NovelToon NovelToon

Obsession Of Jerk

Chapter satu : Lifegoals

...Enjoy with my story...

...And...

...📖📖 HAPPY READING GUYS 📖📖...

"Jangan Sam kumohon jangan"

seorang gadis meringkuk ketakutan di ujung kasur menghindari seorang pria yang berjalan mendekatinya.

"Diam!" bentak pria tersebut sembari menampar gadis di depannya. Ia lantas menghajar wajah gadis itu dengan membabi buta sampai sang gadis tak sadarkan diri.

Bulir bulir keringat membasahi wajahnya, matanya terpejam dengan kerutan di dahinya yang basah oleh keringat. Ia terperanjat bangun dengan nafas yang terengah engah. Tangannya mengelap keringat di pelipisnya yang terus bercucuran. Kepanikan mulai menguasai dirinya.

Ia mencari cari sesuatu di laci nakas sisi ranjang. Namun gelas yang berisi air terjatuh dari atas meja nakas akibat dirinya yang tak melihat di kegelapan kamar. Al hasil suara bising terdengar dengan keras ke seluruh penjuru kamar membuat seseorang membuka pintu kamarnya dengan kasar.

"Zee ada apa?" tanya seorang gadis dengan raut wajah khawatirnya, ia menyalakan lampu kamar dan menghampiri gadis yang masih panik mencari benda yang dicarinya di laci nakas. Obat.

Setelah tau apa yang dicari gadis bernama Zee itu, ia pergi keluar kamar. Tak lama kembali dengan air minum baru ditangannya. Gadis itu berjalan dengan hati hati melewati pecahan beling di dekat ranjang, namun dengan langkah cepat.

Setelah meminum obatnya dibantu dengan air yang dibawa sahabatnya, nafasnya mulai teratur dan kembali tenang.

"Bad dream?" tanya sahabatnya lalu duduk di sisi ranjang menyentuh tangannya, berusaha mengurangi kecemasan yang dirasakannya. Zee mengangguk menjawab pertanyaan.

"It's ok, gue temenin lo sampai tidur lagi" Zee kembali mengangguk.

"Gue beresin belingnya dulu ya"

Gadis itu berjongkok di sisi ranjang memunguti pecahan beling tersebut lalu keluar kamar, tak lama kembali dengan membawa sapu dan lap pel.

Selesai membereskannya, ia berjalan ke arah saklar lampu dan mematikannya sehingga kamar menjadi gelap yang hanya diterangi lampu di sisi nakas.

Ia lantas ikut naik ke atas ranjang menemani sahabatnya tidur. Zee akhirnya kembali berbaring sembari memegangi tangan sahabatnya.

"Thanks ya Ra"

"sekarang lo tidur"

Zee mematikan lampu di sisi nakas dan ikut memejamkan matanya tanpa melepaskan genggaman tangan Kyra di sisinya.

🌞🌞🌞

Sinar matahari mulai memasuki celah celah jendela yang ditutupi gorden berwarna pink pastel ini menembus hingga menyorot ke arah kedua gadis yang nampak masih terlelap dalam tidurnya.

Salah satu gadis terbangun karena sinar matahari yang mengganggu tidurnya. Ia menguap lebar dan meregangkan ototnya.

"Zee.. Zee.. Ini hari terakhir kita ospek, jangan sampai terlambat" ucap Kyra menggoyangkan tubuh sahabatnya yang tak bergeming sedikitpun.

"Zee! please deh jangan ngebo dulu, lo bisa terusin tidur lo pulang kuliah" lagi Kyra berucap sembari menepuk pipi Zee pelan yang tak kunjung bergerak.

Perlahan Zee membuka matanya sedikit lalu menguap lebar dan meregangkan otot tubuhnya. Namun tak lama kembali menyelimuti dirinya dan memunggungi Kyra. "5 menit lagi" gumamnya pelan.

Plak!

Zee seketika terbangun saat Kyra menarik selimutnya dan memukul bokongnya keras.

"Baik nyonya" ucap Zee dengan gestur hormatnya lalu lari ke kamar mandi. Kyra menatap Zee puas lalu dirinya pun bangkit berdiri untuk ke kamarnya bersiap dan menyiapkan sarapan untuk mereka.

Sudah 5 menit berlalu namun Zee belum menyentuh air sama sekali. Yang dia lakukan hanya diam melamun di depan cermin menatap dirinya.

'Kau pantas mati'

Suara di depan cermin membuat Zee terkesiap lalu membasuh wajahnya dan menatap dirinya di cermin kembali. Hanya bayangan wajahnya saja.

Akhirnya ia mulai membuka pakaiannya dan mengguyur tubuhnya dengan shower. 15 menit berlalu Zee sudah selesai dengan mandinya. Ia mengambil pakaiannya dan memoles wajahnya dengan make up tipis agar tak terlihat pucat.

Setelah dirasa cukup dengan penampilannya, Zee keluar kamar menuju meja makan yang sudah terhidang menu makanan breakfast di hadapannya.

"Kyra terbaik" Zee memeluk tubuh Kyra yang tengah meletakan susu coklat untuk mereka.

"Udah cepet buruan sarapan, ntar keburu telat" ucap Kyra sembari melepas pelukan Zee.

Keduanya memulai sarapan dengan tenang sesekali pembicaraan ringan yang mereka bicarakan menyelingi sarapan kedua sahabat karib ini.

Setelah perut keduanya terisi, Zee mengambil kunci mobil yang tergantung di gantungan dan melemparnya pada Kyra yang di tangkap dengan sigap.

Keduanya keluar apartment menuju basemant dan mengendarai mobil untuk menuju ke arah salah satu universitas terkenal di kota besar London.

Tepat 2 minggu lalu mereka mendarat di kota ini dengan selamat. Setelah lulus dari SMA di indonesia, keduanya sepakat untuk kuliah di luar negri, tepatnya di London Inggris. Mulai dari universitas sampai tempat tinggal mereka di London semua di urusi oleh ayah dari Zee. Ayah Zee adalah salah satu pengusaha terkenal yang sukses dibidangnya yang bergerak di perhotelan. Tak heran jika semua keinginan Zee mudah untuk terwujud. Namun karena didikan sang ibu yang mendidiknya menjadi pribadi yang rendah hati meskipun memiliki segalanya, jujur, dan senang menolong. Namun kebaikan hatinya membuat orang orang disekitarnya memanfaatkan hal tersebut, tetapi Kyra sahabat karibnya yang memiliki sifat bertolak belakang dengan Zee membuat orang orang yang ingin memanfaatkannya takut mendekati Zee.

Empat hari yang lalu mereka mengikuti kegiatan awal perkuliahan yang tak lain adalah adalah ospek, meskipun tak mewajibkan mahasiswanya tetapi keduanya tetap ikut karena merasa perlu mengenal lingkungan universitas yang akan menjadi tempat belajar mereka selama 4 tahun kedepan. Hari ini adalah hari terakhir ospek dilaksanakan.

Mobil Zee terparkir dengan sempurna di tempat parkir universitasnya, Kyra keluar terlebih dahulu setelah mematikan mesin mobil diikuti dengan Zee yang juga keluar mobil setelah melepas sealbet.

Suasana kampus nampak lebih ramai dari biasanya, empat hari yang lalu tak banyak mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini.

Hampir seluruh atensi mahasiswa, khususnya para pria menatap ke arah Zee yang baru saja keluar dari mobil. Mereka menatap Zee penuh minat dan berdecak kagum karena kecantikan yang dimilikinya, tubuhnya tinggi proporsional dengan berat badan ideal, membuat tubuhnya tak jarang di sebut sebut tubuh idaman wanita. Rambut coklat bergelombangnya tergerai dengan indah menutupi punggungnya, mata hitam kecoklatan, dan wajah asia khas Indonesia menjadi daya tarik para pria.

Sedangkan wanita yang menatap Zee ada juga yang ikut mengagumi kecantikan seorang Linzy Alanza, namun ada pula yang menatapnya iri dan mencemohnya terang terangan.

Zee dan Kyra berjalan menyusuri lorong menuju aula yang sudah padat di penuhi mahasiswa. Mereka mengambil tempat duduk di tengah barisan, namun saat mereka akan mendudukan bokong mereka suara seseorang membuat atensi keduanya mengarah ke arah seorang pria yang memanggil salah satu dari mereka.

"Baby!"

Seorang pria menggerakan tangannya kearah mereka untuk menghampiri dirinya. Kyra berlari menghampiri pria tersebut lalu memeluknya.

"Hai babe" ucap Kyra lantas mencium pipi pria tersebut yang dibalas kecupan lembut di rambutnya. "Hai Aidan" sapa Zee tersenyum lembut. Aidan tersenyum lalu bergantian memeluk Zee.

Aidan Barclay adalah sahabat Zee dan Kyra sejak mereka duduk dibangku sekolah dasar. Usianya hanya berbeda satu tahun diatas keduanya. Memang tak ada persahabatan diantara pria dan wanita karena saat mereka bertiga memasuki bangku SMA, Aidan menyatakan perasaannya pada Kyra yang tak disangka ternyata Kyra juga menyukainya. Namun saat Aidan lulus, ia memutuskan melanjutkan kuliahnya di London membuat keduanya LDR. Satu tahun Kyra dan Zee lulus dan memutuskan untuk kuliah di London juga. Akhirnya ketiganya bersatu kembali di Inggris.

"Dan, tumben banyak mahasiswa ikut ospek hari ini. Apa karena ini hari terakhir?" tanya Zee pada Aidan yang adalah anak organisasi yang menyelenggarakan acara acara besar kampus.

"Bakal ada pemilik kampus datang kesini, orangnya cowok ganteng plus hot yang keren abis, makanya mereka kesini karena ada gula" jawab Aidan yang dibalas ohh oleh Zee.

"Tuh Zee, gebet aja tu om om lo kan jomlo" ucap Kyra mengejek Zee yang sudah memberenggut kesal. "Zee mah gausah ngejar juga banyak yang ngatri babe" ucap Aidan membela Zee yang merasa kesal. Zee tersenyum senang karena belaan Aidan.

Mc sudah bersiap di panggung dan membawa mic untuk memulai acara. Zee dan Kyra duduk di tempatnya sedangkan Aidan kembali bersama temannya.

Mc mengucapkan beberapa kata kata sambutan, hingga ia mengucapkan nama seseorang yang disusul dengan seorang pria berperawakan tinggi naik keatas panggung.

Zee tak terlalu peduli, ia sudah tertidur pulas dikursinya sejak Mc berbicara. Kyra berdecak kagum menatap pria di depannya yang membawakan pidato dengan suara baritonnya yang khas dan tatapan dinginnya yang menyorot kedepan, kearahnya, atau lebih tepatnya ke arah Zee. Kyra yang sadar kemana arah tatapan pria itu menyenggol Zee, membangunkannya. Namun Zee nampak acuh dan melanjutkan tidurnya tak peduli sampai pria itu selesai berpidato. Acara acara selanjutnya pun di lanjutkan. Hingga sampai selesai barulah Zee bangun untuk pulang bersama Kyra.

-

-

-

tbc

Linzy Alanza

Kyra Kimberly

Aidan Barclay

~

Gimana sama visualnya guys?

Jangan lupa tinggalkan jejak 👍 serta kririk dan sarannya agar author terus berkembang 🍓🍓🍓

Chapter Dua : Beginning

Seorang pria turun dari mobil sedan hitamnya yang terlihat begitu mahal. Supirnya yang dengan sigap membukakan pintu untuknya. Suasana sudah begitu ramai dipadati mahasiswa yang memekik senang, begitu dirinya keluar dari mobil. Bodyguard dan security sudah berjajar di sepajang mobil ke halaman kampus, menghadang mahasiswa yang berusaha mendekatinya. Ia membuka kacamata hitamnya dan memasukkannya kedalam saku jas yang dipakai.

Matanya menyorot tajam ke depan, berjalan dengan angkuh melewati kerumuman yang memadati jalannya. Ia masuk ke dalam sebuah aula dan duduk di sofa yang sudah disediakan pihak kampus. Mc acara sudah berbicara didepan ketika ia datang. Namanya tak lama dipanggil untuk naik ke atas panggung dan membacakan pidato yang begitu membosankan.

Di tengah dirinya membacakan pidato, netranya menangkap seseorang yang begitu pulas dalam tidurnya. Bahkan dari mulai ia membacakan pidato. Matanya mulai fokus menatap tajam ke arah gadis yang tengah tertidur di tengah acara, disaat ia membacakan pidato.

Setelah selesai membacakan pidato ia kembali ke tempatnya. Netranya masih memperhatikan gadis yang kini tengah dibangunkan oleh gadis di sampingnya. Namun gadis itu tak bergeming sedikitpun dalam tidurnya sepanjang acara berlangsung.

Akhirnya acara selesai, gadis itu baru membuka matanya dan meregangkan otot tubuhnya, lalu menguap lebar sembari memejamkan matanya. Dirinya masih memperhatikan setiap pergerakan sang gadis sampai gadis tersebut keluar aula bersama temannya yang tadi membangunkan. Tanpa disadari seulas senyum terbit di bibirnya.

Seorang pria yang terlihat lebih tua darinya mendekat ke arahnya dengan tablet ditangannya. "Tuan, schedule anda selanjutnya adalah meeting dengan investor dari USA di restoran-"

"Axel ... "

Begitu namanya disebut, ia menghentikan ucapannya dan mengarahkan atensinya pada sang bos.

"Cari tau gadis berwajah asia, berambut coklat, yang tertidur saat aku berpidato. Aku ingin informasinya sudah berada di mejaku besok pagi." Terdengar nada arogan dan bossy yang kentara saat ia menyebutkan perintahnya pada sang bawahan.

"Baik tuan." Pria bernama Axel yang menjabat sebagai sekretarisnya hanya bisa menjawab demikian sambil membungkuk.

"Kita pergi." Ia berdiri dari duduknya dan melenggang pergi setelah bersalaman dengan rektor kampus untuk berpamitan.

"Udah selesai?" tanya Kyra pada Aidan yang berlari kecil ke arahnya. Aidan menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Zee lo tadi liat kan pemilik kampus ini?" tanya Aidan sembari membuka pintu mobil. Zee mengerutkan dahi sebentar sebelum akhirnya menggeleng lalu masuk ke dalam mobilnya.

"Pulas banget seperti biasanya," ucap Kyra mendelikkan matanya menatap Zee yang baru saja masuk mobil. Diikuti dirinya yang membuka pintu mobil penumpang di sebelah Aidan.

Aidan tertawa dibuatnya lantas ikut masuk, menyusul Kyra dan Zee. Aidan mulai menjalankan mobil membelah jalan kota London. Menuju salah satu cafe yang biasa dikunjungi mahasiswa kampus mereka untuk hang out setelah kegiatan kuliah selesai.

"Aku jatuh cinta sama cake disini, Dan!" ucap Zee dengan mata yang terpejam setelah satu potongan kue masuk kedalam mulutnya. Menghayati setiap potongan kue yang masuk kedalam mulutnya dan mengunyahnya pelan. Keduanya tertawa melihat tingkah Zee, sahabat mereka.

"Ngomong-ngomong siapa nama hot guy pemilik kampus kita?" tanya Kyra penasaran. Aidan sudah mulai menunjukkan wajah ketidaksukaannya yang kentara.

"Aku cuman penasaran, Ai. Ga lebih! Dan sedikit kagum," ujar Kyra menjawab sebelum Aidan benar benar marah. Namun diakhir kalimatnya, ia berbicara melirih.

"Sean Rexford." Aidan menjawab sedikit malas. Kyra tersenyum lalu mencium pipi Aidan untuk merayunya agar tidak kesal lagi.

"I'm yours," ucap Kyra tersenyum manis setelah mengecup pipi Aidan.

"Kyra, Aidan! Aku mau tambah cakenya dong!" Tiba-tiba Zee tanpa dosa mengacaukan suasana romantis keduanya. Kyra mendengus, sedangkan Aidan beranjak untuk memesan kembali cake.

"Zee, lo coba deh cari tentang Sean Rexford! Dia ganteng, hot, kaya, sexy. Idaman banget deh pokoknya!" Kyra mengompori Zee dengan semangatnya.

"Biasanya cowok kayak dia ceweknya banyak," balas Zee cuek. Kyra dibuat kembali kesal dengan jawaban Zee yang terlampau cuek dan tak peduli.

Netra Zee sudah menatap cake yang dibawakan oleh waitress dengan penuh binar. Tak sabar ingin merasakan manisnya cake ketika berada di mulutnya. Kyra kembali memakan makanannya yang bahkan belum habis setengah, sedangkan sahabatnya sudah kedua kalinya memesan makanan. Aidan tak terlihat setelah pergi memesan sampai makanan datang. Keduanya tidak khawatir karena mengira ia mungkin pergi ke toilet.

Hari sudah semakin sore, ketiga sahabat karib itu bersiap untuk meninggalkan cafe setelah melepas kepenatan usai kegiatan kampus. Ketika Zee berjalan di belakang Kyra dan Aidan, seseorang dengan sengaja menabrakan bahunya pada bahu Zee membuat gadis itu terhuyung.

"I'm so sorry, I not-"

"Zee?" tanya gadis didepannya yang membuat netra Zee langsung menatap pada wajah seseorang di depannya.

"Ternyata bener lo kuliah di London juga!" lanjutnya diiringi pekikan senang. Pekikannya membuat kedua orang yang berjalan didepan Zee memutar tubuh mereka dan melihat interaksi keduanya.

"Kenapa lo ke London?" tanyanya masih dengan senyuman di bibirnya. Sedangkan Zee, sudah membeku ditempatnya tanpa bisa berkata apapun, menyadari siapa seseorang di depannya.

"Udah berapa bulan perut lo?"

Gadis tersebut berbisik lirih tepat di depan wajah Zee. Dengan seringaian yang tercetak jelas di bibir berlapis lipstik merah tersebut. Pertanyaan gadis tersebut membuat keringat dingin keluar dari wajah dan tangannya. Kyra yang penasaran menghampiri sahabatnya yang masih diam di depan seorang gadis yang tak ia ketahui siapa.

"Ngapain lo disini, Bit*ch?!" bentak Kyra mendorong gadis didepan Zee kasar setelah tau siapa gadis yang tengah berbicara dengan sahabatnya. Ia segera menyembunyikan Zee di belakang tubuhnya. Aidan yang mengerti situasi, membawa Zee ke mobil lalu kembali ke cafe untuk membawa Kyra yang mungkin akan menghajar gadis itu.

"Ofc gue kuliah, pake nanya lo!" jawabnya angkuh.

"Gue kira lo jual diri di sini karena gak laku di Indonesia!" seru Kyra tajam.

"Bukannya temen lo yang mau jual diri disini karena di seantero sekolah udah tau kalau dia sama cowoknya-"

Plak

Aidan menarik Kyra yang siap kembali melayangkan tamparan lagi pada pipi Teressa untuk keluar cafe.

"Temen lo yang ******, ngatain gue ******! Suruh ngaca tuh temen lo!" teriak Teressa memanasi Kyra yang sudah dibawa oleh Aidan, tanpa mempedulikan dirinya yang menjadi pusat perhatian. Kyra yang hendak kembali lagi pada gadis tadi ditahan oleh Aidan yang menggelengkan kepalanya.

"Ai, kenapa bisa dia kuliah juga disini?!" tanya Kyra kesal setelah mereka di luar cafe. "Gue gamau liat Zee kayak dulu lagi! Susah payah kita keluarin Zee dari kegelapan itu, tapi si bit*ch ada disini!"

"Arrgh Sial!" umpat Kyra mengeluarkan kekesalannya, tanpa peduli dimana mereka berada.

"Zee udah berubah. Kalaupun dia ingat kejadian itu, kita sebagai sahabatnya harus selalu ada di sisinya dan buat dia lupa kejadian itu!" ucap Aidan menenangkan Kyra yang masih emosi.

Beberapa saat, Kyra kembali tenang dan mengatur emosinya sebelum masuk ke dalam mobil yang sudah ada Zee. Ia duduk menatap keluar jendela melamun kembali. Kyra duduk di sisi Zee dan menyentuh pundaknya.

"Zee ... " panggil Kyra pelan membuyarkan lamunan Zee.

"Apa udah sampe?" tanya Zee sembari melihat sekitarnya.

"Belum, kita baru mau pergi Zee," jawab Aidan.

Kyra memeluk Zee erat yang terlihat seperti mayat hidup. "It's ok, Zee, ada kita yang bakal jagain lo." Kyra menepuk punggung sahabatnya.

"Aku udah gapapa Ra, thanks ya." Zee melepas pelukan Kyra dan tersenyum menenangkan sahabatnya yang khawatir.

"Iya, gue tau kok."

Aidan mulai menjalankan mobilnya menuju Apartment Zee. Suasana mobil hanya diisi oleh suara dari mesin kendaraan. Sampai ia mengantar kedua gadis itu ke depan unit apartment, ia pun pergi. Zee duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya sembari memejamkan matanya.

"Ra, cake disana enak banget sampai buat aku ketagihan! Kapan-kapan kita balik kesana lagi, ya?" ucap Zee senang dengan ekspresi wajah yang membayangkan cake itu masuk kedalam mulutnya.

"Ofc!" jawab Kyra tak kalah senang.

"Aku sampai ngantuk setelah makan cake tadi, Ra aku ke kamar dulu ya." Zee berpamitan. Kyra hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan.

Ia menatap kepergian Zee sampai pintu kamar tertutup kembali, lalu menghela nafas dalam. Zee sahabatnya sangat pandai dalam bersembunyi, lebih tepatnya, menyembunyikan sesuatu darinya.

*

*

*

tbc

Follow ig Riby_Nabe

Chapter tiga : Mysterious Pack

Zee menatap pantulan cermin di depannya yang menampilkan wajahnya.

'***--***.'

'Kau memang pantas mati!'

'Apa yang kau tunggu?'

'Sampai kapan?'

Zee membasuh wajahnya di wastafel ketika suara-suara aneh itu kembali masuk ke dalam telinganya. Napasnya terengah-engah, dan perlahan kembali tenang. Ia menatap pada bayangannya di depan cermin.

Ingatannya mulai berputar saat ia duduk dibangku SMA. Tepatnya pada kejadian yang menorehkan masa lalu yang tidak dapat ia ubah sedikitpun. Berbagai cacian ia dengar dari berbagai mulut yang dilontarkan untuknya. Kejadian yang sudah berlalu satu tahun lalu. Namun, rasa sakit dan bayangan itu masih sama sakitnya, bagai terjadi hari kemarin. Air mata Zee tumpah begitu saja namun tanpa isakan.

Tangannya mengambil sesuatu di laci. Sebuah Cutter. Perlahan ia menyayat tangannya hingga membuat luka dan mengeluarkan darah. Setiap goresan luka di tangannya setiap itu pula hatinya merasakan perasaan lega.

Ia melakukan hal yang sama pada pahanya. Lagi dan lagi, setiap ia menorehkan luka pada tubuhnya, perasaan lega lagi-lagi menghampirinya. Zee membiarkan luka tersebut mengeluarkan darah. Ia menanggalkan seluruh pakaiannya dan berendam di bathup dengan air hangat membiarkan air menghilangkan darah ditubuhnya.

Beberapa menit ia beranjak dari bathup setelah berendam di hangatnya air hingga kulitnya mengerut. Zee membasuh tubuhnya dengan shower dan memakai handuknya lalu mengambil pakaian panjangnya. Tangannya membuka lemari obat dan mengoleskan betadine pada lukanya, lalu mengambil hansaplas untuk menutupinya. Setelah lukanya tertutupi sempurna dengan hansaplas, ia kemudian memakai pakaiannya. Kegiatan ini sudah menjadi rutinitasnya selama satu tahun lebihnya.

Zee keluar dari walk in closet setelah selesai. Berjalan menuju laci nakas untuk mengambil obatnya lalu meminumnya. Ia membaringkan tubuhnya dan terlelap tidur.

'Sayang, aku tau kau juga menyukai ini kan?' tanya seorang pria yang tengah menggerayangi leher seorang gadis.

Gadis di bawah tubuhnya memberontak dan mendorong sekuat tenaga tubuh besar miliknya. Saat gadis itu terbebas dari kukungan pria di depannya dan hendak berlari, rambutnya tertarik oleh tangan besar pria itu. Lalu tangan pria itu melayang menampar pipinya.

Sang gadis hanya bisa menangis sekuat yang ia bisa dan kembali memberontak dengan menggigit tangan pria yang mencengkram dagunya membuat ia mengaduh kesakitan. Gadis tersebut lantas *berlari ke pojok ruangan dengan sisa tenaga yang ia punya. Sedang pria di depannya menghampirinya dengan langkah pelan. Membuat ia ketakutan dan dalam hati, ia sangat berharap seseorang akan menolongnya.

'Percayalah kau akan suka Zee*.'

Zee terperanjat dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Tubuhnya sudah bermandikan keringat. Ia bangun dari tidurnya dan memegangi kepalanya. Air matanya tanpa sadar keluar ketika ia tertidur. Setiap kali ia menangis setelah kejadian itu, ia tak lagi menangis menjerit. Hanya air mata yang keluar dari matanya tanpa isakan sedikitpun. Suaranya seolah sudah hilang sepenuhnya untuk tangisannya.

Zee menarik nafasnya yang terasa penuh sesak dengan lendir. Ia menghapus air matanya dan menyandarkan kepalanya dikepala ranjang. Melirik jam di atas nakas yang menunjukan pukul 11. 50 P.M. Minatnya untuk tidur sudah hilang akibat mimpi itu. Ia memilih untuk bangkit dari ranjangnya dan keluar kamar menuju balkon. Udara dingin langsung menerpa kulitnya yang hanya dilapisi sweeter dan celana tidur panjang.

Zee duduk di kursi sembari menatap pemandangan langit kota London yang terang di tengah malam. Langit malam ini lumayan dipenuhi bintang, serta bulan sabit yang ikut menghiasi malam. Suasana kota masih tampak ramai orang meskipun waktu sudah hampir tengah malam. Ia lagi-lagi menghela napas. Udara dingin yang menusuk membuat Zee kembali masuk ke dalam kamarnya. Saat ia akan tertidur kembali, ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.

"Halo, Pi," sapa Zee riang.

"Halo, Sayang. Bagaimana kabarmu?" tanya sang ayah dengan suara lelahnya yang kentara.

"Zee baik, Pi. Papi di sana gimana? Apa Papi udah selesai kerja?" tanya Zee beruntun.

Papinya terkekeh di sebrang sana kemudian menjawab, "Papi baik sweetheart. Sekarang jam makan siang makanya papi telfon kamu."

"Papi udah makan?" tanya Zee kembali setelah lama terdiam.

"Belum, ini baru mau. Kamu udah makan?" Papinya bertanya balik.

"Udah, Pi. Papi jaga kesehatan ya disana," nasehat Zee lembut mengingatkan papinya agar tidak telat makan. Semenjak maminya meninggal, papinya menjadi pribadi yang workaholic hingga lupa untuk makan. Zee yang mengingatkan karena ia tak mau sesuatu terjadi pada papinya setelah maminya meninggalkannya saat umurya 12 tahun.

"Iya, Sayang. Kamu juga jaga kesehatan di sana, sekarang kamu istirahat. Bukannya waktu disana sudah tengah malam?" papinya kembali menasehati yang diakhir dengan pertanyaan.

"Iya ini mau, yaudah bye papi Love you."

"Love you too sweatheart." Panggilan terputus setelah ayahnya mematikan sambungan.

Mood Zee kembali naik setelah mendengar suara papinya. Ia membaringkan tubuhnya dan kembali tertidur dengan senyuman di wajahnya.

🌞🌞🌞

Mentari sudah berada di atas kepala, tetapi Zee masih belum terusik dalam tidurnya. Karena akhir pekan, dirinya bisa bebas gangguan tidur dari Kyra yang selalu membangunkannya. Kyra sudah hafal betul dengan kelakuan Zee yang akan berhibernasi sampai siang jika akhir pekan. Maka dari itu, Kyra tak akan membangunkan Zee jika Zee belum keluar kamar.

13.15 p.m

Zee akhirnya bangun dari tidurnya. Rambutnya yang seperti singa membuat ia tampak konyol. Perutnya terus berbunyi hingga membuat ia terbangun. Akhirnya ia keluar kamar setengah sadar, membuka kulkas, mengambil air dingin di dalamnya, dan menuangkannya ke gelas, lalu meneguknya hingga tandas. Zee kembali membuka kulkas untuk menyimpan botol air minum. Setelah menutup kembali kulkas, matanya menangkap sebuah note yang tertempel di pintu kulkas.

'Zee gue dating sama Aidan. Kalau lo mau makan, udah gue siapin di meja makan. Lo tinggal panasin di microwave kalau dingin.'

-Kyra love Zee

Begitulah pesan yang tertulis di note yang ditulis oleh Kyra. Zee membuka penutup makanannya lalu memasukkan makanan tersebut ke microwave. Zee menunggu dengan sabar di depan microwave sampai bunyi nyaring dari microwave terdengar.

Ditengah rasa bosannya menunggu, suara bel Apartment Zee berbunyi. Ia mengerutkan keningnya, bertanya-tanya, siapa yang berkunjung siang bolong begini. Jika Kyra sudah pulang tidak mungkin dia membunyikan bel.

Dengan langkah gontai, Zee menghampiri pintu dan membukanya. Ketika ia buka, tak ada siapapun di luar, hanya ada sebuah paket tergeletak di depan pintunya begitu saja. Tanpa pikir panjang, ia membawa paket tersebut ke dalam setelah menoleh ke arah lorong kanan kirinya yang tak terlihat siapapun. Di tengah rasa bingungnya, suara microwave yang berbunyi membuyarkan pikiran Zee. Atensinya beralih ke makanan yang ia panaskan. Paket itu ia tinggalkan di sofa ruang tamu begitu saja tak ia pedulikan. Zee mengambil piring berisi spaghetti carbonara yang tercium baunya yang khas.

Aroma dari spaghetti membuat perutnya kembali berbunyi meminta diisi. Tanpa basa basi Zee mengambil garpu lalu memakannya sampai habis tak tersisa. 10 menit spaghetti itu sudah masuk ke dalam perutnya dan mulai dicerna. Ia mengusap mulutnya setelah minum dan menyandarkan tubuhnya di kursi makan setelah kenyang. Suara pintu Apartment yang terbuka membuat atensi Zee ke arah pintu yang menampilkan Kyra dan Aidan yang baru saja pulang.

"Hai Zee!" sapa Aidan dan membuka kulkas, mengambil sekaleng soda.

"Hai Dan." Zee kembali menyandarkan tubuhnya dikursi meja makan.

"Zee ini paket siapa?" tanya Kyra membolak balikan paket yang ada di tangannya. Zee mengangkat bahunya acuh menjawab pertanyaan Kyra.

Kyra membongkar paketnya dan melihat isinya. Kyra terkesiap ketika melihat isi paketnya membuat Zee ikut kepo pada isi paket. Sepatu hak tinggi. Membosankan, pikir Zee. Kyra begitu senang melihat sepatu yang cantik dan terlihat elegan nan mewah tersebut.

"Ini pasti dari pengagum rahasia lo Zee!" seru Kyra.

"Apa itu ga creepy, Ra?" tanya Zee sembari bergidik ngeri.

"Apanya yang creepy? Ini jelas-jelas dari pengagum rahasia lo!" bantah Kyra.

Kyra memang ketus dan galak pada orang yang tak dikenalnya. Namun, pikirannya kadang sempit dan emosinya labil seperti anak kecil. Zee memang seperti terlihat anak-anak, tetapi sikap dan pikirannya lebih luas daripada Kyra.

"Sok tau," ujar Zee singkat. Kyra mendelik saat mendengarnya.

"Ra yang dibilang Zee bener, siapa tau itu dari penguntit yang punya niat ga baik sama salah satu diantara kalian. Lebih baik buang aja atau kasihin kesiapa kek," ucap Aidan angkat bicara.

"Ai tapi sepatunya cantik. Masa dibuang?" Matanya mulai menunjukkan sebuah binar harapan.

"Aku beliin, yah?" Kyra tersenyum lalu melepaskan sepatunya dan mendekati Aidan sembari tersenyum.

"Love you!" ucap Kyra sembari mencium pipi Aidan. Aidan mendelik dengan ucapan Kyra, tetapi tak urung memeluk Kyra dengan sayang.

Zee melenggang pergi sembari membawa paket berisi sepatu tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Ia akhirnya kembali ke kamarnya dan memilih untuk olahraga dengan trade mill di balkon kamarnya.

*

*

*

tbc

Follow ig Riby_Nabe

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!