NovelToon NovelToon

Namaku Laksmi Aku Pribumi

Malang 1939

Dia Adalah Laksmi Putri seorang pelayan di rumah Menir Hansen, seorang pengusaha dan Tuan tanah di Purwosari karisidenan Malang. Usianya enam belas tahun saat itu.

Di tahun 1939 hidup seorang Laksmi sangat bahagia karena Menir Hansen adalah seorang Belanda yang baik hati. Dia menyayangi Warisih dan Laksmi seperti keluarga sendiri.

Meskipun lahir tanpa sosok seorang Ayah, tapi Laksmi tetap bahagia. Menir Hansen tidak pernah kurang memberinya kasih sayang. Hari-hari Laksmi sebagai pelayan dirumah besar itu tak seperti pribumi kebanyakan, dia berbeda.

Laksmi tumbuh sebagai gadis cantik karena lahir dari darah seorang tentara Belanda yang menggauli Ibunya. Kulitnya putih, matanya biru dan rambutnya kuning keemasan.

Sebagai anak pelayan dia cukup beruntung karena bisa bersekolah, seperti anak-anak Belanda. Menir Hansen memberikan namanya agar Laksmi bisa mengenyam pendidikan di sekolah khusus warga Belanda.

Tentu bukan tanpa masalah, ketika Laksmi berbaur dengan anak-anak asli Belanda. Mereka selalu mencibir Laksmi di belakang. Hanya ada satu orang Belanda bernama Magdalena yang tulus berteman dengannya.

Pertemanan mereka terjalin sejak satu tahun terakhir. Magdalena memang tipe gadis Belanda yang cuek dan juga tomboy, para gadis ras asli Belanda takut padanya.

Menurut Mereka Magdalena adalah bangsawan yang tidak punya tata kerama. Tapi dia tidak perduli soal perbincangan kaumnya. Selama Magdalena di samping Laksmi tak seorangpun berani bicara sinis, apalagi sampai mengejek Laksmi.

"Hey Laksmi, semestinya kamu ganti nama Helena, atau apa saja, supaya cocok dengan nama Tuan Joe Piter Hansen, misalnya Helena Piter Hansen, bukan Laksmi Piter Hansen" ucap Magdalena mengejek Laksmi.

Laksmi hanya membalasnya dengan senyum simpul. Dia tidak pernah tersinggung dengan ucapan Magdalena yang ceplas-ceplos. Hari ini mereka bermain di kebun teh. Banyak pribumi yang bekerja sebagai buruh pemetik teh iri hati pada keberuntungan Laksmi.

"Lihat beruntungnya anak haram itu, dia dimanja Menir Hansen, padahal ibunya pelacur miskin yang dipelihara Menir" Beberapa orang membicarakan Laksmi dalam bahasa Jawa sambil bekerja.

Belum lagi para mandor dan centeng perkebunan yang tergiur dengan kemolekan tubuh Laksmi, mereka mengawasinya dengan mata penuh birahi menanti kesempatan untuk bisa menjamahnya.

Laksmi yang polos selalu menganggap kaum Pribumi sama seperti Ibunya yang penuh rasa kasih sayang. Dia tidak merasa ada maksud buruk dibalik senyum ramah dan perlakuan istimewa mereka.

Warsih tahu betul anaknya dalam bahaya, tapi dia tidak mampu berbuat apa-apa kecuali berlindung dibalik nama Bangsawan Joe Piter Hansen. Menir Hansen adalah orang terkaya di Nederland dan dia keluarga dekat kerajaan, itu sebabnya selama berada dalam lingkungan keluarga Menir Hansen mereka aman.

"Nak ibu minta kamu jangan terlalu dekat dengan Nona Magdalena, kita dengan dia itu berbeda Laksmi, Ibu khawatir semakin banyak orang yang akan iri padamu nak". Warsih menasehati putrinya karena tahu keberadaan mereka tidak diterima siapapun di negeri ini.

Tidak oleh pribumi, tidak pula oleh kaum Belanda. Posisi Laksmi dan Ibunya terjepit diantara keduanya. Kaum pribumi selalu menganggapnya penghianat, aib bagi bangsa sendiri. Sedang kaum Belanda menyebutnya sebagai kaum budak, yang tidak layak untuk bergaul dengan kelas sosial mereka.

"Aku ini harus bagaimana Bu, hidup seperti ini bukan pilihan ku, Ibu yang paling tahu anakmu. Aku cuma mau dicintai, biarlah saja orang bicara dan senyum penuh kepalsuan, asalkan bersikap baik saat aku ada diantara mereka."

Warsih mengelus rambut putrinya yang halus dengan lembut, sementara Laksmi berbaring dipangkuan Ibunya. Dalam hatinya Warsih ingin seseorang menjaga putrinya. "Anak gadis ku akan segera tumbuh dewasa, aku harus segera mencarikan dia suami." Ujar Warsih.

Pagi ini Menir Hansen memanggil Laksmi dan Ibunya. "Laksmi, kamu dan Ibumu, siap-siap ya!" Saya akan ada pesta malam ini, kalian harus tampak cantik di depan tamu-tamu saya." Menir Hansen memberikan kebaya, gaun, lengkap dengan perhiasan emas untuk dikenakan pada acara pesta dansa nanti malam.

Dua pelayan yang menyaksikan kejadian itu mulai berbisik, dan membicarakan keduanya, Menir Hansen tahu mereka iri kepada Laksmi, karenanya dia mengusir dua pelayan itu dari ruangan.

"Hay.. inlander, keluar dari sini atau para penjaga akan menghukum kalian!" Koe orang dengar saya baik-baik!" tidak ada orang dirumah ini yang boleh bicara miring kepada Warsih atau Laksmi, jika sekali saja kalian mengatakan hal buruk tentang mereka, saya pastikan kalian akan menderita!"

Begitu sayangnya Menir Hansen kepada kedua pelayanan itu, sampai dia melindunginya seperti keluarga sendiri. Hal ini yang membuat Warsih semakin dibenci oleh sesama pelayan, mereka menyebutnya gundik kompeni.

Warsih bertahan dalam badai kebencian kaumnya sendiri. Dia menyimpan air mata dan perih luka hati sendiri. Kadang dia ingin segera mengakhiri hidupnya. "Tapi bagaimana nasib Laksmi?" siapa yang akan melindunginya dari mereka yang kejam?"

"Gadis malang kesayangan Ibu, maafkan dosa Ibumu ini nak." Kamu harus menerima semua omongan orang karena dosa orang tua" Warsih menangis dalam bilik kamarnya, tanpa seorang yang tahu dukanya.

Malam pesta dansa di gelar, Menir Hansen mengundang para pejabat militer, saudagar, dan para juragan pribumi, yang masa itu adalah para penjilat yang menikmati kekayaan dengan cara menjadi kaki tangan kompeni Belanda.

Pesta meriah digelar, semua orang larut dalam kegembiraan, mabuk, menari, dan tertawa, riuh memenuhi aula. Magdalena menarik Laksmi ketengah lantai dansa, keduanya langsung masuk dalam irama musik dan menjadi pusat perhatian.

Warsih coba mencegah putrinya, tapi dia tidak berani kepada Magdalena yang juga seorang putri bangsawan penting di kerajaan Belanda. Kecemasan Warsih semakin menjadi-jadi saat kedua remaja itu menjadi pusat perhatian.

Benar saja, kekhawatiran Warsih segera terbukti. Ditengah meriahnya pesta seorang perwira muda Belanda yang tergoda dengan kecantikan Laksmi, menariknya dan memeluk tubuh Laksmi.

Meskipun sudah berusaha meronta, lengan perwira itu nyatanya lebih kuat dari tenaga Laksmi. "Hay cantik koe harus temani saya malam ini!" Ucapnya sambil meneguk minuman keras.

Baru saja dia akan mencium Laksmi, Menir Hansen langsung masuk ketengah lantai dansa, dan "plak..!" perwira muda itu mendapat hadiah tamparan di wajahnya.

Dia yang tidak terima dengan perlakuan Menir Hansen, lalu mencabut pistolnya. "Jangan coba lakukan itu Frans, kalau kamu berani tarik pelatuk pistolmu, saya jamin kepalamu akan bolong dan mayatmu akan jadi santapan anjing!" Ancam Kolonel Elmo dalam bahasa Belanda.

Perwira muda itu langsung menyarungkan pistolnya, dan segera sadar bahwa dia sedang mengancam kerabat kerajaan. "Maafkan saya Menir Hansen, saya khilaf." Dengan perasaan malu pria itu pergi meninggalkan pesta dansa dengan menunggang kudanya.

Warsih mengelus dada, menarik nafas lega. Hampir saja insiden berdarah terjadi karena ulah putrinya. Dia cepat-cepat menarik Laksmi dari arena pesta dan memarahinya di kamar.

"Nak kita ini pribumi, bukan dari kalangan mereka, jangan ulangi ini lagi. Ibu tidak tahu apa jadinya bila Menir Hansen tidak membela kamu malam ini!"

"Iya Bu Laksmi minta maaf."

Laksmi memeluk Ibunya dengan erat sebab sadar dia telah melakukan kesalahan besar malam itu. Dia berjanji tidak akan mengulangi kejadian serupa.

Hari-hari selanjutnya Laksmi lebih menjaga jarak dengan Magdalena, dia takut terbawa dengan gaya hidup Magdalena yang bebas dan cenderung tidak memperhatikan etika.

"Magdalena maafkan aku, kita memang tidak cocok berteman, kamu bangsawan yang bebas, sedang aku hanya anak pelayan yang hidupnya bergantung kemurahan hati Menir Hansen." Ucap Laksmi dalam hati.

Setelah kejadian di pesta dansa Laksmi berjanji kepada diri sendiri untuk menjauhi Magdalena. Dia lebih sering bersembunyi dalam ruang peribadatan, meskipun imannya berbeda. Semua cara dilakukan Laksmi untuk menghindari Magdalena.

Nicolay

Semenjak menjauh dari Magdalena Laksmi merasa sepi. Dia lebih sering menghabiskan waktu di tempat peribadatan, atau di sungai. Kadang bosan menyapa, tapi Laksmi tidak bisa berbuat apa-apa.

Magdalena sudah terlanjur pergi dari hidup Laksmi. Dia sudah menemukan keasyikannya sendiri. Ini membuat Laksmi merasa terasing. Tak ada hal seru lagi yang bisa dilakukan bersama-sama.

"Tuhan kenapa aku harus berbeda"

Pertanyaan itu mengganggu pikiran Laksmi setiap hari. Meskipun mengenakan gaun, dan mengenakan perhiasan mahal, dia tak lantas bisa masuk dalam pergaulan orang-orang Belanda, sedang bangsa sendiri terlanjur menciptakan jurang yang dalam antara mereka.

Adakalanya Magdalena memperhatikan Laksmi dari jarak jauh, dia kasihan tapi juga tidak mau mendekat lagi. Magdalena tahu alasan kenapa Laksmi menjauh, dan dia bisa mengerti keadaannya.

Magdalena hanya bisa mengawasi Laksmi dan mengancam siapapun yang berani melakukan hal buruk kepada Laksmi. Seperti hari ini Magdalena meminta sesuatu kepada Welly.

"Hay Welly kamu tahu anak angkat Menir Hansen?" Dia sahabat ku, beritahu semua teman-teman kamu agar tidak menggangu anak itu, atau orang tuanya akan bermasalah dengan Papaku!".

Diam-diam Magdalena meminta Welly untuk melindungi Laksmi dari kejahilan teman-temannya. Welly yang saat itu sedang jatuh cinta dengan sosok Magdalena, menuruti saja semua yang diinginkan.

"Teman-teman, kamu orang jangan pernah ganggu itu perempuan inlander, dia punya saya. Kalau ada yang berani, kalian akan berurusan dengan saya, faham!". Welly memastikan semua temannya tidak pernah menyentuh Laksmi sesuai permintaan Magdalena.

Magdalena cukup lega karena dia sudah berhasil menjaga Laksmi tanpa harus berteman lagi dengannya.

Hari-hari Laksmi jadi sangat membosankan, dia mulai malas datang ke sekolah. Beberapa kali suster dan pendeta datang kepada Menir Hansen untuk menanyakan perihal kenapa Laksmi tidak masuk sekolah.

Menir Hansen yang tidak tahu alasan Laksmi membolos sekolah selama beberapa hari, jadi kesal kepada Laksmi. Dia langsung memanggil Warsih untuk menegurnya.

"Warsih kenapa anakmu Laksmi tidak sekolah?" apa dia selamanya mau jadi orang bodoh?" apa kamu orang tidak punya cita-cita jadi wanita terhormat?" Menir Hansen mengungkapkan kekesalannya kepada Warsih.

Pelayan lain yang melihat kejadian itu merasa mendapat angin surga, mereka langsung bergosip di dapur membicarakan Warsih yang untuk pertama kalinya dia mendapatkan amarah Menir Hansen.

"Rasakan sekarang!" Sebentar lagi kamu pasti akan dibuang oleh Menir" Ujar mereka penuh kegembiraan. Senyum picik tergambar di raut wajah para pelayan yang iri pada Warsih.

Di kamar Warsih memarahi putrinya, dia sadar bahwa Menir Hansen benar. Laksmi harus jadi orang pintar agar bisa jadi wanita terhormat. Warsih ingin Laksmi mempunyai suami dari keluarga terpelajar dan terhormat, agar tidak dilecehkan seperti dirinya.

Esok hari Laksmi kembali ke sekolah, dan belajar lagi seperti biasa. Magdalena yang kesal karena tidak melihat Laksmi di sekolah selama beberapa hari, memelototinya dengan mata yang lebar dan senyum sinis, "heh pribumi kamu ini kenapa?" Jadi perempuan itu harus kuat, jangan menyerah dengan keadaan!".

Kenalkan ini Welly dia Belanda baik teman baru kita, kamu harus berteman dengan dia!" Ujar Magdalena sambil menarik baju Welly dan memaksanya untuk berkenalan dengan Laksmi.

"Namaku William Hans Dberg, panggil saja Welly, aku ketua anak-anak nakal di sekolah ini, kamu bisa mengandalkan aku mulai sekarang." Kita bertiga akan jadi teman yang baik!" Welly memperkenalkan diri dengan sombongnya.

"Aku Laksmi, salam kenal" Laksmi menjabat tangan Welly dengan malu-malu sementara Magdalena melirik Wajah Laksmi yang tersipu malu. Ney..Ney.. tidak boleh Laksmi, kamu tidak bisa jatuh cinta dengan Welly, dia pacar kedua ku!" Ucap Magdalena sambil tertawa genit.

Hari itu Laksmi kembali merasa bahagia karena Magdalena sudah kembali lagi berteman dengannya. Kebahagiaannya jadi lebih lengkap karena Laksmi baru saja mendapat satu teman bernama Welly.

Hari berikutnya sekolah sangat ramai, pendeta memperkenalkan seorang dokter muda dari Belanda. Namanya Nicolay Piter Hansen, dia dokter muda yang selama satu tahun ini bertugas di Batavia.

Wajah tampan Nicolay memikat semua gadis di sekolah, tak terkecuali Laksmi. Semua murid memuji wajahnya yang tampan.

Diam-diam Nicolay mencuri pandang wajah Laksmi, dia terpesona dengan kecantikan Laksmi yang eksotis. Menurutnya Laksmi unik karena memiliki wajah dan kulit, perpaduan Asia dan Eropa.

"Anak-anak ini Dokter Nicolay, sekarang dia bertugas disini untuk misi kemanusiaan, jika kalian ada keluhan kesehatan segera periksa jangan ragu."

"Dokter sepertinya saya mengalami gangguan di jantung, boleh periksa?" Luisa menggoda Nicolay sambil memegang dadanya.

Nicolay dengan polos memeriksa denyut nadi, detak jantung, dan pupil mata Luisa. " Tidak ada masalah, kamu baik-baik saja" ucapnya.

Tidak dokter saya tidak baik-baik saja, karena kamu sudah buat hati saya berdebar kencang, tidak normal Tuan dokter " Luisa menggoda Nicolay dengan gaya nakalnya yang khas. Sontak saja kelas menjadi ramai dengan tawa para gadis.

Nicolay tertunduk malu sambil memainkan hidungnya. Sedangkan Pendeta menggelengkan kepalanya, lalu mengajak Nicolay keluar kelas untuk mengenalkan kompleks sekolah, mulai ruang kelas, sampai klinik dan rumah ibadah.

Nicolay sempat bertanya banyak hal tentang ruang perawatan serta tenaga medis kepada pendeta, maklum saja saat itu kasus malaria dan wabah kolera sedang marak terjadi.

Setelah puas berkeliling kompleks sekolah, Nicolay diantar pendeta pulang ke rumahnya. Menir Hansen terkejut melihat kedatangan putra tertuanya.

"Nico, Apa kabar nak, kamu datang tidak beri kabar dulu sama Papa" Ah, kamu sudah dewasa dan tampan sekarang, maafkan Papa belum sempat berkunjung ke Batavia, kamu tahu sekarang sedang tidak aman, sering ada perampokan di kereta."

"Tidak apa-apa, saya bisa maklum dengan kesibukan Papa disini, Lagipula di Batavia juga sedang tidak aman. Saya datang kesini dengan pengawalan ketat dari tentara."

"Pemerintah kita sedang sibuk menghadapi pemberontakan dimana-mana, dan ada banyak biaya untuk perang." Nicolay sangat faham situasi yang terjadi, tapi sebagai dokter dia hanya fokus untuk menyelamatkan jiwa manusia demi kemanusiaan.

Ayah dan anak itu saling melepas Rindu lalu mengobrol bertiga dengan pendeta di beranda sementara itu Warsih menghidangkan kopi dan makanan ringan untuk mereka.

"Siapa pelayan cantik itu Papa?" sepertinya dia berbeda?" bersih, rapi, wangi. Apa dia benar pelayan disini?" Nicolay penasaran dengan Warsih, menurutnya wanita tiga puluh tiga tahun itu lebih pantas menjadi permaisuri raja Jawa daripada seorang pelayan.

"Anak muda hati-hati dengan pandangan matamu wanita itu punya Papa!" jangan coba ganggu-ganggu dia. Lagipula Warsih lebih tua sembilan tahun darimu Nico, jadi kamu lebih pantas dengan Nancy, Magdalena, atau putri Patricia. Menir Hansen khawatir dengan selera putranya yang unik.

"Hahaha.. hahahaha"

"Saya justru khawatir dengan selera kalian berdua, pantas saja Menir Hansen menolak jabatan menteri di kerajaan, rupanya Jawa lebih indah dari Nederland". Pendeta berolok-olok dengan selera wanita, Ayah dan anak itu.

Nicolay memalingkan pandangannya ke halaman rumah ketika Laksmi melintas sambil berdendang lagu berbahasa Belanda yang diajarkan oleh suster di sekolah.

"Ini pasti cocok dengan saya Papa" gumam Nicolay terpesona melihat Laksmi yang bernyanyi menuju dapur. "Gadis itu tinggal disini?" siapa dia Papa?" saya suka dengan gadis cantik itu!" Nicolay berdiri dari tempat duduknya mengikuti kemana suara Laksmi menghilang.

Menir Hansen dan Pendeta Fredrick geleng-geleng kepala melihat perilaku dokter muda itu. Dia begitu terus terang kepada Papanya. Nicolay bahkan tidak perduli jika Menir Hansen akan menentang seleranya.

"Hey anak muda dengar sini, Papa mau bicara!" kamu jangan macam-macam dengan Laksmi dia sudah seperti anak Papa, selayaknya Lasmi seperti adik bungsumu Nico, kasihan anak Warsih itu, dia tidak tahu siapa Ayahnya."

Menir Hansen menceritakan sedikit kisah pertemuannya dengan Warsih. Bagaimana seorang gadis tujuh belas tahun berkeliaran di jalan saat hujan deras dengan perut besar yang siap melahirkan.

Menir Hansen dan Pendeta yang menaruh iba lalu menampung Warsih dirumahnya. Beberapa hari kemudian dia melahirkan bayinya di rumah itu. Laksmi nama yang diberikan oleh Warsih, tanpa nama ayah, atau marga dibelakangnya.

Sejak digauli paksa seorang prajurit Belanda, Laksmi dibuang oleh keluarganya. Dia aib untuk orang tua dan warga desa. Itu sebabnya dia jadi lontang-lantung di jalan, hidup mengharap belas kasih orang.

Mendengar kisah hidup Warsih Nicolay jadi geram malu pada bangsanya sendiri. "Papa saya mau Laksmi jadi istri saya, dan Bapa tolong nikahkan kami." Tiba-tiba saja kata itu terlontar dari mulut Nicolay.

"Waw.. tenang anak muda kamu tidak bisa ambil keputusan dengan emosi, nanti kamu akan menyesal" Ucap Pendeta meredam keinginan Nicolay.

"Bapa Pendeta benar nak, lagipula kita tidak tahu apa Warsih dan Laksmi akan setuju, mereka orang Pribumi". Menir Hansen bicara dengan bijak kepada Nicolay.

Hari itu juga Nicolay memutuskan untuk merebut hati Warsih dan putrinya. Tekadnya Bulat ingin menikahi Laksmi apapun yang terjadi. Dia bahkan tidak takut bila Ratu Belanda yang adalah neneknya akan menghapus Nicolay dari daftar nama Bangsawan kelas satu di negerinya.

Januari 1940

Nicolay memutuskan mengabdikan diri sebagai dokter di Karisidenan Malang. Dia memilih jadi dokter disana, ketimbang menuruti keinginan Ibu dan adik-adiknya untuk pulang ke Belanda.

Hati Nicolay sudah terpaut di kota kecil itu.

Laksmi adalah alasan utama Nicolay tetap bertahan mengabdikan diri di kota kecil sepi itu. Hari-harinya dihabiskan dengan melakukan pelayanan kesehatan, bagi warga Belanda dan warga pribumi. Dalam pandangan mata seorang dokter Nicolay jiwa manusia sama dihadapan kemanusiaan, tidak perduli ras dan agama.

Kebaikannya tersohor seantero kota, bahkan sampai, Surabaya, Bandung dan Batavia. Berkat dirinya banyak pribumi yang memeluk Agama yang disebarkan pendeta.

Laksmi sudah berusia tujuh belas tahun dia makin matang, dan pribadinya yang sopan membuat pria dari kalangan ningrat, mulai memperhatikan gadis cantik blasteran Jawa, Belanda itu.

Dia mulai jadi bahan perbincangan, mulai dari kelas buruh, mandor, ningrat, sampai dengan kalangan perwira militer Belanda semua sibuk bergosip soal kecantikan Laksmi.

Adalah Seorang Raden Mas Siswono Patmo Diharjo, putra seorang Adipati yang terpesona dengan kecantikan Laksmi. Dia bersikukuh untuk menjadikan Laksmi sebagai selirnya. Dia sering menetap di Malang hanya untuk melihat gadis itu.

Tapi sayangnya Laksmi sudah memiliki pilihan hatinya sendiri. Kebaikan hati Nicolay kepada dia dan Ibunya menjadikan dokter muda itu punya ruang khusus dalam hati Laksmi.

Usai menempuh pendidikan di sekolah khusus warga Belanda, Laksmi membantu Nicolay melakukan pelayanan kesehatan. Semakin hari mereka semakin dekat.

"Laksmi hari ini kita akan ke rumah Raden Hartomo, tolong bawa tas saya ke kereta kuda, kamu tunggu saja di dalam sebentar, nanti saya akan menyusul!" Nicolay membereskan kotak peralatan medis, kemudikan bergegas naik kereta kuda.

Sepanjang jalan Nicolay menatap wajah Laksmi yang selalu menunduk dan terlihat kaku bila sedang bersama Nicolay. "Laksmi kamu kenapa?" Saya bukan setan, jadi bersikaplah yang wajar saja" pinta Nicolay.

"Ba..Baik Tuan Nico" ucap Laksmi sambil meremas gaunnya. Dia benar-benar gugup bila bersama Nicolay.

"Panggil saya Nico saja Laksmi, tidak usah pakai Tuan, lagipula kamu bukan orang lain untuk saya" Nicolay berusaha menetralkan keadaan.

Tiba-tiba saja kuda meringkik dengan keras, Nicolay menengok keluar dari jendela kereta untuk melihat yang terjadi di luar sana" Kusir ada apa?" kenapa berhenti?".

"Anu ..anu Tuan Nico di depan ada perampok" ucap kusir itu terbata-bata. Nicolay mengambil pedang dalam peti dan menyelipkan pistol di pinggang, berniat untuk turun dari Kereta.

Laksmi menarik tangannya, agar tidak turun. "Jangan Nico, bahaya kalau kamu melawan mereka sendiri, tolong sebaiknya kita mundur dan lari saja dari sini" Ucap Laksmi melarang Nicolay.

Nampak ketakutan di wajah Laksmi, namun Nicolay tetap saja turun."Kamu tenang Laksmi saya juara bermain pedang di Belanda" Nicolay tersenyum manis lalu turun dari kereta kuda.

"Ada apa kamu orang menghadang perjalanan kami?" menyingkir sekarang atau peluru pistol ini akan menembus dada kalian berlima!". Nicolay coba menggertak, tapi lima pria yang menutupi wajahnya dengan kain malah tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha.. hahahaha, cuih..!" kompeni edan seorang pria tanpa topeng keluar dari balik pohon sambil meludah ke arah Nicolay.

"Kamu serahkan Laksmi pada kami atau kalian akan mati di jalan ini" Ucap pria itu dengan angkuhnya.

"Door..door... dor"

Letusan pistol Nicolay mengenai dua orang perampok yang akan menculik Laksmi. Empat orang lainnya langsung mengamuk karena dua temannya terluka. "Mati kau pirang" mereka menyabetkan golok secara serentak ke arah Nicolay.

"Blep..bleb..bleb"

Tiga sabetan golok mendarat di lengan kiri dan perut Nicolay, darah mengucur deras dari luka yang menganga, tapi Nicolay tidak surut, dia terus mengadakan perlawanan.

"Stop!!"

Laksmi turun dari kereta, sambil memegang gunting ditangan kanannya. "Jika kalian maju lagi aku akan bunuh diri" ancam Laksmi sambil menempelkan ujung gunting di lehernya.

"Waduh celaka, bagaimana ini kang?" Raden Siswono pasti akan marah pada kita kalau Laksmi sampai terluka. Bisa-bisa kita batal dibayar kang".

Empat orang itu berpikir sejenak, mereka tidak ingin gagal dalam tugas, tapi juga tidak mau sampai Laksmi terluka. Akhirnya mereka menyusun siasat, berpura-pura pergi dari tempat itu.

"Nico kamu tidak apa-apa?" apa itu sakit?" bagaimana sekarang?" apa yang harus saya lakukan Nico?" Laksmi begitu panik, dia bingung lalu berlari ke dalam kereta untuk mengambil kotak obat.

Begitu dia akan turun empat orang perampok itu langsung menyergap dan memegang kedua tangan Laksmi. Kusir kuda yang awalnya hanya diam ketakutan akhirnya memberanikan diri untuk melawan semampunya.

Nicolay yang sedang terluka, melakukan serangan sekuat tenaga, tapi sayang dia akhirnya roboh karena terlalu banyak mengeluarkan darah.

Laksmi di seret masuk dalam kereta, untuk dibawa kehadapan Raden Siswono. Laksmi terus meronta mengadakan perlawanan, dan tiba-tiba "door..door" dua orang yang menarik tangan dan rambut Laksmi jatuh di tanah.

Welly menembak kepala dua orang perampok dengan senapan, sedangkan dua yang tersisa akhirnya melarikan diri karena Magdalena siap membuat lubang di dada mereka.

Laksmi berlari memeluk Magdalena sambil menangis tersedu-sedu. "Heh.. Laksmi hati-hati ini gaun mahal kamu jangan bikin kotor ya!"

Sudah diam jangan cengeng, lebih baik kamu urus dokter tampan itu, saya tidak suka wajah tampan itu mati sia-sia!" Magdalena lantas menyeka air mata Laksmi dengan saputangan, sedang Welly memapah Nicolay yang nyaris pingsan.

"Kusir kamu bisa bawa kereta?" kalau tidak bisa biar saya bawa!" Welly menawarkan diri untuk membawa kereta kuda keluarga Hansen.

"Tidak tuan saya bisa" kata si kusir kemudian memutar balik kereta kuda, sementara Welly dan Magdalena mengawalnya dari belakang. Dalam kereta Laksmi sibuk menggunting gaunnya untuk membalut luka Nicolay. Dia benar-benar bingung harus melakukan apa saat itu.

Nicolay yang lemas karena kehilangan banyak darah tersenyum tipis melihat wajah gadis pujaannya terlihat bingung dan menangis.

Sampai di rumah Menir Hansen langsung menyuruh pelayan memanggil perawat di klinik sekolah untuk segera mengobati putranya. Dengan marah yang meluap dia meminta kapten Tomas untuk memburu pelaku.

Ekstrimis bang**t, beraninya dia menyerang anggota kerajaan, buru dan siksa manusia itu jangan sampai dia mati terlalu cepat. Mereka harus bayar apa yang dilakukannya kepada Nico!"

Kemarahan Menir Hansen memuncak, dia mengadakan sayembara untuk menangkap dua orang pelaku yang telah menyerang putranya. Dan tidak butuh waktu lama dua pelaku langsung tertangkap.

Mereka berdua mendapatkan hukuman di dalam penjara sampai akhirnya seminggu kemudian meregang nyawa di hadapan regu tembak.

Selama satu Minggu itu, Laksmi tak berhenti merawat Nicolay, benih cinta diantara mereka bersemi. Keduanya saling jatuh cinta, tapi malu untuk saling bicara.

Mereka hanya mengungkapkan rasa lewat gesture dan perhatian. Hati Nicolay sudah mantap untuk meminang Laksmi jadi istrinya apapun resikonya.

"Laksmi saya cinta sama kamu, kalau boleh saya akan meminang kamu kepada Ibu Warsih.

Bagaimana Laksmi?" Apa kamu bersedia?" tanya Nicolay.

"Maaf Nico, ini bukan perkara mudah untuk saya menjawab. Berikan saya waktu agar bisa memikirkan ini." Laksmi meninggalkan kamar Nicolay tanpa mengatakan apa-apa.

Malam itu, Laksmi berdiskusi dengan Warsih tentang lamaran Nicolay. "Ibu sebenarnya tidak keberatan dengan lamaran Tuan muda, tapi banyak perbedaan diantara kita nak. Kamu pribumi dan Muslim, sedang beliau adalah Bangsawan Belanda yang berbeda keyakinan dengan kita. Kalau bisa kamu cari pria pribumi saja".

Mendengar jawaban Ibunya tentang lamaran Nicolay, Laksmi jadi patah hati. Dia bingung menghadapi situasinya. Hatinya terlanjur jatuh cinta, tapi Ibunya sepenuhnya benar. Mereka akan sulit untuk bersatu.Terlalu banyak pengorbanan yang harus dilakukan untuk menyatukan cinta mereka.

Keesokan harinya Laksmi tidak berani masuk ke kamar Nicolay dia lebih memilih pergi ke sungai dimana dia dan Magdalena biasa menghabiskan waktu.

"Kamu kenapa diam disini Laksmi?" Suara Magdalena mengejutkan Laksmi yang saat itu sedang termenung seorang diri.

"Saya sedang Bingung Magdalena, Nicolay melamar, tapi kamu tahu kan saya ini siapa?" hanya anak pelayan yang menumpang hidup dari keluarga Menir Hansen.

"Ya saya tahu kamu perempuan rendah, kamu pelayan, inlander, lalu apa?" kamu juga manusia sama dengan saya. Matamu biru, rambutmu pirang, kulitmu juga putih, hanya sedikit saja berbeda."

"Kalau dokter Nicolay cinta, dia akan terima kamu apa adanya seperti saya mencintai Welly walaupun dia bangsawan kelas dua." Ujar Magdalena.

Ucapan Magdalena menginspirasi Laksmi, dia memeluk Magdalena, seraya berterima kasih kepadanya. Laksmi mencium kening sahabat karibnya itu lalu pulang dengan hati yang lega.

Di rumah Nikolay, Warsih, dan Menir Hansen sudah menunggu Laksmi. Dia bingung melihat wajah-wajah tegang mereka. "Maaf Menir Hansen, tuan Nicolay, dan Ibu, ada apa ini kenapa semua orang begitu serius?" Apa saya melakukan kesalahan lagi?" tanya Laksmi dengan wajah pucat.

"Tidak apa-apa Laksmi kemarilah nak, duduk dekat Menir. Kami sedang membahas tentang lamaran Nicolay. Bagaimana menurut mu sayang?"

"Menir sudah berlaku baik kepada kami selama ini. Laksmi dan Ibu, berhutang Budi kepada Menir. Tapi kalau boleh saya ingin mengajukan sebuah permintaan saja".

"Hanya sebuah?" mintalah lebih banyak nak, saya akan mengabulkan selagi wajar." Ucap Menir Hansen menantang.

"Saya bersedia menikah dengan Tuan Nico asal dengan tata cara agama yang saya anut." Menir Hansen terkejut mendengar ucapan Laksmi, wajahnya merah, keningnya berkerut.

"Ini tidak mungkin Laksmi, Nicolay sudah rela kehilangan hak istimewa sebagai bangsawan kelas satu, dan kamu minta dia untuk keluar dari pergaulan sosial?" Itu tidak adil Laksmi!"

"Tidak apa-apa Papa saya bersedia, menuruti Laksmi, yang terpenting kami bahagia." Ucapan Nicolay membuat Menir Hansen marah, tapi dia tidak ingin membuat anak sulungnya kecewa.

Laksmi bersimpuh di lutut Menir Hansen, dia meminta restu dari Ayah asuhnya itu. Menir Hansen menghela nafas panjang, dia tahu benar jika menyetujui pernikahan ini artinya siap untuk dikucilkan.

"Baik saya memberikan restu, tapi ingat tidak ada acara pesta pernikahan disini!".

"Terima kasih Papa."

Nicolay memeluk Menir Hansen penuh haru. Seminggu kemudian tepatnya, tanggal 31 Januari 1940, Nicolay dan Laksmi resmi menjadi pasangan suami istri dengan acara sederhana dan tertutup.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!