super. Humanoid sendiri sebenarnya adalah tubuh manusia yang telah mengalami rekayasa genetik, dengan otak yang ditanamkan sebuah chip. Kuat, cerdas, dan mudah di kontrol, Humanoid menjadi tentara terbaik dan ideal bagi pemerintahan Britania. Namun, manusia tetaplah manusia, berawal dari sifat tamak, menyebabkan pengkhianatan. Dan pengkhianatan awal dari kehancuran. Pasukan Sekutu yang awalnya memimpin peperangan harus kalah karena pengkhianatan.
Gaia menggelengkan kepalanya mencoba fokus pada sekelilingnya. Dia memperhatikan keadaan sekitar, gelap dan sunyi.
" Kita ada dimana? “
" Entahlah. Tapi sepertinya Teleportasi ibumu membuat kita tidak hanya mengalami perpindahan tempat, tapi mungkin perpindahan waktu juga. "
Gaia memejamkan matanya seakan setuju dengan jawaban kucingnya tersebut. Melihat sekelilingnya yang seperti hutan belantara dia yakin bahwa dirinya berada di masa lalu. ketika dirinya sedang fokus akan pikirannya, Snowy mengeluarkan peringatan.
" Ada yang datang! “
Sebuah cahaya perlahan mendekat. Mata Gaia dan Snowy menatap tajam arah datangnya cahaya tersebut, menunggu sosok yang akan segera mereka temui. Takut-takut jika itu perampok atau bandit gunung. Tanpa diduga, seorang wanita paruh baya yang muncul. Tangan kanannya memegang lampu lampion dan tangan kirinya memegang keranjang.
Melihat ada orang lain, wanita paruh baya itu pun menyipitkan matanya mencoba melihat dengan jelas siapa gerangan sosok dihadapannya itu. Seketika matanya melebar memperlihatkan raut wajah terkejut. Sementara keranjang ditangannya terjatuh.
'Mungkin dia berpikir aku hantu'. Dengan pakaian dress putih pendek selutut yang dihiasi corak tanah yang mengotori pakaiannya, dia terlihat seperti mayat hidup yang baru bangkit dari kubur. Gaia menebak reaksi wanita tersebut selanjutnya adalah lari.
Namun,
Wanita itu berjalan mendekati Gaia, tangannya gemetar mencoba menyentuh pipinya. Wajah yang tadi memperlihatkan keterkejutan kini berubah menjadi seperti aliran sungai.
" Yan er... " sebuah nama meluncur keluar dari mulut wanita itu.
Gaia duduk di pinggir tempat tidurnya. Matanya menatap seorang pelayan muda sedang menyiapkan keperluan baju gantinya. Diperhatikannya dengan teliti garis muka dan tindakan gadis tersebut mencoba memahami sifat dan karakternya. Semalam saat diperkenalkan gadis itu oleh sang nyonya rumah. Gaia tidak terlalu memperhatikan, rasa letih dan lelah membuat otaknya fokus agar segera mendaratkan tubuhnya di tempat tidur.
Gaia mencoba mengingat kembali serangkaian kejadian tadi malam. Setelah wanita paruh baya itu memanggilnya 'Yaner'. Wanita yang ternyata diketahuinya baru-baru ini adalah seorang bangsawan. Yaner adalah putrinya yang meninggal tiga hari lalu karena sakit.
start flashback,
" Yaner, Wǒ de bǎobè. " (*Yaner, sayangku ) ucap wanita tersebut ketika menyentuh pipi Gaia. Dia menangis. tidak, lebih tepatnya menangis bahagia. Gambaran wajahnya seperti ia melihat sosok yang amat di cintainya kembali.
' bahasanya... apakah ini cina? ' Gaia mencoba memahami perkataan wanita tersebut. Beruntung ibunya yang seorang Chinese membuatnya mengerti apa yang wanita di depannya ini ucapkan. Meskipun dalam kesehariannya mungkin Gaia selalu berbicara bahasa inggris.
"maaf nyonya... aku bukan Yaner. " ucap Gaia dengan bahasa Cina.
"Tidak. Kau Yaner putriku. " wanita itu memeluk Gaia, membuat tangisannya semakin berat. " Ibu sangat merindukanmu Yaner. Ibu tahu kau pasti kembali. "
Gaia melihat gundukan tanah di depannya dan mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi. 'apakah dia kehilangan putrinya juga. ' seperti dirinya yang kehilangan orangtuanya.
Ketika kondisi wanita tersebut lebih tenang. Gaia mengajak wanita tersebut ke arah makam di depannya.
"Dia juga pasti merindukanmu nyonya. " padangannya menatap lurus makam tersebut. "Seperti kau yang merindukannya."
Melihat makam putrinya membuat wanita tersebut tersadar, bahwa wanita disampingnya ini bukanlah putrinya. Kembali ke kenyataan pahit bahwa putrinya memang telah tiada membuat seakan semua pijakan dikakinya runtuh. Sebuah ekspresi kesedihan kembali terlukis diwajahnya. Saat memandang makam putrinya, ia melirik gadis muda di sampingnya. 'Namun wajahnya... kenapa wajahnya sama persis dengan Yaner. Begitu mirip hingga aku pun salah mengira jika ia adalah putriku. Apakah dewa sedang berbelas kasih padaku. Ya dewa jika memang kau mengirimnya untuk mengobati kesedihanku, ijinkanlah ia tinggal bersamaku sebagai putriku.'
" Siapa namamu nak? "
" Gaia, nyonya. "
"Gài yǎ [盖亚]" wanita itu mengulang nama yang baru didengarnya itu, nama yang terasa asing digunakan ditempat itu. "Lalu apa yang kau lakukan malam-malam di sini? dimana rumahmu? ah maaf, kalau aku banyak bertanya. Kau bisa memanggilku nyonya Mo.“
Gaia pun menceritakan kisahnya, namun bukan kisah sebenarnya, ia menceritakan kisah yang sudah diubahnya. karena peperangan, ia kehilangan rumahnya, prajurit musuh membawanya pergi untuk dijadikan sebagai budak perang. Di tengah perjalanan,ia berhasil melarikan diri dan akhirnya berakhir di tempat ini.
Keterkejutan dan kekhawatiran terlihat di wajah nyonya Mo. Ia tak menyangka bahwa gadis didepannya sudah melalui begitu banyak penderitaan.
" Apakah kau bersedia ikut denganku nona Gai ya. beristirahatlah di tempatku terlebih dahulu."
“Jika itu tidak merepotkan nyonya, aku sangat berterima kasih." Gaia menganguk tanda setuju. Ia memberikan isyarat pada snowy agar ia bisa menggendongnya. Nyonya Mo yang melihat interaksi Gaia dan snowy tersenyum.
" kucingmu sangat pintar nona Gai ya. "
" meong.. " mendengar pujian nyonya Mo, dengan cepat ia merubah posenya menjadi seperti kucing pemanggil. ' tentu saja. ' dalam hati Snowy bangga.
Melihat kesombongan kucingnya, Gaia tersenyum mengejek. "Jangan memujinya nyonya, aku takut kucing ini menjadi semakin gemuk jika kau terlalu sering memujinya. "
balasan Gaia sontak membuat nyonya Mo tertawa. sementara snowy hanya bisa mendengus dalam hati 'sial'.
********************
Tiba di depan sebuah pintu gerbang kayu, nyonya Mo mengetuk pintu tersebut. Tak lama pintu terbuka dan terlihat seorang wanita muda.
"Nyonya. Kenapa anda keluar sendiri. Aku khawatir jika sesuatu terjadi pada anda. "
Mendengar ungkapan kekhawatiran pelayannya tersebut, nyonya Mo tersenyum. Seakan memberikan isyarat pada pelayannya bahwa ia kembali bersama seseorang. Sang pelayan yang mengerti langsung mengalihkan pandangannya pada sosok di belakang nyonyanya itu. dan sekali lagi, ekspresi terkejut menyambut Gaia. Warna mukanya seakan memberitahu bahwa ia sedang melihat 'hantu'.
**************
Mereka bertiga duduk di ruang tamu. Nyonya Mo menjelaskan semua kejadian dan bagaimana situasi Gai ya saat ini pada pelayannya Yaoyao. Awalnya Yaoyao yang masih tidak percaya, bahwa nona muda yang berdiri didepannya ini bukanlah Yaner. Pasalnya wajah mereka sangat mirip. Bahkan Yaoyao yang merupakan pelayan pribadi Nonanya itu sampai tidak bisa membedakannya. Namun jika diperhatikan ada sedikit perbedaan. Entah kenapa aura pembawaan mereka sedikit berbeda. Mungkin jika yaner di ibaratkan matahari, terang dan hangat. maka Gaia ibarat bulan, terang namun sepi.
" Karena itu, Yaoyao. Untuk sementara Gai ya akan tinggal disini. Tolong kau bantu dia selama ia tinggal disini."
"Baik nyonya. Serahkan padaku."
" Maaf merepotkanmu Nona Yaoyao." ucap Gaia
" Ah.. tolong jangan sungkan seperti itu nona Gai ya. Aku sangat senang bisa melayani anda. Dan tolong panggil Yaoyao saja."
"Yaoyao adalah satu-satunya pelayan disini. Jadi jangan sungkan untuk meminta tolong padanya. " jelas nyonya Mo. Ia pun meminta yaoyao untuk mempersiapkan sebuah kamar dan bak mandi untuk Gaia.
Setelah itu, Nyonya Mo menceritakan bagaimana putrinya meninggal. Putrinya bernama Mo Ziyan, Nyonya Mo sendiri bernama Hou Minglan, dan suaminya Mo Yincheng. Mo Ziyan adalah gadis ceria yang membawa kehangatan pada orang di sekitarnya. Namun sejak tiga tahun lalu, ia menderita sakit yang bahkan membuat hampir semua tabib di ibu kota menyerah. Mengetahui bahwa hidupnya tidak lama lagi, Ziyan meminta ibunya untuk membawanya ke tempat peristirahatan mereka di kota Jianjing, dan hanya memperbolehkan yaoyao satu-satunya pelayan yang boleh mengikutinya. Awalnya permintaan itu mendapat penolakan dari nyonya mo dan Tuan mo. Mereka khawatir perjalanan ke Jianjing akan memperburuk keadaannya. Namun Ziyan bersikeras dengan permintaannya itu, membuat nyonya Mo berat untuk menolaknya. Dua hari kemudian, Nyonya mo, Ziyan, yaoyao, dan Xiaoqi pengawal yang di tunjuk tuan Mo berangkat. Selama perjalanan, mereka dikawal oleh beberapa prajurit. Tuan Mo tidak bisa ikut karena pekerjaannya di istana sebagai menteri pembangunan yang tidak bisa ditinggalkan. Sebagai ganti ketidak ikut sertaannya, Tuan Mo berjanji akan menjemputnya saat mereka akan kembali ke ibu kota. Karena itu, Ziyan meminta ayahnya untuk menjemputnya satu bulan kemudian. Namun siapa yang mengira bahwa itu akan menjadi janji terakhir tuan Mo dengan putrinya yang mungkin tidak akan bisa di penuhinya seumur hidupnya.
Sudah 3 Minggu mereka berada di tempat peristirahatan, Sayangnya penyakit Ziyan semakin memburuk, membuat nyonya Mo menyalahkan keputusannya karena menyetujui permintaan putrinya itu. Ziyan sedih melihat ibunya yang menderita karena menyalahkan dirinya sendiri.
" Bu.. " panggil Ziyan. Tidak mendengar jawaban yang ia inginkan. Ziyan pun mencoba memanggilnya kembali. " Nyonya mo... ".
Nyonya Mo yang sedang duduk di tepi tempat tidur putrinya hanya melirik Ziyan. Dipandanginya wajah putri semata wayangnya yang pucat. " Apakah kau masih bisa bercanda? apakah kau tidak tahu bagaimana perasaan ibumu saat ini. "
"Tentu saja aku tahu." Ziyan terdiam sejenak sebelum melanjutkan. " Tapi bu... Aku bahagia, aku bahagia karena kau menemaniku. Karena itu aku ingin kau juga hidup bahagia. " Bibir pucat Ziyan melengkung membentuk sebuah senyum.
Melihat senyum putrinya membuat sedikit kehangatan merayap di hatinya. Namun kehangatan itu segera sirna setelah mendengar apa yang Ziyan ucapkan selanjutnya.
"Bu..aku ingin jika aku meninggal nanti. Aku ingin di makamkan di bukit belakang, dengan papan kayu tanpa ukiran sebagai nisanku. Aku ingin hidup bebas setelah ini."
Mendengar kematian keluar dari bibir putrinya membuat mata Nyonya mo kembali basah. "Jangan bicara sembarangan, Kau akan sembuh Yaner. Apa kau tega meninggalkan ibu sendirian." ucap nyonya Mo sembari mengusap air matanya dengan sapu tangannya.
Ziyan memandangi sapu tangan tersebut. Dia ingat, itu adalah sapu tangan pertama yang ia sulam saat umurnya 8 tahun. Ada karakter 'MO [ 墨 ]' pada sapu tangan tersebut. Itu adalah Karakter nama keluarganya.
' Bu maafkan aku. mungkin hidupku tidak akan lama lagi.' ucap Ziyan dalam hati. Tiba-tiba ia teringat dengan sosok kepala keluarga Mo, Ayahnya Mo Yincheng. ' ah....aku juga belum minta maaf pada ayah. semoga dikehidupan selanjutnya aku bisa menjadi putri kalian lagi, ayah ibu.'
Nyonya Mo tak menyangka bahwa malam itu akan menjadi perbincangan terakhir dengan putrinya. Kematian Ziyan yang begitu tiba-tiba membuat Nyonya Mo dan yaoyao amat terpukul. Terutama nyonya Mo, beberapa kali ia pingsan karena kesedihan yang amat dirasakannya.
Pemakaman Ziyan dilakukan tanpa kehadiran Tuan Mo, hanya dibantu oleh Xiaoqi dan Yaoyao. Sebelum kondisinya makin memburuk, Ziyan selalu berpesan pada ibunya, agar jangan memberitahu apapun kondisinya pada ayahnya. Ia tak ingin membuat kekhawatiran ayahnya bertambah, dia sudah memiliki beban pekerjaan yang sudah cukup membuatnya lelah. Jadi, dalam surat yang dikirim untuk ayahnya. Ziyan selalu mengatakan bahwa kesehatannya semakin hari semakin baik, dan tentu saja kabar itu sebenarnya berbanding terbalik dengan kenyataan.
" Tiga hari sudah berlalu sejak kematian Yaner, dan kami masih merahasiakannya dari suamiku."
Gaia melihat kesedihan di mata nyonya Mo. Tidak, lebih tepatnya kekecewaan. Kecewa karena merasa gagal menjaga putrinya, kecewa karena harus merahasiakan kematian putrinya pada suaminya.
hening.
Gaia tak tahu kata apa yang harus ia ucapkan. Saat otaknya berputar memikirkan apa yang harus ia katakan, sebuah suara membuyarkan pikirannya.
" Nyonya. Semuanya sudah siap."
" Gai ya, sekarang kau istirahat dulu saja. aku lihat sepertinya kau sangat lelah. Yaoyao kau antar nona Gai ya ke kamarnya. "
" Kalau begitu aku permisi dulu nyonya dan terima kasih sudah menerimaku. " Gaia bangkit dari tempat duduknya, memberikan hormat pada nyonya dan berjalan mengikuti Yaoyao. Sementara snowy mengikuti di belakangnya.
*****************
Sekilas info :
sebenarnya namanya Gaia apa Gai ya? kok beda.
jadi Gaia adalah nama Inggris. sedang Gai ya nama China.
kok namanya Gaia ?jelek banget.
ilham nama Gaia didapet dari nama-nama dewa yunani kuno. Gaia sendiri adalah ibu dari para dewa. jadi aku pikir ' wah nama orang kuat '.
3.Gaia sebenarnya orang China apa Inggris ?
Dia orang China tapi besar di Britania (setting Inggris jaman dulu). orangtuanya juga China semua. makanya g heran dia bisa bahasa China.
yang penasaran gimana bentuk Snowy.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!