NovelToon NovelToon

Pendekar Lembah Siluman

Kematian Sang Ayah

Disituasi yang sedang terjadi peperangan antar saudara karena perebutan tahta kerajaan.

"Dinda cepat kau lari lewat pintu rahasia ini, dan jagalah anak kita yang ada dalam kandunganmu itu." Ucap Kangmas Chakra.

"Tidak Kanda, Aku tidak bisa meninggalkanmu, Aku ingin selalu bersamamu." Ucap Dewi Ambarwati.

"Tidak Dinda anak yang ada dalam kandunganmu itu lebih penting, karena ia adalah keturunanku, yang akan meneruskan perjuanganku." Kata Kangmas Chakra.

"Cepat pergi Dinda.. Sebelum Duryandra dan para pasukannya datang kesini." Ucap Kangmas Chakra.

"Tidak Kanda Tiii..."

Sebelum Dewi Ambarwati sempat menyelesaikan perkataannya Kangmas Chakra sudah menutup pintu rahasia, dan segera menimbunnya dengan tanah.

"Maafkan Aku Dinda Dewi, Aku tidak ingin kau dan anak yang ada dalam kandunganmu ikut mati bersamaku." Gumam, Kangmas Chakra sambil meneteskan air mata.

Selang beberapa menit rombongan Duryandra yang menaiki kuda dan pasukannya tiba di persembunyian Kangmas Chakra.

"Berhenti." Teriak Duryandra.

"Prajurit.. Cepat kalian geledah rumah itu."

Sang prajurit dengan cepat lari untuk menggeledah rumah tersebut, namun ketika prajurit itu memasukinya ternyata sudah tersedia berbagai jebakan-jebakan yang sudah Kangmas Chakra siapkan..

Hingga satu persatu prajurut Duryandra tewas terkena jebakan itu, hingga tersisa Duryandra sendiri.

"Haii... Kangmas Chakra pengecut. Keluar kau dari persembunyianmu, jangan kau fikir Aku takut dengan semua jebakanmu." Teriak Duryandra.

"Hahahahaha.. Jika kau tidak takut, maka majulah." Teriak Kangmas Chakra dari dalam rumah.

"Baik.. Jika itu keinginanmu. Jangan salahkan Aku, jika ku hanguskan tempat ini." Teriak Duryandra yang marah.

Seketika Duryandra mengeluarkan jurus Segoro Geni yang langsung membakar tempat itu.

Namun ternyata dari dalam Kangmas Chakra juga mengeluarkan jurus Segoro Banyunya.

Jurus Segoro Geni milik Duryandra yang membakar tempat itu, di padamkan langsung oleh jurus Segoro Banyu milik Kangmas Chakra.

"Hemmm.. Ternyata kau masih dapat hidup pengecut." Teriak Duryandra.

"Namun tak lama lagi kau akan menemui ajalmu."

Duryandra segera melompat dari atas kuda langsung menyerang Kangmas Chakra dengan ilmu Segoro Geninya.

Kangmas Chakra yang menahan serangan Duryandra dengan menggunakan ilmu Segoro Banyunya, seketika terjadi ledakan yang sangat besar hingga membuat bumi terbelah.

Duarr....rrrr...rrr.....rrr.

Keduanya sama-sama terpental jauh kebelakang dengan memuntahkan darah segar.

Duryandra yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan segera melesat maju menghantamkan pukulan telak, mengenai dada Kangmas Chakra.

Membuat Kangmas Chakra memuntahkan darah segar yang lebih banyak, hingga membekas di dadanya luka lebam akibat serangn Duryandra.

"Hahahaha.. Kau masih bisa bertahan pengecut. Sekarang terimalah kembali pukulanku." Teriak Duryandra.

Kangmas Chakra yang sudah beberapa kali terkena serangan Duryandra sudah tidak berdaya tersandar di pohon menunggu ajalnya tiba.

"Selamat tinggal Dinda Dewi.. Selamat tinggal anakku." Gumam Kangmas Chandra.

Sebuah pukulan dengan kekuatan penuh mengenai kepala Kangmas Chakra, sontak terjadi ledakan beserta hancurnya badan Kangmas Chakra.

Duaaarrrr...rrrr...rrr.

"Hahahahaha... Akhirnya kau menemui ajalmu pengecut." Cuihhh..

Kata Duryandra sambil meludah ke sisa-sisa potongan tubuh Kangmas Chakra.

Duryandra kemudian menggeledah sisa-sisa puing rumah yang telah hancur, untuk mencari tahu sesuatu yang sudah Kangmas Chakra sembunyikan.

Ketika satu demi satu puing itu dibuka,

Duryandra mendapati ada sebuah pintu rahasia di dalam rumah tersebut.

"Hemm...Ternyata Dinda Ambarwati kabur lewat pintu rahasia ini." Gumam Duryandra.

Nb.. Kangmas Chakra adalah Raja yang baru menggantikan Ayahnya yang terbunuh di medan perang,dia anak dari istri yang paling Ayahnya cintai daripada selir.

Dewi Ambar wati adalah istri Kangmas Chakra.

Duryandra adalah anak dari selir Ayahnya Kangmas Chakra yang bernama Dewi Laksmi.

Disebuah Hutan

Dewi Ambarwati yang lari menjauh sejauh-jauhnya meninggalkan Kangmas Chakra sendiri di rumah persembunyian, yang tidak tau bagaimana kabar sang suami masih hidupkah atau sudah matikah.

Dewi Ambarwati yang mulai kelelahan berhenti di dalam hutan yang sangat sunyi sepi sendiri.

Menahan gejolak hati yang sedang ia rasakan saat ini, menangisi akan kepergiannya meninggalkan Kangmas Chakra sendiri.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki kuda yang mendekati dirinya.

Duprak...Duprak...Duprak...

Dewi Ambarwati yang merasa ketakutan segera mungkin bersembunyi dibalik batu besar yang ada disampingnya.

"Sepertinya ada jejak kaki, namun kaki siapa ini.." Gumam sesosok Kakek sepuh

Kakek sepuh yang memiliki ilmu Pating Roso

mencium ada sesosok wanita yang sedang bersembunyi dibalik batu.

"Cah Ayu.. Uwes rausah delek, Aku wes ngerti."

(Anak Cantik.. Sudah tidak usah bersembunyi, Saya sudah tahu.) Ujar sosok kakek sepuh

Dewi Ambarwati yang mendengar ucapan itu kemudian muncul dengan sangat hati-hati, karena takut jika kakek sepuh akan melukainya.

"Rene Cah Ayu... Rausah wedi.."

(Kemari Anak Cantik.. Ga usah takut) Ujar sosok kakek sepuh

Namun karena Dewi Ambarwati yang tidak mengenali kakek sepuh itu, sehingga dia tidak mau mendekatinya..

"Hehehe... Aku Empu Maha Surya..Ga usah wedi, Aku uduk wong jahat."

(Saya Empu Maha Surya.. Gausah takut, Aku bukan orang jahat) Kata sosok kakek sepuh

Seketika Dewi Ambarwati memperkenalkan diri.

"Saya Dewi Ambarwati Empu, istri dari Raja Kangmas Chakra.

Mendengar nama Kangmas Chakra Empu Maha Surya mengerutkan dahinya, menerawang ingatannya akan sosok yang bernama Kangmas Chakra tersebut.

"Hemmm.. Sepertinya Aku pernah mendengar tentang nama itu.. Tapi dimana ya..." Kata Empu Maha Surya yang mengingat-ingat

"Oooo.. Iya Aku ingat, tatkala itu Aku pernah menolongnya yang sedang terluka, dan dia kemudian memberikanku sebuah cincin ini."

Kata Empu Maha Surya yang melanjutkan perkataannya sambil memperlihatkan cincin di tangannya.

"Itu...Kan.. Cincin yang telah Aku berikan pada Kanda Kangmas Chakra,saat pernikahan kita." Gumam Dinda Ambarwati

"Jadi benar ini adalah cincin suamimu..?" Tanya Empu Maha Surya

"Benar Empu, itu adalah cincin suamiku Kanda Kangmas Chakra.." Jawab Dewi Ambarwati

"Lantas kemanakah suamimu..? Mengapa kau ditinggalkan sendiri disini, apalagi kau sedang hamil.." Tanya Empu Maha Surya

"A..aaku.. Hiksss... Hiksss..." Dewi Ambarwati yang hendak menjawab namun tertatih dan menangis sebelum melanjutkan perkataannya.

"Aku yang disuruh Kanda Kangmas Chakra untuk pergi menggunakan pintu rahasia, namun... Hiksss...Hiksss..."

Belum sempat Dewi Ambarwati melanjutkan perkataannya air matanya kembali menetes dan iapun menangis.

"Namun Kanda Kangmas Chakra menghadapi Duryandra dan pasukannya sendirian Empu, Aku tidak tahu bagaimana nasib suamiku itu sekarang.. Hiksss..Hiksss.."

"Yang sabar Cah Ayu.. Semoga tidak terjadi apa-apa dengannya, Sekarang ayok ikut Empu ke rumah, disana sudah ada Nyai Santi yang menunggu Empu pulang." Ajak Empu Maha Surya

Akhirnya Dewi Ambarwati ikut kerumah Empu Maha Surya, ketika sesampainya disana tiba-tiba....

"Heiii... Tua Bangka apa yang kau perbuat dengan wanita itu.." Bentak Nyai Santi yang ternyata telah menunggu Empu Maha Surya didepan pintu rumah

"Jangan-jangan kau sudah main belakang denganku.." Nyai Santi yang memuncak amarahnya hendak menyerang Empu Maha Surya

Namun Dewi Ambarwati yang tidak mau ada salah faham dengan segera menghadangnya dengan membentangkan kedua tangannya.

"Tunggu dulu Nyai.. Aku bukan simpanan Empu Maha Surya, tapi Aku adalah Dewi Ambarwati istri dari Raja Kangmas Chakra."

Ucap Dewi Ambarwati yang sedikit meninggi

......

Mohon maaf jika ada kesamaan tempat dan nama, namun itu hanyalah unek-unek Author sendiri

Kelahiran Sang Pendekar

Sesaat setelah Dewi Ambarwati menjelaskan akan jati dirinya, Nyai Santi mulai mereda amarahnya dan kembali ceria sambil mengunyah daun sirih.

"Hehehe... Cah Ayu kenapa kau kesini tidak bersama suamimu..?" Tanya Nyai Santi

"Itu ceritanya panjang Nyai.." Jawab Dewi Ambarwati

"Yasudah.. Sekarang kita masuk dulu, dan kau Cah Ayu segera bersihkan badanmu lalu makanlah bersama kami. Setelah itu baru kau ceritakan kisahmu.." Ucap Nyai Santi

sambil mengantarkan Dewi Ambarwati menuju kamar untuk membersihkan badan

Setelah beberapa menit Dewi Ambarwati pun keluar dari kamarnya, dan langsung menghampiri Nyai Santi dan Empu Maha Surya yang sedang di meja makan.

Mereka Akhirnya menyantap makanan yang telah disediakan oleh Nyai Santi.

Setelah selesai makan, Nyai Santi mengajak Dewi Ambarwati duduk diruang tengah, untuk mendengarkan apa yang akan Dewi Ambarwati ceritakan.

Namun sebelum Dewi Ambarwati sempat menceritakan masalahnya, tiba-tiba perut Dewi Ambarwati terasa sakit.

"Aduuuhhh.. Sakit sekali.." Teriak Dewi Ambarwati

Nyai Santi yang sempat kebingungan walaupun sebenarnya dia sudah tau bahwa Dewi Ambarwari sudah ingin melahirkan.

Namun karena panik dia jadi gugup dan bingung akan apa yang harus dia lakukan.

Setelah mulai tenang baru Nyai Santi bergegas mengambil peralatan seadanya untuk membantu Dewi Ambarwati melahirkan.

"Hey.. Tua Bangka apa yang kau lakukan disini.. Cepat sana angkat Cah Ayu dan bawa masuk kedalam kamar.." Bentak Nyai Santi

Empu Maha Surya menuruti apa yang di perintahkan oleh Nyai Santi dengan menggotong Dewi Ambarwati masuk ke kamar.

"Lah kamu ngapain masih disini... Cepat keluar sana.." Bentak Nyai Santi

Dewi Ambarwati kemudian di tangani oleh Nyai Santi untuk dibantu melahirkan.

Terdengar teriakan Dewi Ambarwati yang mengejang kesakitan, dan komando Nyai Santi yang menyuruhnya menarik nafas.

Berjalannya waktu hingga menunjukkan hari sudah hampir pagi, akhirnya terdengar suara tangisan bayi.

Oeeee....Oeeeee....Oeeeeee....

"Ugh... Selamat bayimu Laki-laki Cah Ayu.."

Kata Nyai Santi yang ikut bahagia

Namun dengan keluarnya sang bayi, keluar pula nyawa Dewi Ambarwati dari raganya.

"Cah Ayu... Cah Ayu..." Panggil Nyai Santi

"Tua Bangka... Cepat kesini, periksa apa yang terjadi dengan Cah Ayu.." Ucap Nyai Santi

Ketika Empu Maha Surya mengecek nadi Dewi Ambarwati ternyata sudah tidak berdenyut lagi, guna ingin memastikan Empu Maha Surya hendak menempelkan telinganya ke hidung Dewi Ambarwati.

Namun dengan cepat Nyai Santi menahannya.

"Apa yang mau kau lakukan Tua Bangka.." Bentak Nyai Santi

"Tidak.. Aku tidak akan melakukan apa-apa.. Hanya saja Aku ingin memastikan dia sudah meninggal atau belum." Jawab Empu Maha Surya

"Ternyata dia sudah meninggal.." Kata Empu Maha Surya

"Segera kau buat kuburan untuk menguburkan Cah Ayu ini.." Ujar Nyai Santi

Empu Maha Surya segera pergi untuk menggali tanah membuat kuburan untuk menguburkan Dewi Ambarwati.

Setelah Empu Maha Surya selesai membuat kuburan, Dewi Ambarwati pun segera dikuburkan selesai Nyai Santi melakukan apa yang semestinya dilakukan pada orang meninggal.

Selesai menguburkan Dewi Ambarwati, mereka pun segera masuk kedalam rumah.

"Tua Bangka bagaimana dengan bayinya... Mau di kasih nama siapa..?" Tanya Nyai Santi

"Ehmmm... Aku dari dulu jika mempunyai anak akan Aku kasih nama dia ARYA.." Ucap Empu Maha Surya

"Walaupun bayi ini bukan darah dagingku, tapi akan aku latih dia agar menjadi orang yang kuat dan berbudi luhur tinggi.." Empu Maha Surya menimpali

"Bagaimana jika dibelakang nama Arya kita kasih nama ayahnya.." Ujar Nyai Santi

Jadilah bayi itu diberi nama ARYA CHAKRA..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!