NovelToon NovelToon

Terpana Asmara Tuan Perkasa

Bab 1

Peringatan, novel ini bisa bikin kamu ngakak berkepanjangan! Nikmati sensasi ngakak sampe hidupmu serasa ganti kulit!

***

Mengerjap-ngerjap, Bebi seperti tertusuk panah tak kasat untuk pertama kalinya. Ia terkesima saat melihat pria yang baru menikah dengannya keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ruang ganti.

Pria itu hanya mengenakan boxer mini, dengan tubuh bagian atas yang terpampang polos dan memamerkan lekuk kotak-kotak super six pack. Wajah dan tubuhnya teramat mulus. Tidak ada tanda-tanda cacat dan keburikan di tubuh manusia itu sama sekali.

Katakan sempurna!

Pria itu bak malaikat yang sengaja diturunkan ke bumi-bertujuan untuk menguji iman dan menusuk mata para gadis rendah jiwa sepertinya.

Indah sekali tubuhnya, sayangnya dia hanyalah sebatas suami pajangan. Aku tidak boleh goyah dengan tujuan awalku, menikah dengannya hanya sebuah alasan. Untuk akses kehidupanku yang lebih terjamin seperti yang ayah ucapkan waktu itu.

Rico keluar dari ruang ganti dengan pakaian santai. Boxer pendek dan kaos putih polos kebanggaanya. Ia melirik Bebi, menyembur gadis kecil yang sedari tadi mencuri-curi pandang kepadanya dengan sebuah kalimat telak.

"Apa kamu liat-liat?"

Rico memandang remeh gadis berusia dua puluh tahun yang tengah duduk di atas ranjang.

Wajah gadis itu nampak tenang dan santai menghadapi situasi malam pertamanya. Padahal ia sedang berpura-pura terlihat baik.

Sandiwaranya sangat nyata, sama sekali tidak ada aura gugup yang tercetak di sana. Padahal Rico tahu jelas bahwa anak itu tidak mencintai Rico. Terlebih ia hanyalah gadis belia malang yang dibuang ayahnya secara halus dengan dalil pernikahan.

Sore hari tadi, Rico dan gadis itu resmi menikah dengan mengadakan acara resepsi besar-besaran. Jirico Albraham, terpaksa menerima perjodohan itu karena ayahnya sekarat dan nyaris mati.

Demi menuruti permintaan ayahnya yang sempat durhaka kepadanya, Rico akhirnya mau menikah dengan gadis berwajah imut nan lucu itu. Terlalu menggemaskan, sampai Rico menganggap sang istri seperti batita yang tidak layak dikonsumsi om-om.

Ah, ya .... Namanya panjangnya Bebiana, gadis imut itu berasal dari daerah pelosok pedesaan. Namun, gaya dan penampilannya sama sekali tidak mencerminkan keluguan gadis desa. Menurut Rico, Bebi lebih mirip artis luar negeri jika dilihat pake sedotan bekas pop ice.

Dunia memang sudah berubah lama, sekarang sudah jarang sekali gadis bermodel seperti itu. Baik wanita desa maupun kota, mereka nyaris tidak ada beda.

Kampungan? Istilah itu nyaris lenyap perlahan-lahan dari muka bumi ini.

Kembali menatap Bebi, Rico mengangkat satu alisnya tinggi-tinggi seraya berkata,

"Kenapa kamu mau menikah denganku? Apa keluargamu bangkrut? Kekurangan uang? Ingin lebih kaya? Jelas kamu bukan perawan tua yang sudah tidak laku bukan! Jadi, apa alasanmu mau menerima perjodohan ini?" Rico bertanya sekaligus menebak semua kemungkinan yang ada. Meskipun ia tahu Bebi terpaksa menikah, tapi Rico masih belum paham alasan jelasnya apa.

Dan herannya, semua tebakkan Rico salah besar.

Bebi menjawab pertanyaan Rico dengan mimik wajah serius. "Karena setiap minggu aku selalu mengajak sapi ternak ayahku jalan-jalan, lalu menjualnya ke pasar untuk membeli amunisi game. Ayahku stress, maka dari itu beliau menikahkanku agar terbebas dari beban."

"Hah?" Tercengang, Rico nyaris kehilangan kata-katanya. Mata hazel itu menukik tajam. Ekspresi wajah Rico datar karena sulit untuk berkomentar.

Bebi bercerita lagi, "Ayahku sudah muak karena setiap saat aku menjual sapi-sapinya. Beliau memutuskan menjodohkanku agar sapi-sapinya utuh. Dalam arti, aku dibuang demi kesejahteraan sapi-sapi ternak ayahku."

***

Jangan lupa komen.

Bab 2

"Ayahku sudah muak karena setiap saat aku menjual sapi-sapinya. Beliau memutuskan menjodohkanku agar sapi-sapinya utuh. Dalam arti, aku dibuang demi kesejahteraan sapi-sapi ternak ayahku."

Rico masih diam seribu bahasa. Ia merasa murka dengan Wicaksono Albraham selaku ayahnya. Bagaimana bisa sang ayah menjodohkannya dengan wanita yang hobinya maling sapi? Terlebih usia mereka terpaut jarak empat belas tahun.

Sungguh, Rico harus segera membuat misi untuk menguak alasan di balik perjodohan gila ini.

"Kalau kamu? Kenapa kamu mau dijodohkan denganku?" Bebi berbicara dengan bahasa teman. Sama sekali tidak ada aura hormat seperti yang harus ia lakukan kepada suaminya. Bahkan, nama Rico saja Bebi suka lupa. Beruntung Rico tidak mempermasalahkan sikap urakkan seorang Bebi.

"Aku mau dijodohan untuk menerima permintaan terakhir ayahku saat sedang sekarat—" Rico menghela berat dengan hati yang tersayat-sayat. "Sialnya, ayahku malah tidak jadi mati!"

"Buahahaha ... alasanmu lucu sekali!" Bebi tergelak kencang, tangannya memukul-mukul spring bed ranjang tanpa sadar.

Rico mendengkus, hidungnya mengembang karena emosi. Ia terus menatap gadis itu sambil mengumpat dalam hati. Lalu Rico berkata lagi,

"Jangan menghinaku. Nasib hidupmu sendiri jauh lebih parah. Disuruh nikah karena malingin sapi orang tua. Dasar bocah!"

"Jangan salah! Meskipun begini aku tidak pernah mencuri milik tetangga. Aku hanya mau maling harta orang tuaku saja. Sayang 'kan, punya kekayaan sebanyak itu kalau tidak dipakai," ujar Bebi yang bangga sekali dengan statusnya sebagai maling.

"Tetap saja kau maling. Dasar Terong Ungu!" cibir Rico sambil mengusak rambut ungu milik gadis itu. Bebi mengangguk, mengakui bahwa dirinya memang bertangan panjang.

"Karena aku maling, dan kamu adalah suamiku, artinya nasibmu jauh lebih tidak buruk daripada aku. Kau suami dari seorang maling! Hahaha." Bebi tergelak kencang tanpa rasa malu.

"Benar juga ya? Nasibku sungguh malang. Pesonaku yang selalu menjadi kebanggan para gadis luntur semua gara-gara menikahi maling sapi," ejek Rico yang tak membuat Bebi marah sama sekali.

Rico menghempaskan tubuhnya di samping Bebi. Gadis imut yang wajahnya mirip boneka Barbie itu menggeser duduknya ke samping. Risih dengan adanya Rico yang tiba-tiba tiduran di sampingnya.

"Jadi, apa yang ingin kamu lakukan di malam pertama kita?" Rico menatap lekat wajah gadis itu. Tangannya meraih surai hitam yang masih basah sehabis mandi. Sengaja menggoda untuk melihat reaksi yang sebenarnya.

Bebi langsung menepis tangan Rico agak ketakutan. Tubuhnya memanas, darahnya berdesir dan ingin segera kabur dari situasi berbahaya semacam ini.

"Kamu tidak akan mengajakku memperagakan adegan sapi nungging, 'kan?" tanya Bebi gugup.

Bebi paham kode Rico, ia juga sering melihat sapi-sapinya bercinta setiap kali sepasang sapi dimasukan ke dalam satu kandang yang sama. Persis seperti Rico dan Bebi saat ini.

"Huuuh." Rico menghela agak kasar. "Ternyata kamu pintar juga, Dipsyku sama sekali tidak bereaksi meihatmu." Rico memandang dua moci kecil yang menempel di kaos polos milik Bebi. Lalu menyelusuri tubuh itu dengan akhir rasa yang tak berselera.

Kecil, batinnya.

"Dipsi itu siapa?" tanya Bebi kebingungan.

Rico mengulas senyum jenaka sambil berkata,

"Dipsy adalah penerus bangsaku, dong. Sesuatu di balik celana yang hobinya bergerak-gerak setiap kali aku membayangkan wajah cantik Irene Red Velvet. Satu-satunya wanita yang mampu membangunkan Dipsy dari tidur panjang saat berfantasi ria."

"Cih!" Bebi berdecak geli. "Kenapa namanya harus Dipsy?"

"Karena bentuknya lurus ke atas, tegang dan mirip antena di kepala Dipsy."

"Dasar gila!" Satu umpatan melayang kasar.

Bebi merinding ngeri selaras dengan kedua tangan yang refleks memeluk tubuhnya. Ia tidak menyangka bahwa Rico memiliki sisi jenaka di balik kelakuan dinginnya saat dipelaminan. Namun ia sendiri merasa aman untuk malam ini dan seterusnya.

Setidaknya, Bebi tidak harus khawatir karena Rico sudah menjelaskan bahwa Bebi bukanlah selera Dipsy.

Meskipun pepatah mengatakan tidak ada kucing yang menolak diberi makanan enak. Tapi Dipsy 'kan Teletabis, bukan kucing garong.

***

Berikan komen kalian sebanyak-banyaknya mengenai kesan pertama... Uhuyyy.....

Bab 3

Sebagai anak kandung satu-satunya seorang Wicaksono Albraham, Rico masih tidak menyangka kenapa ayahnya berpikir untuk menjodohkannya dengan gadis model petasan banting seperti itu.

Selain umur yang tidak sepadan dan tidak ada mirip-miripnya dengan Irene Red Velvet, Bebi juga termasuk biota aneh.

Lihat saja, hobinya pun maling sapi. Sudah jelas anak itu masuk dalam kategori beban orang tua. Maka dari itu ia dinikahkan di usia yang sedini itu.

Dan kisah mereka pun berawal dari sini. Saat Wicaksono dirawat di rumah sakit oleh suster muda bernama—Anarita. 

Gadis muda yang berprofesi sebagai perawat magang dan menjadi penulis amatiran itu datang membawa nampan berisi makanan.

Wajahnya yang jenaka dan lucu, membuat siapa pun yang melihatnya merasa getar-getar kebahagiaan. Padahal dia tidak pernah merasa melakukan apa-apa.

"Selamat siang, Tuan Wicaksono! Mari kita makan siang, hari ini menunya khusus dibuat oleh koki istimewa dari Jerman," ujar suster Ana sambil menaruh makanannya di atas nakas.

"Aku tidak ingin makan," tolak Wicaksono dengan angkuh.

"Ada apa lagi? Apa Anda terserang penyakit galau, Tuan?" 

"Kamu sok tahu!" ujar Wicaksono seraya menggeram. Tiga bulan lebih dirawat oleh Anarita membuat ia sangat dekat dengan perawat itu.

"Saat saya terlahir ada 20 persen unsur cenayang yang menempel di tubuhku. Sudah jelas saya tahu kalau Tuan Wicaksono sedang galau," goda gadis itu.

Anarita si suster penebar seribu kepicikan tersenyum smirk. Lalu menarik kursi dan duduk di samping Wicaksono.

"Bukankah anak kandung Tuan sudah kembali ke perusahaan? Kesehatan Tuan juga sudah membaik. Jadi apalagi yang sedang Anda pikirkan, Tuan?"

Anak itu menaruh kedua siku tangannya di bibir tempat tidur tuan Wicaksono, lantas memangku dagu layaknya personil Cherrybelle yang hendak menyanyi lagu Dilema.

"Ayo berceritalah," rayu Ana.

"Kau benar-benar peka, Suster Ana! Kau selalu tahu isi hatiku." Wicaksono tersenyum cerah.

"Kalau begitu berceritalah ...."

Pria tua itu mengangguk. "Sebenarnya aku masih memiliki satu masalah cukup serius. Aku memang lega karena anakku Rico sudah kembali, tapi mengingat usianya yang sudah menginjak 34 tahun masih sendiri, sebagai orang tua pastinya aku sangat tidak tenang."

"Oh ya, ampun! Jadi hanya itu masalahnya?" Ana tertawa geli bersamaan dengan nada meremehkan. 

Wicaksono yang tidak terima langsung melemparkan tatapan murka pada gadis itu?

"Ini masalah penting, Ana! Aku sudah memiliki calon istri untuk anakku Rico. Dia adalah gadis sahabatku di masa lalu, tapi aku yakin Rico tidak akan mau menikah dengan wanita yang sudah kutetapkan."

Lagi-lagi Ana tertawa dengan nada mengejek yang sama. "Duh … duh … hidup orang kaya benar-benar seperti novel ya. Tapi jika Tuan mau, saya akan memberi solusi agar anak Tuan mau menikah."

"Solusi apa?" Wicaksono bertanya antusias. Tiga bulan mengenal Ana membuat ia paham betapa jenius dan liciknya gadis itu. Ia bahkan dapat membuat Wicaksono yang kejam mencair seperti gunung es yang terkena pemanasan global. 

Sambil mengibas-ngibaskan tangan, gadis itu menyunggingkan senyum licik ciri khasnya. "Solusi jitu agar anak Tuan mau menikah, tapi jika berhasil, berikan saya uang seratus juta sebagai balasannya. Bagaimana?"

Kini gantian Raut Wicaksono yang berubah mengejek.

"Kau benar-benar gadis yang matre. Untuk apa uang seratus juta?" tanya pria paruh baya itu. Dahinya berkerut dalam nenunggu jawaban gadis itu. Ia tebak jawabannya pasti aneh-aneh.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!