..."Jangan ganggu, jangan ganggu kita belum kenal"...
...~Andira~...
LIKE FAVORITE RATE JANGAN LUPA KAKAK 🙏
Enam bulan yang lalu.
Gong Gong Gong Gong......
Bunyi suara Gong Vihara yang di pukul sebelas kali sayup-sayup terdengar beradu dengan suara hujan yang sangat deras bagai milyaran ton air yang di tumpahkan dari langit jatuh ke bumi.
Kilat menyambar bergantian di iringi dentuman guntur yang datang tiba-tiba sungguh membuat suasana malam itu menjadi begitu mencekam.
"Tolong jangan sakiti saya, saya tidak melihat dan mendengar apapun." suara cewek yang masih mengenakan seragam sekolah lengkap itu mengiba sambil terisak menangis.
Dua orang sosok pria berbadan besar dan salah satunya atletik berjaket trench coat hitam dan memakai masker hitam terus mendekati gadis itu.
Gadis itu tampak tersudut di dinding salah satu ruang kelas, dia berusaha berlindung di bawah meja. Pria berbadan atletis menarik rambut gadis itu dengan kasar. Membuat gadis itu mau tak mau keluar dari bawah kolong meja.
"Ampun tolong, sakit lepasin kakak!" rengek si gadis.
"Habisin!" suara pria berbadan besar dengan suara bass.
Gadis itu dibenturkan ke dinding sekuat tenaga hingga terpental, darah segar keluar pelipis nya. Dia merangkak dan merayap di dinding untuk berdiri. Belum sampai tubuhnya tegak hantaman linggis tepat mengenai kepala nya.
Gadis itu kembali tersungkur di lantai, darah segar mengalir deras dari kepalanya di lantai membasahi wajahnya hingga wajah itu merah darah.
"Citrus" satu kata yang sempat di ucapkan gadis itu sebelum tubuhnya tak bergerak.
Melewati lorong koridor salah satu gedung sekolah dekat Vihara, dua sosok bayangan tampak sedang menyeret tubuh seorang wanita yang masih mengenakan seragam lengkap.
Salah satu sosok itu memanggul cangkul di pundak dan seorang lagi menyeret besi linggis hingga menimbulkan bunyi yang terasa ngilu di telinga.
Treeeeng treeeeeng treeerrng.
Sepanjang lantai koridor yang mereka lalui, jejak darah yang terseret di lantai tampak jelas terlihat, keduanya menembus hujan menyeret tubuh yang tak bernyawa itu diantara batu-batu kerikil sehingga terlihat bergetar turun naik karena benturan dengan batu-batu kerikil.
Dua sosok orang yang menggunakan jas hujan tertutup rapat warna gelap terus menyeret tubuh itu tanpa iba dan ampun hingga mereka hilang di balik gedung perpustakaan.
\*\*\*
6 bulan kemudian.
Duk duk duk.
"Dira! Ayo cepat turun!" Teriak Lina dari balik kaca mobil yang masih tertutup rapat.
Dira menurunkan kaca mobil setengah.
"Mam, bisa gak sih home schooling aja. please," Dira memasang wajah iba agar dia tidak bersekolah di sekolah umum.
"Dira kita sudah sepakat ya sayang, Mama harap kamu harus tepati janji kamu," bujuk Lina.
Ada rasa iba sebagai ibu melihat keadaan putri Satu-satunya yang sering di bully dan berpindah sekolah. Ini sekolah yang ke 4 di mana Dira pindah dengan kasus yang sama.
"Sayang, Mama gak akan maksa kalau memang kamu nggak nyaman. Tapi Mama ingin anak Mama bisa tumbuh seperti anak lainnya yang punya kenangan dengan banyak teman tidak terkungkung dalam kamar," ucap Lina sambil memegang lembut pipi Dira.
Sejenak Dira diam seperti sedang memikirkan ucapan mamanya lalu dia menarik nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan.
"Baiklah Mam, Dira siap." ucap Dira dengan mantap.
Lina membukakan pintu untuk Dira, Dira keluar tanpa Ragu dari mobil sekarang hati nya bulat.
"Semangat sayang, hadapi semuanya mau itu manusia beneran atau arwah manusia. Mama yakin kamu akan terbiasa dengan semua itu," Lina memberikan semangat.
Setelah Dira mencium punggung tangan kanan mamanya, sejenak dia menatap dengan sebelah matanya gedung sekolah yang ada di depannya. Terletak tepat di samping Vihara dan makam Cina atau biasa disebut Bong pay.
"Assalamu'alaikum Mam," pamit Dira lalu berjalan menuju gerbang Sekolah.
"Gak ada yang harus di takutkan." bisik Dira menyakinkan dirinya sendiri.
Dira mulai berjalan memasuki halaman sekolah, beberapa pasang mata mulai memperhatikan dia dengan tatapan aneh.
"Lo liat tuh ada the scared Riana!" celetuk seorang siswi sambil bergidik.
"Hooh, serem ya liat nya gue," sahut temannya.
"Kayak nya anak baru dia."
"Sstt," bisik seorang siswa memberi kode pada teman-tamannya dengan mata untuk melihat ke arah Dira.
Dira terus berjalan menuju ruang guru, karena ini hari pertamanya di sekolah baru dia masih bingung, Dira berjalan sambil memperhatikan Plang tanda ruangan yang ada di atas pintu.
Hampir setiap mata yang menatap Dira memandang aneh dan berbisik seperti angin bertiup di pohon bambu..
"Ada penyihir datang ke sekolah kita woi!" teriak siswa cowok konyol kepada temannya sambil tertawa terbahak.
Dira acuh dia terus berjalan sambil mata kanannya memperhatikan tiap ruang yang dia lewati.
Visual Andira
![](contribute/fiction/2916370/markdown/13236237/1629482395155.jpg)
Tetttttt.
Bel masuk terdengar nyaring, sesaat kemudian halaman dan koridor yang tadinya ramai oleh para siswa bergerombol seketika mulai sepi.
Dira masih belum menemukan ruang guru, sekolah ini terlalu luas dan ada beberapa gedung tua yang sengaja tidak direnovasi.
"Kak maaf, kalau ruang guru di mana ya?" tanya Dira pada salah satu siswi yang masih bersandar di dinding dekat gedung tua tempat perpustakaan berada.
Siswi itu tidak menyahut, Dira menjadi ragu. Dira meraba mata kirinya ternyata dia lupa memakai softlens hitamnya Dira menempelkan tangan kirinya untuk menutup mata kirinya yang bisa melihat arwah. Dira mundur beberapa langkah kebelakang.
"Aduh! gara-gara buru-buru Gue jadi lupa nggak pakai softlens," gumam Dira menepuk kepala nya
Sejak 2 tahun yang lalu Dira mendapatkan donor mata karena sejak umur 10 tahun mata kiri Dira terkena senapan angin yang ditembakkan oleh tetangganya hingga mengalami kerusakan pada kornea mata kirinya.
Dira merasa senang dengan mata barunya di awal, tapi begitu mata kiri Dira bisa melihat, Dira juga bisa melihat arwah atau hantu yang ada di sekitarnya.
.
"Maaf." ucap Dira dengan suara pelan dan mundur ke belakang.
Arwah itu memalingkan wajahnya menghadap Dira membuat Dira tersentak kaget dan berbalik arah hendak lari ke arah belakang tapi..
Visual arwah Hapsari
![](contribute/fiction/2916370/markdown/13236237/1629482395220.jpg)
Duk.
"Aaaauu!" teriak suara cowok mengaduh sambil mendorong dada Dira ke belakang hingga Dira hampir terjengkang ke belakang, spontan Dira memegang tangan kekar cowok di depan nya agar dia tidak jatuh.
"KAKI GUEEE!" teriak cowok bersuara tenor.
"Dada Guee,!" teriak Dira sambil menekan kakinya yang menginjak kaki pemilik suara tenor.
'Aaaauu! kenapa lu injek lagi kaki gue!" teriak Cowok yang berlebel Andika di dadanya.
"Lu-," Dira tak berani menerus kata-katanya karena mulut nya tak sampai menyebut bagian dadanya.
Dira hanya menatap kesal ke arah Andika dengan satu mata nya.
"Lepasin!" bentak Andika mendelik.
"Hah?" Dira menatap Andika tak mengerti.
"Tangan LU!" bentak Andika kasar.
Dira melihat tangannya yang memegang tangan Andika dengan mata terkejut dia langsung melepaskan tangan itu. Tapi begitu tangan Andika terlepas dari pegangannya sosok arwah itu muncul lagi di depan Dira berdiri di samping Andika.
Dira memegang kembali tangan Andika, hingga membuat Andika kaget sekaligus kesal. Hal aneh terjadi arwah itu hilang seketika.
"LEPASIN!" wajah putih Andika berubah menjadi merah karena marah membuat Dira tersentak kaget dan melepaskan tangan Andika.
"Minggir! bentak Andika melotot ke arah Dira
Dira bingung antara takut dan ingin memegang tangan Andika.
Visual Andika
![](contribute/fiction/2916370/markdown/13236237/1629482395222.jpg)
Apa yang akan Dira lakukan minggir berarti sehari disekolah bakal liat arwah Hapsari
kalau pegang Andika 😱 cogan ketos super galak itu bakal ngasih gak ya?
yang masih pengen tahu kisah nya stay next episode Mata kedua Andira.
Jangan lupa like komentar dan dukungan nya untuk novel horor komedi pertama author 🙏🙏
..."Sejak gue ketemu lu, mood gue jungkir balik "...
...~Dika~...
LIKE JADIIN FAVORITE KAKAK 🙏
...~~~~~~...
Arwah hapsari menatap tajam ke arah Dira, bulu kuduk Dira berdiri tengkuknya merinding menjalar hingga ke telinga. Dira menatap Andika dengan wajah setengah pucat
"Kenapa lu liat gue kek lu liat hantu?" tanya Dika kesal mendapat tatapan seperti itu dari Dira.
Dira langsung menundukkan kepalanya entah dia bingung harus menjawab apa. Dira menengadahkan kembali wajahnya menatap Dika, Dira melirik ke kiri wajah Hapsari yang berlumuran darah terlihat menatapnya tajam.
"Harus kuat, Astaghfirullah harus kuat Allahu Akbar Ya Allah lindungi Dira," batin Dira.
"Minggir lu, gue mau lewat!" bentak Dika.
Dira bergeser ke samping dua langkah memberi jalan kepada Dika. Dika berjalan meninggalkan Dira menuju ke kelasnya. Dira menutup mata kirinya dengan rambut dan satu tangannya dengan begitu dia tidak melihat arwah Hapsari.
"Ruang guru, mana ya?" batin Dira matanya awas memeriksa setiap ruang yang dilewati sampai berada di ujung ruang gedung sekolah salah satu blok.
"Ruang guru, syukurlah akhirnya ketemu," gumam Dira pada diri sendiri dengan senyum tipis.
"Assalamu'alaikum, maaf bapak ibu saya Dira murid baru." sapa Dira sambil memperkenalkan diri.
Salah satu guru pria berdiri berjalan menghampiri Dira.
"Kamu murid pindahan dari SMU Kumbang?" tanya pak guru itu.
"Iya Pak, saya Andira," jawab Dira.
"Saya Syarifuddin, panggil saya pak Syarif," ucap pak Syarif.
"Iya pak Syarif," sahut Dira.
"Kamu lagi sakit mata Ya Dira?" tanya pak syarif heran melihat Dira menutup mata kirinya.
"Oh ini pak, iya lagi sakit mata saya sebelah kiri pak," jawab Dira terpaksa berbohong.
"Ya udah ayo ikut saya ke kelas kamu." ajak pak Syarif.
"Baik Pak, terimakasih." sahut Dira berjalan mengikuti Pak Syarif di belakangnya.
Sepanjang melangkahkan kaki mengikuti Pak Syarif, Dira terus menutup mata kirinya.
RUANG KELAS
XII IPS 2
Plang yang cukup jelas tergantung diatas pintu masuk kelas, dari luar suara kelas seperti pasar hiruk pikuk.
Ceklek.
"Kembali ke bangku masing-masing." perintah dengan suara barito datar tapi mampu membuat seisi kelas sepi dan tertib.
"Pagi semua." Pak Syarif menyapa dengan suara khas Barito nya.
"Kamu kesini." perintah pak Sarif kepada Dira untuk mendekat ke arahnya
"Perkenalkan dirimu pada teman-temanmu, Oh ya ini teman baru kalian. Baru pindahan Bapak harap kalian bisa berteman dengannya," kata Pak Syarif.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh perkenalkan nama saya Andira kalian bisa Panggil Dira pindahan dari SMU kumbang salken semua," sapa Dira pada teman-teman baru nya.
"Kamu kembaran sacred Riana ya," canda salah satu siswa cowok yang duduk di dekat jendela Barisan bangku paling kanan
"Kalau Riana bawa boneka, nah kalo yang ini bawa apa?" saut anak cowok berambut keriting berhidung dalam negeri alias pesek.
"Bawa lu pesok, buat jadi tumbal perjaka pesek hahaha," gurau siswa yang bertubuh tinggi bahkan dia duduk saja masih keliatan sama tinggi dengan pak Syarif yang berdiri.
Semua siswa tak bisa menahan tawa mereka, kelas menjadi riuh.
"Wuih, si tangga kalau ngomong gak pernah salah. Bisa ae lu wkwk," timpal cowok lumayan ganteng berambut ala idol Korea.
"Woi! bisa diam gak sih kalian, brisik tau!" teriak Dika yang duduk di barisan bangku no 2 dari belakang dekat lemari.
Seketika suasana ruangan sepi semua diam.
"Dira, kamu duduk di bangku paling belakang, nggak papa kan?" kata Pak Syarif menunjuk salah satu bangku tepat di belakang Dika yang kosong.
Dira mengangguk dan berjalan ke tempat bangku yang ditunjuk. Baru 4 langkah.
"Rob, pindah tempat lu belakang Gue!" perintah Dika kepada si kriting yang dipanggil Robi.
"Kenapa mesti Gue sih Bos, yang lain aja lah. Nyerah Gue kalau duduk di situ, horor tuh bangku." tolak Robi.
"Cowok apa cewek lu! ama bangku aja takut. Besok lu sekolah pakai daster! Gung Lu aja yang duduk di sini!" perintah Dika menatap tajam ke arah si Jangkung yang dipanggil Agung.
"Sorry bro gue nyerah mending lu pukul 100 kali daripada Gue disuruh duduk di situ," kata Agung sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.
"Hans! jangan bilang Lu nolak juga!" Dika mendelik ke arah si wajah Idol dan hanya dijawab dengan gelengan kepala.
"Kalian siapapun yang duduk di bangku belakang Gue, Gue bakal kasih uang satu juta saat ini juga!" tantang Dika yang tak ada satu siswa pun meresponnya
'Bangku pojokan horor' itulah stampel yang diberikan para setiap siswa pada bangku yang berada tepat di belakang Dika yang letaknya paling pojok dekat lemari.
Entah mengapa hampir setiap siswa yang duduk di bangku itu selalu kesurupan, bukan sekali atau dua kali kesurupan tapi hampir setiap hari. Sehingga membuat bangku itu terkesan horor, bahkan pernah ada salah satu siswa yang hampir bunuh diri karena kesurupan dengan mengiris nadinya sendiri.
"Kalian semua emang pengecut! cemen semua!" ejek Dika yang nggak dapat tanggapan apapun dari murid satu kelas.
Dira berjalan menuju Bangku Kosong itu dia tidak mempedulikan apapun perkataan Dika
"Mau apa lu!" bentak Dika saat melihat Dira menarik kursi kosong di belakangnya
"Gue mau duduk sini." jawab Dira datar dan mendudukkan bokongnya di atas kursi
"Siapa suruh lo duduk di situ! pindah!" ketus Dika dengan tatapan tajam kearah Dira
"Kenapa nggak boleh duduk di sini? Gue masuk sekolah ini bayar seperti yang lain, dan Gue punya hak untuk duduk di mana saja bangku Kosong yang Gue suka dan Gue suka bangku ini," jawab Dira datar tidak mau kalah.
Dika terdiam tak bisa menjawab ada benarnya apa yang dikatakan Dira walaupun sebetulnya Dika tidak menyukai Dira sejak pertama kali bertemu.
"Sudah cukup kalian jangan bertengkar kita akan mulai jam pelajaran," kata Pak Syarif.
"Bomat!" kata Dika berdiri dari kursi nya berjalan keluar kelas.
"Andika kamu mau ke mana?" tanya Pak Syarif.
"Toilet! Bapak mau bareng?" jawab Dika cuek melenggang pergi keluar dari kelas.
"Itu anak kapan berubah."gumam Pak Syarif.
"Ayo sekarang keluarkan buku pelajaran kalian kita mulai pelajaran ekonomi bab 2 buka halaman 47 masih tentang dasar akutansi," perintah Pak Syarif.
Para siswa mulai mengeluarkan bukunya dan mulai mengikuti pelajaran, Dira mulai merasakan hawa dingin di tengkuknya seperti ada yang meniup.
"Mulai lagi, dia datang," gumam Dira lirih.
"Yaaaa, gue datang, aaagggrrr" terdengar suara mendesah seperti orang kesakitan di telinga Dira.
Dira mencoba mengatur nafasnya, duduk Dira mulai gelisah. Rambut yang menutupi mata kirinya masih bisa memandang walaupun agak samar.
"Allahu Akbar, La haula wala quwwata illa Billah." Dira mulai komat-kamit membaca doa
Dila merasa kakinya ada tangan yang menggerayangi. Dira berusaha untuk tenang, sepertinya arwah Hapsari yang tadi Dira lihat di gedung tua dekat perpustakaan mengikutinya sampai dalam kelas.
"Diraaa... Diraaa... tolonggggg!" suara dengan ******* jelas terdengar di telinga Dira datang dari arah kolong meja.
Dira mencoba untuk tidak melihat ke bawah kolong meja, tapi aliran darah dalam tubuhnya yang sudah mulai diliputi rasa takut membuat dia penasaran untuk melihat ada sosok arwah apa di bawah kolong mejanya.
Dan begitu dia menundukkan kepalanya di bawah kolong meja
"
"Aaaaaaaa!!" teriak Dira membuat seisi kelas kaget dan menengok ke arahnya.
...😱😱😱😱...
Teror telah mulai menghantui Dira. Apakah Dira akan mengikuti keinginan arwah Hapsari yuk ikutin episode berikutnya Mata Kedua Dira jangan lupa tinggalkan jejak like comment dan vote nya.
Terima kasih juga untuk semua vote dan gif like nya juga yang sudah Kakak berikan pada novel ini 🙏🙏🥰🥰
..."Aku semakin penasaran dengan mu, saat kamu semakin membenci ku"...
...~Dira~...
LIKE LIKE FAVORIT JANGAN LUPA KAKAK
Teeeettttttt
Bel istirahat kedua berbunyi nyaring, begitu pintu terbuka para siswa langsung berhamburan ada yang ke kantin, lapangan atau hanya nongkrong di koridor, di taman sekolah dan bahkan ada yang keluar dari sekolah nongkrong di warung samping sekolah yang letaknya berdekatan dengan kuburan Cina.
"Kemana hantu itu pergi?" gumam Dira celingukan matanya menjelajah seisi kelas.
"Syukur lah dia mungkin sedang istirahat makan siang hehe," bisiknya pelan.
"Gue maksi dulu lah, ketemu hantu juga butuh tenaga hihihi," gumam Dira sambil tertawa sendiri.
Dira bukan penakut, terbiasa melihat hantu dengan sosok yang berbeda dan menyeramkan adalah hal biasa, hanya saja dia masih suka terkejut saat hantu itu tiba-tiba muncul mendadak dan mengagetkannya.
Puk.
"AllahuAkbar!" teriak Dira membuat beberapa butir nasi menyembur dari mulutnya berserakan di meja.
"Ck, datang lagi dia. Please, bisa nggak sih lo jangan ganggu Gue, biarin Gue istirahat makan dulu. Ntar kalau udah kenyang,Terserah deh Lu mau ganggu Gua." decak Dira yang merasa terganggu makan siangnya.
"Ups! sorry Gue ganggu Lu." ucap suara bukan seperti suara hantu yang dia dengar di telinganya.
Dira menengok ke belakang dan ternyata bukan sosok arwah yang mengikutinya menepuk pundaknya.
"Sorry, Gue yang harus minta maaf kirain tadi bukan-" Dira menggantung ucapannya tidak meneruskan.
"Hantu Maksud loh?" ucap si penepuk menatap Dira, sepertinya dia tahu apa yang Dira pikirkan.
"Maaf, bukan itu maksud Gue." Dira merasa tidak enak atas ucapannya.
"Dah sans aja Dira, Oh ya kenalin Gue Annisa," kata Annisa memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan
"Dira," balas Dira menjabat tangan Annisa.
Dira menatap Anisa gadis cantik dan juga ceria cuek juga percaya diri.
Visual Annisa.
![](contribute/fiction/2916370/markdown/13236237/1629875536076.jpg)
"Lu kenapa makan di kelas? kita ke kantin aja yuk," ajak Annisa.
"Boleh, tapi bentar ya Gue bersihin meja dulu," Dira mengambil tisu dari tasnya dan membersihkan butir nasi yang berserakan di mejanya.
"Sini Gue bantuin, karena Gue juga kan jadi berantakan kayak gini." ucap Annisa dengan tersenyum dan mengambil tisu dari tangan Dira.
"Nisa cantik, kita ke kantin yuk!" teriak suara lembut yang baru masuk ke kelas mereka
Seorang siswi cantik dengan rambut terurai dan terlihat sangat kalem juga lembut bak Bidadari berjalan masuk ke dalam kelas mereka.
"Sini dulu Sha," Panggil Nisa kepada siswa yang bernama Shasa.
"Oh ya Dira, kenalkan ini Shasa dia sahabatku dia kelas XII MIPA 1," Anisa memperkenalkan diri kepada Sasha sahabatnya dari kelas lain.
"Dira,"
"Sasha,"
mereka saling berjabat tangan.
Visual Sasha
![](contribute/fiction/2916370/markdown/13236237/1629875536078.jpg)
"OK girls, yuk kita ke kantin sebelum cacing di perut kita meronta-ronta," ajak Annisa merangkul dua sahabat nya sambil Bergelayut di pundak mereka.
"Aaaaa," Dira dan Sasha berteriak berbarengan karena mereka hampir jatuh bertiga.
"Hahaha," tawa mereka bertiga.
Kantin tampak Rame oleh para siswa yang sedang makan siang. Dira menangkap sosok Dika yang sedang duduk bersama teman-teman dan di sampingnya ada seorang cewek sangat cantik
"Yuk kita duduk di sebelah situ aja," ajak Nisa menarik tangan kedua sahabatnya menuju meja yang dekat dengan jendela.
Mata Dira masih tertuju pada meja dimana Dika duduk, bahkan tangan kirinya yang ditarik Nisa tidak dia rasakan.
"Woi sis, liatnya jangan gitu juga kalee!" bisik Nisa di telinga Dira membuat Dira terperanjat.
"Hah?" mata Dira membulat tidak paham dengan maksud Nisa.
"Ck ck, semua cewek di sekolah kita nggak ada yang matanya nggak melotot Kalau liatin *Flower Men* disekolah ini, dia yang dapat julukan *cold and fierce boy* di sekolah kita,"
"Maksudnya?" Dira masih tidak mengerti arah pembicaraan Nisa.
"Sini, sini kita cari tempat duduk dulu, tar gue kasih tau,' Nisa menarik tangan Dira menuju tempat duduk yang berseberangan dengan meja Dika dan teman-temannya.
"Permisi, numpang lewat ya manteman," gaya khas alay yang biasa Sasha tebarkan saat melewati kerumunan para cogan.
"Silakan micin cantik sering-sering aja lewat," sahut Rio anak XI IPS 2 yang terkenal Playboy Gatot di lingkungan sekolah SMA Harapan.
"Jadi sedap nih mata kalo micin datang," ujar Ariel si pemulung hati yang sering potek teman sekelas Sasha.
"Makasih pujiannya pagi ini, besok jangan lupa like lagi ya," ucap Sasha masih menanggapi candaan mereka.
"Udah Sha, senang amat sih tebar pesona sama cowok-cowok," Nisa menarik tangan Sasha untuk duduk
"Mumpung masih punya banyak fans lumayan kan buat ningkatin popularitas follower gue, Kalian mau pesan apa hari ini buat ngerayain teman baru kita biar Sasha yang traktir," Sasha menawarkan kepada kedua sahabatnya.
"Asik! Enaknya punya sahabat udah cantik baik tajir pula, gue mau pesan somay Bang Olip. Lu mau pesan apa Dir?" tanya Nisa bersemangat karena hari ini ada traktiran gratis.
"Apa aja, karena Gue baru di sini terserah kalian mau pesenin Gue apa, yang penting rasanya enak," ucap Dira sambil senyum manis.
"Dira, itu kenapa sih rambut lu nutupin mata kiri Lu. Emang enggak risih?" tanya Sasha jiwa kepo nya mulai meronta.
Dira awalnya ragu diam sejenak untuk memberi tahu kedua sahabat barunya, tapi melihat sikap mereka yang welcome terhadap dirinya akhirnya Dira bicara terus terang.
"Sini Gue kasih tau," bisik Dira mengajak 2 temannya untuk mendekatkan telinga ke arahnya.
"Mata kiri Gue bisa melihat arwah," bisik Dira membuat kedua mata sahabat langsung terbelalak.
"*WHAT! GHOST*!!" teriak Nisa dan Sasha persamaan hingga membuat semua siswa yang ada di kantin menoleh ke arah mereka termasuk Dika dan teman-temannya.
"*Sssttt! Please do not be noisy*!" teriak Dira tertahan.
"Jangan bercanda Lu Dir! ini gak lucu." Nisa mendelik tak percaya.
"Hooh, Lu pasti bohong kan?" Sasha mulai terlihat pucat sambil bergidik.
"Suer, Gue nggak bohong," Dira menjawab sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.
"Biasanya mata kiri Gue, Gue tutupin pake softlens warna hitam jadi nggak bisa ngelihat. Tapi karena buru-buru tadi gue lupa nggak pakai softlens itu," Dira memelankan suaranya.
"Jadi pas Lu teriak itu Lu liat hantu di kelas?" tanya Nisa semakin penasaran dengan sahabat barunya ini.
Dira menjawab dengan anggukan.
"Ihh, kok jadi horor gini sih, Gue takut," Sasha mengusap-usap tengkuknya dan merapatkan duduknya mendekati Nisa.
"Gimana bentuk hantu itu Dir, Gue penasaran. Terus terang selama ini Gue cuman lihat hantu di film-film horor." Nisa semakin penasaran ingin tahu tentang hantu yang dilihat oleh Dira.
"Yang Gue lihat tadi seumuran kita dan dia memakai baju seragam sekolah sama seperti yang kita pakai dengan muka penuh darah," Dira menjelaskan secara rinci.
"Sejak Hapsari menghilang bangku kosong jadi horor. Sejak saat itu, setiap yang duduk di bangku itu selalu kesurupan bahkan ada teman kita yang hampir bunuh diri dengan mengiris nadinya, tapi dia sudah keluar di sekolah ini. Sejak saat itu tidak ada yang berani duduk di bangku yang tadi kamu duduki." cerita Nisa sambil matanya menerawang seperti mengingat sesuatu.
"Hapsari? siapa dia?" tanya Dira mulai penasaran.
"Dia teman kita sekelas, 6 bulan yang lalu tiba-tiba dia menghilang dan sampai sekarang tidak ditemukan. Entahlah, apa mungkin jangan-jangan dia meninggal dan itu arwah Hapsari?" sepertinya jiwa detektif Nisa mulai meronta.
"Udah kek, jangan ngomongin hantu lagi. Horor, kita belum makan nih. Ntar perut laper dan dada deg-degan, apalagi yang diomongin kayak gini," protes Sasha dengan wajah ketakutan dan mengiba.
"Gue pengen tanya lu sekarang apa hantu itu ada di sini?" tanya Nisa yang punya sifat pemberani mulai ingin tahu banyak.
"Nisa udah kek jangan ngomong kayak gini lagi.' rengek Sasha sambil menggoyangkan lengan Nisa.
Tapi sepertinya Nisa tidak menghiraukan rengekan Sasha, dia menatap Dira ingin mendapat jawaban.
"Ya, dia sedang berdiri tepat di belakang Dika." jawab Dira sambil menatap ke arah Dika dan saat itulah mata mereka saling bertatapan.
...👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻...
Ada rahasia apa hantu Hapsari dengan Dika Yuk yang masih penasaran ikuti Next episode berikutnya
Terima kasih untuk semua like dan jangan lupa Komentarnya ya ditunggu juga vote dan gift-nya🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!