NovelToon NovelToon

After Tomorrow

Prolog

Saat itu calon suaminya tiba-tiba mengajaknya bertemu di cafe tempat pertama kali mereka bertemu. Gadis itu masih berpikiran positif, mungkin laki-laki itu akan membicarakan detail pernikahan mereka. Karena selama ini dirinyalah yang sibuk mengurus kesana kemari.

Suasana kafe tampak lenggang, semuanya masih sama tak berubah sama dengan saat pertama kali dia menginjakkan kaki disini.

Gadis itu memilih duduk di sudut kafe yang dekat dengan rak buku. Kemudian di samping kirinya terdapat kaca satu arah yang langsung menembus taman buatan di kafe ini. Taman buatan itu terlihat sangat indah dan menenangkan. Ada air terjun kecil dengan kolam ikan di bawahnya.

Pengunjung diperbolehkan untuk memberi makan ikan yang ada disana. Bosan melihat hal itu,dia mengalihkan pandangannya ke arah jam tangan yang dipakainya. Jarum jam menunjuk ke angka satu, itu berarti sudah 2 jam dia menunggu pria itu.

Namun yang ditunggu tidak kunjung

menampakkan batang hidungnya. Seketika dia teringat ucapan ibunya bahwa laki-laki yang mencintaimu tidak akan pernah membuatmu menunggu. Tapi bukankah Ali mencintainya?

Suara kursi bergeser membunyarkan lamunannya.

Laki-laki itu tampak tak serapi biasanya, rambutnya acak-acakan dengan kemeja yang tergulung di siku.

“Mau kupesankan makanan?” Tawar Ayana

kepada lelaki itu, sepertinya calon suaminya dalam keadaan kurang baik.

Laki-laki itu bergeming sebelum bersuara.

"Maaf Ayana, aku tidak bisa melanjutkan semua ini."

Ayana yang mendengarnya tentu saja kaget dan menganggap apa yang dikatakan oleh calon suaminya adalah sebuah lelucon. Dia kemudian tertawa.

"Haha. kau hanya bercanda bukan?"

Laki-laki itu menjawab.

“Aku tidak bercanda Ayana, Ibuku tidak merestui hubungan kita, dan aku tidak mau menjadi anak durhaka.” Ujarnya dengan raut wajah serius.

Gadis itu merasa udara di sekitarnya mendadak berhenti. Dia memejamkan matanya sejenak, mensugesti pikirannya bahwa semua ini hanyalah mimpi. Namun saat membuka mata, di depannya masih tidak berubah. Lelaki yang diharapkan menjadi imamnya masih menampilkam wajah serius.

"Jadi hanya sebatas itu rasa cintamu, kenapa tidak sedari awal kamu mengakhirinya, kita sudah sejauh ini Ali, dan kamu dengan seenaknya membatalkannya.”

Masih dia ingat bagaimana dulu lelaki ini mengejarnya kemudian meyakinkannya untuk terus mempertahankan hubungan mereka. Namun saat dia sudah yakin, dia dengan seenaknya malah meninggalkannya.

Apakah semua laki-laki di dunia memang seperti itu, sama halnya dengan sosok yang belum pernah dia kenal sampai saat ini. Ayana mencengkeram erat tasnya untuk menahan air mata yang sudah ada di pelupuk matanya. Dia sangat amat marah, disamping itu dia juga kecewa.

"Maafkan aku Yana, lebih baik kita sampai disini saja." Lanjutnya dengan raut tanpa dosa.

Sungguh saat mendengar kalimat itu, dia sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Isak tangis mulai terdengar dari bibirnya.

"Baiklah kalau itu yang kamu minta, mulai sekarang jauhi aku, dan jangan hubungi aku lagi, kita selesai."

Ayana lalu keluar dari kafe itu sambil berlari tidak memeperdulikan bahwa saat ini hujan sedang turun begitu derasnya.

“Bagus, dengan begini orang tidak akan melihat tangisanku.” Batin Ayana saat merasakan hujan mengguyur tubuhnya.

Mereka telah menyusun semuanya, gedung, catering, undangan, resepsi. Bahkan kemarin mereka telah melakukan fitting gaun pengantin. Sayangnya semua hanya berakhir sia-sia. Semuanya batal, hatinya telah hancur berkeping-keping. Karena laki-laki bodoh itu lebih memilih keluarganya.

Keluarga yang tidak merestuinya karena keadaan yang tidak

dia inginkan

Dia juga tidak ingin terlahir dengan keadaan seperti ini

Hari itu semunya selesai,mimpi-mimpi indah yang telah ia susun hancur berantakan. Meskipun pihak laki-laki yang akan menanggung semua kerugian, tetap saja semua itu tidak bisa mengembalikan hatinya untuk kembali utuh.

Dan hati yang belum sembuh itu harus menerima kenyataan bahwa empat bulan setelah kejadian itu. Laki-laki yang telah mematahkan hatinya tanpa tahu malu menikah dengan wanita lain.

Betapa cepat dia mengambil langkah, sementara dengan dirinya baru 2 tahun berhubungan dia baru berani melamar. Apakah memang selama mereka berpacaran, laki-laki itu sudah mempunyai calon istri.

Kejadian itu masih terekam jelas dalam benak Ayana, entahlah sangat sulit untuk melupakannya.

Bukannya dia masih ada rasa cinta, tapi rasa kecewa yang masih ada di hatinya, terlebih lelaki itu sampai sekarang tidak pernah mengucap kata maaf kepadanya. Mungkin dia seolah lupa dengan apa yang telah ia perbuat. Buktinya dia seolah baik-baik saja, malah sering memamerkan keharmonisan keluarga mereka di depan orang lain. Dan Ayana tidak ingin berkomentar lebih jauh.

Katanya Jodoh nggak akan kemana, tapi kitanya yang kemana-mana. Berjelajah untuk mencari pasangan yang tepat, dan Ayana yakin pria itu memang bukan jodohnya.

Beruntung Allah menunjukkan keburukannya sebelum mereka melangkah terlalu jauh. Bagaimana kalua dia tahu setelah mereka menikah, pasti hatinya akan jauh lebih sakit daripada apa yang dia alami hari ini.

Mungkin bertemu dengannya adalah bagian dari penjelajahan, tinggal menunggu waktunya saja untuk dia sempurnakan agamanya. Sampai dia dipertemukan dengan imamnya yang sebenarnya.

Pembatalan pernikahan sebenarnya tidak terlalu bermasalah untuknya. Yah setidaknya hal itu yang sering dia rapalkan dalam hati supaya hatinya bisa cepat sembuh. Hey tidak mudah melupakan fakta jika kamu ditinggalkan oleh calon suami demi orang lain.

Sayangnya apa yang dia lakukan tidak sejalan dengan orang-orang di lingkungannya. Mulut orang memang tidak bisa dicegah untuk berbicara. Buktinya di kantornya, sering dia diejek karena tidak segera menikah. Bukankah memang lebih mudah menilai kekurangan orang lain dibandingkan keburukan diri sendiri.

Dan dia memilih untuk diam, karena mau dia membuat pembelaan seperti apa pun. Yang namanya orang tidak suka pasti ada saja salahnya. Lagipula menikah bukan ajang kompetisi. Bukan tentang siapa yang cepat, tapi tentang ketetapan hati. Ayana yakin kalau bukan sekarang mungkin nanti, karena jodoh akan datang di saat yang tepat dan dengan orang yang tepat.

****

Auditor Baru

Siapa yang tahu

Kalau pertemuan singkat itu 

akan merubah takdir mereka kedepannya.

(Anonim)

****

Ayana merapikan mukenah yang selesai ia kenakan untuk Sholat Dhuha di lemari masjid itu. Hari masih pagi, baru sedikit lalu lalang di kantor dia bekerja. Berbeda dengan dirinya yang selesai bermunajat dan membaca beberapa lembar mushaf yang dia bawa.

Sebenarnya ia bisa melaksanakan ibadah sunnah itu di kos yang letaknya tak jauh dari kantor itu, tapi entah kenapa dia senang berlama - lama di tempat itu, untuk mengawali rutinitas harinya.

Perlahan ia berjalan ke tempat rak untuk mengambil sepatu kerjanya, tepat saat tangannya mengambil sepatu itu, matanya melihat seseorang yang terasa asing di pelataran masjid.

Lelaki itu memakai jaket hitam dengan rambut yang sedikit berantakan. Tapi entah kenapa pemandangan itu seolah membiusnya untuk terus menatapnya. Tanpa sengaja pandangan kedua orang itu bertemu.

"Astaghfirullahaladzim."

Ayana beristigfar lalu mengelus dadanya seraya memohon ampun kepada sang pencipta, karena dia melihat laki laki yang bukan mahrahmya. Ia langsung bergegas pergi meninggalkan lelaki itu menuju tempat dia bekerja. Masjid tersebut terletak di belakang kantor dengan tempat parkir dan halaman yang luas.

Padahal kalau dilihat dari depan, orang lain pun tak menyangka kantor yang tidak terlalu besar itu menyimpan sebuah masjid di belakangnya. Apalagi jalan raya di depannya adalah titik macet pengendara antar luar kota yang menghubungkan kota Jakarta dengan Kota Tangerang.

Ayana terus melangkahkan kakinya cepat, dia mendesah kesal karena lupa password pintu

belakang. Ya memang, kantornya sekarang di lengkapi pintu yang hanya bisa dibuka dengan menggunakan pasword.

Di pintu belakang kantor dan pintu depan yang menghubungkan

tempat pelayanan dengan tempat karyawan bekerja. Hal tersebut dilakukan, karena pernah terjadi sidak yang dilakukan oleh pusat guna mengecek keamanan, dan sialnya saat itu keamanan kantor sedang lenggang. Alhasil banyak barang yang hilang di kantor termasuk berkas penting yang ada di mejanya.

Ayana hampir kalang kabut mencarinya ternyata berkas itu diambil oleh orang pusat itu dan dikumpulkan di ruang rapat.

Akhirnya diadakan evaluasi besar-besaran tentang keamanan kantor, hasilnya adalah pintu ber-password itu. Ayana hampir menyerah membuka pintu itu, namun akhirnya pintu dibuka dari dalam. Ternyata ada satpam yang membukanya

Dia pun bisa bernapas lega akhirnya bisa masuk ke tempat kerjanya dan terhindar dari laki- laki mencurigakan itu. Ia melangkahkan kakinya ke anak tangga karena mejanya terletak di lantai tiga, lantai tertinggi di bangunan itu.

Saat sampai di lantai tempat dia bekerja, dia sedikit terkejut mendapati laki-laki itu mengikutinya, dadanya berdegup kencang karena rasa takut. Dia terus meyakinkan hatinya bahwa laki-laki itu tidak bisa bertindak nekat karena banyak cctv disana, dia tidak akan berani mencuri di tempat ini.

Diam-diam dalam langkahnya dia menghidupkan gawainya, untuk berjaga jaga jika laki-laki ini melakukan hal mencurigakan dia bisa menelpon satpam yang sedang berjaga.

Ayana menghentikan langkahnya dan laki-laki itu juga ikut berhenti, dia kembali melangkah laki-laki itu pun juga kembali melangkah. Ayana semakin pias, dia lalu meminta perlindungan kepada Rabbnya, dia percaya Tuhan akan melindunginya dari segala mara bahaya.

Sungguh dia sangat ketakutan saat ini, terlebih di lantai tiga ini hanya ada dirinya dan laki laki. Lantai tiga ini sebenarnya terdiri dari banyak divisi akan tetapi tiap divisi hanya dipisahkan kubikle kubikle saja, dan Ayana bekerja di Divisi paling ujung.

Ayana kembali menghentikan langkahnya, dia mencoba untuk mendial gawainya. Tapi sebelum dia melakukannya sebuah suara menginterupsinya.

"Bu, bisakah kau tidak menghentikan langkahmu terus?"

Tunggu apa dia bilang, telinganya tidak salah dengar bukan, kalau laki-laki di depannya memanggil dengan nama Bu.

Oh ayolah dia memang bekerja di kantor tapi usianya baru dua puluh dua tahun dan belum menikah jadi dia belum pantas dipangggil seperti itu. Lagipula wajahnya belum terlihat tua, banyak yang bilang wajahnya baby face.

Ayana tidak memperdulikan laki-laki itu, entah kenapa rasa takutnya berubah menjadi rasa kesal. Dia terus melangkahkan kakinya hingga sampai di kubikelnya.

Namun ada hal yang membuat dia tercengang, laki-laki yang tidak diketahui namanya itu mengikutinya sampai di divisinya dan dengan seenak jidatnya duduk di kubikle kosong di depannya.

"Apa yang Anda lakukan disini?" tanya Ayana seraya mengendalikan emosinya, dia tidak bisa bertindak gegabah karena dia sendirian di sini dan belum tahu apa yang dilakukan laki-laki misterius di depannya.

"Hahahahahaha."

Bukan jawaban melainkan tawa yang menggema dari lelaki itu.

Ayana mengeryit bingung dan berposisi siaga, walaupun dia tidak mempunyai keahlian bela diri setidaknya dia bisa melempar lelaki itu dengan benda-benda di mejanya jika berbuat sesuatu.

"Hey, kenapa wajahmu seperti itu."

Lelaki itu menahan tawa geli saat melihat perempuan berhijab di depannya terlihat sedikit ketakutan. Ahh tidak dia meralat ucapannya, perempuan itu terlihat ketakutan dengan tangannya memegang berkas tebal itu erat-erat.

Ohh apakah perempuan itu berpikir akan melemparnya dengan benda itu. Memikirkannya membuatnya meringis ngeri. Membanyangkan di hari pertama disini sudah mendapat sambutan yang seperti ini. Seingatnya dia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Kamu siapa, jangan bertindak macam-macam!"

Ayana kembali bersuara karena tak suka melihat ekspresi geli dari lelaki di hadapannya yang seperti menghina dirinya.

Lelaki itu semakin mengerutkan dahinya, sebenarnya apa yang dipikirkan perempuan cantik di depannya. Oh apakah dia baru saja memuji perempuan itu cantik apalagi dengan ekspresinya sekarang yang terlihat menggemaskan.

"Ehemmm."

Dia berdehem untuk menormalkan ekspresinya, sepertinya ada kesalahpahaman disini. Mungkin perempuan itu menganggap dia seorang pencuri.

Ohh ayolah apakah ada pencuri setampan dia, baiklah dia akui memang penampilannya terlihat sedikit terlihat nyentrik, tapi ini stylenya tidak ada yang salah bukan. Dia mengubah ekspresinya menjadi ramah lalu bersuara.

"Perkenalkan namaku Jonathan dan aku adalah auditor baru disini."

Terlihat raut terkejut dari wajah Ayana. Memangnya ada auditor yang berpenampilan sepertinya.

Dan pertemuan singkat itu merubah takdir mereka kedepannya

***

Penasaran

Tanpa sadar rasa yang baru

Menyusup pada hati yang penasaran

****

Ayana masih merutuki kebodohannya tadi pagi tentang tingkah konyolnya. Ketika lelaki di depannya mengenalkan diri sebagai pegawai baru disana sebenarnya dia tidak langsung percaya Akan tetapi kehadiran Anggit rekan kerjanya yang lama saat menyapa. Pikiran bodoh itu terpatahkan karena Jonathan memang teman seangkatan laki-laki yang telah lama duduk di sebelahnya itu.

Ayana mendesah kesal, suasana di sekitarnya terasa canggung. Dia kembali fokus pada komputer di depannya, mencoba mencari nama pegawai yang di depannya di sistem informasi pegawai.

Seingatnya auditor baru yang pindah ke sini tidak ada yang bernama Jonathan, entahlah apa mungkin dia lupa atau tidak terlalu mengikuti perkembangan kantor. Tapi rasanya tidak mungkin, karena semua pegawai baru pasti dia masukkan di dalam *database-*nya.

Dia mengetikkan nama laki-laki itu, sayangnya di sistem informasi pegawai belum ter-update jadi sia-sia pencariannya. Ayana melihat sekilas laki-laki yang di depannya, astaga apa dia tidak salah lihat kalau si Jonathan itu terus memandanginya.

Dia seketika mengecek penampilannya sepertinya tidak ada yang salah, jangan-jangan laki-laki itu mau balas dendam, waduh harus siap siaga empat lima pikirnya.

Sementara Jonathan dia masih menerka nerka pikiran seorang gadis di depannya, paska perkenalan tadi dia hanya diam saja tanpa mengajak bicara dengannya padahal kalau ke pegawai baru lain dia sangat ramah berbeda ketika berhadapan dengannya.

Dari sikapnya saja terlihat seperti menjaga jarak. Laki-laki itu lalu bangkit dari duduknya, berniat untuk mengajak ngobrol Ayana, berharap bisa meluruskan kesalahpahaman diantara mereka. Tapi mengapa dia harus melakukan hal itu, kenapa sikap perempuan itu yang berbeda menjadi urusannya.

Saat dia mau melangkah ke depan, suara ketua tim menginterupsinya untuk mengajak pegawai di divisi Ayana dan dirinya untuk berkumpul di Aula untuk saling memperkenalkan diri.

Sebenarnya hanya ada 3 pegawai baru di divisi itu dan semuanya adalah auditor. Sementara Ayana hanya bertugas sebagai staff biasa, satu-satunya staff di divisi tersebut karena seniornya di pindah ke pusat dan belum ada pengganti yang mumpuni untuk masuk ke divisi tersebut.

Dua pegawai telah berkenalan, dan mereka semua berasal dari luar Pulau Jawa. Mereka merasa sangat beruntung karena pusat akhirnya memindahkah mereka ke Pulau Jawa tepatnya di Ibukota, terlebih perjuangan mereka di kantor sebelumnya sangat tak mudah.

Ayana yang mendengar itu merasa tertampar, selama ini perempuan berhijab itu selalu mengeluh di tempatkan di Ibukota yang jauh dari keluarga.

Dia memang bukan asli Jakarta melainkan berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Dalam hati dia memohon ampun kepada Allah karena selama ini tidak bersyukur terhadap nikmat-Nya.

Tanpa dia sadari, Jonathan terus memandangnya. Entahlah dia merasa penasaran dengan tingkah permpuan berhijab di depannya yang selalu berubah-ubah. Dalam artian hanya dengan dia saja, gadis itu bersikap ketus.

Ayana bukannya tidak tahu bahwa dia ditatap sedemikian insten oleh auditor baru tersebut. Hanya saja dia berpura-pura tidak tahu, karena dia amat sangat malas meladeninya.

"Jonathan, Pak Jonathan."

Suara ketua divisi membuyarkan lamunannya.

"Oh iya maaf Pak."  Ucapnya menyesal, karena terlalu asyik melihat Ayana membuatnya tidak fokus.

"Iya tidak papa, silahkan perkenalkan dirimu."

Lelaki itu berdehem kecil untuk menghilangkan kecanggungannya.

"Baiklah, perkenalkan nama saya Jonathan Evan, biasa dipanggil Jo atau Evan, penempatan sebelumnya di Solo, dan ini adalah penempatan ulang setelah saya menyelesaikan progam studi saya."

Mendengar kata "Solo" membuat Ayana mengalihkan pandangannya ke arah Jonathan. Karena kantor itu adalah kota penempatan impiannya. Dan lagi telinganya mendengar bahwa lelaki itu penempatan ulang, pantas saja namanya tidak ada di pengumuman terakhir mungkin ada surat pengumuman sendiri yang dia tidak tahu.

Jadi saat ada pegawai baru, kantor pusat membuat pengumuman untuk seluruh kantor cabang untuk menghindari miss komunikasi. Namun tampaknya kali ini tujuan pengumuman itu tidak dirasakn oleh Ayana.

"Oh ya, meskipun penampilan saya agak nyentrik saya bukan pencuri ya,jadi jangan takut saat bertemu dengan saya." ucapnya santai dan memandang lekat Ayana.

Terdengar kekehan tertawa dari para pegawai. Sementara Ayana mendelik kesal ke arah pegawai itu. Sungguh dia merasa tersindir. Tapi hey, orang yang melihat penampilannya pasti akan menganggap dia adalah seorang preman.

"Pak Jonathan ini ada-ada saja, selera humornya boleh juga."

Pak Refian tertawa lagi dan diikuti pegawai lainnya. Dan Ayana tentu saja hanya tersenyum canggung.

"Selamat datang kepada pegawai baru, semoga ke depannya kita bisa menjadi pegawai yang solid."

Pak Refian lalu mengintruksikan kepada bawahannya untuk saling bersalaman dengan pegawai baru setelah itu dilanjutkan dengan acara makan bersama. Memang sudah menjadi kebiasaan di kantor itu, jika ada pegawai baru mereka akan mengadakan acara makan sekaligus sambutan untuk pegawai baru. Tujuannya supaya saling mengenal satu sama lain.

Setelah perkenalan singkat di aula, masing-masing Ketua Tim mengajak auditor baru untuk membahas tentang pekerjaan dan perubahan timmereka nantinya. Ayana yang hanya staff biasa tidak ikut rapat bersama mereka, dia langsung kembali duduk di kubiklenya untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Ay, Ay." panggil Jonathan.

Yang dipanggil tidak menyahut, mungkin karena dia sedang menggunakan headphone.

Jonathan yang melihat itu menjadi kesal. Dia dengan lancang melepaskan headphone dari kepala Ayana. Tindakannya tentu saja membuat si empunya kaget dan memandang marah.

"Apa-apaan sih!" sembur Ayana kesal karena lelaki itu menganggu kegiatannya

"Salah siapa dipanggil tidak merespon." balas Jonathan tak mau kalah.

"Kamu kan tahu aku sedang pakai headphone,bisa panggil baik-baik." Balas Ayana sengit. Semakin bertambah daftar ketidaksukaannya pada laki-laki di depannya.

"Males ah kelamaan, Kalau ada cara yang cepat kenapa pilih cara yang lama."

Ayana menghela napas frustasi, dalam pikirannya sudah terbentuk kumpulan bom yang kapanpun bisa meledak jika laki-laki di depannya terus mengganggunya.

"Iya, ada apa?" balas wanita itu dengan nada lembut yang dipaksakan

"Komputerku nggak bisa digunakan,di mejaku juga nggak ada apa-apa." Keluh Jonathan. Tempat kerjanya memang baru tersedia seperangkat komputer saja, yang bahkan belum di setting oleh teknisi. Lagipula mana ada pegawai baru langsung bekerja.

Baru hari pertama aja udah sok rajin. Batin Ayana dalam hati.

"Kalau soal komputer, mending kamu tanya sama operating-nya

aja, kalau alat tulis kantor tinggal ambil di lemari itu." Jelas Ayana

mencoba sabar.

"Panggilin dong." Pintanya tanpa dosa.

Ingin sekali Ayan menjedorkan kepala Jonathan ke tembok, definisi dikasih hati minta jantung sepertinya cocok untuk Jonathan.

"Panggil sendiri kan bisa, emang apa yang mau dikerjakan? Surat perintah dari pak Bos aja belum keluar." sahut Ayana kesal

"Sedia payung sebelum hujan dong, biar besok bisa langsung kerja." Balasnya dengan percaya diri.

"Huhhh, iya iya aku panggilin." balas Ayana kemudian karena tidak ingin memperpanjang debat.

Dalam hati dia tertawa, karenamungkin keluhannya nanti kepada operating tidak ditanggapi karena jam sudah menunjukkan pukul empat dan sudah menjadi rahasia umum lagi kalau jam empat tidak akan melakukan kegiatan lintas divisi.

Dan benar dugaannya, Widi operating kantor itu meminta maaf karena tidak bisa menyanggupi permintaan Jonathan untuk memperbaiki komputernya.

Pada akhirnya Jonathan duduk dengan raut wajah kesal, bagaimana dia bisa kerja kalau komputernya belum bisa digunakan.

Ayana yang melihatnya hanya bisa terkekeh geli, tapi senyumnya menghilang saat bendahara datang ke tempatnya untuk berhutang dana paguyuban kantor untuk menutupi pengeluaran kantor.

Selain menjadi staff divisi auditor, Ayana juga menjadi bendahara paguyuban kantor. Dana yang berasal dari iuran pegawai di kantor itu. Karena terlalu banyak dana yang mengendap.

Bendahara kantor sering meminjamnya untuk kebutuhan rumah tangga kantor. Karena anggaran yang diberikan kantor pusat kepada kantor cabang sering kali kurang. Bendahara bisa mengajukan revisi, sayangnya persetujuan kantor pusat membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Untuk itulah Bendahara kantor sering meminjam kepada Bendahara Paguyuban untuk kebutuhan-kebutuhan mendesak.

"Yang kemarin saja belum dikembalikan Li." keluh Ayana.

Bukannya dia pelit, toh yang dia pegang bukan uangnya. Akan tetapi hutang bendahara kantor sudah terlampaui banyak. Apa bagian keuangan tidak bisa membuat susunan anggaran yang benar.

"Yahhh mau gimana lagi, dana kantor udah mau habis nih. Kalau utang ke Bank lama cairnya plus bunga lagi. Nanti kalau revisi keuangan disetujui pusat, akan segera kami kembalikan, lagipula ini demi kebaikan kantor kita juga." balasnya dengan tersenyum tapi perempuan di depannya masih kekeh dengan raut wajah judes.

"Yaudah aku kasih tapi bilang sama Pak Agus ya bulan depan harus dilunasi utang yang dulu."

Pak Agus adalah ketua bagian keuangan di kantor itu. Ayana menyerahkan amplop yang berisi uang kepada Ali

beserta tanda terima yang harus ditandatangani lelaki itu.

"Ok siap, makasih Yana." Ucapnya kemudian berlalu pergi.

Perempuan berhijab itu hanya membalas dengan deheman malas.

Jonathan yang melihat itu menjadi tahu kalau Ayana hanyajudes kepada dua orang, yang pertama dirinya dan kedua adalah laki-laki yang baru saja mendatanginya. Tapi entah kenapa dia seperti bisa melihat titik kesedihan di mata Ayana saat melihat bendahara itu. Dan dia tidak menyukai hal itu. Tapi apa urusannya dengan hal itu?

Tanpa sadar rasa yang baru menyusup pada hati yang penasaran

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!