"Kamu mau pergi lagi," tanya Marcel pagi ini sama istrinya Ingrid yang sudah terlihat rapi.
"hmmm, aku ada pemotretan di daerah puncak" sambil menyisir rambutnya yang habis dikeringkan.
" pulang jam berapa"?
" ya belum tahulah, namanya juga pemotretan, mana bisa ditentukan, kek kamu baru tahu aja", jawabnya enteng.
Marcel turun dari kasur king sizenya hendak bersiap untuk ke kantor. Lalu tanpa expresi dia berjalan menuju kamar mandi.
'Mending aku langsung bersiap ke kantor, daripada nanti berakhir dengan emosi dan pertengkaran' batin Marcel.
Marcel menyelesaikan acara mandinya. Dia keluar dari kamar mandi dengan hanya handuk yang melilit didaerah bawah pusarnya.
"Lho, pakaianku belum disiapin sayang"? tanya Marcel karena melihat Ingrid yang masih sibuk memilih-milih accesories yang akan dia gunakan ke pemotretan.
"Belum sayang, ambil sendiri aja ya, aku juga lagi sibuk nih, para kru udah on the way ke lokasi,"
"Emang kamu sebegitu sibuknya ya, sibuk banget sampai tidak sempat menyiapkan keperluan suamimu," hening sejenak
"bingung apa yang kamu cari, terus apa yang kamu dapatkan sih"? uang? harta, ketenaran",nada bicara Marcel sudah agak meninggi satu oktaf.
"maksud kamu apa sih, masih pagi ngajak ribut. Emang aku wanita pengangguran, yang tugasku hanya menyiapkan pakaianmu gitu, emank aku pembantu,? kamu sendiri tinggal ambil doank, apa susahnya sih", emosi Ingrid tak kalah tinggi.
"seorang istri menyiapkan pakaian suami bekerja itu bukan berarti menjadi seorang pembantu", emosi Marcel belum turun sambil berjalan mengambil pakaian kerjanya.
"seorang suami yang baik harus memahami istrinya yang bekerja", ketus Ingrid
Akhirnya Marcel mengalah.Itulah yang sering terjadi akhir- akhir ini. hampir setiap hari mereka bertengkar dari hal kecil sampai mengenai pekerjaan Ingrid yang menurut Marcel Ingrid harus meninggalkan kerjaannya.
"terserah kamu aja"
"menurutmu tergantung kamu, aku yang menentukan langkahku, aku juga yang menjalani", ucap Ingrid tak kalah sengit.
"Brakkkkk" setelah rapi Marcel keluar dengan membanting pintu kamar itu sangat kuat. Berjalan menuruni anak tangga menuju meja makan hati Marcel benar -benar hampa. Di meja makan dia sudah disambut dua orang pembantu yang siap menghidangkan sarapan yang sudah disiapkan oleh koki dan pelayan
Masih seperti biasa Marcel makan sendiri ditungguin pembantu. Sejujurnya hati Marcel agak kesepian dan kosong. Rutinitasnya hanya membahas proyek, meeting sana sini dengan klien, memenangkan tender. Tapi semua itu tidak bisa menjamin kebahagiaannya malah hatinya sering merasa kosong kalau sudah di rumah.
Tak jarang Marcel minta ditemanin oleh asistennya sampai dia tertidur. Istrinya jangan ditanya, selalu sibuk pemotretan sana sini bahkan kadang sampai berminggu-minggu tidak pulang kalau lagi keluar negri. Dan biasanya Marcel hanya dapat kabar dari asisten istrinya tentang keberadaan istrinya itu dan kapan kira-kira balik ke rumah.
"pagi tuan" sapa Leon membuyarkan lamunannya.sang asisten yang tiap hari setia menemani tuannya.
"hmmm, pagi, kamu ikut sarapan sini"
"maaf tuan saya sudah sarapan tadi di rumah" tolak Leon sopan sambil agak membungkuk.
"anggap aja menemani saya" ucap Marcel sangat lesu sambil menyuapkan makanan kemulutnya.
'lho kan nyonya tadi malam ada, kenapa tuan sarapan sendiri ya' batin Leon
"baik tuan" sambil menarik kursi dan duduk diujung meja menunggu para pembantu memberikan piring sarapannya.
Belum habis mereka makan sarapannya sudah terdengar suara Ingrid dari lantai dua untuk memanggil pembantu.
"Sri Sri " memanggil pembantu yang namanya Sri. dirumah Marcel asisten rumah tangga termasuk sangat banyak karena harus mengurus rumahnya yang super besar.
"iya nyonya" jawab sri sambil berlari menaiki tangga.
"bawain ini ke mobil saya, sudah ada Yanti disitu" perintah Ingrid. ternyata Yanti sang asisten sudah menunggu didepan.
Setelah dianggap cukup Ingrid berjalan menuruni tangga dan berlalu kedepan.
"apa ngga sempat sarapan" tanya Marcel tanpa menoleh.
"ngga deh, semua kru sudah stand bye, aku takut terlambat" ucapnya sekilas. "saya langsung jalan ya" sambil melambaikan tangannya dan berlalu kedepan tanpa menunggu jawaban Marcel lagi.
" huhhh "Marcel tersenyum kecut dan melanjutkan makannya.?
'Kehidupan apa yang kamu jalani ini marcel' batin Marcel tersenyum kecut.
"kalau kamu sudah kita jalan sekarang Leon" ucap Marcel sambil bangkit berdiri dan menuju mobilnya.
"mari tuan"
Sepanjang perjalanan ke kantor, Marcel hanya diam. Leon yang selalu setia mendampingi kadang merasa kasihan melihat tuannya itu murung kadang seperti frustasi. Dia memang pengusaha yang sangat sukses, tau cara memenangkan tender, dan mungkin duduk tenang sampai tuapun tidak akan habis uangnya sampai dua tiga turunan, tapi dia sangat tahu tentang rumah tangga tuannya. tentang kelakuan istrinya yang sering berada diluar rumah serta tidak menganggap tuannya serta menghormati tuannya layaknya seorang suami.
Dulu Marcel sangat mencintai Ingrid sampai dia tidak sadar kalau Ingrid hanya memanfaatkannya. Ingrid hanya terobsesi dengan kariernya dan juga banyak laki-laki ganteng diluar sana. Dikalangan model atas Marcel terkenal dengan royal dan duitnya serta kebaikannya. wajahnya yang ganteng dan juga silsilah keluarganya yang sangat kaya raya. cerita itulah awal mula Ingrid mendekati Marcel dengan kecantikan dan kepura-puraannya. Tapi dia memang tidak pernah puas dengan satu orang laki-laki, karena begitu ada laki-laki yang membuat dia terobsesi akan dia kejar juga.
Pernah satu kali Ingrid kepergok wartawan sedang jalan dan liburan diluar negri dengan seorang produser kaya yang telah beristri. sehingga untuk menutupi aibnya Ingrid berpura-pura menangis dihadapan Marcel, seolah-olah dia telah dikorbankan oleh istri sang produser untuk mendobrak popularitasnya. Marcel pun pasang badan untuk melindungi istrinya sehingga berita itu menguap begitu saja, karena anak buah Marcel sudah bisa membuat berita itu sirna.
"kita sudah sampai tuan" tegur Leon karena melihat tuannya masih bengong padahal mereka sudah sampai dilobby kantor.
"hmmmm" lalu melangkah turun karena dari tadi pintu sudah dibuka oleh security.
'tuan sepertinya sedang linglung, mungkin ada beban beratnya lagi. mungkin aku harus melakukan sesuatu untuk menolong tuan. tapi aku harus bagaimana ya' batin Leon.
"pagi pak" sapa Rani sang sekretaris saat Marcel sudah sampai depan ruangannya.
"hmmmm, apa aja jadwalku hari ini"
Rani segera meraih tab yang diatas mejanya lalu melangkah mengikuti Marcel masuk ruang presdir.
"jam sekian bapa ada meeting internal dengan bagian promosi,
jam sekian makan siang dengan pimpinan Arga grup
jam sekian bla BLA BLA
dan bentar lagi jam sepuluhan pak Rendi akan kesini pak. Teman bapak yang baru pulang dari London."
"ok"
"kalau Rendi datang langsung suruh masuk aja, dan sekarang bawa file yang harus aku paraf,"
"baik pak"
Sekitar jam sepuluh lewat dikit Rendi tiba didepan Mars corp yang merupakan kantor Marcel. Recepsionist langsung mengarahkan keruangan Marcel.
"pagi pak, dengan pak Rendi?" sapa Rani ramah
"iya, bosmu ada"
"ada pak, pak Marcel sudah menunggu anda, mari," Rani mengetuk ruangan Marcel dan membuka sedikit pintunya.
"pak Rendi sudah datang pak"
"persilakan masuk" masih menatap monitor di depannya.
"siang pak, apa aku boleh masuk," ucap Rendi menirukan suara perempuan.
marcel kaget dan menoleh mendengar suara perempuan.
"sialan Lo" sambil berdiri mendekati sahabatnya dan melakukan TOS ala mereka.
"duduk, gimana kabarmu sama Tante Mirna"
"so far so good"
"Bagus deh, jadi kangen sama Tante Mirna"
"Hei ngapai Lo kangen nyokap gua, masih waras Lo kan", canda Rendi.
"Sialan Lo, sepertinya kamu makin sukses ya, kapan nih undangan Lo,"?
"tenang aja, justru itulah tujuan gua pulang"
"ohhh jadi lho dah menemukan tambatan hati Lo, Bagus deh Darida Lo hancur di dunia malam," hehehehe Marcel senyum meledek.
"Sialan Lo, by the way gua boleh ngomong sesuatu ga sama Lo", kali ini wajah Rendi sudah sangat serius.
"lho kok jadi serius sih, memang mau ngomong apa sih, aku jadi merinding nih melihat Lo serius begini", canda balik marcel tapi tiba- tiba diam melihat keseriusan Rendi.
"gua harap Lo jangan emosi dan tetap berpikir jernih" ucap Rendi sangat serius.
"ok ok ok aku ga akan emosi, ada apa nih, jangan buat penasaran begini donk"
"gua lihat bini Lo masuk hotel dengan seorang pria di Singapura. gua yakin ga salah lihat, karena aku sudah kenal banget dengan istrimu. tapi laki-laki itu aku ngga kenal"
Marcel kaget tapi masih berusaha dia tutupi.
"kamu salah lihat kali, istriku beberapa waktu ini ngga ada kesingapura" sebenarnya dia juga ragu sih tapi dia berusaha meyakinkan diri sendiri.
"masa iya cel, ini nih istri Lo kan"? sambil mengeluarkan telepon genggam dari saku celananya dan menunjukkan Vidio yang sempat dia rekam dan menyerahkannya ke tangan Marcel.
Marcel berusaha tenang melihat rekaman itu. Tapi ngga berhasil, dia sangat geram melihat rekaman itu, ingin dia banting handphone sahabatnya. Untungnya Rendi masih mengingatkannya setelah Rendi melihat perubahan mimik wajahnya.
"sabar bro, jangan emosi. aku juga kurang tahu apa momentnya mereka disitu. siapa tahu untuk bekerja. cuma yang aku ga habis pikir istrimu kayaknya mesra banget sama laki-laki itu"
"kapan itu ren" tanya Marcel pelan tapi sangat dalam. jadi ini kerjaannya diluar sana, aku telah salah selama ini memberikan kepercayaan penuh padannya, dalam hati Marcel.
"tanggal persisnya aku lupa bro, yang pasti aku kesingapura sekitar dua bulan yang lalu, oh ya lihat direkaman aja tanggalnya"
"kamu benar dua bulan yang lalu" ucap marcel setelah melihat tanggal rekaman itu. dia tersenyum getir sambil menyerahkan handphone Rendi.
"sorry bro, bukannya saya ingin ikut campur, tapi kenapa kamu masih bolehin dia jadi model,"
Marcel tersenyum kecut. "kamu pikir aku setuju dia jadi model, tapi saya ngga bisa menghalanginya,"
"kenapa, apa hubungan kalian kurang baik" selidik Rendi."saya hanya tidak ingin kamu dia permainkan"! lanjut Rendi.
"maksud kamu,?"
"sorry lagi bro, saat di Singapura itu juga ada seorang klienku yang tahu banyak tentang istrimu. kamu kenal fotographer si x. bahkan dia cerita banyak tentang keburukan istrimu dan dia sempat menawari aku untuk kencan sama istrimu. dia tidak tahu aku mengenalmu"
"Apa" terlalu kaget
"sebaiknya kamu selidiki pelan-pelan bro, aku tidak ingin kamu marah tanpa tahu kejelasannya. kalau menurutku jangan terlalu percaya padanya, sebenarnya waktu itu aku ingin langsung telepon kamu, tapi aku takut kamu kecewa, kamu kan cinta mati sama dia!"
"huhhh ok bro aku akan cari tahu tentang ini, terimakasih untuk informasinya."
"kalau begitu aku pamit bro masih banyak yang harus aku kerjakan, kalau aku tidak sempat antar undangan kamu tetap harus hadir ok," Rendi sudah bangkit berdiri..
"kamu buru-buru banget sih, belum juga aku tawarin minum,"
"next time bro, aku pasti minta traktir"
"ok, semoga lancar sampai jadi raja sehari, jangan sungkan telepon aku kalau ada yang bisa aku bantu",
"ok, aku pulang dulu, kamu ngga usah antar, aku tahu kamu super sibuk"
"kamu itu selalu pengertian"
"ok bye"
Sepeninggal Rendi hati Marcel benar-benar hancur. apalagi mengingat video yang ditunjukkan oleh Rendi. tapi Rendi benar dia harus selidiki dulu masalah ini. Marcel ingat-ingat sekitar dua bulan yang lalu dia mengunjungi mama papanya di luar negri.
'berarti saat aku mengunjungi mama papa dia bukannya ada kerjaan tapi jalan- jalan kesingapura" batin Marcel geram.
"Leon keruangan aku sekarang"
"baik tuan"
tok tok tok
"masuk"
"duduk Leon"
"iya, makasih pak"
"Leon dua bulan yang lalu saat aku mengunjungi mama coba kamu tanya Yanti dan selidiki istriku kerja dimana aja?"
"ok tapi kalau boleh tahu ada apa tuan"? tanya Leon hati- hati.
"huhhhhh ini agak pribadi Leon, berat buat aku, aku bingung sekarang,"
"baiklah kalau memang pribadi saya juga tidak mau ikut campur terlalu jauh tuan"
"aku kesal banget Leon, aku marah dan aku merasa dibodohin"
"maaf tuan aku belum faham arah masalahnya"
" Rendi pernah lihat Ingrid dengan laki-laki lain masuk ke hotel di Singapura"
"ohhhh begitu" jawab Leon enteng, membuat Marcel mengerutkan keningnya.
"kok kamu ngga kaget sepertinya, apa kamu menyembunyikan sesuatu atau tahu tentang hal ini"?
"ahhh ngga ngga tuan, saya ngga nyembunyiin apa pun"
"tapi wajahmu mengatakan kamu tahu sesuatu" Marcel makin melotot ke Leon.
Mungkin ini waktunya saya kasih tahu sedikit sama tuan tentang keburukan nyonya Ingrid, kasian kalau tuan terus mempercayai wanita itu, batin Leon masih menatap Marcel.
"kamu malah melotot ke aku, ada apa?"
"begini tuan, maaf," ucapannya sempat terpotong karena dia ragu lagi.
"katakan" ucap Marcel sudah dengan tatapan sangat tajam.
"begini tuan, waktu itu tuan ingat ga, sepulang meeting dihotel x saya bilang saya melihat nyonya dengan seorang laki-laki, terus tuan bilang mataku sudah rabun besok periksa aja. Dan tuan ingat saya waktu itu tidak pulang bersama tuan karena saya bilang mau beli sesuatu. maaf tuan saya memang kurang sopan tapi saya rasa sekarang tuan harus tahu kalau yang aku lihat itu adalah nyonya dengan fotografer terkenal. mereka masuk ke kamar hotel dengan mesra tuan. bahkan saya mengikuti mereka sampai masuk kamar."
"apaaaaa" emosinya langsung meledak sampai berdiri dari kursi kerajaannya dengan muka yang sudah berapi-api.
"kamu tahu hal sebesar ini tapi kamu tidak beritahu aku,!" Marcel menarik kerah kemeja Leon.
"maaf tuan, karena tuan pasti tidak percaya sama saya." Leon sudah menunduk.
sejenak mereka berdua hening di ruangan itu.
"dan bukan hanya itu tuan, saya pernah mendengar nyonya mengatakan kalau dia hanya memanfaatkan tuan, dia tidak benar-benar cinta sama tuan, dia masih penasaran dengan beberapa lelaki keren diluar sana", lanjut Leon tidak berani menatap Marcel.
Setelah berdiam beberapa lama diruangan Marcel Leon pun ingin kembali bekerja.
"maafkan saya tuan, dulu saya pikir lebih baik tuan tidak tahu supaya tidak sakit hati"
"yah ini salahku", ucap Marcel pelan."aku selalu menutup telinga terhadap kesalahannya." sambil duduk kembali dikursi kebesarannya.
"kalau begitu saya permisi dulu tuan untuk menghubungi Yanti"
"ehhh ehh tidak usah lagi Leon. aku ganti tugasnya. sekarang Ingrid katanya lagi pemotretan dipuncak. coba kamu suruh orang menyelidiki kegiatan pemotretan itu,"
"baik tuan"
"oh ya dan lagi Leon coba kamu batasi akses Ingrid menggunakan fasilitasku. seperti kartu kredit, mobil, rumah dan apartemen. saya tidak Sudi dia menikmati fasilitas itu, mendingan aku jual dan kasih ke orang yang membutuhkan."
"baik tuan"
"kalau bisa lakukan pelan-pelan, bilang aja ada gangguan atau gimana"
"baik tuan"
"rumah yang dikompleks x kamu kosongkan dulu para art, bilang sudah dijual karena kantor butuh dana. terserah gimana caramu yang penting jangan sampe dikuasai oleh Ingrid."
"baik tuan"
"bekerjasama dengan pak David , pengacara kita"
"baik tuan, saya juga akan cari cctv hotel itu untuk meyakinkan tuan dan siapa tahu suatu saat kita butuhkan"
"terserah kamu"
"kalau begitu saya permisi tuan"
"hmmm"
Setelah Leon keluar dari ruangannya Marcel sangat frustasi.
" aaaaahaaaa" teriaknya
'kenapa kamu tega Ingrid, kamu berhianat di belakangku. padahal aku sudah sangat mencintai kamu. kenapa kamu melakukan ini' batin Marcel.
dddrrrtt. dddrrrtttt
"hallo ma"
"hallo sayang, gimana kabar kalian"
"baik ma, mama sama papa gimana,"
"kami baik- baik sayang"
"ma, mungkin aku akan pisah sama Ingrid"
"lho kenapa sayang, kok bisa?",
"panjang ceritanya ma, yang pasti dia selingkuh",
"selingkuh"
"iya ma, Rendi sudah melihat sendiri di Singapura, dan Leon juga melihat sendiri dia masuk ke hotel x dengan fotografer itu,"
"ya ampun, dasar ya anak itu,"
"ya sudah yang sabar sayang, semua terserah kamu. kamu sudah dewasa menentukan langkahmu. dulu juga memang teman mama pernah lihat dia di Bali dengan seorang pengusaha mesra katanya, cuma mama ngga percaya. apa pun keputusanmu kami ada di belakangmu ya nak,"
"makasih ya ma"
"ok sayang, hati-hati disana ya",
"iya ma, salam untuk papa",
"ok sayang, bye",
"bye mom",
Setelah sambungan telepon itu putus hatinya sedikit lega karena ternyata mamanya tidak menyalahkannya bahkan hampir boleh dibilang mamanya setuju mereka pisah.
Sekarang apa yang harus aku lakukan. Dia flashback ulang selama pernikahannya sama Ingrid. Mereka yang menikah karena mereka tidur bersama karena mabuk dan diketahui mamanya, sehingga mereka harus segera menikah jangan sampai orang lain tahu. itu akan menjadi aib bagi keluarga Marcel Sanjaya.
Satu tahun pertama pernikahan mereka tidak ada masalah. Marcel juga sangat bangga punya istri seorang model papan atas yang cantik dan ****. Walaupun kadang-kadang untuk melayani kebutuhan ranjangnya aja Ingrid ogah-ogahan dengan alasan cape atau takut besok ngga fresh saat pemotretan.
Kekurang nyamanan itu tercipta di tahun kedua pernikahan dimana orang tua Marcel sudah menuntut seorang cucu. Ingrid tidak ingin hamil, kariernya pasti akan merosot, tapi dia tidak mau disalahin karena memakai kontrasepsi sehingga ia berpura- pura hamil dan mengaku keguguran setelah malamnya melayani suaminya Marcel.
Semenjak saat itu Marcel jadi terpukul dan seperti punya trauma untuk menyentuh istrinya.
padahal Ingrid hanya pura-pura untuk mencari alasan.
tok tok tok
"masuk" ketukan itu membuyarkan lamunan Marcel.
"iya tuan, nyonya memang pemotretan didaerah puncak dengan fotografer x."
"suruh anak buahmu ikutin dan laporkan terus hasilnya"
"baik tuan"
"oh ya tuan dan ini ada beberapa rekaman cctv kafe yang dulu sering dikunjungi oleh nyonya, ada hal yang lebih mengejutkan tuan,"
"apa"
"ternyata nyonya lah yang menyuruh orang untuk menjebak tuan dan menginformasikan ke nyonya besar, untuk mengangkat popularitas nyonya yang saat itu agak redup semenjak ada skandal'
"apa, jadi" Marcel makin hancur
"iya tuan, nyonya hanya memanfaatkan tuan"
"kurang ajar" Marcel geram
"tidak hanya itu tuan, pertemuan mereka berikutnya mengatakan ternyata nyonya waktu itu tidak hamil, karena dia menggunakan alat kontrasepsi. dia hanya pura-pura keguguran biar tuan merasa bersalah. semua ada direkaman cctv kafe ini tuan. dan ternyata pernah juga tuan mereka kasih obat perangsang tapi lolos tuan malah pulang,"
"hahhhh jadi itu dulu kerjaan dia juga,?
"saya kurang tahu tuan kejadiannya",
"saya pernah minum obat perangsang , tetapi supir malah berhasil bawa aku pulang sehingga aku lampiaskan sama anak bi Ani. anak itu sampai sakit dan pulang kampung,"
ucapnya sedih mengingat wajah Ira yang sendu dan jarang bicara ,badan tinggi kurus dan cantik untuk ukuran gadis desa.
"saya jadi merasa bersalah sama bi Ani" ucapnya pelan.
""mungkin itu kita urus nanti tuan, sekarang kita harus urus nyonya ini dulu",
"iya kamu benar, sekarang kita harus selidiki lagi dan jangan kentara supaya dia tidak tahu,"
"baik tuan"
"tolong alihkan semua fasilitas yang aku berikan, jangan ada yang terlewat, perbuatannya sudah sangat kelewatan"
"rumah sama apartemen sudah tuan"
"Bagus"
"blokir black card yang dia pegang dan stop belanja bulanan"
"baik tuan"
'saya mau lihat Ingrid seberapa hebat kamu tanpa aku, karena aku juga sudah tidak mau sisa orang lain,"
"oh ya tuan ini anak buah kita dilapangan kirim Vidio nih cuma agak lelet, mungkin durasinya lama nih tuan" masih memperhatikan handphone ditangannya.
"tungguin"
"iya tuan ini sudah kebuka dan ternyata isinya, nyonya dan fotografer itu menginap dihotel satu kamar tuan. nih rekaman dari mereka," terlihat Ingrid dengan baju **** dipeluk dan dicium-ciumi oleh seorang laki-laki sedikit lebih dewasa dari Marcel.
"menjijikkan" gumam Marcel
"ikutin terus dan kumpulkan buktinya"
"baik tuan"
Sementara Marcel menemui pengacaranya dan menceritakan semua masalah keluarganya.
"Baik pak, kita akan mengalihkan aset-aset itu untuk sementara selama proses perceraian. karena dia selingkuh ini akan memberatkan dia"
"baik, kamu atur dengan baik. saya percayakan padamu, bukannya saya tidak berperasaan atau pelit, tapi kelakuannya sudah kelewatan"
"baik pak"
Setelah dirasa cukup Marcel pamit pulang dan memanggil Leon untuk datang kerumahnya.
"besok Ingrid pulang, tolong kamu dan pak David nginap aja dirumah. saya hanya takut khilaf. jadi kalian yang mengingatkan saya,"
"baik tuan"
"Dan dikantor tolong bilang sama orang bawah untuk melarangnya masuk kantor, aku ngga mau dia buat keributan dikantor minimal sampai putusan cerai, karena pasti aku akan sulit bertindak"
"iya tuan"
"oh ya kamu hubungi Rendi, minta rekaman yang ada di handphonenya. lebih banyak bukti lebih baik untuk mempercepat prosesnya. saya sudah sangat jijik melihat dia."
"iya tuan, nanti saya akan hubungi,"
"oh ya hari ini saya tidak ingin kemana- mana lagi. saya ingin istirahat."
"baik tuan, kalau tuan perlu saya ada di paviliun, saya tidak pulang tuan,"
"baiklah, keluarlah,"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!