NovelToon NovelToon

One Night Stand With Dosen

Part 1

Matahari pagi yang menyelinap masuk lewat celah tirai menyilaukan manik mata Disya. Gadis itu mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menerpa wajahnya, sebelum akhirnya kesadarannya mengumpul di dunia nyata.

Mata Disya hampir meloncat dari tempatnya saat kesadarannya sudah kembali. Matanya liar menyapu keseluruh ruangan dan itu bukan kamarnya.

"Hah! Apa yang terjadi!" gumam Disya dalam hati. Jantung gadis itu memompa dengan cepat begitu menyadari tubuhnya hanya berbalut selimut tebal yang membingkai ranjang besar.

Ia terpekik syok begitu meraba tubuhnya sendiri tidak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya dari balik selimut. Tubuh naked-nya langsung merinding mengingat kejadian semalam.

Tubuh gadis itu tiba-tiba gemetar setelah melihat seorang pria bertubuh kekar sedang terlelap damai tidur di sampingnya dengan bertelanjang dada.

"Oh, Shitt! Apa yang sudah aku lakukan," jerit Disya dalam hati. Disya menarik rambutnya frustrasi. Manik matanya memindai lantai yang berserakan bajunya dan baju pria asing itu.

Dengan hati-hati Disya menyibak selimutnya lalu turun dari ranjang. Disya meringis saat membungkuk, dengan perlahan ia merapalkan doa agar pergerakannya tidak sampai menyebabkan pria itu terbangun.

Disya memungut pakaiannya yang berserakan di atas lantai kemudian segera memakainya.

"Aawww ...." desis perempuan itu ketika merasakan sakit yang luar biasa di bawah perutnya, lebih tepatnya di bagian intinya. Gadis itu menghembuskan napas panjang sambil berjalan perlahan.

Mata gadis itu meneliti mencari sling bag yang semalam ia bawa. Saat hendak mengambil tas tersebut tiba-tiba handphone Disya bergetar, membuat gadis itu panik dan segera merogoh tasnya. Namun, karena termor panik membuat ia kesulitan akhirnya untuk menghemat waktu Disya langsung memuntahkan isi tasnya.

Layar ponselnya berkerlip menampilkan id caller Ocha salah satu sahabatnya. Disya langsung menekan tombol merah untuk menolak panggilan dan mematikan ponselnya. Pikirannya ambyar, satu hal yang pertama ia ingin lakukan adalah segera keluar dari ruangan itu yang entah rumah siapa.

Disya menghentikan langkahnya kembali ketika mendapati bajunya robek dan tak nampak layak dipakai. Ia pun membuka kembali bajunya dan segera menuju lemari pria itu untuk mengambil salah satu kemeja yang bisa dikenakan.

Pandangan Disya jatuh pada kemeja putih yang terlihat kebesaran pada tubuhnya. Namun, ia tak peduli tidak ada waktu baginya untuk memilih pakaian untuk saat ini.

Disya melirik sekilas pria yang masih terlelap itu, kemudian mengambil gambarnya dengan ponsel miliknya. Disya berharap tidak berbuntut panjang dan tidak akan pernah bertemu dengan pria itu lagi.

Disya hanya butuh menghafalkan wajahnya lebih detail barang sejenak, seandainya Disya tidak sengaja bertemu di suatu tempat atau mana pun, gadis itu bisa waspada dan menghindarinya. Disya berharap ini adalah yang pertama dan yang terakhir dirinya bertemu dengan pria itu yang entah siapa namanya.

Gadis itu berjalan tertatih keluar dari apartemen kemudian menuju apartemen milik kakaknya yang terletak tidak terlalu jauh. Disya baru menyadari karena pengaruh alkohol ia salah masuk apartemen orang lain.

Kejadian naas itu berawal dari dirinya yang menuju klub bersama teman-temannya karena sebuah undangan ulang tahun. Siang itu setelah kelas usai, Amel salah satu teman sekelas Disya mengumumkan bahwa dirinya sedang ulang tahun dan mengadakan pesta di sebuah klub dengan satu kelas mendapatkan undangan tersebut tanpa terkecuali Disya.

Disya baru pertama masuk ke klub apalagi minum alkoholnya, itu jelas di luar jangkauannya. Namun, karena keberangkatannya ramai-ramai membuat gadis itu mengiyakan untuk ikut.

"Sya, nanti lo ikut, 'kan?" tanya Hanum memastikan.

"Nggak tahu, males gue datang ke tempat gituan. Tapi kalau nggak datang nggak enak sama Amel," jawabnya diplomatis.

"Ya udahlah berangkat aja, have fun bareng juga rame," ucap Sinta teman sekelas mereka yang paling gaje.

"Kuy lah ikut, gue juga penasaran pestanya bakalan heboh kaya apa," timpal Bila.

"Gue izin doi dulu deh biar mantep," ujar Disya mantap.

"Uluh gaya lo sok patuh," cibir Ocha.

"Harus dong, kan gue calon istri solehah," jawabnya bangga.

"Sombong amad."

Tepat pukul tujuh Disya berangkat dari rumah setelah mendapat izin dari Rayyan. Rayyan adalah pacar Disya, dia seorang Dokter. Mereka pacaran sejak di bangku kuliah. Rayyan kakak tingkat yang jatuh cinta pada adik kelasnya sejak maba dengan dirinya yang menjadi cofas dalam ospek dulu. Rayyan tidak bisa mengantar karena ia ada tugas piket malam.

"Ma berangkat ya?" pamit Disya pada Mama Amy.

"Nggak makan dulu, Sya?" tanya Mama Amy. "Pulangnya jangan kemalaman," sambungnya mengingatkan.

"Siap Ma." Disya hanya pamit untuk menghadiri ke acara ulang tahun temannya tanpa mengetahui bertempat di sebuah klub.

Disya berangkat bareng teman-temannya satu cs, mereka terbagi beberapa kelompok. Ada yang mengikuti mobil Alan ada juga mobil Bisma, sedang Faro membawa motor sendiri. Bagi cewe-cewe cukup numpang dan duduk manis.

Sesampainya di sebuah klub suasana sudah ramai. Klub di sini terkesan mewah dan tidak seperti diskotik pada umumnya, mungkin karena sebagiannya didekor untuk acara ulang tahun Amel jadi kesannya berbeda.

Rayyan sendiri mengijinkan ia pergi bersama teman-temanya karena ia tahu, Disya berangkat dengan sahabat-sahabatnya yang Rayyan sendiri sudah hafal.

"Eh ucapin selamat dulu yok buat Amel," ucap Sinta menginterupsi.

Mereka kompak menuju Amel yang sedang dikerubuti teman-teman yang menghadiri pestanya. Satu kata, ramai entah dari kalangan mana saja yang hadir, tetapi yang jelas mewah dan bertema anak muda banget.

"Selamat ulang tahun Amel," ucap Disya yang diikuti teman-teman yang lainya.

"Thanks ya udah hadir, silahkan have fun. Santai saja nikmati pestanya," seloroh Amel senang.

Setelah acara tiup lilin dan potong kue, semua yang hadir bebas menikmati hidangan yang disuguhkan pihak tuan rumah. Mereka pun mulai membagi kelompok dengan mencari keasyikan masing-masing.

Kebetulan Disya cs memilih permainan dare or truth. Bagi siapa yang tidak bisa menjawab jujur maka ia akan diberikan tantangan oleh teman-temannya.

Faro mulai memutar botol bekas di meja bar dan ... botol pertama mengarah pada Sinta.

"Yeah Sinta, dare or truth?" koor mereka kompak.

"Truth dong?" jawab Sinta percaya dirinya.

"Kapan kamu melakukan ML saat pertama?" tanya Bisma tanpa filter.

"Gila pertanyaan lo, gue masih ting-ting kali!" jawab Sinta ngegas.

"Pengen tahu aja, siapa tahu lo bohong. Bisa dibuktikan nggak nih kebenarannya?"

"Lo mau coba?" tantang Sinta berani.

"Boleh kalau ditawari," jawab Bisma berbinar

"Halalin gue dulu baru buka-bukaan." Seketika pecah dengan gelak tawa dan keriuhan.

"Oke lagi." Botol diputar oleh Bisma dan kali ini mengarah pada Faro.

"Yeach ... Faro. Dare or Truth?" tanya mereka kompak.

"Sudah berapa kali lo kencan buta sama cewek?" tanya Bisma, seketika Faro terlihat berpikir.

"Mam pus lo!" sarkas Alan.

"Nggak tahu jawabannya, oke Faro tantangan ya?"

"Oke lah siap!" Faro ditantang minum alkohol berkadar rendah satu gelas.

"Kecil ini mah," jawab Faro enteng. Bagi Faro enteng jangankan satu gelas sepuluh gelas mungkin Faro sanggup.

Part 2

Bisma memutar kembali botol kosong tersebut. Pelan-pelan putaran semakin pelan dan ... set.

"Yeach ... Disya!" pekik Bisma antusias.

"Truth or dare Disya Anggita?" seru Bisma.

"Truth dong," jawab Disya yakin.

"Berapa kali kamu dicium Rayyan?"

"Harus jujur lho ya?"

"Emmm ... berapa kali ya? Gue lupa lah masa gue hitung," jawab Disya kesal.

"Wah ... berarti udah banyak dong ...."

"Oke karena jawabannya ambigu lo harus terima tantangan," ujar Bisma.

Gila... gue belum pernah minum kaya gini. Bisa digorok Mama kalau sampai tahu anaknya main di klub minum ginian.

Disya tidak bisa mengelak, akhirnya ia minum satu gelas alkohol. Bagi Disya yang tidak biasa minum bukan tidak biasa belum pernah malah, menghabiskan satu gelas berukuran kecil saja sudah membuat gadis itu kliyengan sedikit pusing.

Hari semakin larut permainan berlanjut, siapa pun yang tidak bisa menjawab jujur dari pertanyaan teman-temannya akan bernasib sama dengan Disya.

Sementara di tempat yang berbeda lebih tepatnya di sebuah apartemen mewah, Sky kedatangan teman-temannya. Mereka sengaja mengunjungi pria itu untuk sekedar main tetapi sayangnya salah satu dari mereka membawa vodka.

Bara, Gerald dan Sky adalah sahabat dari bangku SMA hingga mereka kuliah. Ada satu lagi Rayyan, tetapi laki-laki itu sedang sibuk jadi otomatis tidak bisa ikut berkumpul dengan teman-temannya. Tetapi untuk Rayyan mereka bersahabat waktu SMA saja karena kuliah di tempat yang berbeda. Sedangkan Sky sendiri baru saja pulang seminggu yang lalu dari London. Pria itu baru menyelesaikan study S2-nya.

Hari ini mereka menyempatkan berkumpul, biasanya mereka asyik nongkrong di klub. Namun, karena Sky menolak dua sahabatnya itu yang mengalah dan mengunjungi ke apartemennya.

"Gila, lo bawa apa?"

"Bawa yang bikin kita fly," jawab Gerald enteng.

"Gue udah pensiun minum gituan, pingin belajar jadi orang bener."

"Puasin dulu lah, main, minum sebelum married, iya nggak bro?"

"Betul, entar udah punya bini mah nggak bebas. Ngumpul sama teman juga pasti jarang kaya si Rayyan. Noh ... setiap kali diajak kumpul selalu nggak bisa, sibuk terus pacaran."

"Emang dia udah punya pacar?"

"Udah," jawab Bara, sementara Gerald hanya mengedikkan bahunya acuh.

Sky merasa tidak enak kalau tidak minum, sehingga pria itu pun ikut menenggak barang haram tersebut. Tidak sampai mabuk, namun cukup mampu membuat pria itu sedikit pening. Mungkin karena sudah lama tidak minum membuat pria itu sedikit pusing dan terasa gerah.

Selepas kedua sahabatnya pulang Sky berniat untuk langsung beristirahat. Namun, baru saja ia berdiri dari duduknya pintu apartemennya seperti ada yang mengguncang. Sky memastikan siapa yang hendak masuk, mungkin sahabatnya kembali lagi karena ada yang tertinggal.

Sky membuka pintu dengan perlahan, laki-laki itu cukup sadar. Ia sedikit terlonjak ketika seorang gadis cantik yang sedang memegang kepalanya langsung nyelonong masuk tanpa permisi.

"Eh lo siapa? Kok di apartemen kak Flora?" tanya Disya meracau setengah sadar.

Disya langsung menuju ke dalam dan merebahkan diri ke kamar. Sky menatap heran wanita cantik yang berani sekali masuk kamarnya tanpa permisi. Sky ingin menggiring gadis itu keluar, namun gadis itu sudah berbaring di atas kasur.

Lekuk tubuh gadis itu cukup menggoda iman, di tambah dirinya yang sedikit mabuk membuat suasana kamar semakin panas. Bisikan setan terus menghantuinya sehingga ia pun ikut merangkak ke atas ranjang.

Sky masih bisa melihat dengan jelas wajah cantik gadis yang sudah di bawah kungkungannya. Sementara gadis tersebut terlihat menikmati setiap sentuhan yang diberikan pria itu, membuatnya semakin tertantang untuk menyentuhnya semakin jauh.

Sky tidak tahu mengapa tubuhnya terasa berbeda, malam ini begitu mendamba dan menginginkan sesuatu yang lebih. Biasanya laki-laki itu bisa mengontrol diri dan lebih memilih bersolo karir dari pada harus kencan buta dengan sembarang wanita.

Sky berpikir mungkin gadis ini adalah kiriman dari Tuhan untuk memuaskan hasratnya malam ini.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi, pria itu menyentuh sisi kasur, meraba dengan perlahan, namun tak menemukan sesuatu yang bisa disentuh.

Mata Sky langsung terbuka lebar begitu menyadari hanya dirinya yang berada di kamar ini.

Semalam mimpi nggak sih? Kok terasa nyata dan begitu nikmat.

Laki-laki itu terduduk dan menyadari dirinya yang masih polos. Ia pun bisa menyimpulkan sendiri tentang apa yang terjadi.

Tapi siapa gadis itu? gumam Sky dalam hati.

Sky pun memilih mengabaikan tentang kejadian semalam dan menuju kamar mandi. Setelah menyelesaikan ritual mandi yang sedikit lebih lama dari biasanya, Sky berganti pakaian dan berniat membereskan kekacauan kamarnya yang seperti kapal pecah.

Sky menemukan atasan wanita yang sedikit robek.

Wah... gue nggak sabaran banget sampai baju gadis itu gue robek. Perasaan gue cuma minum sedikit kenapa semalam begitu liar.

Pria itu terus bermonolog dalam hatinya, satu hal yang membuat Sky ragu ia sedikit lupa dengan garis wajahnya. Yang dia ingat hanya cantik dan ... ah, sungguh menawan.

Sky menyibakkan selimut dan hendak membawanya ke tempat laundry. Namun, ia cukup kaget dengan adanya bercak merah di bad covernya, ia pun meneliti.

"Gila gue merawanin anak orang? Pantes banget sempit rasanya sungguh nagih," gumam Sky bangga.

Sky baru tersadar bahwa dirinya semalam tidak memakai pengamanan apa pun. Itu artinya pria itu menanam benih sembarangan. Ia pun segera menepis kekacauan hatinya. Belum begitu hilang rasa penasaran pada dirinya, lagi-lagi Sky dibuat syok dengan penemuan KTM yang diduga milik gadis itu.

"Woho ... lo kabur gue dapat. Kena lo ... dalam wilayah gue," gumam Sky sambil terkekeh.

Berbeda dengan Sky yang bersikap cuek dan tersenyum sepanjang paginya. Gadis di apartemen sebelah terlihat menyedihkan.

Disya masih begitu syok dengan apa yang menimpa dirinya. Mengapa ia begitu bodohnya masuk ke kandang singa, secara logika sudah pasti jadi mangsa. Gadis itu masih menangis di bawah guyuran shower semenjak dua puluh tiga menit yang lalu. Rasanya sekujur tubuhnya terasa capek dan pegal di tambah bagian intinya yang sakit menambah daftar ngilu suasana hatinya.

Lo sudah hancur Disya? Bego, apa yang harus kamu katakan pada Rayyan. Kamu mengkhianatinya.

Tok

tok

tok

Suara ketukan pintu menginterupsi orang di dalamnya.

"Disya! Kamu di dalam?!" teriak kak Flora dari luar.

"Iya kak, bentar!" sahut Disya.

Gadis itu segera menyudahi ritual mandinya yang sebenarnya masih ingin ia lakukan. Ia masih ingin menghilangkan jejak pria itu di tubuhnya. Disya pun begidik ngeri membayangkan kejadian semalam yang ia lakoni setengah sadar.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka dengan Disya yang masih menggunakan bathrobe.

"Kamu nggak kuliah?" tanya Flora. "Tumben lo pulang ke sini? Dimarahin mama lagi?"

"Nggak, lagi pingin tidur sini aja. Kakak dari mana?"

"Owh ... semalam aku ada urusan sama temen jadi nggak pulang."

"Urusan apa sampai nggak pulang?" tanya Disya sedikit kepo untuk menyakinkan aktingnya karena semalam dirinya tidak benar tidur di sini.

"Ih ... anak kecil kepo deh ... ya udah kakak ke kamar kakak dulu," ujarnya sambil lalu.

"Ish ... ditanya juga," kesal Disya pura-pura merajuk.

Part 3

Hari ini Disya sengaja tidak masuk ke kampus karena badannya terasa lelah. Iya lelah dan terasa seluruh tubuhnya remuk, Disya butuh istirahat yang banyak untuk memulihkan tenaganya. Baru saja Disya memejamkan matanya beberapa detik yang lalu, handphone di atas nakas mengglepar minta diraih.

Ocha calling

Disya menghembuskan napas berat melihat id caller si penelpon. sahabatnya itu pasti mau marah sebab telfonnya tadi pagi diabaikan malah sempat direject. Dengan malas Disya segera menggeser tombol hijau sebelum yang di sana semakin murka.

"Iya hallo, apa beb?" jawab Disya lemas.

"Woi ... sialan lo ya, nggak ada akhlak telfon gue dimatiin."

"Nggak usah kenceng-kenceng bego ... telinga gue sakit!" Disya sampai menjauhkan benda pipih kesayangan sejuta umat itu dari telinganya akibat pekikan Ocha bagai audio rusak yang menggema.

"Sorry gue semangat empat lima, lo semalam pulang ke mana? Nyokap lo sampai telfon gue?"

"Serius? Terus lo jawab apa?"

"Ya gue terpaksa jawab kalau lo nginep tempat gue gitu, emang lo semalam ke mana, lo 'kan pulang duluan?"

Oh my God, thanks Ocha atas jawaban cerdas lo, walaupun lo suka ngeselin secara tidak langsung udah nyelamatin hidup gue. Gue traktir deh besok di kantin. Monolog Disya lega.

"Gue... pulang ke apartemen kak Flora, ya kali gue pulang ke rumah dalam keadaan teler bisa digorok gue sama Mama."

"Owh ... syukur deh kalau ke rumah kak Flora berarti aman, ya gue khawatir aja sama lo makannya pagi gue langsung telfon."

Aman pala lo! Gue hancur Ocha!! batin Disya menjerit.

"Ya udah dulu tolong izinin gue hari ini, gue nggak enak badan."

"Lo sakit? Oke lah gampang. Bye, GWS ... beb."

"Thanks gue tidur dulu."

Disya kembali memejamkan matanya, bahkan telfon dari Rayyan berkali-kali ia hiraukan begitu saja. Karena Disya benar-benar ngantuk dan lelah.

"Sya, handphone kamu bunyi tuh berisik," protes Flora yang tak sengaja mendengarnya. Tak ada sahutan dari pemiliknya, Flora pun memanjangkan lehernya untuk melongok kamar adiknya dan melihat ponsel tersebut.

"Rayyan?" gumam Flora pelan.

Ia pun memilih mengabaikannya sebab merasa bukan urusannya. Malam ini Flora harus memenuhi undangan mama dan papanya yang sudah berjanji untuk makan malam di sebuah restoran. Makan malam spesial karena keluarga dari sahabat Papa yang datang mengundang.

"Disya, Dek lo ikut ya?" pinta Flora.

"Ogah, aku males capek juga mau tidur."

"Ye ... molor mulu dari tadi pagi, nggak bosen apa?"

"Mau pulang ding, sebentar lagi. Mama heboh mulu sedari tadi pagi."

"Kak Flora nggak ngantor?"

"Setengah hari doang, dapat dispensasi dari papa, nanti 'kan ada acara spesial gitu jadi disuruh siap-siap."

"Spesial pakai telor ya kak," canda Disya garing.

"Lebih lah, kayaknya tentang masa depan aku deh."

"Iya kah?"

"Mungkin, papa 'kan melarang keras kakak pacaran sama siapa pun katanya aku udah dijodohkan dari lahir sama pangeran."

"Pangeran kodok? Disya tahu sepak terjang kakak kalee," ucapnya cuek.

"Hush kamu dek, ngasal aja. Awas kalau ngadu sama mereka nggak aku transfer uang jajan lagi," ancam Flora.

"Kakak emang mau dijodohkan?" tanya Disya heran. Disya paham betul kakaknya itu tipe cewe yang suka bergonta-ganti pasangan.

Flora yang terlihat kalem dan penurut itu lebih liar dari pada adiknya. Makanya Flora memilih tinggal di apartemen biar bebas. Flora selalu backstreet dengan kedua orang tuanya.

"Kalau yang ini beda, dia ganteng, maco, tajir, paket kumplit deh pokoknya tapi sayangnya terlalu cuek dan dingin."

"Kakak kenal orangnya?"

"Pernah ketemu beberapa kali dulu, tapi denger-denger dia baru saja selesai study dari London makannya pulang."

"Ya udah sana siap-siap good luck. Aku mau pulang ke rumah. Terima kasih atas tumpangannya."

Disya emang sering menginap di apartemen kakaknya terutama jika sedang berseteru dengan papa atau mamanya. Gadis ini agak sedikit pembangkang tetapi manja dan itu membuat papanya sedikit over protective masalah pergaulannya.

***

Hari ini Sky pertama kali ke kampus yang akan menjadi tempatnya mengajar. Pak Dika atau kakek Sky sudah mewanti cucunya untuk bergabung ikut membantu mengelola kampusnya.

Hari pertama Sky belum mengajar kelas, masih tahap pengenalan dengan lingkungan tempat kerja dan para Dosen, serta staf di dalamnya. Biar bagaimanapun keluarga Sky mempunyai saham di kampus ini membuat keberadaannya sangat disegani dan dinanti-nanti untuk berkolaborasi.

Lulusan S2 MBA London Bussiness school ini cukup menarik perhatian atensi di kampus.

Siang harinya Sky langsung pulang ke rumah bundanya. Yuki dan Asher sudah menunggu anak itu dengan antusias. Mereka sudah menghubungi Sky untuk datang sebab ada hal penting yang harus disampaikan

"Bun, tumben nyuruh Sky balik, kangen ya?" seloroh bocah itu bawel.

"Baru datang tuh salam dulu, cium tangan dulu, salim bukan langsung candain orang tua," tegur Asher.

"Assalamu'alaikum ... Ayah Bunda?" ulang Sky pada akhirnya.

"Waalaikum salam ...." koor dua sejoli yang tak lagi muda tersebut.

Mereka tengah duduk santai di ruang keluarga.

"Sky, kapan kamu siap menikah?" tanya Asher tiba-tiba.

"Belum kepikiran Yah, masih pingin main, masih mau menikmati masa muda dulu," jawab Sky datar.

"Kamu punya pacar?" tanya Asher agak sedikit ragu.

"Ada, belum pacaran sih tapi mau langsung aku ajak nikah," klaim Sky yakin.

"Kamu 'kan tahu ayah sudah menjodohkan kamu dengan anak teman ayah, kamu udah pernah ketemu kok. Masih ingat 'kan?"

"Iya masih, Sky nggak suka Yah. Jadi tolong jangan paksa Sky, biarkan Sky memilih jodoh Sky sendiri."

"Sayangnya ayah nggak bisa kabulin permintaan kamu. Ayah nggak bisa nolak perjanjian dulu yang pernah ayah buat. Kamu jalani aja dulu."

"Ketemu aja dulu, kenalan lebih dekat siapa tahu klik, sebenarnya ayah juga kurang sreg jodohin kalian, tetapi nggak ada pilihan lain. Kami berutang budi sama keluarga teman ayah," sambung Asher sendu.

Apa yang ditakutkan Yuki dan Asher benar terjadi, putranya menolak untuk dijodohkan. Apalagi jaman generasi Z begini mana ada anak yang mau diatur-atur untuk urusan pendamping hidupnya.

"Ayah harap kamu tidak kecewain ayah, kamu bersikap dewasa dan mau datang di acara makan malam nanti," ucap Asher penuh harap.

Sky hanya diam, ia memilih untuk menyandar ke bahu bundanya. Umurnya sudah dua puluh lima tahun tetapi masih suka menempel sama Yuki kalau ada di rumah.

"Maafin bunda, Nak, gara-gara bunda, kamu yang kena getahnya," ucap Yuki sendu. Perempuan itu mengelus rambut putranya.

"Kok ngomongnya gitu sih Bun, Bunda nggak salah. Sky minta maaf nanti Sky datang, Bunda jangan sedih lagi."

Sky paling tidak bisa melihat ibunya bersedih, anak sulungnya itu walaupun kelihatan dari luar dingin dan keras. Namun, sebenarnya tipe cowok yang lembut di dalam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!