NovelToon NovelToon

Princess In Another World : New Story

1.

“Syukurlah kau selamat.”

“Dimana, aku?”

“Terimakasih karena sudah kembali, aku sangat senang. Terimakasih.”

“M-maaf, tapi, apa aku mengenalmu?” Tatapannya itu membuatku tidak bisa berkata apapun lagi, dia benar-benar melupakanku.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Ini adalah lanjutan kisahku, kisah Touji Ari yang berhasil terlepas dari tubuh seorang gadis bernama Iona L. Thorwn dan aku sudah hidup sebagai Iona selama lebih dari belasan tahun. Lalu, saat ini aku berhasil keluar dan memulai kehidupan baruku.

Pagi hari yang cerah disebuah gubuk tua.

“Ari, apa kau sudah bangun?”

“Iona, ada apa pagi-pagi datang kemari?” Aku sudah berada didunia ini selama beberapa hari sebagai Touji Ari, dan aku diberikan gubuk tua yang ada di luar kerajaan ini sebagai tempat tinggal. Sebenarnya aku bisa saja menerima tawaran Iona untuk tinggal ditempat yang lebih layak, tapi aku menolaknya. “Kau ingin mengambil dokumen yang beberapa hari lalu kau berikan padaku?”

“Iya, apa sudah selesai?”

Ya, saat ini yang mengurus dokumen atau hal lain yang berkaitan dengan kemiliteran adalah aku. Sedangkan Iona hanya bertugas memberikan dokumen itu padaku, dan tugasnya yang lain adalah tetap fokus dalam pembelajarannya sebagai seorang yang masuk Akademi. “Ini, setidaknya aku sudah menyelesaikannya.”

“Begitu, terimakasih.”

“Iona, bagaimana dengan kegiatan di Akademi mu?”

“Aku baru-baru ini mengikuti sebuah grup penelitian sihir.”

“Penelitian sihir?”

“Iya. Tapi karena sihir itu adalah sesuatu yang termasuk dalam hal tabu, jadi grup itu masih dirahasiakan.”

“Begitu, lalu bagaimana dengan teman-temanmu yang lain?”

“Mereka juga ikut bergabung dengan grup penelitian sihir.”

“Begitu.” Berdiam diri disini dan hanya mengerjakan tugas, dokumen dan yang lainnya. Itu sedikit membuatku bosan.

“Ari, bagaimana kalau kau ikut pergi ke Akademi.”

“Huh? Tapi aku tak memiliki surat lulus dari sekolah kerajaan.”

“Untuk hal itu, tenang saja. Selama kau lulus dalam tesnya, kau bisa masuk tanpa membutuhkan surat kelulusan.”

“Begitu.” Aku cukup tertarik dengan hal itu. “Baiklah, lagipula aku tidak memiliki kesibukan lain.” Setidaknya aku ingin kembali merasakan kehidupan bersekolah, sebagai diriku sendiri tentunya.

“Kalau begitu, kau bisa mengikuti ujian masuk minggu depan. Aku sudah tidak sabar.” Iona terlihat cukup senang.

“Sudah-sudah, sebaiknya kau segera bersiap untuk pergi.”

“Ah, benar juga. Kalau begitu, sampai jumpa lagi nanti Ari.”

“Ya.” Dia pergi. “Haaa, Akademi, ya.” Aku tak tau apa yang akan aku jawab saat mengikuti ujian masuk nanti, tapi mendapatkan sesuatu yang menantang rasanya itu cukup membuatku bersemangat. “Baiklah.”

Minggu depan, tepat saat ujian masuk diadakan.

Aku disediakan pakaian oleh Iona dan juga beberapa buku dan juga catatan yang ia bilang kalau itu akan berguna. ‘Sepertinya Iona juga sudah mulai berubah.’

Aku masuk ke area Akademi. Disini tempatnya sangat luas dan juga banyak sekali orang yang ada disini. ‘Sepertinya tempat ini memang tempat yang cukup menarik.’

Waktu ujian dimulai.

‘Huh?’ Aku terkejut melihat pertanyaan yang diberikan. ‘Ini, mudah.’ Semuanya sudah pernah aku pelajari sebelumnya dan ini sangat mudah.

Setelah selesai mengerjakan, diluar ruangan.

“Ari, bagaimana dengan ujiannya?” Tiba-tiba saja Iona menghampiriku. “Ya, meskipun begitu aku yakin kalau kau pasti akan sangat mudah menjawabnya. Soalnya dulu aku juga seperti itu, rasanya soal itu sangat mudah.”

“Kau sudah tau itu, jadi tidak perlu aku jelaskan lagi.” Saat aku melihat kearah sekitar, seluruh orang melihat kearahku. ‘Sepertinya aku sudah menarik banyak perhatian.’ Aku perlahan mulai pergi. “Iona, aku ada urusan. Jika pembagian hasil ujiaanya sudah keluar, antarkan padaku.”

“Eh, b-baiklah.”

Beberapa saat kemudian.

“Menyingkirlah.” Beberapa orang menghalangi jalanku.

“Hey hey, jaga bicaramu rakyat jelata.” Dilihat dari penampilan dan juga gaya bicaranya, dia adalah seorang bangsawan. Tapi…

“Mau kau bangsawan atau pangeran sekalipun, ini adalah sebuah Akademi. Status sosial tidak berpengaruh disini, jadi…” Aku mengepalkan tanganku. “Jika terjadi perkelahian di area Akademi ini, itu hanya akan disebut sebagai perkelahian biasa. Apa kau mengerti apa maksudnya.”

“A-apa yang ingin kau lakukan!!”

“Kapan lagi seorang rakyat jelata bisa memukul seorang bangsawan dengan begitu tenang tanpa takut dihukum.” Saat aku berkata seperti itu, orang yang ada disini melihat kearahku. ‘Sepertinya aku kembali menarik perhatian lagi.’ Aku perlahan menjauh. “Kau tau, kehidupan di akademi tidak semulus yang bisa kau pikirkan.’

Gubuk tua.

Sore hari.

“Ari.” Iona datang kemari. “Kau lulus dengan nilai sempurna, seperti yang aku duga.”

“Haa, nilai sempurna, ya.”

“Ari, kau terlihat tidak puas.”

“Tidak, aku cukup puas dengan hasilnya.”

“Oh ya, tadi guru juga berkata sesuatu. Tapi karena aku tak begitu paham aku mengabaikannya.”

“Haa, sebaiknya kau tidak boleh mengabaikan sesuatu. Setidaknya jika itu adalah hal yang penting.”

“Ari, aku tadi dengar kau mendapatkan masalah dari para bangsawan.”

“Tidak ada masalah. Lagipula tidak ada bangsawan disana.”

“Huh? Apa maksudmu?”

“Pembatas antara akademi dan juga dunia luar, itulah maksudku.”

“Aku masih belum paham.”

“Maksudku, jika diluar akademi kau adalah seorang putri tapi jika kau sudah masuk ke area akademi kau adalah seorang murid biasa.”

“Ah, begitu. Kau menggunakan kalimat yang sulit untuk dipahami olehku.”

“Kalau begitu, aku minta maaf.”

“T-tidak apa-apa.” Suasana menjadi hening selama beberapa saat, hingga akhirnya Iona kembali memulai pembicaraan. “Ari, apa kau tidak ingin tinggal ditempat yang lebih nyaman dari ini?”

“Tidak, terimaksih.”

“Begitu, ya.”

“Haa, kenapa kau memasang wajah sedih seperti itu. Wajah itu tidak cocok untukmu.”

“Kau selalu menolaknya, aku tak bisa membayangkan kau yang tidur ditempat seperti ini.”

“Tidak perlu dibayangkan. Sudahlah, bukannya hari ini kau memiliki acara diistana.”

“Ahh, benar juga. Aku hampir melupakannya. Kalau begitu, Ari aku pergi dulu.”

“Ya.” Iona pergi. “Hmm, apa yang akan aku lakukan selanjutnya.” Semenjak memilih pilihan itu, entah kenapa aku tidak memiliki tujuan lagi.

Sebelumnya.

Setelah meninggalkan tubuh Iona, aku bertemu dengan seseorang. Dia memberikanku pilihan, hidup didunia ini atau pergi menuju tempat dimana seharusnya aku berada. Ya, karena aku pikir Iona tidak akan bisa melakukan hal lain setelah apa yang aku berikan instruksi yang aku berikan habis, aku memilih untuk berada didunia ini. Setidaknya untuk menemaninya, dan karena hal itupula aku kehilangan tujuanku.

“Haa, ini merepotkan. Meskipun begitu, ini adalah pilihanku. Apa yang aku mulai maka aku sendiri yang harus menyelesaikannya. Ya, meskipun prisipku itu tidak berlaku bagi Iona.” Hari ini, berlalu dengan tidak ada hal yang terjadi selain apa yang terjadi tadi.

Esoknya.

Pagi hari yang cerah, itu yang aku harapkan. “Hmm, angin hari ini cukup kencang. Aku ragu tempat ini akan bertahan jika keadaanya bertambah lebih buruk dari ini.” Sejak kemarin malam, angin mulai berhembus kuat.

“Ari.”

“Huh? Iona, apa yang kau lakukan? Kenapa kau kemari, bukannya hari ini ada tugas yang harus kau selesaikan?”

“Hehe, aku sudah menyelesaikannya kemarin. Jadi hari ini aku bisa bebas.”

“Begitu.”

“Meskipun begitu, angin hari ini sangat kencang, ya. Tidak seperti biasanya.”

“Kemungkinan musim akan berganti, atau mungkin ada hal lain yang terjadi.”

“Begitu.”

“Perubahan seperti ini biasa terjadi, mungkin setelah ini akan terjadi badai.”

Sfx : Suara petir.

Seketika suara hujan yang deras terdengar. “Eh, benar.”

“Kau lupa membawa…”

“Huh?”

“Tidak, lupakan. Kau memang selalu seperti itu. Meskipun begitu, ini akan buruk.”

“Huh? Buruk? Kenapa?”

“Jika ada orang yang menemukan kita sedang berdua ditempat ini, akan terjadi kegemparan di penjuru istana.”

“Kegemparan?”

“Seorang putri yang diam di satu tempat bersama dengan orang asing. Mungkin seperti itu.”

“Ari, itu berlebihan… Awww.” Aku menjitak dahinya.

“Itu akan sangat buruk. Kemungkinan kau akan mendapatkan masalah akan hal itu, dan untukku, mungkin aku akan dipenjara karena sudah melecehkan seorang tuan putri.”

“Ehh, kenapa bisa begitu. Bukankah kau tidak mungkin melakukannya.”

“Pandangan setiap orang berbeda-beda. Aku akan bersyukur jika hanya dipenjara akibat hal itu, hal yang lebih buruknya mungkin aku akan dibuang atau hal lainnya yang menyeramkan.”

“Apakah seburuk itu?”

“Pelecehan terhadap seorang putri dari suatu kerajaan merupakan perkara yang sangat besar.”

“Meskipun begitu, aku hanya perlu menjelaskan kalau kau…”

“Haa, entah apa yang akan kau jelaskan tapi yang pasti. Tidak akan ada yang akan mendengarmu, semuanya sudah tercatat dalam peraturan kerajaan.”

“Begitu, jika itu akan membahayakanmu. Aku akan pergi.”

“Haa, kau diam saja disini. Jika kau kedinginan, ada selimut disana kau bisa menggunakannya.”

“Bagaimana denganmu?”

“Aku akan pergi ke tempat Dravin.”

“Tunggu, bukannya itu ada didekat pegunungan dan itu juga cukup jauh dari sini.”

“Setidaknya tidak sejauh seperti perjalanan menuju ke Groem.”

“Tapi…”

“Sudahlah, aku akan kembali saat badai ini sudah selesai.” Aku pergi.

Beberapa lama setelah itu.

“Haa, cuacanya sepetinya tidak akan membaik dalam waktu dekat. Sebaiknya aku segera bergegas.” Hujan yang sangat deras disertai dengan kilatan petir, menandakan kalau ini tidak akan berakhir dalam waktu cepat.

Sementara itu.

“Ini, selimut yang digunakan Ari. Ada aroma tubuh Ari, dan hangat…” Iona sedang menyelimuti tubuhnya yang mulai kedinginan dengan selimut. “Ari, apa dia baik-baik saja di tengah badai besar seperti ini.”

Setelah memakan waktu yang cukup lama.

Di dekat pegunungan.

Didepanku terdapat sebuah gua yang sangat besar. “Haa, akhirnya sampai juga.” Tubuhku sudah menggigil kedinginan. Aku perlahan mulai memasuki gua itu, semakin dalam masuk ke gua ini suhunya menjadi semakin hangat hingga pada akhirnya. “Dravin, kau tertidur?” Tak ada jawaban darinya.

Seekor naga yang penah membantuku beberapa kali, aku memberinya nama Dravin karena terdengar keren menurutku.

“Aku akan menumpang tidur disini selama badai berlanjut, setelah itu aku akan kembali.” Dravin menghembuskan nafas panas yang membuat suhu disini semakin hangat. “Terimakasih.” Aku perlahan mulai menutup mataku. “Mungkin setelah ini, aku akan demam.” Sedikit bergumam, dan setelah itu aku tertidur.

Disuatu tempat.

“Ketua, kita berhasil menggunakan sihir tingkat tinggi itu, dengan begini kita bisa menjamin hal yang selama ini direncanakan oleh kita akan berhasil.”

“Itu bagus. Kita akan membalas hal yang pernah dilakukan oleh putri itu pada kita, mengambil budak yang sudah susah payah kita dapatkan. Dia harus membayarnya.”

Sebuah pertikaian kecil, di awal permulaan.

2

Pagi hari, mungkin.

Aku perlahan membuka mataku. “Ahh, tubuhku sangat berat.” Seperti yang aku duga, aku terkena demam. “Huh?” Sebuah kain basah ditempelkan didahiku.

“Ari, kau sudah bangun.”

“Iona, ya. Selamat pagi.”

“Ini sudah siang, lo.”

“Begitu, aku tak menyadarinya. Pantas saja Kristal sihir yang ada disini bersinar cukup terang.”

(Kristal sihir, sebuah Kristal yang bersinar sesuai dengan banyaknya energi alam yang diserap ‘Bisa digunakan untuk menandakan siang atau malam’.)

“Kenapa kau memaksakan diri untuk pergi, lihat apa yang terjadi.”

“Haha, maaf. Lalu, bagaimana kau tau kalau aku sakit?”

“Itu sudah jelas. Mana ada orang yang tidak akan sakit jika terlalu lama kedinginan, dan untung saja Dravin datang menjemputku saat badai sudah usai. Jika tidak, apa yang akan terjadi padamu.”

“Begitu. Dravin, terimakasih. Haa, seharunya aku juga menyediakan tempat tidur disini.”

“Apa yang masih kau pikirkan, istirahat.”

“Baik-baik. Tuan putri.” Aku kembali menutup mataku. ‘Setidaknya, ini cukup menyenangkan.’ Ini mungkin pertama kalinya ada yang peduli padaku, sedia merawatku, ini cukup membuatku senang.

Beberapa lama setelah itu.

“Koman…” (Grild)

“Stttt… Jangan berisik.” Grild datang ke tempat dimana Dravin berada.

“Komandan, siapa orang itu?”

“Kita bicarakan diluar, jangan sampai membuatnya bangun.”

“B-baik.”

Diluar.

“Grild, ada masalah apa?”

“Tunggu sebentar komandan, siapa laki-laki yang didalam itu? Saya belum pernah melihatnya.”

“Tidak perlu kau pikirkan, lalu apa yang membuatmu datang jauh-jauh kemari?”

“Ini mengenai hasil panen yang sudah hampir siap.”

“Huh? Apa yang terjadi pada hasil panen?”

“Semuanya gagal, karena badai kemarin hasil panen yang seharusnya siap dipanen dalam beberapa hari kedepan depan semuanya rusak.”

“Eh?! Apa semua panen yang siap, gagal panen seluruhnya?

“Ya.”

“Ini gawat.”

“Lalu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?”

“Persediaan dari hasil panen sebelumnya masih ada, tapi jika harus menunggu hasil panen berikutnya, itu tidak akan cukup.”

“Komandan.”

“Aku akan memikirkannya, kau bisa kembali ke markas.”

“Baik.” Grild pergi, dan Iona masuk kembali kedalam gua.

‘Aku tidak bisa melibatkan Ari yang sedang sakit pada masalah kali ini, setidaknya aku harus menyelesaikan masalah ini sendiri. Tapi, ini sulit bahkan lebih sulit dari apa yang pernah aku lakukan sebelumnya.’

“Ari, aku akan pergi dulu. Ada masalah yang harus aku selesaikan, jika kau butuh seuatu katakan saja pada Dravin biarkan dia menjemputku. Kalau begitu, aku pergi.” Iona perlahan meninggalkan Ari, dan ia pergi.

“Haa, dia mencoba untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, ya. A-aww…” Meskipun ingin membantunya, tetapi kondisiku yang saat ini berkata lain. “Setidaknya dia mungkin tidak akan melakukan hal yang salah, setidaknya ini bukanlah hal yang normal yang seharusnya terjadi.” Aku yang menyadari ada keanehan, langsung mengetahuinya. “Sudahlah, berharap saja dia tidak kesulitan untuk menyelesaikannya.” Aku kembali terlelap.

Sementara itu, ditempat lain.

Markas khusus.

“Ahhh, bagaimana ini. Ini tidak akan cukup, jika memanen ulang ini akan memakan waktu, meskipun dengan pasokan yang sudah ada ini tidak akan cukup.” Iona sedang berfikir keras dengan apa yang harus dia lakukan untuk menyelesaikan masalah ini.

“Komandan.” (Famus)

“Huh? Famus, ada apa?”

“Komandan, kami menemukan pergerakan yang aneh di hutan selatan.”

“Pergerakan yang aneh? Bisa kau selidiki lebih lanjut.”

“Baik.” Pergi.

“Ahh, 1 masalah belum selesai muncul masalah lain. Ini menyebalkan, aku tidak bisa meminta bantuan Ari. Jika dia, mungkin bisa menyelesaikan masalah ini dengan sangat mudah. Padahal aku sudah diberitahu banyak hal olehnya, tapi tetap saja ini sulit.”

“Komandan.” (Laren)

“Laren, ada apa? Apa ada masalah?”

“Saya ingin mengantarkan dokumen yang harus anda selesaikan secepatnya.”

“Begitu, kau bisa menaruhnya dimejaku, aku akan menyelesaikannya nanti.”

“Baik.” Setelah menaruh dokumen, Laren pergi.

“Haa, dokumennya banyak sekali.”

“Putri, sepertinya kau sedang sibuk.” (Ria)

“Sofia, Ria, kalian datang. Eh, dimana Rine dan Lysia?”

“Mereka berdua bilang akan datang terlambat karena ada urusan.” (Sofia)

“Begitu. Syukurlah kalian datang, dengan begini pekerjaanku akan jauh lebih ringan.”

“Putri, untuk dokumen ini…” (Ria)

“Ahh, bisa tolong kau memeriksanya. Aku masih melakukan hal lain.”

“Baik.”

“Putri, apa ada yang bisa aku bantu?” (Sofia)

“Hmm, untuk sekarang, bagaimana kalau kau membantu Ria memeriksa dokumen itu dulu.”

“Baik.”

“Haa, pekerjaanku jadi lebih mudah.”

Sore hari.

“Haa, akhirnya selesai. Tak kusangka akan memakan waktu selama ini.”

“Tapi putri, dokumennya masih banyak yang belum selesai.” (Rine)

“Tidak masalah, sisanya biar aku yang melakukannya. Semuanya, terimakasih untuk hari ini.”

Sementara itu.

“Sepertinya sudah lebih baik.” Demamku turun, dan keadaan tubuhku membaik. “Haa, aku lapar.” Aku lupa tidak makan sejak kemarin. “Dravin, bisa antarkan aku pulang.”

Grrr.

“Haa, sudahlah.” Aku berjalan menuju ke gubuk tempatku.

Setelah cukup lama.

Malam hari.

“Haa, akhirnya sampai juga.” Saat sampai, aku langsung berbaring ditempat tidurku. “Ini melelahkan.” Dengan tubuh yang lemas karena lapar, ditambah dengan berjalan jauh. “Aku terlalu memaksakan tubuhku yang baru saja sembuh ini.”

“Ari, apa kau ada didalam?”

“Iona? Masuklah.”

“Ari, aku membawakanmu makanan.”

“Kebetulan sekali. Terimakasih.” Aku makan.

Setelah selesai makan.

“Terimakasih atas makanannya.”

“Kau menyukainya?”

“Ya, setidaknya lebih baik dari yang sebelumnya.”

“Terimakasih.”

“Lalu, bagiamana dengan pekerjaanmu hari ini?”

“Ada banyak masalah, aku hanya menyelesaikan beberapa hal saja dan masih ada hal lain yang belum aku kerjakan.”

“Begitu. Sepertinya kau sudah berjuang cukup keras hari ini.”

“Kau sedang sakit, aku tidak ingin merepotkanmu dalam keadaan seperti itu. Dan lagi, aku juga ingin bisa menyelesaikannya sendiri, ya meskipun itu sangat sulit.”

“Hmmm, kau memiliki teman yang membantumu. Itu akan lebih membuat pekerjaan dan waktu yang dihabiskan lebih efisien.”

“Ya, itu memang benar. Tapi disisi lain, aku dan teman-temanku hanyalah seorang gadis biasa, ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh kami meskipun sudah berusaha.”

“Itu berarti, bukan tentang usaha kalian, tapi pengetahuan kalian. Memiliki 4 otak lebih baik dibandingkan 1.”

“4 otak?”

“Itu hanya perumpamaan tentang kondisi kalian. Hoaamm, aku mengantuk. Kau ingin mengerjakan dokumen yang kau bawa itu? Atau akan membiarkanku yang melakukannya?”

“Aku bisa melakukannya sendiri, kau tidur saja.”

“Begitu. Jangan sampai terlalu malam, saat sudah cukup malam kembalilah. Nanti orang-orang di istana mencemaskanmu.”

“Baik, tenang saja.”

“Ya, kalau begitu, selamat tidur.” Aku perlahan mulai menutup mataku. ‘Dia, sudah cukup berkembang.’

“Ari, Ari… Dia, sudah lerlelap. Sepertinya dia sangat kelelahan. Haa, baiklah waktunya untukku menyelesaikan ini.”

Esoknya.

“B-berat…” Aku kesulitan bernafas dan tubuhku sulit digerakkan, perlahan aku mulai membuka mataku. “Haa, dia tidur disini lagi.” Iona tertidur diatasku.

Aku bangun lalu menidurkannya dikasur dan menyelimutinya.

“Huh? Dia belum menyelesaikannya.” Dokumen yang dia bawa belum selesai dikerjaakan olehnya. “Dasar, sudah kuduga akan jadi seperti ini.” Aku putuskan untuk menyelesaikan sisanya.

Beberapa lama setelah itu.

“Hmm, sudah kuduga ada yang aneh.” Ada beberapa dokumen yang menurutku tidak sesuai. “Seharusnya pengeluaran perbulan tidak sebanyak ini, dan pembelian apalah ini, sampai menghabiskan cukup banyak uang. Haa, ini merepotkan.” Aku yang sekarang, hanya bertugas dibalik layar. Tak banyak yang bisa aku lakukan selain memberikan perintah langsung pada Iona untuk disampaikan pada para komandan. “Sepertinya harus ada pemeriksaan secepatnya, tapi sebelum itu… Iona, kau sudah bangun’kan.”

“…”

“Hey, jangan pura-pura tertidur. Aku tau kau sudah bangun.”

“Hehe, ketahuan.”

“Aku ingin berbicara mengenai penguasaan pasar dan juga para pemimpin perdangan yang kita miliki.”

“Huh? Memangnya ada masalah apa dengan hal itu?”

“Sepertinya ada orang yang sudah melakukan pemerasan harta diantara mereka.”

“Eh? Benarkah?”

“Kau tidak mengecek dokumenmu, ya.”

“Aku sudah, tapi… Aku kurang mengerti dengan hal itu.”

“Aku sudah mengajarimu tentang hal ini sebelumnya, sudahlah.”

“Lalu, apa yang harus dilakukan?”

“Untuk sementara waktu, kita abaikan hal itu.”

“Tapi, bukankah itu…”

“Kita abaikan hal itu.”

“B-baik.”

“Hmm, Iona apa kau bisa merasakan dimana energy sihir banyak berkumpul?”

“Huh? Akan aku coba.”

“Ya, tolong.”

Beberapa saat kemudian.

“Energi yang cukup besar, aku bisa merasakannya.”

“Dari mana?”

“Pegunungan.”

“Pegunungan, ya. Kalau begitu, siapkan pasukan untuk menyerbu tempat itu.”

“Tunggu, menyerbu? Maksudmu melakukan penyerangan?”

“Ya.”

“Kenapa?”

“Setelah aku pikir lagi, hujan yang kemarin itu tidak normal.”

“Tidak normal?”

“Arahnya berubah.”

“Berubah? Apanya yang berubah?”

“Arah angin. Di badai kemarin, sesuatu sudah mengganjal saat aku pergi menuju ke tempat Dravin. Pergerakan anginnya sangat aneh, bahkan berubah. Seakan hanya kerajaan ini yang terkena badai seperti itu.”

“Ari, bagaimana kau bisa menyadarinya?”

“Ini hanya perkiraanku belaka, lagipula hal seperti ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Aku yang mengesampingkan masalah sihir melupakan hal sesederhana itu. Setelah kau bilang merasakan sihir, aku langsung yakin.”

“Tapi, meskipun begitu siapa yang melakukannya?”

“Entahlah, ada banyak orang yang mungkin akan melakukan hal itu. Ekonomi kerajaan ini sebagian besar didapatkan dari hasil panen dan juga hasil ternak di bagian yang kau kuasai. Wajar saja jika ada orang yang ingin menghancurkan hal itu untuk meruntuhkan ekonomi kerajaan.”

“Begitu.”

“Meskipun begitu, itu hanya faktor eksternal, faktor internal juga harus segera diatasi. Jika tidak begitu, keseimbangan ekonomi akan hancur untuk kerajaan ini.”

“Jika seperti itu, aku akan menyuruh 3 kelompok pasukan untuk melakukan penyerangan.”

“3 kelompok, ya.”’

“Ari, ada apa?”

“Tidak, hanya saja saat ini prajurit yang kau pimpin sudah bertambah banyak. Aku tak bisa membayangkan kau mengirimkan 3 kelompok untuk membereskan masalah seperti itu.”

“Apa tidak boleh?”

“Haa, lakukan saja. Setidaknya berjaga-jaga lebih baik.”

“Kalau begitu, aku akan segera menyampaikannya pada para ketua regu yang lain.”

“Ya.”

“Oh ya, ada yang ingin aku beritahu padamu.”

“Apa?”

“Minggu depan kau sudah bisa masuk ke akademi, datanglah ke akademi mereka akan menyediakan seragam untukmu.”

“Begitu, terimakasih sudah memberitahuku.”

“Tidak masalah. Kalau begitu, aku pergi.”

“Ya, hati-hati dijalan.” Iona pergi.

Dipagi hari yang bahkan matahari belum terbit.

Di luar gubuk. “Haa, udara pagi ini cukup dingin dari biasanya.” Aku melakukan olahraga kecil untuk membugarkan tubuhku. “Minggu depan, ya.” Hari dimana aku akan kembali melakukan kegiatan yang namanya sekolah. “Sepertinya aku akan mendapatkan beberapa masalah saat diakademi nanti.” Setidaknya itulah hal yang aku yakini.

3

Beberapa hari berlalu.

Sore hari

Di gubuk kecilku.

“Haaa, Iona bagaimana?”

“Huh? Apanya?”

“Tentang penyerangan yang kau lakukan beberapa hari yang lalu.”

“Ahh, itu memang benar ulah dari bandit. Sepertinya mereka menggunakan sebuah alat sihir untuk melakukan sihir tingkat tinggi seperti itu.”

“Alat sihir?”

“Aku dengar itu dijual bebas di kerajaan Trues.”

“Dijual bebas.”

“Meskipun begitu, harganya sangat mahal dan hanya bisa digunakan 1 kali saja setelah itu tidak bisa digunakan lagi.”

“B-begitu. Aku pikir sihir itu merupakan hal yang tabu.”

“Itu memang benar, tapi dibeberapa kerajaan, sihir banyak dibicarakan, penelitian tentang sihir dilakukan meskipun itu secara tersembunyi.”

“Jadi, mereka ingin membangkitkan sihir lagi, ya.”

“Apa itu buruk?”

“Jika hanya terbatas pada sebuah item 1 kali pakai, itu tidak masalah. Meskipun begitu, aku tak bisa bilang tidak masalah juga karena mungkin saja ada sebuah senjata yang dibuat untuk menghancurkan suatu tempat atau hal lain yang mengerikan yang dibuat dari item itu.”

“Itu mengerikan.”

“Jika orang yang memiliki sihir hanya terbatas pada keluarga kerajaan, aku pikir hal seperti itu sangat kemungkinan kecil akan terjadi.”

“Begitu.”

“Meskipun begitu, aku tak bisa menjaminnya. Selama ada kerajaan yang berfikir untuk bisa memperluas kekuasaannya, aku rasa hal seperti itu bisa saja terjadi.”

“Itu menakutkan.”

“Haa, lupakan hal itu. Sebenarnya bukan itu yang ingin aku tanyakan.”

“Lalu, apa yang ingin kau tanyakan?”

“Kau pernah bilang kalau kau ikut dalam suatu kelompok penilitian sihir di akademi.”

“Ya, aku memang ikut. Lalu, apa ada masalah?”

“Tentang penelitianmu, apa yang kelompok kalian bahas?”

“Eh, i-itu…”

“Sepertinya kelompokmu itu belum membahas apapun. Apa aku benar?”

“T-tidak begitu, ada beberapa hal kecil yang kami lakukan. Meskipun begitu, semua orang yang ada di kelompok itu, mereka semua berjuang sekuat tenaga untuk membuat sebuah perubahan. Meskipun sangat sulit, aku yakin suatu hari nanti kami bisa melakukannya.”

“Haa, baik baik. Aku mengerti. Sepertinya aku cukup tertarik dengan kelompok penelitian sihir itu.”

“Eh? Benarkah?”

“Ya, saat aku sudah masuk ke akademi bisa kau ajak aku ke tempat kelompokmu itu, aku ingin melihat-lihat.”

“Dengan senang hati, jika kau bergabung pasti sesuatu yang selama ini ingin dicapai tidak akan menjadi hal yang sulit.”

“Hey, aku bilang hanya akan melihat saja.”

“Tapi, aku yakin kau pasti nanti juga akan ikut bergabung.”

“Jika itu bisa menarik perhatianku.”

“Aku menjaminnya, aku yakin kau pasti akan menyukainya.”

“Ya ya, aku menantikannya. Sudah, cepat kerjakan berkas yang belum selesai itu.”

“Eeehh…”

Malam hari.

“Haa, akhirnya selesai juga.”

“Sudah cukup malam, sebaiknya kau segera kembali.”

“Aku lelah, aku ingin menginap disini untuk malam ini.”

“Hey, nanti orang-orang di kerajaan mencarimu.”

“Tenang saja, aku sudah meninggalkan surat dikamar. Aku yakin mereka tidak akan mencariku.”

“Sepertinya kau sudah merencanakannya.”

“I-ini hanya sebuah kebetulan, ya ini hanyalah kebetulan. Aku berencana untuk menyelesaikan pekerjaan ini di markas dan menginap disana, tapi aku malah mengerjakannya disini. B-begitu.”

“Kau tidak bisa membohongiku dengan kata-kata meragukan seperti itu. Jika ingin berbohong, berusahalah lebih baik lagi.”

“M-maaf.”

“Haa, sudahlah. Cepat tidur.”

“Bagaimana denganmu? Jangan bilang kau ingin pergi ke tempat Dravin.”

“Kenapa kau mencemaskan hal itu, sudah cepat tidur.”

“B-baik.” Iona naik ke atas kasur. “Kau tidak akan pergi’kan.”

“Memangnya dimana lagi aku memiliki tempat untuk pergi didunia ini.”

“Begitu, benar juga. Ari, selamat malam.”

“Ya, selamat malam.”

Iona terlelap dan aku melihat ke arah dokumen yang dikerjakan olehnya. “I-ini… Haa, dasar.” Meskipun bilang sudah menyelesaikannya, ternyata dia tidak melakukan apapun. “Apa yang sebenarnya dikerjakan olehmu mulai tadi.” Karena ini adalah bagian dari tugasku juga, aku putuskan untuk menyelesaikannya.

Di pagi hari, saat fajar belum terbit.

“Haa, akhirnya selesai.” Aku menyelesaikan semuanya dan begadang semalaman. “Aku mengantuk, waktu masuk ke akademi adalah besok. Aku ingin tidur sekarang.” Niatku seperti itu, tapi Iona masih tertidur pulas dikasur.

Aku melihat ke langit-langit. “Haa, sekarang aku hidup didunia ini, ya.” Perlahan aku bangun dan pergi keluar.

Di luar.

“Haa, dingin.” Matahari yang belum terbit, hawa dingin yang masih terasa membuat tubuhku sedikit menggigil. Aku perlahan berjalan menuju ke arah pantai yang berada agak jauh dari gubuk tempatku berada.

Cukup lama setelah itu.

Perlahan matahari mulai terbit. “Haa, ini menenangkan.” Hawa yang dingin mulai tergantikan oleh hangatnya sinar matahari pagi yang mulai bersinar terang. Aku perlahan mulai membaringkan tubuhku diatas pasir. “Setidaknya, aku ingin tidur sebentar.” Aku perlahan mulai menutup mataku, dan terlelap dalam tidur. ‘Ah, sepertinya aku melupakan sesuatu. Sudahlah.’

Sementara itu.

“Hoaamm… Ari, selamat… Ari? Dimana? Ari, dimana kau!!” Iona yang panik langsung pergi untuk mencari Ari yang menghilang.

Matahari yang sudah terbit, dan Iona menyusul Ari ke pantai. “I-itu dia!!” Melihat Ari yang sedang berbaring dipasir, ia langsung menghampirinya. “Ari, kenapa kau… Dia, tertidur.” Untuk pertama kalinya, Iona melihat wajah Ari yang tertidur pulas. “Kau pasti mengerjakan dokumen itu sampai tidak tidur semalaman. Maaf.” Meskipun begitu, Iona tetap menatap wajah Ari yang tengah tertidur pulas.

Beberapa jam setelah itu.

Aku perlahan membuka mataku karena rasa panas yang mulai menyengat. “Haa, sudah siang, ya. Sepertinya sudah hampir jam 11. Jika saja ada jam didunia ini.” Aku merasa cukup segar karena sudah tidur, meskipun begitu tidur kurang dari 8 jam itu tidak sehat. “Haa, sudahlah.” Tepat saat aku berdiri. “Haa, kenapa dia bisa ada disini.” Iona tertidur disampingku. “Terlalu banyak tidur akan membuatmu sakit kepala. Iona, cepat bangun.”

“5 menit lagi.”

“Hey, cepat bangun. Kau sudah bolos masuk ke akademi hari ini, mau sampai kapan kau membolos dan tidur seperti ini.”

“Hari ini aku sudah izin untuk tidak masuk ke akademi karena ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.”

“Pekerjaan? Setauku pekerjaan menjadi seorang putri dan juga komandan tidak sebanyak itu sampai harus izin tidak masuk. Kau membuat alasan palsu lagi, ya. Haa, ini sudah yang ke berapa kalinya kau melakukan ini.”

“Haa, hangat.”

“Hey, jangan mengalihkan pembicaraan dan lagi, ini bukan hangat tapi panas. Sudah cepat bangun, nanti kulitmu terbakar karena terlalu banyak terpapar sinar matahari.”

“Baik-baik.”

“Sepertinya aku harus segera pergi.”

“Huh? Ari, ada apa?”

“Para ketua regu mencarimu.” Aku melihatnya, para ketua regu datang kemari dan sudah pasti karena mencari Iona. “Kau berbohong tentang meninggalkan surat itu, ya.”

“Tidak, aku serius. Aku sudah meninggalkan surat kok. Tapi, aku tak tau kenapa mereka masih mencariku.”

“Hmm, sepertinya suratmu tidak ditemukan oleh pelayan yang selalu datang ke kamarmu setiap pagi. Oleh karena itu mereka mencarimu.”

“Mungkin saja.”

“Haa, kau itu. Sudahlah, aku akan pergi sementara waktu sampai keadaan kembali seperti semula. Kau cepat datangi mereka.”

“Baik.”

Kami berpisah, aku pergi menjauh dan Iona menghampiri para ketua regu. “Sepertinya aku harus mencari tempat untuk beristirahat yang lain.”

Sementara itu.

“Komandan, anda baik-baik saja.” (Grild)

“Y-ya. Aku tidak apa-apa.”

“Komandan, apa yang anda lakukan disini?” (Famus)

“Mencari ketenangan, aku tertidur digubuk yang ada disana semalam karena mengerjakan dokumen.”

“Komandan, jika anda ingin keluar, setidaknya bawalah beberapa pasukan untuk menjaga anda.” (Laren)

“Laren, tidak perlu repot-repot.”

“Itu tidak merepotkan, jika anda dalam bahaya itu justru akan sangat berbahaya jika sampai anda tidak ditemani oleh satupun penjaga ataupun prajurit yang mengawal anda.”

“Jika seperti itu aku tidak bisa mengerjakan apapun dengan tenang. Tenanglah kalian semua, lagipula ada Dravin yang bisa membantuku jika ada masalah.”

“Dravin, maksud anda naga itu.” (Famus)

“Tapi, jaraknya sangat jauh bagaimana mungkin naga itu bisa membantu anda jika anda dalam masalah?” (Laren)

“Tenang, naga itu lebih hebat dari apa yang kalian duga.”

“Kami tidak pernah meragukan kehebatan naga, hanya saja…”

“Hanya saja?”

“Setidaknya komandan harus bersama satu atau dua pengawal kerajaan atau dari pasukan kita.”

“Haa, baik akan aku pertimbangkan.”

“Terimakasih.”

“Aku akan mengambil dokumenku dulu, kalian bisa duluan. Aku akan segera menyusul, dan suruh para pasukan yang ditugaskan untuk mencariku segera kembali.”

“Baik.”

Mereka ber-4 pergi. “Haa, sepertinya aku tidak bisa bebas lagi.”

Sementara itu.

“Hoaam, disini sangat nyaman. Rindangnya pepohonan yang menghalangi matahari secara langsung dan juga ditambah dengan angin dari pantai, ini membuatku mengantuk.” Perlahanaku mulai menutup mata. “Setidaknya, tempat ini adalah tempat yang nyaman untuk beristirahat.”

Sore hari.

“Hoaam… Nyenyak sekali.” Aku bangun dan hari sudah sore. “Sepertinya tidurku terlalu lelap. Hmm, bagaimana keadaan Iona sekarang, ya.” Dia dibawa oleh para komandan, dan pastinya dia sedang kerepotan sekarang. “Sudahlah.”

Aku bangun dan pergi kembali menuju ke gubukku.

Beberapa lama setelah itu.

“Haa, sudah kuduga akan jadi seperti ini.” Gubuk tempat tinggalku dijaga oleh para prajurit. “Sepertinya para ketua regu itu ingin meningkatkan keamanan ditempat Iona berada.” Setidaknya itulah hal yang bisa aku simpulkan sekarang.

“Sebentar lagi hari mulai gelap, dan aku yakin prajurit itu pasti akan tetap berada disana. Mereka akan melakukan rotasi penjagaan dan itu berarti aku tak akan bisa kembali ke sana untuk sementara waktu. Haa, aku harap hanya sementara waktu.”

Esoknya.

Aku menginap di tempa Dravin dan setelah itu kembali kegubuk berharap para prajurit itu pergi, tapi… “Mereka masih berjaga. Sudahlah, hari ini adalah hari pertamaku ke akademi. Setidaknya aku tak boleh terlambat.” Dengan pakaian yang aku pakai sekarang, aku pergi menuju ke akademi.

Setelah itu.

Di akademi.

“Haa, setidaknya ini cocok untukku, mungkin.” Aku menggunakan seragam yang aku dapatkan dari salah satu pengawas.

“Ari. Kau datang.”

“Ini adalah hari pertamaku, tidak mungkin aku tidak datang.”

“Benar juga. Ngomong-ngomong seragam itu cocok untukmu.”

“Ya, setidaknya ini tidak begitu buruk.”

“Eh?”

“Huh? Ada apa?”

“T-tidak.‘ini tidak seperti apa yang mereka katakan.’ (bergumam)”

“Aku akan pergi ke kelasku dulu.”

“Biarkan aku mengantarmu.”

“Ya, baiklah.” Lagipula aku tak tau dimana kelasku berada.

Beberapa menit kemudian.

“Kita sudah sampai.”

“Begitu, terimakasih karena sudah mengantarku.”

“Tidak masalah.”

Aku masuk ke kelas, dan Iona mengikutiku. “Ehh, kelasmu disini juga.”

“Ya.”

“Haa, ternyata seperti itu.” Aku perlahan melihat ke arah dalam kelas. “Kemana siswa yang lain?” Tidak ada orang satupun disini.

“Ahh, mereka ada ditempat lain, sedang melakukan acara penyambutan siswa baru.”

“Kenapa kau memberitahuku hal itu sekarang.”

“Kau tidak menanyakannya.”

“Haa, sudahlah. Iona, ayo pergi.”

“Baik.”

Di salah satu gedung.

Penyambutan siswa baru dengan nilai terbaik. Ya, ini adalah acara yang diadakan hari ini tepat saat hari pertamaku dimulai. Aku dan Iona sedang duduk di kursi siswa yang ada bagian paling belakang karena terlambat. “Ini aneh, Ari, namamu tidak disebutkan.”

“Abaikan saja.”

“Ehh, mana bisa seperti itu. Kau mendapatkan nilai yang paling sempurna, dan kau tidak dipanggil, bukankah itu aneh.”

“Abaikan saja.”

“Tapi…”

“Abaikan saja.”

“Baik. Tapi, boleh aku tau alasannya?”

“Tidak menarik perhatian adalah hal baik, dan lagi bangsawan yang hampir saja aku pukul juga berada diatas. Jika sampai tau jika aku memiliki nilai yang tinggi, bahkan lebih tinggi darinya. Aku yakin dia akan mengajukan protes karena ‘rakyat jelata’ sepertiku tidak pantas mendapatkan hal itu. Seperti itu.”

“Ehh, itu sangat aneh.”

“Sudahlah, abaikan saja. Sifat seseorang yang memiliki kekuasaan lebih tinggi dari yang lain memang seperti itu, meskipun begitu tidak semuanya seperti itu. Setidaknya itu yang harus kau ingat.”

“Apa itu penting?”

“Itu tergantung padamu.”

“Begitu.” Kami kembali memfokuskan diri pada acara yang diadakan sekarang.

Setelah acara selesai.

“Haa, ini memakan waktu cukup lama.” Acara penyambutan sudah selesai dan semua siswa kembali ke kelas.

“Ari, kau duluan saja pergi kekelas. Aku ada sedikit urusan.”

“Ya.”

Beberapa menit setelah itu, aku sudah sampai di kelas dan keadaan berbeda seperti sebelumnya. ‘Ramai juga.’ Disini ada banyak siswa, ya setidaknya itu adalah hal yang wajar. ‘Eh? Dia…’ Aku melihat wajah yang tak asing bagiku. ‘Lucy.’

Lucy Groem, seorang pangeran yang menyukai Iona bisa aku katakan seperti itu. Meskipun begitu, cintanya bertepuk sebelah tangan. ‘Haa, sepertinya aku dan dia akan jadi teman sekelas.’

Beberapa saat kemudian bel berbunyi dan seluruh siswa termasuk aku duduk dikursi (yang acak). ‘Iona kemana?’ Saat bel berbunyipun Iona masih belum kembali, ini membuatku sedikit khawatir. Tepat saat aku ingin pergi mencari Iona.

“Itu dia.” Iona masuk ke kelas, tapi ia menggunakan seragam yang berbeda dari sebelumnya.

Ia berdiri di depan. “Halo semuanya, perkenalkan namaku Iona L. Thorwn. Aku adalah wali kelas kalian.”

“Eh?”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!