Seorang gadis berambut hijau tua gelap tampak sedang duduk bersandar pada dinding ruangan sempit berukuran 2x1 meter yang disebutnya kamar.
Padahal lebih tepat kalau ruangan sempit ini disebut sebagai ruang penyimpanan hufftthhh sesak, itulah yang kamu rasakan kalau masuk ke ruang sempit gadis itu.
Gadis cantik yang biasa di panggil Rahel itu tengah duduk di atas lantai, bersandar di dinding sambil menengadah ke langit langit ruang kecil itu.
Tampak bulir-bulir air mata menetes dari kedua pelupuk matanya. Bahunya bergetar hebat, apa yang terjadi dengan gadis itu?
"Hiks....hiks...hikss....kenapa pemeran utamanya harus mati sih? arhkkkk...film apaan ini hisssh," gerutu gadis itu sambil menendang nendangkan kakinya ke sembarang arah hingga....
Brukk
Brakkk
Semua tumpukan buku yang tersusun rapi di depannya berjatuhan dan menimpa kepalanya untung gak sampai geger otak iya kan neng?
"Arkhhhhh....penuliiissssss, shhhhhhh sakit kepalaku, ini juga kenapa kamarnya makin kecil sih? bukunya juga bandel bikin kepalaku sakit argghhhh..." gerutu gadis cantik berwajah oval dengan pipi chubby itu.
Sebenarnya gadis berambut lumut alias berambut hijau itu sedang menonton serial film kesukaannya, hingga akhirnya Rahel malah ikut bawa perasaan sampai nangis nangis ga jelas. Kebetulan pemeran pria nya meninggal dan berakhir menjadi duta Sad Boy.
Rahel mengambil buku-buku itu dan menyusunnya kembali seperti semula sambil menggosok-gosok kepalanya yang sakit akibat tertimpa buku buku yang tebal itu, sungguh sial memang tapi ini salahnya menyusun buku sampai setinggi ruangan itu yang sudah pasti resikonya seperti itu.
"Rahel," panggil seseorang dari luar kamar saat Rahel sedang asik merangkak mengumpulkan bukunya di lantai kamarnya.
Rahel berdiri lalu beranjak membuka pintu itu, "Ada apa tuan putri Jenny mencari saya?" tanya Rahel seraya menyambut Jenny gadis tomboy berambut pendek yang selalu memakai Hoodie itu dengan gaya ala-ala kerajaan.
Tok
"Putra putri, dasar ganggang laut," celetuk Jenny sambil menggetuk kepala Rahel dengan tangannya.
"Aishhh....benjolku jadi tambah kadal biru," ketus Rahel sambil mengusap kepalanya yang masih nyeri karena di timpa buku dan sekarang malah digetuk oleh Jenny.
"Makanya jangan ngawur," ketus Jenny menatap kesal ke arah Rahel sambil bersandar di tiang pintu.
"hel kamu udah ketemu kontrakannya yang baru? gak mungkin kan kamu berangkat dari sini ke kantor, atau kita ke apartemenku aja gimana?" tanya Jenny, kedua gadis belia ini masih setia berdiri di depan pintu padahal jelas jelas ada kursi di dekat situ.
"Emmm udah kok, aku tinggal pindah aja, mungkin empat hari lagi aku udah bisa pindah, lokasinya dekat banget sama kantor, kalau semisal ga ada ongkos aku bisa jalan kaki ke kantor," ucap Rahel.
"Hmmm bagus deh, kalau kamu tinggal disini sih ga masalah, yang jadi masalahnya ongkos kamu ke kantor udah bisa ku kumpul buat nyewa rumah," ujar Jenny.
"Iya aku tau makanya aku milih ngontrak aja biar hemat, mana lokasinya dekat perusahaan lagi," balas Rahel sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"eh kamu udah siap belum? ini kan harinya?" ucap Jenny sambil menatap penampilan Rahel yang acak-acakan, rambut hijaunya diikat sembarangan, pakaian atasnya kemeja kantor dan bawahannya celana olahraga yang kebesaran sampai-sampai harus diikat pakai karet gelang.
"Emmm...five minutes,"
brukk
Dengan cepat Rahel menutup pintu lalu secepat kilat mengganti pakaiannya lebih rapi kali ini gadis itu memaki jeans biru muda dengan kaos berwarna kuning cerah secerah mentari dan sneaker putih miliknya.
Setelah selesai, Rahel membuka pintu sambil nyengir kuda menatap sahabatnya yang masih berdiri dengan muka begok di depan pintu.
''Selesai, let's go, Mom dan Dad udah nunggu pasti," ucap Rahel sambil tersenyum sumringah menggandeng lengan gadis itu.
"Ck...pasti paman dan Bibi gak tenang di alam sana ngeliat putri mereka satu-satunya bertingkah konyol begini huffft," ucap Jenny sambil menghela nafas resah dengan gadis di sampingnya itu.
"Heheh, yang penting tetap cantik ya kan?" balas Rahel sambil nyengir cantik di samping Jenny.
Mereka keluar dari rumah itu dan berangkat menuju Tempat Pemakaman Umum yang berada dekat lokasi rumah itu.
"Cantik sih tapi jomblo terus, kenapa gak cari pasangan aja hel, kan bisa tuh ada yang antar jemput lumayan penghematan," balas Jenny seraya meledek Rahel, mereka berdua kini menaiki sepeda masing-masing dan mengayuh menuju tempat tujuan.
"no...no...no...There is no Boy Friend, couple, love or any relationship with guy in my life!!" tukas Rahel ambil mengayuh sepedanya secepat mungkin meninggalkan Jenny disana.
"Haishh....ganggang laut tungguin dooongg!!" teriak Jenny yang masih berusaha mengejar Rahel.
"weekkk..kejar dong kalau bisa hahahahh," balas Rahel sambil tertawa meninggalkan Jenny jauh di belakang.
"Raaaa....heeeellll!" teriak Jenny sambil mengayuh sepedanya secepat mungkin.
...****************...
Di sebuah taman yang sangat asri tampak empat orang dewasa sedang duduk berkumpul lebih tepatnya sedang berbincang bincang di taman itu sambil menonton anak anak TK yang lagi main petak umpet.
"Jadi kamu udah ketemu rumah barunya Satria? kamu yakin mau tinggal disana? gak mending di apartemen aja? atau kalau nggak kita beli aja kali rumah baru, atau kamu buat rumah aja di dalam perusahaan biar gak perlu bolak balik, atau....ummm," ucap seorang wanita berusia 45 tahun pada putranya.
"Atau apa mom?" sarkas Satria, sudah puluhan kali mereka membahas hal ini dan hasilnya? Mommy kembali bertanya meski sudah di jawab dengan jawaban yang sama.
"Mom dan Dad tenang aja kalian urus Sabrina aja biar gak diem diem melulu, Satria nggak masalah mau tinggal dimana, lumayan cari pengalaman," ucap Satria sambil menyeruput es cendol dawet miliknya yang di beli sampai gelasnya juga biar bisa di bawa ke taman.
"Ck....cari pengalaman sih bagus, tapi cari pasangan juga nak," ucap Daddy yang biasa disapa Daddy Bram.
"No Dad, we have talk about this before, pokoknya Satria gak akan menikah sepanjang hidup Satria, Satria nyaman begini," tukas Satria yang langsung buru buru berdiri dan membawa es cendol dawetnya, ini sudah kesekian kalinya mereka membahas pernikahan.
"Dad, udah jangan di paksa, mungkin itu udah keputusan dia, kita doakan saja yang terbaik," ucap Mommy Ayu yang Ayu seayu namanya.
"Huffthh... dasar anak laknat, main tinggal tinggal aja," ketus Daddy Bram menatap punggung Satria yang sudah pergi terlebih dahulu menuju mobilnya.
''Satria Mommy sumpahin kamu ketemu jodoh di rumah baru kamu itu," teriak Mommy Ayu.
"In your dream sweety mom," balas Satria dengan senyum tampannya sambil masuk ke dalam mobilnya.
"Nak, kau bantu urus si bodoh itu, ergkkk aku kesal sekali dengannya," ucap Daddy Bram sambil menenggak es cendol miliknya.
"Baik Om Bram akan saya urus," balas pria itu sambil menunduk hormat dan menyusul Satria ke dalam mobil.
"hufftt memang anak itu sulit sekali, sebenarnya apa yang membuatnya susah mencari pasangan, ck...ck....ck anak muda sekarang memang aneh-aneh!" ketus Daddy Bram.
"Sudah Dad, yang sabar jangan marah marah nanti tensimu naik," balas Mommy Ayu sambil mengelus lengan suaminya dengan lembut.
"Arghh entahlah Mom, Sabrina juga aneh, dia pendiam banget, erghhh entah kenapa anak-anak kita seaneh itu," tukas Daddy Bram.
"Kalau Satria nurun dari kamu, kalau Sabrina turun dari Mommy, makanya begitu," tukas Mommy Ayu.
"Idiihhh gak salah bilang Mom, gak kebalik itu hmm?" ledek Daddy Bram sambil menatap istrinya dengan tatapan menggoda.
"Ck...nggak loh Dad, emang bener kok, secara Mommy itu kan orangnya kalem, baik, lembut....Eh buset Satria botak eh botak mampus deh lu kampret!!! arkhhhh Daaaaaaddyyyy.....!!!!!" teriak Mommy Ayu saat melihat cacing menggeliat di atas roknya sementara Daddy Bram sudah lari terbirit-birit meninggalkan istrinya di taman bersama cacing tanah itu.
"Huahahahahahaha, tuh kan Mommy brutal banget hahahhahaha," Daddy Bram tertawa terbahak-bahak dari kejauhan.
.
.
.
Like, Vote dan Komen 😊😉😉
Rahel dan Jenny baru saja pulang dari TPU dimana kedua orangtua Rahel dikebumikan. Tampak kedua gadis itu mengayuh sepeda mereka masing-masing sambil saling bercengkrama satu sama lain.
Hari ini hari Minggu merupakan hari beristirahat bagi para karyawan kantoran sekaligus mempersiapkan diri untuk bekerja besoknya.
Rahel sendiri baru mendapatkan panggilan kerja dua hari yang lalu dari kantor yang sama dengan Jenny. Jenny sudah terlebih dahulu bekerja di Perusahaan Farenheit sejak enam bulan yang lalu.
"Hel aku ke tempat temen kerja dulu ya mau minta file presentasi besok, dia orangnya lelet entar lupa aku yang kena marah," ucap Jenny sambil menghentikan sepedanya saat mereka sampai di persimpangan jalan.
"Ohh...okeh okeh, ya udah aku juga ada urusan buat urusan kerjaan juga, kamu arahnya kemana?" tanya Rahel.
"Aku ke sana," ucap Jenny menunjuk arah Kiri.
"Ohh kalau gitu kita pisah disini dong, aku ke arah sana soalnya," ucap Rahel menunjuk persimpangan yang ada di depannya.
"Oke deh, sampai ketemu di rumah ganggang laut!" ucap Jenny sambil nyengir kuda lalu meninggalkan Rahel tanpa mendengar balasan gadis itu.
"Ck...dasar kadal Biru!" celetuk Rahel mulai mengayuh sepedanya.
Hari ini cukup cerah, jalanan juga tidak terlalu ramai, suasana kota Yogyakarta yang damai membuat siapa saja betah tinggal disana.
Rahel mengayuh sepedanya, sambil bersenandung ia melajukan sepedanya menuju sebuah toko perhiasan entah apa yang ingin dilakukan gadis itu disana.
Rahel memarkirkan sepedanya di samping sebuah mobil sedan berwarna Hitam, jika dilihat pasti pemiliknya orang kaya.
Rahel turun dan memasuki toko perhiasan itu.
Brukk
Rahel tidak sengaja bertubrukan dengan seorang pelanggan toko itu.
"Eh aduh maaf ya," ucap Rahel sopan.
"it's okay!" sahut pria berkacamata hitam itu dengan santai sambil tersenyum tipis dan di balas oleh Rahel.
Rahel masuk ke dalam toko itu sambil clingak clinguk, sesungguhnya ia baru kali ini masuk ke toko perhiasan selama 24 tahun hidupnya di dunia ini.
"Silahkan duduk mbak, Ada yang bisa kami bantu?" tanya pegawai toko perhiasan itu.
Rahel mendekati wanita itu lalu duduk di sebuah kursi yang memang di sediakan untuk pelanggan.
"Emm...begini mbak, saya mau cari cin cin pernikahan tapi bukan untuk berpasangan, emm...hanya mau dipakai sehari-hari aja, yang modelnya mirip mirip cin-cin pernikahan gitu ada gak mbak?" tanya Rahel.
Sebentar pelayan toko itu menyerngitkan keningnya.
"Kenapa permintaannya sama dengan pria tadi?" pikir pelayan itu.
"Bagaimana mbak ada gak? tapi kalau boleh yang agak murah dikit deh," ujar Rahel sambil menggaruk-garuk tengkuknya.
"Ada kok mbak, kebetulan tadi ada pembeli yang ngambil cincin tapi gak ikut pasangannya, saya rasa mbak bisa ambil cincin itu, kami akan mengurangi harga untuk mbak," jawab pelayan tersebut sambil menunjukkan sebuah cincin pernikahan dengan bentuk hati di tengahnya, seperti sebuah ruang yang bisa dimasuki oleh pasangan cincinnya.
Pasti pasangan cincin itu juga memiliki bentuk yang sama sehingga jika di dekatkan makan cincinnya akan bersatu.
Rahel melihat cincin itu sambil tersenyum.
"Yesss akhirnya dapat, setelah ini nggak bakal ada yang ngejar ngejar aku lagi karena pasti mereka berpikir aku udah nikah, yesss!" seri Rahel kegirangan di dalam hatinya.
"Bagaimana apa mbak mau? kami juga akan sulit menjual cincin ini karena dikhususkan untuk pernikahan," ujar pelayan itu.
"Ummm...tapi harganya kurangin ya mbak, saya akan ambil tapi kasih diskon besar okey?" rayu Rahel dengan wajah memelasnya.
"Baiklah mbak," ucap pegawai itu.
Akhirnya setelah prosesi tawar menawar selesai, Rahel mendapatkan cincin itu dan memang nasibnya sangat bagus cincin itu pas di jari manisnya.
Rahel keluar dari toko itu dengan senyuman sumringah, selain mendapatkan cincin untuk menutupi identitasnya, ia juga mendapatkan keuntungan karena hanya membayar 200.000 untuk cincin emas itu.
"Hahahah, kau terbaik Rahel, setelah ini hidupku akan sangat damai tanpa ada hama pengganggu yang mengejar-ngejar diriku, luar biasa hahaha," Rahel bermonolog sendiri di depan toko perhiasan itu, sampai sampai beberapa orang bergidik ngeri saat melihat Rahel tertawa sendiri.
"Ih sayang aku takut, lihat deh dia pasti ditinggal suaminya makanya sampai stress begitu, ngeri ahk," ujar pejalan kaki.
"Sssttt...jangan keras-keras dia denger di kejar kamu!" balas pasangannya.
Rahel tidak menghiraukan gunjingan orang sekitar pada dirinya. Ia menaiki sepedanya dengan senyuman bahagia.
Sementara itu di sebuah toko pakaian, seorang pria tampan sedang duduk di ruang tunggu menunggu temannya yang membeli beberapa pakaian kantor, sebab mulai Minggu depan pria itu akan masuk kantor sebagai karyawan baru.
Pria yang tak lain adalah Satria itu tampak serius memilih pakaian formal yang akan di kenakannya ke kantor.
Setelah selesai memilih beberapa potong pakaian ia membawa semua barang belanjaannya ke kasir.
"Mbak tolong dihitung semuanya!" ucap Satria ramah dengan senyuman tipisnya yang tampan sampai sampai membuat pelayan kasir itu salah tingkah dan malah menjatuhkan beberapa pakaian.
"Eh aduh ma..maaf," ucapannya gugup, Satria mengangkat tangannya seraya mengatakan tidak masalah.
"Totalnya Rp. 4.560.000 tuan," ucap pelayan itu Sambil senyum senyum lebih tepatnya senyum genit mencoba mencari perhatian Satria.
"Pakai kartu ya mbak," balas Satria masih berusaha tetap ramah walaupun hatinya tidak nyaman dengan tatapan kasir itu.
"Eh iya tuan," jawabnya lagi.
Pelayan itu menyelesaikan pembayaran barang-barang Satria namun sesuatu membuat Satria menyergitkan keningnya.
"Apa yang dilakukan wanita aneh ini?" batin Satria.
"Ini kartunya tuan, dan di belakangnya ada nomor saya, ingat buat nelpon ya," ucapnya sambil menyerahkan kartu diikuti kedipan sebelah matanya yang membuat Satria bergidik ngeri.
"Maaf mbak tolong jaga sopan santun, Saya sudah menikah!" ketus Satria sambil mengambil kartunya dan mengangkat semua paper bagnya, tak lupa ia melemparkan kertas berisi nomor pelayan kasir itu ke wajah wanita itu, pelayan itu terkejut, ia salah sasaran kali ini.
"Haishhh....sial, mimpi apa aku semalam sampai bertemu manusia sampah seperti itu ihkk... menjijikkan!" gumam Satria bergidik ngeri.
"Kenapa bos?" tanya pria berpakaian formal yang menunggunya di ruang tunggu toko itu.
"Ada siluman rubah tadi, untung ini ku pakai tadi," ucap Satria sambil menunjuk sesuatu di tangannya.
"Pasti digoda lagi, makanya bos nikah aja biar gak ada yang godain lagi," ujar pria itu.
"Bastian kau pulang saja jika ingin membahas hal ini lagi denganku!" geram Satria sambil menatap Bastian dengan kesal.
"Maaf bos," jawab Bastian.
Mereka berjalan menuju tempat parkir, Satria membawa barang-barang nya sendiri ia tidak ingin merepotkan orang lain.
"Sudah ayo cepat, aku akan pindah beberapa hari lagi, aku akan mengurus sesuatu kau pulanglah, untuk beberapa bulan ke depan aku jadi bawahanmu, jangan membongkar identitasku ingat itu!" tegas Satria.
"Baik Bos, tapi apa alasan Bos melakukan ini?" tanya Bastian sambil membukakan pintu untuk Satria.
"Hanya bosan saja menjadi atasan, aku ingin merasakan bagaimana menjadi bawahan sehingga aku tau perasaan mereka!" tukas Satria.
"Yang benar saja bos, mana ada pimpinan bosan dengan jabatannya, ada ada saja kau bos," balas Bastian sambil menyalakan mesin mobilnya.
"Ck...hidup ini butuh senang-senang Bas, alasanku yang lain adalah untuk bersenang-senang," tambah Satria.
"Kau aneh Bos, Anda sudah melakukan ini selama hampir atau tahun apa masih kurang bos?," tanya Bastian.
"Supaya hidup berwarna Bas hahah, kau juga cobalah," ucap Satria sambil sedikit tertawa. Bastian menggelengkan kepalanya.
Mereka melaju menuju kediaman keluarga Farenheit. Satria menyandarkan tubuhnya di kursi mobil itu, matanya menerawang ke jalanan, mereka sedang berhenti karena lampu merah.
Mata Satria tertuju pada sosok gadis yang memakai sepeda di di samping mobilnya. Gadis itu tampak bergumam, sesekali ia tersenyum menatap jarinya.
"Apa dia...."
Satria memikirkan sesuatu di kepala cerdasnya itu.
.
.
.
like, vote dan komen 😊😉😉
Rahel mengayuh sepedanya menuju sebuah lokasi pemukiman yang cukup damai, tampak daerah itu sangat asri, udaranya juga sangat segar.
Rencananya hari ini ia akan melihat lihat area kontrakan barunya yang akan segera ia tempat beberapa hari lagi. Sebenarnya jaraknya cukup jauh dari rumah tempat Rahel tinggal saat ini, tapi Rahel memang gadis yang energik dan sudah biasa naik sepeda kemana-mana.
Sambil bersenandung Rahel mengayuh sepedanya, sesekali ia melihat lingkungan yang di lewatinya, lingkungan yang asri dan udara yang segar.
Saat dalam perjalanan, Rahel melihat anak kecil penjual permen tangkai, ia berhenti sebentar hanya untuk membeli beberapa permen tangkai dari anak kecil itu.
" Hai adik kecil, kakak beli permennya lima biji ya," ucap Rahel tanpa turun dari sepedanya.
"Silahkan kak," ucap anak itu.
"Ini uangnya," ucap Rahel sambil memberikan satu lembar uang merah lalu langsung bergegas pergi sebelum mendengar penolakan dari anak kecil itu
"Kaaakk kembaliannya !!" teriak anak kecil itu.
"Terimakasih adik kecil, kembalikan saja jika kita berjumpa lagi!" teriak Rahel dari kejauhan, gadis itu mengayuh sepedanya dengan cepat sambil tersenyum.
Rahel memang tidak memiliki banyak uang, sebab selama beberapa tahun ini ia hanya bekerja dengan menjual gorengan sebab setelah ia lulus kuliah, keluarganya bangkrut dan kedua orangtuanya meninggal dunia, namun ia tidak pernah lupa berbagi dengan orang yang lebih membutuhkan.
Dengan semangat bertubi-tubi Rahel sudah tiba di lokasi kontrakan barunya yang akan ia tempati.
Menurut pemilik rumah sebelumnya, Rumah bertingkat itu sudah dibeli oleh seorang pelanggan, namun pelanggannya itu meminta agar mencari orang yang mau mengontrak ruangan di lantai dua dengan harga yang murah.
Pemilik rumah itu sendiri sudah lama tinggal di luar kota sehingga ia memilih menjual rumah itu.
Rahel berjalan mendekati rumah sesuai dengan alamat yang diberikan pemilik rumah itu.
Sebuah rumah bertingkat dua dengan pagar besi di sekelilingnya, suasananya cukup asri dan rumahnya juga lumayan besar.
Rahel menyewa rumah itu dengan harga yang sangat murah, entah malaikat dari mana yang memberikan kemudahan ini baginya tapi dia begitu beruntung.
Krieettt
Pintu gerbang di buka, tampak rumah beton berwarna cokelat dan putih dengan banyak pohon di belakangnya.
"Hmmmmm haaaaahhhh....erghhh segarnyaaaaa....." ucap Rahel sambil meregangkan otot-ototnya yang lelah setelah mengendarai sepeda.
"Wah rumahnya besar juga ya, mana desainnya bagus lagi, harganya murah terus dekat sama kantor, wah Rahel hokimu memang yang terbaik!" ucap Rahel sambil menepuk-nepuk kepalanya sendiri.
Rahel menatap rumah itu, ia melihat ke Lantai satu dan kemudian beralih ke lantai dua. Sambil berjalan ia meletakkan sepedanya dengan rapi di halaman rumah itu.
"Lantai satu rumah pemilik yang baru dan lantai dua akan kutempati, kira kira siapa ya pemilik rumah ini?" gumam Rahel.
Tapi ia tidak terlalu penasaran dengan siapa pemilik yang baru, yang terpenting dia punya rumah untuk tinggal daripada harus memberatkan keluarga sahabatnya lagi meski mereka tidak mengatakan apa-apa.
Rahel mengeluarkan kunci cadangan rumah yang sudah di berikan pemilik sebelumnya pada Rahel.
Klekk
Kleekk
Pintu rumah itu dibuka, tampak lah isi lantai satu yang kosong dan sangat lempang. Ia masuk ke dalam rumah itu.
Tampak ada beberapa ruangan di lantai satu namun Rahel cuek saja karena itu bukan bagiannya sesuai dengan kontrak.
Rahel menapakkan kakinya pada tangga menuju lantai dua. Sambil berpegangan pada sisi tangga, Rahel naik ke atas.
"Hufftt....sampai juga di lantai dua," ucapnya menghela nafas, tentu saja ia menghela nafas karena kakinya masih lelah setelah bersepeda tadi.
Mata Rahel terbelalak saat melihat lantai dua, ruangannya sangat luas, bahkan sudah tersedia beberapa perabotan disana.
Terdapat dua buah kamar disana selain itu pemandangan dari lantai dua ternyata sangat indah dan menyegarkan akan sangat cocok bagi Rahel.
"Wahhh....luas sekali, mana harganya murah lagi, aduh terimakasih Tuhan, ini lebih dari cukup waaahhhh luar biasa!!" ucap Rahel dengan senyuman sumringah.
Rahel meletakkan tubuhnya di atas lantai yang dingin itu. Ia berguling kesan kemari karena sangat bahagia dengan rumah barunya, kali ini ia tidak akan tidur dalam ruangan sempit lagi.
Rahel duduk lesehan di atas lantai.
"Sempurna!!" serunya.
Rahel mengeluarkan buku catatan dari dalam tas kecil yang di bawanya, ia mencatat beberapa hal yang harus ia tambahkan untuk rumah itu.
"Hmmm aku akan butuh meja kecil, lalu alas untuk tidur dan selimut, bantal juga, emm gorden juga lalu kursi dan beberapa lampu meja," gumamnya sambil mencatat apa saja barang yang di butuhkannya.
Cukup lama ia duduk disana dengan tutup pulpen di mulutnya dan pulpen yang menari nari dengan indah di atas buku catatannya yang rapi.
"Oke deh beres, tinggal nunggu pindah aja," gumam Rahel sambil meletakkan buku catatannya di atas lantai.
Rahel mengeluarkan ponselnya lalu menatap layar ponselnya yang berisi fotonya bersama mendiang ayah dan Ibunya saat ia lulus kuliah, kala itu usianya masih 19 tahun tapi dia sudah lulus kuliah.
Rahel termasuk wanita cerdas bahkan salah satu incaran para pria di masa kuliahnya dulu, namun tak ada yang berhasil meluluhkan hati gadis cantik itu.
"Mom, Dad tau gak?Rahel udah dapat rumah baru nih, tapi Rahel sendirian lagi deh, Rahel kangen sama kalian hiks hiks hiks," Ucapnya sambil menangis, ia meraba layar ponsel itu, memandangi wajah mendiang ayah dan ibunya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
"Rahel akan balas semua perbuatan mereka, kalian jangan khawatir, Rahel pasti bisa, setelah Rahel berhasil kita akan bertemu heheh," ucapnya menangis sambil tertawa, sepertinya ada sesuatu yang disimpan gadis itu selama bertahun-tahun di dalam hatinya.
"Pembalasan dendam akan dimulai!!" batin Rahel.
Setelah merasa dirinya tenang, Rahel bangkit berdiri lalu beranjak dari rumah itu, namun ia lupa membawa buku catatan miliknya yang ia letakkan di lantai tadi.
Rahel keluar dari rumah itu, tak lupa ia mengunci pintu seperti semula. Sebelum berangkat ia menempelkan sticky notes yang selalu di kantongnya kemana-mana.
Rahel menitipkan pesan di pintu rumah itu.
*From : Rahel J.K
To : House owner
"Dear house owner, Saya penyewa di lantai dua, terimakasih sudah menyewakan ruangan itu untuk saya, saya harap Anda sehat selalu, Xie...Xie*..!!"
Begitulah isi notes tersebut. Rahel tersenyum lalu pergi kembali ke rumah tempatnya tinggal bersama keluarga sahabatnya.
Berselang beberapa menit, sebuah motor Vespa bergaya klasik mendekati rumah itu, tampak seorang pria tampan dengan pesona jiwa mudanya turun dari Vespa itu lalu membuka pagar dan masuk ke dalam pekarangan rumah yang baru di belinya beberapa hari lalu.
"Hmmm.. lingkungan yang lumayan," ucap pria itu sambil memarkirkan Vespanya.
Ia kemudian berjalan ke arah pintu, lalu matanya tertuju pada sebuah sticky notes di pintu itu.
"Hmm? apa nih?" ucapnya sambil mengambil kertas itu lalu membacanya dengan cermat.
"Oh penyewa baru, tapi yang benar saja, dia perempuan? arhhhh kenapa perempuan sih!!" gerutu pria yang tak lain adalah Satria itu.
Cepat-cepat Satria mengeluarkan ponsel dari kantongnya, lalu menghubungi pemilik rumah yang lama.
"Halo Tan, ini yang sewa lantai dua cewek ya?" ucapnya.
"oh iya maaf Tante belum sempat kasih tau, iya dia cewek gak apa apa kan?apa ada masalah?" tanya pemilik rumah lama itu.
"Aduh harusnya gak cewek Tan, saya takut dia bukan cewek baik baik!" ucapnya jujur.
"Hishhh jangan khawatir nak Satria, gadis itu gadis baik-baik, dan Tante bisa pastikan kalau dia nggak bakal nge goda kamu!" ujar wanita itu.
"Bagaimana Tante bisa yakin?" tanya Satria.
"Jangan bilang-bilang ya, dia itu nggak percaya dengan namanya cinta, bahkan dia penganut prinsip hidup sendiri, Tante udah cari tahu sebelumnya, kamu akan tenang disana!" jawab wanita itu.
"Hufftt, okelah Tan, tapi kalau dia aneh aneh nanti bakal ku usir," ujar Satria lagi.
"nggak bakalan, kamu tenang aja! dia akan bawa banyak kejutan untukmu!" ucap wanita itu.
"Maksudnya Tan?" tanya Satria bingung.
Tutt
tutt
tutt
Panggilan terputus, Satria mencoba menelpon lagi namun nomor tersebut sudah tidak aktif.
"huuffttt....semoga semua akan baik-baik saja!" ujar Satria sambil membuka pintu rumahnya itu.
.
.
.
like vote dan komen 😊😉😉😉😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!