Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam, itu berarti sudah waktunya cafe tempat Amira bekerja itu tutup. Dengan peluh yang bercucuran Amira gadis tambun berusia 19 tahun itu membereskan bagian dapur dari mencuci piring kotor hingga semua peralatan masak yang ada. Semua dikerjakannya seorang diri karena cuma dia yang dipekerjakan di bagian itu.
Tak ada yang menarik pada dirinya ... wajahnya yang biasa ditambah berat badannya yang diatas rata-rata membuatnya di bagian pekerjaan kasar. Namun Amira sama sekali tidak mengeluh karna baginya, mendapat pekerjaan saja sudah bersyukur di saat orang lain susah mendapatkan perkerjaan. Apalagi dengan hanya berbekal ijasah SMU. Mendapatkan pekerjaan dengan hasil yang tetap saja sudah suatu keberuntungan baginya.
Setelah selesai mengerjakan tugasnya Amirapun beranjak keluar untuk pulang. Namun belum lagi ia sampai ke pintu keluar tiba-tiba pemilik cafe memanggilnya.
"Ra duduk dulu sebentar ..." ajaknya sambil menunjuk salah satu bangku yg ada.
"Ya pak ada apa?" tanya Amira sopan.
"Begini ... karena akhir-akhir ini omset cafe terus menurun saya terpaksa harus merumahkan beberapa karyawan dan kamu termasuk diantaranya" ucapnya.
Amira tertegun tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
"I ... itu ... artinya saya dipecat Pak?" tanyanya tercekat.
"Ya ... selain kamu masih ada dua orang lainnya dan mereka sudah saya beritahu tadi. Jadi mulai besok kamu sudah tidak perlu datang lagi kemari ... ini sekedarnya untuk pesangon." ucap pemilik cafe sambil menyerahkan sebuah amplop coklat yang berisi uang.
Dengan tangan yang gemetar diambilnya amplop tersebut ... pikirannya langsung melayang entah kemana karena kalut.
"Sudah sana pulang ... sudah malam" ucapan pemilik cafe menyadarkannya.
"Baik Pak ... terima kasih dan maaf jika selama saya bekerja sudah melakukan kesalahan ..." kata Amira sambil membungkukan badannya lalu melangkah keluar dengan langkah gontai.
Sampai di parkiran Amira tidak langsung menyalakan motor bututnya, ia masih tidak percaya bahwa dirinya baru saja dipecat. Setelah terdiam beberapa saat akhirnya ia pun menyalakan motornya dan mulai melajukannya perlahan pulang. Dalam perjalanan sesekali ia mendesah pelan dan menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil menahan airmata yang sudah menggantung di sudut matanya.
Sesampainya di kosan ia langsung memarkirkan motornya dan bergegas masuk ke kamarnya. Di atas tempat tidur ditumpahkannya air mata yang sedari tadi ia tahan. Amira menangis sesenggukan sambil menutupi wajahnya dengan bantal. Ia tak tahu harus berbagi cerita pada siapa .... ya Amira adalah anak yatim piatu sejak kedua orang tuanya meninggal saat ia baru lulus SMU karena kecelakaan bus. Lama ia menangis sampai akhirnya ia pun tertidur.
Amira terbangun saat mendengar suara azan subuh dari musolla dekat tempat kosnya. Ia mengerjapkan matanya pelan, ditatapnya kamar yang baru beberapa bulan ia tempati ... entah sampai kapan ia sanggup membayar uang kos jika tidak segera mendapat pekerjaan.
"Ish ... kenapa aku jadi lemah begini?" gumamnya.
"Ayah ... ibu ... jangan khawatir Amira kuat kok ..." ucapnya dengan sedikit lengkungan disudut bibirnya.
"Semangat Amira ..." ucapnya lagi.
Lalu ia pun bergegas ke kamar mandi membersihkan diri lalu menunaikan sholat shubuh.Setelah selesai dengan ibadahnya Amira merasa semakin tenang.
"Mulai hari ini aku harus cari kerja ...kalau tidak uang pesangon ku ga akan cukup untuk bayar kos dan makan sehari - hari ..." ucapnya dalam hati.
Kruuyuuk ... tiba - tiba perutnya berbunyi.
"Ah ...karna masalah ini aku jadi lupa ga makan semalaman ..." diambilnya dompet lalu ia keluar untuk membeli makanan.
Selesai sarapan Amira langsung mengeluarkan semua dokumen yang dibutuhkan untuk melamar kerja. Setelah itu ia pun mulai mengendarai motornya berkeliling mencari lowongan pekerjaan. Tujuan pertamanya adalah daerah pertokoan dia berharap ada lowongan disana. Dengan membaca bismillah ia mulai memasuki toko yang sekiranya ada lowongan pekerjaan. Sudah seharian Amira berkeliling mencari kerja namun belum juga mendapatkannya. Banyak sekali alasan pemilik toko menolaknya diantaranya karena tubuhnya yang dianggap tidak proporsional dan dianggap tidak punya tenaga karena kegemukan.
Padahal kalau masalah tenaga Amira tak kalah dengan para pekerja kasar lainnya, ini karena sejak kecil ia sudah dididik menjadi pekerja keras oleh kedua orang tuanya walau pun ia anak tunggal. Karena sudah sering mendapat cibiran karena tubuhnya Amira sama sekali tidak patah semangat, baginya hidup tak akan berubah jika hanya berpangku tangan. Sore hari barulah ia pulang ke tempat kosnya. Dalam perjalanan pulang Amira terus memberi semangat pada dirinya sendiri.
"Tenang Ra ... ini baru satu hari kamu cari kerja jadi jangan patah semangat." gumamnya dalam hati.
Setelah membersihkan dirinya dan sholat ashar ia pun duduk didepan teras sambil memperhatikan ibu kosnya yang sedang menyirami tanaman.
"Ada apa? kok keliatannya lagi suntuk ..." ucap ibu kos setelah menyelesaikan kegiatannya.
"Em ... ga ada apa - apa Bu ... " jawab Amira tidak enak karena ketahuan.
"Kalau ada apa-apa bilang saja mungkin ibu bisa bantu..." ucapnya lalu ia pun menghentikan kegiatannya dan menghampiri Amira.
"Sebenarnya tadi malam aku dipecat Bu..." jawab Amira sambil menundukkan wajahnya. Sungguh sebenarnya ia tak ingin menceritakannya ... namun beban yang ia rasakan sangat besar apalagi ibu kos sudah sangat baik padanya, hingga ia tak bisa berbohong.
"Jadi sejak pagi kamu keluar itu untuk cari kerja?" tebak Bu Wati pemilik kos.
"Iya Bu..." sahut Amira dengan senyum kecut.
"Sudah dapat?" sambungnya.
"Belum Bu..."kata Amira sambil berusaha terlihat tegar.
Padahal dalam hatinya ia sangat khawatir sebab sebentar lagi sudah waktunya ia membayar uang sewa kos.
"Sebenarnya ibu punya teman yang punya yayasan penyalur pembantu dan pengasuh ... apa kamu berminat?"tanyanya hati - hati.
"Ya bu ..." jawab Amira cepat.
"Apa kamu tidak malu?".
"Nggak bu ... yang penting halal ..." jawab Amira sambil tersenyum cerah.
"Ya sudah, besok pagi kita kesana ..." ucap bu Wati.
"Ayo masuk ... udah mau magrib"sambungnya.
Kemudian keduanya pun masuk kedalam rumah. Sehabis sholat magrib Amira berdo'a agar segala urusannya dilancarkan tak lupa ia pun mendo'akan kedua orang tuanya yang telah meninggal.
"Ra .. kata bu Wati kamu habis di pecat ya?" tanya Nura teman sesama kos di tempat bu Wati.
''Iya ... tapi besok aku mau diajak bu Wati ketempat temannya ... mudah - mudahan aku bisa dapat kerja." jawab Amira sambil tersenyum.
"Iya aku do'akan semoga kamu cepat dapat kerja lagi ... jadi kamu jangan patah semangat ya ...".
"Makasih ya Nur ..." kata Amira.
Dalam hati ia bersyukur sudah dipertemukan dengan orang - orang yang baik yang mau membantunya yang dalam kesulitan walau pun mereka bukan siapa - siapa namun sudah seperti keluarga. Setelah berbincang sejenak dengan teman sesama kosnya ia pun pamit untuk istirahat di kamar. Sebelum ia merebahkan dirinya diatas tempat tidur tak lupa ia menjalankan sholat isya' terlebih dahulu dan berdo'a agar ia cepat mendapat pekerjaan yang halal. Dan karena badannya yang lelah karena seharian mencari kerja ia pun langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal.
Keesokan harinya setelah selesai membereskan barangnya yang tidak seberapa Amira pergi dengan bu Wati ketempat yayasan. Setelah menerangkan semua pada pemilik yayasan, Amira langsung diterima dan mulai tinggal disana untuk mendapatkan pelatihan sebelum mulai bekerja.
"Sebenarnya ibu ga rela kamu keluar dari kosan ibu ..." curhat bu Wati.
"Tapi mau gimana lagi ... semoga disini kamu cepet dapat kerjaan ya Ra ..." do'anya tulus sambil menggenggam tangan Amira.
"Aaamiin ..." jawab Amira sambil memeluk bu Wati.
Bu Wati memang sudah sangat dekat dengan Amira karna menurutnya Amira anak yang penurut dan tidak pernah macam - macam. Dan yang terpenting dia tidak penah telat bayar uang kos he ... he ... he ...
"Baik-baik ya kamu disini" ucap bu Wati.
Amira pun mengangguk lalu bu Wati pun pamit pulang. Tak terasa sudah satu bulan Amira berada di yayasan, dan selama disana Amira tekun mengikuti semua pelatihan. Para pelatih dan rekan sesama calon pekerja sangat menyukainya karna tingkahnya ceria dan kadang konyol namun masih dalam batas wajar.
Suatu pagi pengurus yayasan memanggil Amira keruangannya.
"Bersiap-siaplah Ra ... sebentar lagi kamu akan diantar sopir ketempat majikanmu yang baru ..." ucapnya.
"Baik bu ... boleh saya memberi kabar ini pada ibu Wati?" tanya Amira.
"Ya silahkan tapi jangan lama-lama karena kamu harus segera berangkat...".
" Baik bu ... terima kasih."ucap Amira kemudian berlalu pergi ke kamarnya.
Setelah mengemas semua barangnya dalam tas jinjing, Amira meraih hpnya dan langsung menghubungi ibu Wati.
"Assalamualaikum bu ..." ucapnya begitu terdengar nada tersambung pada hpnya.
"Waalaikum salam ... ada apa Ra?" tanya bu Wati.
"Ehm ... cuma mau kasih kabar kalau Amira udah dapat majikan yang akan memperkerjakan Amira ..." ucapnya sambil tersenyum.
"Alhamdulillah ... akhirnya kamu kerja juga ..." sahut bu Dewi, terdengar suaranya sangat bersemangat.
"Ibu do'akan semoga lancar dan majikan kamu orangnya baik" lanjutnya.
"Terima kasih bu ... ya udah aku tutup dulu ya bu, soalnya udah ditunggu ...".
"Ya ... jangan lupa kirim kabar sama ibu ya ...".
"Ya bu ... assalamualaikum ..." setelah mendapat jawaban dari bu Wati matikannya hpnya lalu melangkah keluar dari kamarnya.
Setelah berpamitan dengan pemilik yayasan dan para pelatih serta teman - temannya disana Amira pun pergi diantar sopir yayasan menuju rumah majikannya.
"Ya Allah semoga majikanku orangnya baik dan aku bisa betah bekerja di sana ..." do'anya dalam hati.
Ketika mobil yang mengantarkannya sampai di tempat tujuan, Amira terpana dengan kemegahan rumah calon majikannya itu ... Bagaimana tidak, rumah majikannya terlihat sangat besar dengan bangunan 2 lantai dan juga halaman yang luas. Amira hanya pernah melihatnya di televisi ...
Setelah memberitahukan tujuannya pada satpam di gerbang Amira pun lalu diantar menemui majikannya. Saat memasuki rumah megah itu Amira tampak terkagum - kagum melihat segala kemewahan yang ada didalamnya.
"Nyonya ini pengasuh yang dikirim dari yayasan penyalur ..." kata satpam pada seorang wanita cantik yang terlihat sangat elegan walaupun dalam keadaan perut yang membuncit karena hamil.
"Ah ... ya ... terima kasih ... bapak boleh kembali kedepan." ucapnya.
"Jadi kamu pengasuh yang dikirim yayasan?" tanyanya lembut.
"Iya nyonya ..." jawab Amira sambil meremas ujung hijabnya karena gugup.
"Namamu siapa?" tanyanya lagi .
"Amira ... nyonya ...".
"Baiklah ... Amira, sekarang kamu bawa dulu barang kamu ke kamar nanti bik Murni akan mengantarkanmu sekaligus menjelaskan tentang tugasmu disini ..." tunjuknya pada wanita paruh baya yang sedari tadi berdiri di dekatnya.
"Baik nyonya ... saya permisi ..."pamit Amira. Kemudian Amira pun mengikuti langkah bik Murni menuju kamar yang disediakan untuknya.
"Ini kamar kamu ..." tunjuk bik Murni pada sebuah kamar yang ada di bagian belakang.
Dibukakannya kamar itu dan diberikannya kunci kamar pada Amira.
"Letakkan dulu tas kamu didalam setelah itu ikut saya untuk menemui nyonya Sarah dan nona Anna ..." kata bik Murni.
Amira menuruti perintah bik Marni kemudian ia pun mengikuti bik Murni menemui majikannya. Sambil berjalan bik Murni menjelaskan pada Amira bahwa tugasnya nanti adalah menjaga putri nyonya Sarah yang berusia 3 tahun. Amira pun menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Nyonya ..."panggil bik Murni pada nyonya Sarah yang sedang menemani bocah lucu yang berusia 3 tahunan bermain.
"Kemari Ra ..." panggil nyonya Sarah. Amira pun mendekatinya.
"Kenalkan ini anak saya Anna ... sayang, ini mbak Amira mulai sekarang mbak Rara akan menemanimu bermain ya ..." gadis kecil itu mendongak memperhatikan Amira.
"Hai sayang ... salam kenal ..."ucap Amira sambil mengulurkan tangannya.
"Mbak Lala mau main?" tanyanya dengan logat cadelnya sambil membalas uluran tangan Amira.
"Boleh ..." ujarnya langsung ikut duduk disebelah bocah lucu itu.
Amira sangat bersyukur anak yang diasuhnya cepat akrab dengannya begitu juga dengan majikannya yang juga baik padanya. Tak terasa sudah satu minggu Amira bekerja ditempat baru ia juga sudah merasa betah bekerja disana. Tiba - tiba bik Murni memanggilnya saat sedang menidurkan Anna di kamarnya.
"Ra kamu jaga non Anna ya ... nyonya sepertinya mau melahirkan saya akan menemani nyonya soalnya tuan masih diluar kota." terangnya lalu buru-buru kedepan menyusul nyonya yang sudah dipapah masuk kedalam mobil.
Amira menghela nafasnya dengan berat ... ia sangat khawatir dengan keadaan majikannya namun ia juga masih harus menjaga Anna balita yang kini masih tertidur dikamar.
"Ya Allah tolong lindungi nyonya Sarah dan bayinya semoga persalinannya lancar ..." do'anya dalam hati .
Segera Amira menuju ke kamar Anna takut jika bocah itu terbangun dan mencari mamanya. Untung saja hingga pagi bocah itu tidak terbangun. Namun saat waktunya ia bangun bocah itu sudah langsung mencari mamanya. Amira pun mencoba membujuknya dengan mengatakaan jika mamanya sedang mengambil adik bayi dan akan segera membawanya pulang. Mendengar itu Anna lansung senang dan tidak jadi rewel. Setelah jam 7 malam baru bik Murni baru pulang.
"Gimana bik keadaan nyonya?" tanya Sekar salah satu pembantu dirumah majikannya. Semua memandang bik Murni dengan tatapan yang tegang.
"Alhamdulillah nyonya sudah melahirkan ... ibu dan bayinya sehat." ucapnya membuat semua pegawai dirumah itu merasa lega.
Tiga hari kemudian nyonya Sarah dan bayinya akhirnya kembali kerumah. Semua orang merasa bahagia termasuk si kecil Anna yang sudah mulai mengerti bahwa dia sudah menjadi kakak. Dan ternyata tuan Bram suami nyonya Sarah masih sempat menemani saat nyonya Sarah melahirkan. Sepertinya sang bayi sengaja menunggu papanya untuk lahir. Kelahiran kali ini memang spesial, karena dulu tuan Bram tidak sempat mendampingi nyonya Sarah saat melahirkan Anna. Rona bahagia sangat terpancar dari wajah nyonya Sarah, karena telah berhasil melahirkan dengan selamat bayi keduanya itu. Apalagi kali ini suaminya tuan Bram masih sempat menemaninya saat bertaruh nyawa untuk melahirkan buah hati mereka berdua.
Dengan kehadiran bayi laki-laki yang diberi nama Aditya membuat rumah megah itu semakin ramai. Tuan Bram pun tampaknya mulai mencoba untuk lebih sering meluangkan waktu untuk keluarga kecilnya. Kebahagiaan tampak jelas pada nyonya Sarah seiring dengan perubahan suaminya. Para pegawai pun ikut merasa senang. Seperti hari ini Tuan Bram mengajak semua pegawai dirumahnya untuk mengadakan pesta kebun dirumah sebab bayi Adit yang masih terlalu kecil untuk diajak bepergian jauh.
Tampak dari pagi semua orang sibuk untuk mempersiapkan segala keperluan pesta ... walaupun cuma di kebun belakang namun semua pegawai sangat senang. Keceriaan terus terjadi hingga akhir acara ... semua merasa semakin dekat baik sesama pekerja maupun dengan majikan mereka.
"Kamu sudah menidurkan Anna?" tanya nyonya Sarah saat menengok putrinya dikamar.
"Sudah nyonya ...tampaknya nona kelelahan bermain seharian" ucap Amira.
Nyonya Sarah tersenyum ... ya hari ini seluruh penghuni rumah merasa bahagia tanpa terkecuali.
"Apa kamu betah kerja disini?" tanyanya pada Amira.
"Betah nyonya semua orang sangat baik dan lagi nona juga anak yang sangat menggemaskan dan penurut" ujar Amira sambil memandang Anna yang tertidur di boxnya.
"Syukurlah ... saya tidak ingin Anna merasa terabaikan karna kehadiran adiknya...".
"Tidak mungkin nyonya, untuk anak seusianya nona Anna tampaknya cukup mengerti kalau sekarang dia sudah menjadi kakak." ucap Amira.
"Ya semoga ... hm ... sekarang kamu istirahatlah, saya juga mau kekamar" ucap nyonya Sarah.
"Baik nyonya..." jawab Amira.
Setelah membetulkan selimut Anna iapun menutup pintu kamar dan pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Pagi hari semua beraktivitas seperti biasa, para pekerja di rumah bahkan sangat bersemangat setelah kemarin mendapat mood booster. Sejak pagi Amira sudah menemani Anna yang bangun lebih pagi hari ini.
"Mbak nanti aku mau mandi cendili ya..." celoteh Anna.
"Emang udah bisa?"tanya Amira sedikit menyipitkan matanya.
"Iya ... kan udah gede, udah punya adek" ucapnya mantap.
"Ya sudah mbak siapkan dulu airnya..." akhirnya ia menyetujui.
Sebenarnya memang nyonya Sarah sudah menyuruh Amira untuk sedikit - sedikit mengajari Anna agar lebih mandiri termasuk makan dan mandi sendiri.Setelah semua siap Amira pun mengajak Anna untuk mandi. Bocah itu terlihat sangat senang dan bersemangat. Amira hanya memperhatikan dan sesekali membantu bocah itu, setelah selesai mandi dan berganti baju ia pun menunjukkannya pada kedua orang tuanya. Beruntung sekali pagi itu tuan Bram juga belum berangkat kekantor sehingga ia dapat melihat kemandirian putri sulungnya itu.
"Mama ... papa ... liat Anna mandi cendili lho ..." ucapnya bangga.
"Wah anak papa udah gede ya pinter banget..." ujar tuan Bram sambil memeluk dan mencium pipi gembul putrinya.
"Iya ... anak mama dan papa memang pinter..." sambung nyonya Sarah yang masih menggendong bayi Adit.
"Ra nanti kamu temani saya ya..." kata nyonya Sarah.
"Baik nyonya ..." jawab Amira.
Sejak bekerja memang Amira belum semerekakalipun pergi dengan majikannya itu, sebab saat pertama kala itu nyonyanya sedang hamil besar dan kemudian melahirkan sehingga tak pergi keluar rumah. Setelah tuan Bram pergi ke kantor nyonya Sarah pun pergi bersama kedua buah hatinya ditemani Amira dan diantar oleh sopir. Mereka pun pergi ke mall untuk membeli kebutuhan nyonya Sarah dan setelah itu mereka langsung pergi ke bagian permainan. Anna pun langsung senang dan bermain dengan semua permainan yang diinginkannya ditemani Amira sedang nyonya Sarah duduk dipinggir area permainan bersama Adit. Kesenangan bukan hanya milik Anna saja namun juga Amira merasakan hal yang sama karna ia seperti kembali pada masa kecilnya bermain permainan yang tak sempat ia nikmati karena mahal.
Ya walaupun masa kecilnya cukup bahagia namun permainan yang ia mainkan hanya permainan sederhana sehingga saat menemani Anna membuatnya seperti anak kecil kembali menikmati setiap momen yang ada. Orang mungkin akan berkata bahwa ia seperti orang yang masa kecilnya kurang bahagia. Tapi Amira tidak peduli apalagi Anna yang lucu membuatnya semakin bahagia. Setelah Anna puas bermain mereka pun pergi ke restoran yang ada di mall tersebut untuk makan siang. Saat mereka makan tiba-tiba ada yang memanggil Amira...
"Ra ... kamu Amira kan?" sapa seseorang yang baru saja masuk kedalam restoran.
"Maya....?" ucap Amira canggung.
"Wah tambah lebar aja badanmu..." sambungnya sambil tersenyum sinis.
"Eh anak siapa itu? ga mungkin anak kamu kan, secara selama ini ga ada yang mau sama kamu ..." ejeknya sambil terkekeh.
Baru saja ia akan melanjutkan aksinya tiba-tiba ... buk ... sesuatu yang lengket menempel pada pakaiannya.
"Aapa ini..."ujarnya kaget.
"Maaf tante ... Anna ga sengaja..." ucapnya sambil mengelap tangannya dengan tissu.
Amira pun tak kalah kaget pasalnya ternyata tadi Anna melempar bekas makannya tepat pada tubuh teman SMUnya dulu itu.
"Anna ... kenapa dilempar sayang?".
"Mm ... tadi mau tulun ga bisa jadi lempal aja ..." ujarnya polos.
"Kan taruh diatas meja dulu ga pa-pa nanti mbak yang taruh ditempat sampah." kata Amira merasa tak enak.
Maya yang geram ingin sekali memarahi bocah itu tapi karena disitu banyak orang akhirnya ia hanya berlalu sambil menahan geram ke toilet untuk membersihkan diri.
"Anna kenapa ... tadi Anna sengajakan?" tanya Amira hati-hati.
"Abis tante itu jahat..." jawab Anna sambil mencebik.
"Ya sudah lain kali jangan diulangi ya ...".
Bocah itupun hanya mengangguk. Tak lama nyonya Sarah pun kembali dan mereka langsung pulang. Dalam perjalanan pulang Anna menceritakan tentang kejadian di restoran. Nyonya Sarah sedikit terkejut dengan kelakuan putrinya itu namun ia juga bisa mengerti sebab putrinya itu tak mungkin berbuat seperti itu jika ia tidak terusik.
"Memang tadi siapa Ra?" tanya nyonya Sarah.
"Ehm tadi itu teman SMU saya dulu nyonya..." jawab Amira.
"Apa dari dulu teman kamu itu selalu bersikap seperti itu?".
"Iya ..." sahut Amira sambil menundukkan kepalanya.
Nyonya Sarah pun hanya mendesah pelan ... ia tak menyangka pengasuhnya itu jadi korban bullyan di sekolahnya dulu.
"Tapi ga pa - pa nyonya... saya sudah biasa jadi nyonya tidak usah khawatir" kata Amira sambil tersenyum.
Berusaha meyakinkan nyonya Sarah bahwa dia baik-baik saja. Nyonya Sarah pun ikut tersenyum ... ia dapat melihat ketegaran hati Amira saat menatap kedua mata gadis chubby tersebut.
"Baik lah... sekarang kita lupakan saja kejadian tadi..." kata nyonya Sarah yang di setujui oleh Amira dengan anggukan dan senyuman yang kembali menghiasi bibirnya.
Mereka pun saling berbincang selama perjalanan. Dari sana keduanya pun menjadi lebih mengenal sifat mereka masing - masing sehingga bisa saling memahami.
Dan ternyata sifat dan karakter mereka berdua sangat cocok sehingga cepat menjadi akrab dan jadi seperti tidak ada jarak diantara keduanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!