Nama: Lawra Azahra
usia beranjak 18 tahun
terlahir dari keluarga kaya.
duduk dibangku SMA kelas XII
tinggi:160.
kulit putih bersih, rambut panjang, bibir tebal nan sexy tanpa operasi.
hobby: membaca novel
tinggal dengan ayah kandungnya yang bernama Bimo dan ibu tiri bernama renatha, dengan saudara laki-laki bernama Reno,15 tahun.
Lawra adalah anak Bimo dengan istri pertamanya, bernama Dita (sudah meninggal).
Reno adalah anak Renatha dengan suami pertamanya, bernama Gunawan (sudah meninggal)
Dira adalah anak Bimo dan renatha, yang tidak lain adalah adik Lawra dan Reno.
"itu laporan yang saya dapatkan bos..."
"ada yang lain..? " kata seorang laki-laki tampan dengan wajah datarnya, berdiri disamping jendela sambil memandangi gemerlap kota A dalam ketinggian dalam apartemennya. Rafa adalah anak pengusaha sukses nomor 1 dikota A.
Rafa terkenal dengan ceo arrogant dan merupakan bos mafia paling disegani dikalangan dunia gelap.
"dimana sekolahnya...?" tanya pemuda itu yang tak lain adalah Rafa Guana Mahendra
Rafa teringat saat bertemu dengan Lawra 2 hari lalu, saat itu hati Rafa benar-benar hancur dan ingin menenangkan diri dengan melihat keindahan sanset disore hari. Rafa pergi ke pinggir danau yang tepat tak jauh dari belakang sekolah, melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
saat sedang melintasi jalan raya yang padat, matanya tak sengaja melihat Lawra dari pintu gerbang belakang sekolah yang belum tertutup. menepikan mobilnya dipinggir jalan dan menyelinap masuk ke sekolah tanpa suara. bersembunyi dibalik pohon beringin besar.
Tak diragukan lagi rafa bisa menyelinap masuk tanpa sepengetahuan Lawra. karna Rafa seorang ketua mafia, sangat ahli dalam hal ini.
Hari tersial, telah Lawra tetapkan pada hari itu. Ia merutuki dirinya sendiri yang harusnya pulang lebih sore dari teman-temannya, hukuman yang dijalaninya tadi pagi tak kunjung selesai, sementara langit kini berubah gelap dengan awan hitam yang mulai menebal.
Angin terasa menghembus menusuk kulit mulusnya, hingga membuat bulu kuduknya berdiri.
Lawra menatap nanar setiap sudut halaman belakang sekolah yang sepi. Ia melihat pohon beringin yang berumur ratusan tahun didepannya bergoyang-goyang seperti menari menciptakan suara-suara yang membuat Lawra semakin merinding. suasana hening tempat itu ditambah suara suara pohon dan suara kicauan burung yang hendak pulang ke sarangnya, membuat Lawra hanya bisa menelan ludah.
Lawra mempercepat menyapu daun-daun kuning yang berserakan di taman belakang sekolah.
baru beberapa daun yang terkumpul. gerakannya pun berhenti, Lawra merasa bahwa dirinya sedang diperhatikan
Ia mencoba memantapkan hatinya dan menengok kearah belakang dan berharap benar benar ada orang yang berdiri disana.
"nihil", tidak ada siapapun selain darinya sendiri
Mengabaikan perasaannya yang mulai tak keruan ingin kembali ke rumah. jantungnya berdebar, jari jarinya mulai gemetar.
Lawra menyapu Sembarangan. saat ada langkah yang mulai mendekat, langkah itu semakin mendekat, angin semakin kuat membuat sampah dedaunan beterbangan berantakan kembali.
Lawra menutup matanya rapat-rapat, keringat dingin mulai membasahi keningnya, tangannya mengerat kuat sapu. hatinya melemas saat ada tangan yang menyentuh pundaknya.
"si-siapa..?"
"hantu"
aaa.. "teriak Lawra histeris "
teriakannya berhenti saat mendengar tawa lepas dari seorang laki-laki.
"sial", umpat Lawra dalam hatinya, dia menatap pria didepannya, menatap dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Lawra berdecis sial menatap pria yang membuat jantungnya hampir copot.
sementara Rafa masih menikmati tawanya
untuk pertama kali bahagia dalam hidupnya.
iya, Rafa sengaja membantu menggoyang-goyangkan ranting pohon agar suara suara mengerikan semakin keras
"hmm"
"siapa namamu", tanya Rafa kepada gadis itu, tapi Lawra hanya menatap pemuda itu.
Dengan sorot matanya yang memabukkan, pemuda itu seperti terbius oleh indahnya mata Lawra saat itu.
Matanya tanpa berkedip, matanya yang bening dan dihiasi bulu mata lentik yang panjang dan tebal natural, membuat pemuda itu terkesima.
Tanpa menjawab pertanyaan pemuda itu, Lawra langsung melanjutkan aktivitasnya, dengan cepat Lawra menyelesaikannya dan berlalu pergi, dan Rafa tak bisa berkata apapun lagi
Untung saja Rafa sempat mengambil foto gadis itu saat Lawra sibuk memunguti daun-daun kuning.
dan menyuruh Marsel bawahannya untuk mencari tau Semua tentang gadis itu, titahnya yang tak bisa terbantahkan asistennya.
"Tuan..? "
TUAN.
Rafa tersentak saat mendengar Marsel bawahannya berteriak padanya
"KAU MEMBENTAKKU.. "
"bukan begitu tuan tapi.. "
"KELUAR" bentak Rafa sambil tangannya menunjuk pintu
"baik tuan"
"satu lagi" masih satu langkah bawahannya berjalan langsung dihentikan oleh suara Rafa
"cari tau, apa pekerjaan ayahnya "ucap Rafa
"baik tuan, saya sudah bisa pergi tuan? "
"ya"
* * * *
pagipun tiba....
plak..
pak...
suara tamparan itu menggema diruangan besar nan mewah, tamparan itu berasal dari pak Bimo kepada putrinya Lawra Azahra.
Wajah pak Bimo merah saat ini, panas ditangannya membuktikan bahwa tamparan itu keras bukan main-main.
Bolak balik tamparan di pipi kanan dan kiri, menyebapkan Lawra sampai terhempas jatuh, kepalanya terkena sudut meja , mengakibatkan kepalanya berdarah, tangannya tergores kursi dekat meja yang membuat tangannya robek, mungkin akan impeksi.
Lawra merasakan sakit yang perih di wajahnya ditambah sakit di kepalanya membuat sakit itu semakin sempurna.
Tapi hal itu sudah biasa bagi Lawra bahkan tangannya tak terulur untuk menyeka darah di tangannya bahkan di bibirnya.
"dasar anak tak tau diuntung, siapa yang mengajarimu mencuri ha.. ", bentak pak Bimo menggema.
Lawra hanya diam, pak Bimo melangkah menuju putrinya
"katakan siapa yang mengajarimu", tangannya terulur menarik paksa rambut panjang Lawra
menjambak rambut Lawra keras
Lawra hanya menutup matanya, merasakan perih di ubun-ubunnya
dapat dipastikan rambut Lawra akan gugur.
ada seorang wanita paruh baya disana, sudut bibirnya tertarik keatas, menyunggingkan senyum licik. Dia adalah ibu tiri Lawra, Lawra dapat melihatnya dan pastika bahwa ibu tirinya itu yang mengambil uang dari kartu rekening pak Bimo.
dan memasukkannya ke dalam tas sekolah Lawra.
Renatha ibu tirinya itu mengadu, bahwa Lawra lah yang mencuri uang pak Bimo.
Tapi pak Bimo terlalu percaya dan tidak mencari tahu dahulu
"kalo Lawra jelasin sama papa juga nggak bakal didengarkan", ucap Lawra dingin, tapi jujur saja hatinya sakit, bahkan sakit tamparan itu tidak sebanding dengan rasa sakit hati Lawra saat saat ini
"dasar anak pembangkang, mau saya hukum kamu, sini saya hukum"
pak Bimo menarik paksa tangan Lawra menuju kamar mandi.
Menyiram tubuh Lawra dan melangkah pergi tanpa rasa bersalah
Lawra hanya terkekeh geli, dengan rasa sakit hati nya
papanya berhenti melangkah ketika mendengar kekehan Lawra
"he he"
"semoga papa tidak akan pernah menyesal akan ini"
kata Lawra sambil menyunggingkan senyuman tulus kepada papanya
"aku sayang papa"
papanya langsung mengunci kamar mandi dan berlalu begitu saja
walaupun seperti itu Lawra tidak berteriak bahkan mengeluarkan air mata setetes pun.
dan tidak membenci ayahnya.
tubuh basah Lawra ditambah darah segar terus mengalir dari kepala dan tangan nya berceceran
dilantai kamar mandi
Lawra pingsan dengan baju yang sudah mulai mengering, darah sudah berhenti keluar.
bibirnya pucat seperti mayat.
. . .
pagi harinya pak bimo merasa tak enak di dadanya,
kakinya melangkah menuju kamar mandi dimana Lawra dikurung, dan tidak dikasih makan seharian.
"bangun kamu", kata pak Bimo sambil menendang kepala Lawra pelan.
sudah beberapa kali ia menendang kepala dan tubuh Lawra tapi tak dapat respon juga.
Ia berjongkok menatap wajah Lawra yang tertutupi oleh rambutnya.
tangannya terulur menyeka rambut Lawra, betapa terkejutnya iya melihat wajah Lawra penuh darah yang sudah mengering.
"Lawra kamu kenapa, jangan membuat saya merasa bersalah "
"kamu bercanda hah...", jantungnya maraton entah kenapa merasa sedikit takut kehilangan gadis kecil di depannya.
Ia memopong tubuh Lawra dan membawanya keruma sakit.
Ibu tiri Lawra yang melihatnya tertawa geli, puas melihat ayah dan anak yang sedang hancur.
Ia merasa rencananya berhasil.
"semoga aja dia mati", ucapnya tersenyum penuh bahagia.
Reno anak kandung Renahta mendengarnya dari balik pintu langsung mendobrak pintu,
"kenapa mama melakukannya, apa mama tak punya hati ha.. "bentak Reno marah ia tidak menyangka ibunya begitu jahat.
"kak Lawra itu baik mah, mama tidak berhak menyakitinya " ucap Reno
"diam kamu, mama lakuin ini juga untuk kamu, agar semua harta mas Bimo diwariskan pada kamu bodoh."ucap renahta tanpa dosa.
"tapi aku tak mau makan duit haram mah, semoga mama cepat berubah dan temukan semua sisi baik dari kak Lawra."jawab Reno berteriak sambil berlari meninggalkan ibunya, membawa semua kekecewaan nya...
. . .
sedangkan pak Bimo masih tak menyangka jika hukuman buat anaknya terlalu parah.
bengong merutuki kesalahanya, jika ada orang yang melihatnya, sudah dikira orang gila.
sifat Lawra dingin dan cuek karena orang tuanya tak pernah memberinya kasih sayang,
ia tidak memiliki sandaran kepada siapapun .
Dulu sebelum ibu kandung Lawra meninggal dia sangat bahagia, selalu mendapat dukungan dari ibunya, ayahnya juga sangat sayang padanya.
tapi semua itu cepat berlalu, ibu Lawra meninggal karena perselingkuhan ayahnya dengan ibu terinya saat ini.
ibu Lawra marah, memecahkan semua benda yang dapat dijangkau tangannya, struk dan mati karena mencoba bunuh diri.
ibunya mati didepan mata Lawra
"bagaimana keadaan putri saya dok?" tanya pak Bimo kepada dokter yang baru saja keluar dari ruang tindakan Lawra
"putri bapak mengalami amnesia karena benturan kepalanya lumayan keras, amnesia putri bapak dapat bersifat sementara atau permanen tergantung berat kerusakan otak yang terjadi.
putri bapak juga menderita penyakit maag karena sering terlambat makan dan bisa bersifat fatal karena terlalu sering mengabaikan makan.
Mengakibatkan dinding lambung terluka dan lengalami iritasi karena terus menerus terkena asam lambung yang bersifat mengikis.
*gampang kelelahan, tubuh terus membakar kalori yang menguraikan zat gizi sekalipun putri bapak dalam kondisi istirahat .
*Lebih gampang sakit, kebiasaan melewatkaan waktu makan membuat putri bapak lebih rentan terserang penyakit. jawap dokter itu jelas
pak Bimo melongo,
"amnesia" kata pak Bimo tak percaya
dokter itu mengangguk
"tidak mungkin dokter, ini tidak mungkin"
ia berjalan gontai menuju ruang kamar Lawra , matanya lekat menatap Lawra. wajahnya putih pucat tapi tidak lagi ternodai darah
"Lawra" ucapnya parau
"hei bangun kamu anak bandel", ucap pak bimo sambil mengguncang tubuh Lawra, air matanya meluncur deras, semakin merasa bersalah akan penyakit putrinya karena ulahnya sendiri
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!