NovelToon NovelToon

Takdir Seorang Gadis Desa

Bab . 1

Gadis cantik itu masih sibuk menyiapkan makan malam untuk kedua adik adik nya , hari ini ia sedikit terlambat sampai di rumah, lantaran harus bekerja kelompok terlebih dahulu, mungkin mulai hari ini dan seterusnya ia akan sering pulang terlambat karena ini semester akhir ia duduk di bangku sekolah menengah. Gadis itu bernama Viona Larasati.

Viona Larasati anak pertama dari almarhum bapak Rendi dan ibuk Sinta. Viona mempunyai dua orang adik Riko dan Reno. Kalau Viona tahun ini tamat dari sekolah menengah atas, sedangkan Riko baru kelas 2 SMP, dan Reno masih kelas 5 sekolah dasar.

"Ayo dik dimakan, maaf ya kaka hanya bisa masak telor dadar dan goreng tempe, biar cepat dan praktis biar adik adik kaka ngak lama menahan laper " ucap viona kepada adik adiknya

"iya kak ngak apa yang penting bisa makan , telur dan tempe juga banyak vitamin nya kok kak, enak lagi" ucap Riko sedikit menghibur, dijawab senyum oleh viona

" Reno kok ngak di makan sayang, kenapa dik ada yang kamu pikirkan" tanya viona ke adik bungsunya

"kak, ibu ngak mau makan bareng kita kak? selagi ibu di rumah kak, Reno udah lama ngak makan bareng ibu kak" ucap Reno sedih, karena rindu suapan dari ibunya

"Reno dengarkan ...." Viona belum selesai bicara

" Viona, jaga adik adik mu dan ini uang untuk keperluan kalian selama ibu tinggal kan" ibu Viona keluar dari kamar tidur , memotong omongan viona serta meletakan berapa lembaran uang berwarna merah di atas lemari

"ibu, ayok makan malam bersama dulu buk, sudah lama kita ngak pernah makan malam buk, Reno bahkan udah kangen banget tuh makan bareng ibu" ucap Riko kepada ibunya

"Kalian saja, ibu sudah terlambat nanti kemalaman sampai kota " jawab ibu Sinta , ya memang dari kampung tempat mereka tinggal , membutuhkan waktu 4 jam sampai ke kota.

" tapi buk, cuma sebentar kok buk, lagian ini kab masih jam 7 malam buk" jawab Riko

"tidak bisa ya tidak bisa, kamu ngeyel ya di bilangin, kalau mau makan makan sendiri aja sana, tinggal makan kok repot" ucap ibu Sinta dengan suara yang tinggi

" buk, ibuk tidak usah marah marah buk, mungkin karena adik adik sudah sangat rindu dengan ibuk , apa salah nya ibuk kasih mereka waktu ibu sebentar saja buk" ucap viona sedih

"kamu lagi, tugas kamu tu jagain adik kamu bukan ngajarin ibuk, kan sudah ibuk bilang ibuk sudah terlambat , dan tidak punya waktu lagi" ucap ibu Shinta

"terlambat kemana sich buk, terlambat untuk menjual diri ibu? iya buk? Viona dan adik adik malu buk , kami malu selalu di ejek sebagai anak pelac** buk, sampai kapan buk , mau sampai kapan ibuk seperti ini, disini masih ada pekerjaan yang halal buk, jangan ibu beri kami makan haram lagi buk" ucap Viona menangis bersimpuh di kaki ibunya

" sudah la Viona jangan cengeng, ngak usah dengarin kata orang, emang orang yang kasih kamu makan, yang bayar sekolah kamu , yang beliin kamu tas sepatu dan samua keperluan kalian apa ada orang orang tersebut membantu kalian memenuhi kebutuhan hidup ha'. Tidak kan " jawab ibuk Viona marah

"Pekerjaan apa Viona, pekerjaan apa yang bisa memenuhi kebutuhan kita disini, apa pekerjaan nya, bukan kah kamu tahu dan melihat bahkan sudah merasakan ketika ibuk bekerja sebagai buruh tani setelah ayah kalian meninggal, bagaimana kehidupan kita saat itu viona jangankan untuk membayar listrik , beras untuk makan saja kita tak punya, apa keadaan seperti itu yang kau mau Viona, apa kau lupa viona saat adik mu sakit, apa ada yang membantu kita ,apa ada yang meminjamkan kita uang, mereka takut kita tidak sanggup membayangkan, cuma rentenir dengan bunga selangit yang bisa membantu kita pada saat itu, apa kamu ingat saat itu ha' " ucap ibu viona dan beliau segara pergi dari rumah tersebut, dengan membanting pintu dengan keras .

POV Viona

Dulu , aku adalah salah satu anak yang tak kekurangan kasih sayang dari ibu dan ayah ku, hmm begitu pun dengan Riko dan Reno , adik adik ku yang tampan. Meskipun hidup dengan sederhana tapi kami tak pernah kekurangan karena ayah selalu mengajarkan cara bersyukur. Kami bisa menerima semua keadaaan apa pun itu, yang penting bersyukur dan selalu bersama itulah kata ayah ku.

Ayah seorang petani biasa, sedangkan ibu cuma ibu rumah tangga, tapi tak ibu selalu membantu pekerjaan ayah. Ayah mengolah sawah, ladang bahkan perkebunan milik almarhum nenek dan kakek ku, orang tua ayah ku.

Tapi semenjak ayah meninggal kan kami karena sakit yang di deritanya 5 tahun silam , kehidupan kami berubah drastis, sawah ,ladang dan perkebunan yang biasanya di kelola ayah di ambil alih oleh saudara saudara nya ayah. Ibu sangat tertekan saat itu, ibu tidak hanya sedih dan jatuh atas kepergian ayah tapi ia juga risau dengan kehidupan kami, bagaimana cara melanjutkan hidup, ibu tak punya ijazah, beliau hanya tamat SD.

Buruh tani, itulah pekerjaan ibu semenjak ayah meninggal, tapi sayang tawaran pekerjaan tidak setiap hari hingga sering kami merasakan kelaparan hingga gelap gulita karena tidak sanggup membayar tagihan listrik.

Puncak disaat Reno , si bungsu kami jatuh sakit, demam tinggi dan harus di rawat di puskesmas terdekat dari desa kami. Malangnya kami tak punya biaya , ada orang yang bilang kepada kami, urus terlebih dahulu surat gratis berobat dari pemerintah, namun sayang nya surat tersebut tidak bisa langsung pakai, sedangkan si bungsu kami sudah 3 hari panas nya tak turun turun.

Tak satu pun yang mau meminjamkan kami uang karena mereka takut kami tak akan mampu membayar, sungguh menyakitkan mendengar itu bukan? saya masih ingat berlari ke rumah saudara saudaranya ayah, tapi tak satu pun yang mau meminjamkan saya uang, jangan kan mengasih pinjaman, menawarkan saya untuk masuk saja tidak.

Hingga akhirnya ibu nekat meminjam uang ke rentenir di kampung kami, kami terpaksa menerima pinjaman tersebut walaupun dengan bunga selangit , yang terpenting si bungsu kami dapat penanganan medis.

Saya masih ingat percakapan malam itu, satu hari Reno pulang dari rumah sakit

Flashback on

"Vin, ibuk harus cari kerja ke kota untuk membayar uang pinjaman dari rentenir kemarin, kalau di kampung mana mungkin kita bisa membayar hutang tersebut nak, yang ada kita tak punya rumah karena rumah ini adalah jaminan nya"

"iya buk, tapi ibuk mau kerja apa besok buk kalau di kota" tanyaku kepada ibu

"apa aja nak, kalau di kota banyak pekerjaan, seperti rumah makan atau jadi pembantu nak, apa ajalah yang penting hutang kita lunas dan kalian tak kekurangan makan lagi" jawaban ibu

"kamu jaga adik adik mu ya vin, jangan keluyuran pulang sekolah, adik adik mu adalah tanggung jawab mu nak ketika ibu tidak di rumah" sambung buk Sinta sambil memegang dan mengelus tangan viona, tanpa mereka sadari mereka sama sama meneteskan air mata dan berpelukan.

flashback off

Hingga sampai saat ini saya tak tahu dan selalu bertanya-tanya mengapa ibu menjual dirinya bukan kah ibu yang bilang kalau banyak pekerjaan di kota.

Viona pov end

terimakasih yang telah mampir di novel ke dua author ..Jangan lupa kasih like , vote dan hadiah nya ya..

🙏❤️

Bab 2

"sampai kapan ibu akan seperti ini kak" tanya Riko kepada Viona

"kaka tidak tahu dek, lebih baik kita berdoa supaya terbukanya pintu hidayah untuk ibu bertaubat " jawab viona

"untuk apa lagi ibu bekerja seperti itu kak ,bukanya hutang kita yang di rentenir tersebut sudah lunas kak" tanya Riko kembali, mereka sangat hati hati bicara hal seperti ini, karena takutnya Reno juga mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi syukur nya Reno sudah tidur satu jam yang lalu

" sudah dek, kamu jangan pikir macam macam lagi ya , ayok tidur sana besok sekolah harus bangun pagi" ucap viona menghentikan obrolan yang membuat nya sakit.

Sekarang ia terduduk sendiri di sudut kamar, ia menangis ,bukan sekali dua kali ia meratapi nasib seperti ini hampir setiap malam tapi tak pernah sekalipun ia melihatkan ke pada adik adiknya.

"Kenapa harus saya, kenapa harus adik adik saya yang mengalami semua ini , kenapa ibu memilih jalan untuk menjadi wanita penghibur dan kenapa ayah pergi meninggalkan kami" gumam viona dalam malam yang gelap

"Aku mampu bertahan dari hinaan siapa pun, aku kuat menanggung cacian yang datang, tapi hati ku hancur ketika melihat adik adik ku di kucil kan dan di sorak ki anak lo***, apa salah mereka hingga mereka menerima ini semua" sambung Viona

" adik bungsu ku yang malang, bahkan pernah pulang berlumuran lumpur karena kejahilan teman teman nya, dia di ejek dan di kata katai" ucap Viona dalam kesendirian hingga ia sampai tertidur .

matahari sudah berada di tempat nya, ia menyinari bumi , mambawa hari baru begitupun dengan viona dan adik adiknya berharap hari ini lebih baik dari hari sebelumnya dan dengan semangat yang baru mereka pergi ke sekolah dengan memakai motor pemberian ibu mereka. Viona harus berangkat pagi dari yang lainya, karena harus mengantar kan kedua adik nya terlebih dahulu. Syukur jarak sekolah Riko dan Reno dekat, jadi tidak begitu membuang waktu . Sebenarnya bisa saja viona membiarkan mereka jalan kaki ke sekolah karana memang sekolah Riko dan Reno dari rumah hanya berkisar 10 menit saja kalau jalan kaki tapi itulah viona sebisa mungkin ia akan memastikan adik adik nya sampai dengan selamat sampai sekolah.

"Riko Reno ayok sarapan, kaka udah bikinin kalian nasi goreng " panggil viona

"iya kak" sahut mereka kompak sambil duduk kursi makan yang telah usang

"ini bekal untuk Riko dan ini untuk Reno ya, ini uang jajan nya sekalian, belajar yang rajin ya dek supaya pintar, kalau kita pintar orang orang tidak akan menertawakan kita lagi dan tidak akan mencemooh kan kita lagi" nasihat viona hampir sama tiap pagi nya

"cuma dengan ilmu kita bisa merubah hidup kita, ayo semangat" sambung viona

"semangat" jawab mereka kompak dengan mengepal kan telapak tangan dan mengangkat nya ke atas.

Sekarang viona sudah berada di kelas , duduk di bangku biasa ia duduki yang di samping nya di duduki oleh Tiara , satu satu nya teman yang tulus terhadap Viona. Tiara hampir bernasib sama dengan viona namun mujurnya Tiara keluarga almarhum ayah nya tidak lepas tangan begitu saja, bahkan yang menanggung biaya kebutuhan Tiara adalah saudara saudara dari pihak ayah nya. Ibunya Tiara juga seorang petani biasa.

"kenapa lagi Vi, kok murung " tanya Tiara, karena ia melihat viona murung

"ngak kenapa ko ra, biasalah ibu ku pergi lagi malam tadi" ucap Viona

"hmm sabar ya Vi, kamu yakin dan percaya janji Allah itu nyata, bersabar la vi pelangi itu akan datang walau agak terlambat, percaya itu" ucap Tiara menghibur

"sekarang fokus lah untuk ujian akhir Vi, gapai apa yang kamu impikan kalau kamu ingin beasiswa itu, berjuang lah dengan optimal , dan jangan lupa berdoa" sambung Tiara mengingat kan viona tentang beasiswa impian viona untuk kuliah gratis di kota .

Viona ingin mendapatkan beasiswa tersebut, karena hanya dengan itu dia bisa kuliah di universitas yang ia impikan fakultas kedokteran universitas Nusantara . Viona ingin mengubah nasibnya, dia ingin ibunya berhenti dari pekerjaan haram itu.

"iya ra, makasih udah suport aku cuma kamu teman ku satu satu nya yang tulus mau berteman dengan ku ra" ucap viona memeluk Tiara

"iya vi sama sama" ucap Tiara

"alaahhhh cita cita nya sangat mulia, tapi pekerjaan mak nya mulia kagak ya" ucap Secil , salah satu anak terkaya di kampung ini.

"hahah mulia la, menyenangkan om om biar puas hahahah" ucap temen sekelas lainya dan disambut dengan tawa sekelas anak anak.

Viona hanya diam tak bisa berkutik dia hanya meneteskan air matanya , sambil di tenangkan oleh Tiara . Viona tidak bisa melawan karena viona berfikir untuk apa ia melawan toh memang kenyataannya seperti itu. Hal seperti ini hampir setiap hari terjadi kepada viona.

Yang menjadi pertanyaan dari mana orang kampung tahu bahwa ibu nya viona seorang wanita malam???? jawabannya di episode selanjutnya ya...

terimakasih yang telah mampir..

jangan lupa like,vote dan comment ya..

terimakasih.. semuanya 🙏❤️

bab 3

Seperti biasanya, pulang sekolah Viona langsung memasak serta mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Viona harus ber pandai-pandai membagi waktu antara pekerja rumah dengan belajar serta mengerjakan pekerjaan sekolah.

"apa ibuk ngak ada nelfon atau kirim pesan kak" tanya Riko kepada Viona yang lagi santai sambil membaca buku pelajaran

"belum dek, mungkin ibuk lagi sibuk" jawab Viona, bukanya mereka tidak mau duluan menghubungi ibuk nya tapi setiap kali mereka menelfon atau mengirim pesan , balasan yang mereka dapat hanya omelan dari buk Shinta.

"kalau kita yang hubungi ibuk gimana kak" tanya Reno

"Reno kangen ibuk" sambung nya dengan nada sendu

" Reno sayang disini kan ada kaka dan abang yang jagain Reno jadi Reno ngak usah kwatir dan sedih kayak gitu dong, nanti kalau ibuk lagi ngak sibuk pasti ibu hubungi kita " ucap Viona menghibur

" iya dek jangan sedih, nanti ganteng nya hilang" hibur Riko

"kenapa ya ibuk ngak sama kayak ibuk nya teman teman Reno yang lain, ibu mereka selalu di rumah, walaupun bekerja cuma siang, malam sudah di rumah begitu kata Dendi cerita sama Reno, ibu nya siang bekerja dan malamnya sudah di rumah tapi kita kenapa berbeda ya kak padahal ibu kita masih sehat dan hidup " ucap Reno sedih

Mendengar itu air mata Viona terjatuh dan pura pura kebelet mau ke kamar mandi , karena ia tak mau memperlihatkan tangisnya di depan adik adik mereka terutama Reno karena ia terlalu dini , tak seharusnya anak seumuran Reno mengalami hal seperti ini itulah yang ada dipikiran Viona.

Viona mengambil wudhu, lalu menghadap sang khalik , melimpah kan semua yang ia rasa, menceritakan apa yang ada di hati yang begitu sesak, kepada siapa lagi ia akan bercerita selain ke pada sang pencipta. Keluarga dari pihak ayah nya bahkan tak memperdulikan mereka, sedang kan keluarga dari pihak ibu? bahkan sampai sekarang mereka tak pernah bertemu dengan keluarga pihak ibu , karena buk Sinta tidak asli orang kampung ini, viona hanya tahu kalau ibuk nya berasal dari pulau Jawa sedangkan sekarang mereka di pulau Sumatera.

Semenjak menikah buk Shinta tak pernah lagi berkunjung ke kampung halaman nya, bahkan hingga anak anak nya lahir, ibuk Sinta tidak pernah menelfon atau memperkenalkan nenek kakek ,bibi atau pun paman dari pihak nya. Dulu Viona pernah bertanya mengenai hal tersebut tetapi buk Shinta tidak menanggapi pertanyaan tersebut.

Viona bersimpuh dan berdoa dengan berlinang air mata hingga akhirnya ia ingat pertama kali ia tahu bahwa ibunya bukan bekerja di rumah makan atau sebagai asisten rumah tangga tapi melainkan sebagai pemuas nafsu hidung belang.

...Flashback on...

Siang itu , satu bulan sudah ibunya bekerja di kota. Viona tentu bahagia karena telah mendapatkan handphone baru dari ibu nya, kemarin ibunya pulang ke rumah tapi sore harinya ibu Sinta kembali lagi ke kota dengan alasan kepada viona tidak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama.

Sebenarnya handphonenya itu hanya viona gunakan untuk menghubungi ibu nya, dan ibu Shinta juga tidak perlu lagi menumpang telfon dari tetangga demi bisa bicara dengan anak anak nya walau hanya untuk menanya kabar.

Viona dan adik adiknya selesai Vidio call dengan ibu nya, mereka senang karena ibunya tinggal di tempat yang bersih itu terlihat di saat vidio call tadi.

"tempat tinggal ibu bagus ya kak , ada pendingin ruangannya juga sama kayak rumahnya Rifki temanya Riko " ucap Riko kepada kaka nya

"iya sayang, ibu capek bekerja demi kita tak kurang makan jadi ibu butuh tempat istirahat yang nyaman dan tidak panas, karena kaka dengar dari orang orang di kota itu jauh lebih panas dari kampung kita dek" ucap viona menjelaskan kepada adik nya

"kapan kapan Reno juga mau ikut ibu ke kota" Tutut Reno yang saat itu masih duduk di bangku kelas satu

"iya kapan kapan ya sayang, kalau sekarang kan ibu lagi sibuk bekerja dek" ucap viona mencubit hidung adiknya

Tok tok tok

" viona bukak pintu nya" ucap orang di luar keras tanpa ada kata salam , viona langsung membuka pintu ternyata yang datang tantenya viona adik dari almarhum ayah nya

" oo tante Desi silakan masuk tante" ucap viona langsung bersalam dan mencium tangan Desi

"tak usah basa basi, tante kesini cuma mau bilang ke kamu dan adik adik mu tolong bilang ke ibu mu yang sok cantik itu berhenti membuat keluarga kami malu dengan tingkah nya yang mencoreng arang di keluarga besar kami" ucap Desi cerewet

"maksud tante apa ya" ucap viona bingung

"ini kamu lihat " Desi memperlihatkan layar handphone nya , yang menampilkan seorang perempuan cantik dengan kulit yang putih dengan memakai baju kurang bahan, yang menampakkan paha dan menonjolkan sedikit payudar* nya keluar, perempuan tersebut berfoto di dalam ruangan yang banyak lampu warna warni menyalah.

"seperti nya saya kenal dengan perempuan tersebut "ucap Viona pelan tetapi masih tetap terdengar oleh Desi

"bukan seperti nya kenal, tetapi memang sangat kenal , perempuan pelacu* ini ibu kalian ia menjajahi tubuh nya kepada setiap lelaki hidung belang" ucap Desi bersih

"tidak tidak mungkin, ibu saya bekerja rumah makan di kota bukan seperti yang tante sebutkan tadi" ucap viona menangis dan menghapus air matanya , tanpa ia sadari Desi melihat handphone yang masih viona pegang

"hmm kerja di rumah makan kata mu, memang sudah berapa lama ibu mu kerja ke kota hingga bisa membeli kan mu handphone sebagus ini , apa kamu tahu berapa harga handphone ini, bahkan 2 bulan gajian pekerja rumah makan belum tentu bisa dapat beli handphone ini , paham kamu" ucap Desi

"tapi dari mana tante dapat dari foto tersebut" tanya Viona

"kamu tidak perlu tahu anak kecil, tugas kamu sekarang larang ibu mu bekerja di tempat maksiat tersebut, kalau sudah miskin terima saja nasib kalian tidak perlu mencari duit haram, memalukan sekali" ucap Desi berlalu pergi dari rumah tersebut

Viona berlari ke kamar dan menangis sejadi jadinya .

"kenapa bu, kenapa ibu lakukan ini kepada kami , kenapa ibu mengkhianati ayah bu" ucap viona dalam tangis nya.

" apa yang harus aku lakukan apa aku harus menyusul ibu dan membuktikan nya sendiri perkataan dari tante Desi tersebut" sambung Viona

"tapi aku tak tahu di sudut kota mana ibu tinggal" Viona

"jangan kak jangan tinggalkan kami ,kalau Kaka pergi kami sama siapa" ucap Riko yang saat itu masih kelas 4 SD

"lagi pula kita belum dengar kebenaran nya dari ibu sendiri kak" sambung Riko, Viona berhenti dari tangis nya dan berfikir ada benar nya juga omongan riko

"iya dek, semoga yang di omongin tante Desi tadi tidak lah benar, dan orang yang di handphone tante Desi tadi hanya lah mirip dengan ibu ya dek" Viona berharap itu bukanlah ibu nya.

mohon dukungan nya semuanya..

mintak like vote dan comment nya ya..

terimakasih

🙏🙏❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!