halo selamat pagi
ini adalah sekuel lanjutan putri perawan milik daddy 1 dengan cover kuning
Season 2 kalo malas kelamaan ngulang nya silahkan baca langsung dari episode 32
Ingat harus baca season 1 dulu baru ke season ini 2 yaaa
jangan lupa baca hingga ending yaaa
jangan lupa like and subscribe nya
dan petualangan para Daddy menegangkan akan segera dimulai sayang
*********
...kembali ke episode 1 biar nggak lupa...
...Kembali nya Daddy kesayangan...
...EPISODE 1...
...PUTRI PERAWAN MILIK DADDY...
...👇👇...
"Daddy...."
Seketika bola mata indah itu terbuka saat sebuah teriakan panjang di pagi hari cukup membuat terkejut Aland, setelah hampir 4 tahun tidak kembali ke Indonesia, meninggalkan sang putri sendirian bersama pelayan wanita kepercayaan, akhirnya Aland kembali juga malam tadi.
Dia bahkan belum juga melihat wajah putri nya selama 4 tahun ini, bahkan enggan melihat foto apalagi melakukan Vidio panggilan bersama, mereka hanya melakukan panggilan melalui telpon biasa, memberikan semua kebutuhan sang putri tanpa kekurangan sedikit pun selama ini.
Sebab dendam dimasa lalu nya jelas masih membenam di hati nya, dia hanya enggan menambah dendam jika melihat wajah yang sama itu lagi nanti.
17 tahun bukan waktu sebentar untuk memendam dendam yang terus membara, bahkan harus merawat putri nya dengan rasa yang bercampur aduk menjadi satu. dia mengurus bocah itu sejak usia 5 tahun hingga 12 tahun dengan perasaan yang sulit dijelaskan, wajah sang ibu jelas mendominasi perasaan nya hingga acapkali dia berlaku kasar pada gadis itu dulu.
Karena itu ketakutan yang luar biasa dalam penyiksaan yang tidak masuk akal hingga membuat gadis itu acapkali menangis karena. mendapatkan pukulan dari nya, pindah dari Indonesia selama 4 tahun, menetap di Manhattan dan mengurus perusahaan disana adalah pilihan paling bijaksana menurut Adam.
Aland laki-laki dewasa berusia 37 tahun itu pada akhirnya lebih memilih tidak menikah dari pada kembali terluka seperti dimasa lalunya. Memilih hubungan percin..taan dengan perempuan bayaran ketimbang mengikat tali per..cintaan yang mengerikan.
Hati nya telah mati dan dipenuhi kebencian pada masa lalu nya, dan kegilaan yang terjadi kini, Aland berencana membalaskan dendam sang ibu kepada putri kesayangannya setelah dia dewasa.
"Kau gila"
kalimat itu yang selalu di ucapkan Farhan pada nya.
"Yeah anggap saja aku sudah gila"
"Daddy .."
Tanpa mengetuk pintu, tiba-tiba seorang gadis berpakaian seragam SMA menyeruak masuk ke dalam kamar dan secepat kilat menyambar tubuh Aland.
"Daddy"
Tawa bahagia jelas terpancar diwajah gadis itu, Aland Seketika membeku, 4 tahun meninggal kan gadis itu, kini gadis itu benar-benar Tumbuh kembang secara luar biasa.
Wajah dewasa, indah, cantik, dengan tubuh penuh berisi dari atas hingga ke bawah.
Oh damn it, Seketika dibawah sana bergejolak tidak karuan, meronta-ronta dalam keadaan tidak menentu, apalagi ketika gadis itu memeluknya dengan erat, mencium seluruh bagian wajahnya berkali-kali.
"Ailee"
teriak Aland kesal
"Daddy"
kali ini Ailee yang berteriak kesal.
"4 tahun begitu lama, membuat aku begitu merindukan Daddy"
seketika bola matanya berair dan sepersekian detik kemudian air mata itu tumpah tidak karuanan.
"Aku sangat merindukan mu Daddy, apa Daddy tidak merindukan ku sama sekali?"
tangis nya terus pecah, dia terisak di balik dada bidang Aland.
"Kenapa Daddy begitu jahat pada ku?"
oh tuhan.
Pada akhirnya gadis itu sama sekali tidak mau beranjak dari kamarnya, memilih tidak sekolah bahkan terus menempel di samping nya.
"Kau Kan kembali meninggalkan ku bukan?"
jelas saja Ailee menatap curiga ke arah Alan, dulu sejak kecil mulai usia 7 tahun hingga SMP kelas 1 Aland acapkali membohongi diri nya, berkata pergi sebentar rupa-rupa nya menghilang selama 6 bulan hingga 1 tahun, menitipkan dirinya pada bibi pelayan rumah dan mang Rahman,kembali ke rumah hanya beberapa Minggu saja.
Dan puncaknya jelas saja saat dia kelas 2 SMP Aland lagi-lagi membohongi dirinya, berkata pergi sebentar tahu-tahu menghilang selama 4 tahun, tidak ada kontak-kontak Vidio call, tidak pernah pulang, hanya telpon bik Sumi menanyakan keadaan nya,tiap dia ingin bicara Aland selalu langsung mematikan panggilan nya.
Kali ini dia tidak akan tertipu, dia harus memiliki sejuta trik untuk bisa membuat Daddy nya agar tetap tinggal di rumah.
Menyembunyikan Pasport nya dan...
"Mulai hari ini, aku akan tinggal di kamar Daddy"
seketika bola mata Aland membulat, dia jelas saja melotot kaget.
"Apa?"
Secepat kilat seluruh barang-barang milik Ailee benar-benar telah berpindah kekamar nya.
"Ailee.."
"Aku tidak akan tertipu lagi kali ini"
Ailee bicara sambil mengedipkan sebelah matanya.
Oh damn it
Semua orang tampak berkumpul menjadi satu, hanya para laki-laki tanpa perempuan.
Mungkin karena memang paling tua di antara semua orang, bahrat dengan lapang hati merentangkan lebih dulu tangannya ke hadapan Aland.
"Bukankah semua nya hanya kesalah pahaman?"
Ucap nya sambil menatap Aland.
Laki-laki itu membuang nafasnya sambil tersenyum, balik merentangkan tangannya lantas saling memeluk.
"Aku cukup benci mengatakan ini, tapi Maaf atas segalanya"
Ucap Alan pelan.
Semua tampak terkekeh.
Pada akhirnya saling bergantian memeluk antara satu dengan lainnya.
Selena dari ujung sana tampak mengulum senyum diikuti Aishe dan ailee, hingga mereka melanjutkan obrolan mereka.
Abigail tampak mengeluarkan beberapa foto di atas meja setelah mereka duduk di atas kursi sofa mengelilingi sebuah meja bundar kaca.
"Menyerang Karl lebih dulu cukup pelik, orang-orang yang berdiri di belakang nya para mafia, karena kita bukan golongan kelas elit mafia, menyerang Karl sekarang sama dengan mencari mati"
Ucap Abigail cepat.
"Satu-satunya jalan dengan menjebloskan Karl ke penjara, dan jalan yang mesti ditempuh dengan mencari bibi Malika, para pencari informasi berkata bibi mu ada di sana bersama bibi aima, mereka bisa menjadi saksi kunci untuk menangkap Karl"
Aland tampak diam, dia fikir benar juga. Menyerang Karl dengan kekerasan jelas terlalu beresiko, sebab bisa-bisa mereka diserang balik hingga takut membahayakan orang-orang disekitar mereka, terutama Ailee, aishe dan Selena.
Satu-satunya cara dengan menjerat Karl ke tiang hukuman pengadilan.
"Tidak takut hukum bakal menjadi tumpul?"
Murat menaikkan alisnya, menatap bahrat dan Aland bergantian.
"Bukan kah tidak terlalu adil, kita harus mengeluarkan lagi uang hanya untuk menghukum bajingan seperti dia?"
Ucap Murat lagi cepat.
"Kita tidak punya cara untuk memusnahkan dia tanpa alasan"
Bahrat bicara cepat.
Kecuali kau bisa membawa Eden kembali, aku yakin kita bisa memusnahkan Karl hingga menjadi debu"
Lanjut nya.
"Maksud mu?"
"Kau tidak akan percaya kenyataan soal hidupnya selama belasan tahun ini"
Ucap bahrat sambil berusaha meraih rokoknya, mengambil pamatik dan mulai menyulut rokok yang ada di bibirnya itu. Dia menghisapnya sejenak sambil membuang asapnya pelan.
Aland tampak menuangkan minuman ke dalam gelas nya yang telah di siapkan oleh para pelayan rumah sebelum nya, menyesapnya secara perlahan.
"Kau akan cukup terkejut saat tahu jika Dia merupakan salah satu ketua red mafia di Manhattan"
Ucap bahrat.
Seketika Murat tercekat.
"Apa?"
Aland menghentikan Gerakan tangannya sejenak, lantas dia memutar gelas minumannya Secara perlahan.
"Selena cukup tertekan saat pertama kali mengetahui kenyataan"
Bahrat diam sejenak, menarik nafasnya pelan.
"Dimana adik ku sekarang?"
Murat jelas gelisah, dia merindukan bocah Perfeksionist itu sejak lama.
"Dia belum lama tiba di Indonesia"
Murat menaikkan alisnya.
"Kau tidak memberitahu kan aku?"
"Come kak, ini bukan waktu nya marah"
Abigail bicara cepat sambil memukul lengan Murat.
Murat tampak diam.
"Dia masih merasa kecewa karena tidak ada yang mengingat nya"
Setelah bahrat berkata begitu, Murat menelan salivanya.
"Tidak ada yang bisa membujuk nya"
Ucap bahrat lagi
"Tapi aku punya kejutan istimewa setelah ini, jika beruntung maka sesui dugaan ku akan ad 2 keberuntungan besar menghampiri kita, jika tidak berarti hanya ada 1 kemungkinan saja"
Semua orang menoleh ke arah Abigail.
"Kau bicara apa?"
Aland bertanya heran
"Tunggu lah sebentar lagi, akan ada kejutan dahsyat untuk semua orang"
Saat pembicara terus berlangsung, tiba-tiba seorang pelayan dengan tergopoh-gopoh datang mendekat ke semua orang.
"Maaf tuan"
"Ya?"
Seseorang mencari tuan Abigail"
Semua orang tampak mengerutkan alisnya, kecuali Abigail.
"Sendiri atau berdua?"
Abigail bicara cepat ke arah pelayan itu.
"Berdua, seorang gadis muda dan laki-laki se usia tuan Eden dan dia mirip dengan..."
Pelayan itu tampak tercekat.
Abigail langsung tersenyum senang, melesat pergi meninggalkan semua orang.
1 hari sebelumnya
Setelah melewati masa pemulihan 3 hari penuh, Bern langsung melesat keluar dari apartemen Belle menuju ke markas red mafia, dia hanya ingin tahu apakah ada yang sudah mendapatkan informasi soal siapa yang menyerangnya, apalagi dia harus bergerak cepat membantu Winda untuk menyelesaikan misi gadis itu.
"Kau menghilang beberapa waktu"
Ucap Winda, menyambut kedatangan Bern sambil memeluk erat laki-laki itu.
"Mereka mendapatkan salah satu orang yang menyerang mu"
Bisik Winda pelan.
Bern jelas menaikkan alisnya.
"Mendapatkan orang nya?"
Winda mengangguk cepat.
"Kau bisa mengintrogasi nya langsung"
Winda bicara sambil menunjuk ke arah belakang.
Bern mengeratkan rahangnya, gigi nya jelas saling beradu, Dan jemari tangan nya mengepal dengan sempurna.
Secepat kilat Bern masuk menuju kebelakang, dengan gerakan cepat meraih sebuah senjata yang tergeletak di atas meja, membuka pintu belakang lantas menuruni anak tangga satu persatu, memasukkan pistol yang ada ditangannya ke belakang punggung nya.
Suasana suram Dengan lampu yang cukup redup menambah seram tempat tersebut, sesekali hanya terdengar suara tetesan air di sepanjang ruangan tersebut.
Bern terus melangkah hingga ke anak tangga terakhir menuju ke sebuah ruangan berjeruji besi, 2 laki-laki berbadan besar tampak berdiri di depan jeruji tersebut, langsung menundukkan kepalanya saat Bern sudah berada tepat dihadapan mereka, kemudian dengan gerakan cepat 1 laki-laki membukakan pintu jeruji tersebut, dan dengan gerakan cepat Bern menyeruak masuk ke dalam sana dengan jutaan emosi yang mendalam.
Seorang laki-laki tampak diam menatapi kedatangan Bern sejak tadi, dia mundur beberapa langkah namun...
Buggggggg
Sebuah hantaman keras tepat mengenai rahang laki-laki yang ada di hadapannya itu.
"Kau tahu siapa lawan mu huh?"
Bern menarik keras leher baju laki-laki itu, kemudian menghantam tubuh laki-laki itu ke dinding.
Brakkk...
1 kali.
Bern menarik tubuh nya kembali lantas kembali menghantam tubuhnya lagi.
Brakkk...
2 kali.
"Aku bukan type orang yang suka bersabar, tidak suka diganggu dan tidak suka mengganggu"
Laki-laki itu tersungkur ke lantai, meringis, dapat di lihat sebelum Bern menghajar nya, para anak buah Bern lebih dulu menghajarnya.
"Kau tahu?..."
Bern bicara sambil menjongkokkan tubuhnya
"Aku bukan type laki-laki yang suka mengancam menggunakan perempuan atau anak-anak, tapi jika dalam keadaan terdesak aku bisa melakukan nya"
Bola mata laki-laki itu langsung membulat sempurna, menatap Bern dengan tatapan tidak percaya.
"Saat kau tertangkap, maka artinya orang-orang ku tahu dimana saja titik keberadaan keluarga mu"
Bern bicara sambil mengeluarkan pistol dibelakang pinggangnya.
Kletakkkk
"Dia mengarahkan pistol milik nya ke kepala laki-laki itu"
"Bicara siapa yang membayar mu, atau nikmati hari-hari mengerikan untuk keluarga kesayangan mu"
Laki-laki itu tampak gemetaran, menatap nanar wajah bern.
"Aku bisa melindungi keluarga mu sama persis seperti aku bisa menghabisi keluarga mu"
"Jaminan nya?"
Laki-laki itu bicara sambil memejamkan bola matanya.
"Aku tidak suka bernegosiasi, tapi bukan berarti aku seorang pembohong"
Bisik Bern sambil menyeringai tajam.
Laki-laki itu menelan Saliva nya.
"Hazellll"
Bern berteriak lantang.
Seorang laki-laki muda datang sambil membawakan semua tablet di tangannya, menampakkan gambar seorang perempuan ujung sana.
"Aku ulangi sekali lagi, aku bisa membunuh nya saat ini juga, atau aku juga bisa melindunginya sama seperti aku akan membunuh nya"
cletakkkkkk
Bern kembali menekan pistol nya di kepala laki-laki itu.
"Orang-orang ku berada tepat di belakang istri mu"
Bisik Bern kemudian.
Laki-laki terdiam, menelan salivanya kasar.
"1 nama"
Dengan nada bergetar dia menyebut satu nama di balik bibirnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!