NovelToon NovelToon

Suamiku Pria Kejam

Prolog

Ini adalah karya pertama aku, jadi di maklumi aja kalau masih ada kesalahan kata. Karya ini orisinal atas pemikiran aku, kalau ada kesamaan tokoh, alur mohon di maklumi.

Pastika kalian baca cerita aku sampai habis agar paham maksud dari cerita ini.

Selamat membaca...

Aluna Quenbyanza, gadis baik, pintar dan cantik berusia 20 tahun. Memiliki seorang kakak lelaki yang sangat menyayanginya. Ia hanya lulus di sekolah menengah atas karena terbatasnya ekonomi. Kedua orang tuanya telah bercerai karena masalah ketidak cocokan, ia sempat tinggal bersama ayahnya namun tak berselang lama sang ayah yang mengidap penyakit jantung sejak lama akhirnya harus menghembuskan nafas terakhirnya pada saat Luna berusia 10 tahun.

Di lahirkan oleh seorang ibu yang sama sekali tidak perduli dengan dirinya ataupun kakaknya. Bahkan, saat ini pun Luna juga tidak mengetahui dimana ibunya itu berada. Mungkin, ibunya sudah hidup bahagia tanpa dirinya.

Ia merindukan ibunya namun ia juga membencinya. Luna masih berpikir kalau ibunya telah menelantarkan dirinya dan sang kakak.

Hanya kakaknya lah seseorang yang selalu menjaga dan melindunginya. Mencari makan untuknya dengan berbagai cara apapun. Berusaha mempelajari dunia bisnis sejak remaja hanya demi Luna. Semua nya di lakukan hanya agar Luna tidak pernah kekurangan apapun.

Namun itu saja tidak membuat Luna bahagia, dirinya kembali merasakan kehancuran setelah mendengar kendaraan yang kakaknya kendarai pada malam itu mengalami kecelakaan hebat.

Bukan itu saja yang membuat Luna merasa hancur, ia bahkan harus rela mendengar kalau jasad kakaknya tidak pernah di temukan.

Kejadian itu adalah hal yang paling buruk yang tidak ingin Luna ingat kembali. Ia masih sungguh berharap kakaknya masih hidup dan dalam keadaan baik-baik saja.

Luna pun berusaha tegar dan membuka lembaran baru. Tidak ingin mengingat kejadian yang hanya menyisahkan luka di hatinya.

Kehancuran nya pun tak berselang lama ketika seorang tuan muda yang kejam menculiknya dan Menjadikan seorang istri sekaligus budak yang selalu di siksa semakin menambah penderitaannya.

***

Zion Valerian Gwattson,

Pria dengan sejuta dendam di masa lalu. Kebencian selalu ada di dalam hatinya, tak ada kata maaf bagi seorang pengkhianat. Kehilangan kedua orang tua sejak dini menjadikannya sesosok yang misterius. Siap menghabisi siapapun yang berkaitan dengan kematian orang yang ia sayangi dan juga orang yang telah mengkhianatinya. Berusia 28 tahun, keturunan Jerman dan berdarah mafia. Wajahnya tidak pernah menampilkan senyum, terlihat menyeramkan di kala tatapan matanya berubah dingin. Namuna tak ada yang mampu berpaling dari wajah tampannya. Ia masih memiliki sejuta rahasia kelam yang tidak di ketahui oleh siapapun.

***

Dallas Zhaturee Graventas,

Pria yang sangat berkarisma dan menarik. Memiliki senyum yang sangat manis, hatinya mudah luluh ketika melihat wanita tersakiti. Ia adalah sahabat baik Zion.

Wajahnya akan memerah bila ia sedang marah, memiliki mata tajam. Pria kepercayaan Zion, paling mampu memahami perasaan tuan mudanya.

.

.

.

.

.

Disini tokoh yang aku jelasin cuman tiga, yang ini mungkin bakalan sering muncul di cerita. *Aku saranin kalian harus baca cerita ini sampai habis, jangan setengah-setengah takutnya nanti malah pada gak paham sama alur ceritanya. Terus pada bilang kalau awalnya kok mirip cerita ini cerita itu. Diharapkan untuk mengikuti alur ceritanya aja, semua sudah author pikirin matang-matang.

Dikarenakan aku juga masih pemula, jangan sungkan untuk komen dan kasih saran ke aku. Tetap selalu suport aku ya*...

Bersambung...

Eps 1

Selamat membaca...

"Ma.. pa.. bagaimana kabar kalian disana? Jangan sedih ya.. Luna bahagia kok disini. Aku selalu mendoakan kalian agar tetap tenang di sana ma-pa."

"Tolong juga jaga kakak dimanapun dia berada. Aku masih yakin kalau kakak belum tiada sampai saat ini."

"Ma-pa.. apapun yang terjadi sama Luna, kalian jangan pernah sedih dan kecewa. Sebentar lagi, Luna akan menikah. Luna minta restu dari kalian berdua."

"Luna pamit dulu ya ma-pa.. besok Luna bakalan kesini lagi."

"Tolong jangan menangis disana."

*****

Semburan mentari jingga menyinari kota, cahayanya menerangi rumah sederhana milik gadis cantik yang tengah duduk di bangku mobil setelah sang kekasih mengajaknya untuk memilih sebuah gaun pengantin yang mewah dan mahal di sebuah toko.

Mobil tersebut berhenti di rumah sederhana namun elegan dan bernuansa eropa.

"Terima kasih sudah mengantarkanku pulang. Rasanya aku selalu merepotkan mu setiap hari." Ucap Luna tersenyum manis kepada pria yang duduk di sebelahnya.

"Sebentar lagi kita akan menikah, bukankah nanti ini akan menjadi kewajibanku setelah aku sah menjadi suamimu nanti?"

Luna mengangguk, tersenyum malu seraya menundukkan kepalanya. "Aku bahagia bisa bertemu lelaki yang dapat membahagikanku. Tapi aku juga sedih.." Raut wajahnya berubah menjadi sedih.

Aaron memegang bahu Luna setelah melihat raut kesedihan di wajah calon istrinya itu.

"Apakah kau tidak menyukai gaun yang aku pilihkan untukmu?" Tanyanya mencoba mencari celah dimana letak kesedihan gadis itu.

Luna menggeleng, gaun yang Aaron pilihkan untuknya sangatlah bagus dan tidak ada duanya baginya. Tapi bukan hal itu yang menyebabkan dirinya menjadi sedih. Sesuatu hal yang sangat membuatnya sedih.

Aaron menatap wajah Luna, berusaha memahami hal apa yang menyebabkan gadis pujaanya itu bersedih.

"Bukan tentang itu.

Gaun yang kau pilihkan untukku sangatlah bagus dan aku menyukainya, yang membuatku sedih adalah kedua orang tuaku tidak bisa menyaksikan pernikahan putri mereka." Aaron menghela nafas, ia paham apa yang Luna rasakan.

Kesedihan yang begitu mendalam, namun Aaron tau pasti apa yang harus ia lakukan untuk membuat Luna kembali bahagia dan tidak bersedih lagi.

"Jangan bersedih tentang hal itu, mereka memang tidak bisa menyaksikan pernikahan kita. Tapi restu mereka selalu untukmu, jangan bersedih. Aku tidak suka melihatmu menangis." Ucap Aaron mencoba membuat Luna tersenyum setelah melihat beberapa bulir air mata di pipi Luna.

Luna tersipu, menyaksikan Aaron mengelap air matanya. Ia tersenyum dan berkata, "Kau adalah pria pertama yang sangat menghargai diriku. Apapun yang terjadi, jangan pernah meninggalkan aku. Benjajilah..." Kata Luna seraya mengacungkan jari kelingkingnya.

"Aku berjanji.." Balas Aaron dengan mencubit hidung mancung Luna.

"Apa kau akan terus berada di dalam mobil ini? Masuklah ke rumahmu." Gerutu Aaron.

"Bagaimana kalau kau makan malam di rumahku? Cobalah dulu makanan buatan calon istrimu ini."

Aaron menautkan dahinya, berpikir apakah ia harus menerima tawaran dari Luna atau tidak. "Baiklah, aku juga belum pernah mencoba masakan buatanmu." Luna bersorak, ia sangat bahagia mendengar Aaron menerima tawaran makan malam dengannya.

"Mumpung hari masih sore, aku akan membeli sayuran di pasar dekat rumah. Kau masuklah dulu ke dalam rumah, jangan menungguku di dalam mobil." Ucap Luna segera pergi meninggalkan mobil Aaron dan bergegas ke pasar untuk membeli sayuran.

Luna bergegas untuk pergi ke pasar sebelum larut sore. Ia yakin beberapa pedagang sudah ada yang tutup karena hari hampir larut sore. Luna berlari untuk mencari taksi yang lewat.

Setelah sampai di pasar Luna segera membeli beberapa sayuran dan membayarnya lalu kembali pulang.

Beberapa menit berlalu, ia sampai di depan komplek dan berjalan menuju rumahnya. Seketika senyum nya sirna dan tatapannya terkejut melihat pria berbadan besar dan aneh di depan rumahnya.

Yang lebih membuatnya terkejut adalah Aaron yang tengah berlutut dengan wajah yang babak belur di hadapan seorang pria yang memegang sebuah pistol.

"AAROONN........."

Sayuran yang ia bawa di dalam keranjang berserakan ke jalanan. Luna berlari sekuat tenaga ke arah Aaron

"Luna lari dari sini!! Jangan mendekat. Pergi dari sini Luna, PERGIIII..." Teriak Aaron berusaha mencegah Luna yang ingin menolongnya.

"Aaron, apa yang terjadi?" Tanya Luna terengah-engah.

Namun, tiba-tiba beberapa pria berbadan besar menahan Luna. Luna pun sekuat tenaga berusaha melapaskan cengkraman pria-pria itu. Tenaga yang kecil dan tidak cukup kuat, tak berpengaruh sedikitpun.

"Luna... pergi dari sini Sekarang! Aku mohon... pergi dari sini!! Tak akan aku biarkan mereka menangkapmu. Pergi SEKARANGGG..." Teriak Aaron sekuat tenaga, namun Luna malah menggelengkan kepalanya seraya menahan air matanya.

"DIAMMMM... jangan bicara lagi atau aku akan membunuhmu!." Ucap Pria di hadapan Aaron dengan tatapan sinis seraya menodongkan pistol ke kepala Aaron.

"Coba saja jika kau bisa, bukankah ini adalah kekuatanmu untuk mengancam seseorang? Aku tidak takut mati jika demi Luna." Ucap Aaron menantang menatap penuh kebencian kepada pria itu.

"Cih! Dasar pria bodoh!! Apa yang kau banggakan? Apa ini caramu berterima kasih kepadaku?"

Luna seketika menangis histeris,

"Tolong lepaskan Aaron... Apa kesalahannya padamu? Tolong maafkan dia." Tanya Luna dengan wajah memelas.

"Pria brengs*k ini, tidak bisa di maafkan. Berani-beraninya dia mengkhianatiku."

"Aku mohon maafkan dia tuan.. tolong lepaskan dia!! Aku mohon..."

"Melepaskannya? Jangan harap!! Bawa dia pergi." Perintahnya kepada sang bodyguard untuk membawa Luna masuk ke dalam mobil.

"Jangan bawa Luna! LUNA... lari dari sini..." Teriak Aaron.

"Lepaskan aku aaakkkhhhh... Aaron tolong aku.. mereka akan membawaku pergi.. tolong aku.. AARON!! Lepaskan aku..." Jerit Luna berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman pria suruhan.

"Jangan sakiti Luna, atau kau akan menyesal seumur hidupmu." Ancam Aaron kepada pria itu.

"Dia memang pantas mendapatkannya. Dasar pria payah.. kau tidak pantas hidup, enyahlah kau dari hadapanku." Pria itu menodongkan pistolnya ke kepala Aaron.

Dannn...

DOORRR...

Suara tembakan yang kuat membuat Luna membulatkan mata dan tak percaya. Matanya sulit untuk mempercayai ini, dengan mata kepalanya sendiri. Peluru tertanam tepat di kepala Aaron, calon suami dari Luna itu menjatuhkan tubuhnya ke tanah dan sudah tak sadarkan diri.

"Buang jasadnya ke lubang buaya, biarkan dia menjadi makanan para buaya kelaparan itu." Perintah pria itu dan langsung mendapat agukan dari para bodyguardnya.

"TIDAKKK... JANGANNN... AAROONNN..."

.

.

.

Gimana sama cerita awalnya? Menarik apa gak nihh?? Kira-kira bagaimana nasib Luna selanjutanya...

Bersambung...

Eps 2

Di sebuah ruangan kamar yang dingin dan gelap disudut kamat terlihat seorang gadis yang tengah tergeletak di lantai dengan mulut yang di tutup kain, tangan lebam yang terikat tali.

Terdengar suara langkah kaki yang mengarah ke arah gadis itu. Matanya berubah dingin di penuhi dengan rasa kebencian yang amat mendalam.

Luna membuka perlahan kedua matanya, ketika mendengar suara langkah kaki. Berusaha sadar sepenuhnya setelah beberapa jam pingsan dan tak sadarkan diri.

Pandangan matanya seketika terarah pada seorang pria yang tengah duduk di sofa sedang menatapnya tajam dan penuh amarah. Terlihat jelas kebencian di mata pria itu. Tangannya terlihat memegang sebuah gelas yang berisikan minuman alkohol dengan kaki yang menyilang...

"Kenapa kau menatapku?" Tanya pria itu dengan suara berat.

Luna menelan salivanya, matanya menyusuri setiap sudut kamar dengan mulut yang masih tertutup kain hitam yang membuatnya tidak bisa bersuara. Matanya berkaca-kaca, berada di tempat asing bersama dengan pria yang tidak ia kenal sama sekali.

"Hey-gadis bodoh!! Apa kau tuli? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Ucap Zion marah, ketika Luna menatap nya lagi dengan tatapan aneh.

Luna memberontak, berusaha melepaskan ikatan di tangannya. "Emmmm..." Tentu saja Zion tidak dapat mendengar suara Luna, karena mulut gadis itu terikat oleh kain.

Zion berjalan perlahan ke arah Luna, membuat gadis itu ketakutan dan berusaha melepaskan diri namun sayangnya tangan terikat. Zion membuka penutup mulut Luna dengan kasar. "Lepaskan aku... Kenapa kau membawaku kemari? Apa yang kau lakukan kepada Aaron?" Jerit Luna di hadapan pria itu membuat Zion murka.

Ia menampar pipi mulus Luna dengan kerasnya, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Tak ada yang mampu Luna lakukan selain menahan air matanya.

"Tolong lepaskan aku..." Rintih Luna,

"Tidak akan ada yang bisa menyelamatkan mu dari tempat ini." Tekan Zion.

"Ssakit.. tolong jangan sakiti aku." Ucap Luna, ia mengingat kejadian bagaimana dengan kejamnya pria itu menghabisi nyawa kekasihnya sekaligus cinta pertamanya.

"Semakin kau memohon semakin aku akan menyiksamu. Sebentar lagi kau akan menjadi istriku, aku bisa melakukan apapun kepadamu bahkan jika untuk melenyapkan mu."

Luna menggigit bibir bawahnya, air mata lolos begitu saja. "Tidakkk- aku mohon lepaskan aku... Biarkan aku hidup dengan tenang." Ucap Luna takut.

"Membiarkan mu hidup dengan tenang? Jangan pernah bermimpi!!" Marah Zion dengan mata yang merah.

Luna menangis, menyesali takdir yang telah tuhan berikan padanya. Ia harus terikat menjadi istri seorang pria kejam dan tidak berperasaan. Luna benar-benar tak sanggup jika harus hidup dengan penuh penyiksaan nantinya.

"Kenapa kau membawaku kemari?"

"Untuk menyiksamu!!" Sahut Zion dengan suara dinginnya.

Plaaakkk... satu tamparan lagi mendarat di pipi sebelah Luna. Gadis itu sungguh tidak mampu menahan rasa sakit dan panas di pipinya. Zion mencengkram kedua pipi Luna semakin membuat darah segar mengalir di sudut pipinya.

"Ingatlah satu hal.. sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa pergi dari tempat ini." Ancam Zion dan membuang wajah Luna.

Ia kemudian meninggalkan Luna dengan wajah marah. Di sana Luna tak mampu menahan kesedihannya, baru saja ia merasakan kebahagiaan karena sebentar lagi akan menikah dengan cinta pertamanya. Namun, semua kebahagiaan itu hanya tinggal kenangan. Luna tak tahu apapun, dan mengapa ia berada di tempat ini.

Hatinya begitu sangat hancur, Aaron telah pergi meninggalkan nya untuk selamanya. Ia sudah tidak mempunyai seseorang yang akan melindunginya lagi.

"Jangan menangis, Non.

Biar bibi bantu membawa nona ke kamar." Ucap seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba datang masuk ke kamar tersebut.

"Tolong buka ikatan di tanganku bi.. ini sangat sakit..." Ujar Luna lembut.

Sang bibi pun langsung membuka ikatan tangan Luna, ia begitu merasa kasihan kepada Luna.

"Ini pasti sangat sakit kan non? Bibi akan membantu merawat luka non Luna. Jangan menangis non, tuan muda memang seperti itu." Ucap bibi membantu Luna untuk berdiri.

Luna hanya bisa tersenyum mendengar ucapan sang bibi mengenai tuan mudanya yang kejam itu.

"Tapi bi, aku tidak mempunyai baju. Apa yang harus aku kenakan?" Tanya Luna mendapat sambutan hangat dari bibi.

"Tuan muda sudah menyiapkan pakaian nona, sekarang ijinkan bibi untuk merawat luka nona terlebih dahulu."

"Tidak perlu bi.. aku bisa melakukannya sendiri. Tolong tunjukkan dimana kamarku bi? Aku akan merawat lukaku disana. Bibi tidak perlu khawatir kepadaku..." Ucap Luna.

"Kau memang gadis yang sangat baik non. Tapi ini sudah tugas bibi non, jika sampai tuan muda tau maka bibi akan di pecat dan diusir dari sini non." Sendu bibi.

"Baiklah, terima kasih atas bantuannya bi." Ucap Luna tersenyum menahan rasa sakitnya.

*Dia memang pria yang sangat kejam. Batin Luna.

.

.

.

.

Bersambung*....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!