Gabry Noela nama seorang wanita berusia tiga puluh tahun yang berprofesi sebagai tentara. Gabry adalah yatim piatu, ia tinggal dia area perbatasan negara yang sering kali di jadikan landasan perang. Kedua orang tuanya meninggal ketika ia berusia delapan tahun, dan Gabry harus bertahan hidup sendiri. Sejak saat itu Gabry hanya bisa hidup dengan bersembunyi dan lari sepanjang waktu. Tak ada yang dapat menolong atau melindunginya karena semua orang hanya dapat memikirkan diri mereka sendiri. Pada saat Gabry berusia lima belas tahun, ia hampir terbunuh oleh serangan bom pada saat pembagian makanan untuk para pengungsi.
Beruntung pada saat itu, Gabry selamat karena tertimbun oleh mayat para pengungsi dan imigran. Para tentara yang di tugaskan untuk mengevakuasi para korban, menemukan Gabry tertimbun tumpukan mayat. Dan sejak saat itu Gabry tinggal di kamb militer. Dia menjadi anak angkat dari salah seorang tentara. Tentara yang menjadi Ayah angkat Gabry melatih Gabry cara bertarung agar dapat melindungi dirinya. Gabry begitu menyayanginya, menurutnya Ayahnya adalah orang yang hangat dan penuh kasih sayang. Gabry selalu mematuhi perintah sang Ayah. Hingga pada saat para tentara dari medan perang kembali, Gabry tak menemukan sosok yang dia tunggu.
“ Dimana Ayah? “ Tanya Gabry pada seorang tentara yang adalah teman sang Ayah. Wajah Gabry penuh dengan kecemasan,ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada orang yang sangat ia cintai. Dimedan perang apapun bisa terjadi dan kemungkinan terburuk adalah kematian.
Lidah tentara itu keluh, ia tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya. Karena tak sanggup mengatakan hal tersebut, ia menggandeng tangan Gabry dan membawanya untuk melihatnya sendiri. Saat sampai mata Gabry terbuka lebar dan tangannya mengepal kuat. Di hadapannya mayat berjajar rapi. Dan salah satunya adalah Ayahnya. Hatinya terpukul, matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, tubuhnya gemetar tak karuan. Kemungkinan terburuk yang ia bayangkan terjadi. Tak percaya dengan apa yang menimpa Ayahnya, Gabry menangis histeris sambil memeluk mayat sang Ayah. Para tentara hanya bisa menatap diam,mereka juga sedih dengan meninggalnya rekan mereka.
Dua tahun setelahya, Gabry resmi bergabung menjadi tentara militer dan mendapatkan posisi kolonel. Perang dengan negara musuh yang telah menewaskan Ayahnya masih berlangsung. Gabry berjanji pada dirinya sendiri untuk membalas dendam kematian sang Ayah.
“ Kolonel. Jendral memanggil anda “ Gabry mengangguk, lalu melangkah keluar untuk menemui Jendral. “ Jendral “ Panggil Gabry. “ Oh kau sudah datang, duduklah ada yang ingin ku bicarakan denganmu “ ucap Jendral itu. “ Aku akan mengirimu untuk memberekan wilayah barat, kuharap kau kembali dengan selamat “ Gabry mengangguk, walau ia tak begitu yakin dapat kembali dengan utuh karena wilayah bagian barat saat ini adalah area yang brbahaya.
Pada malam harinya, Gabry dan pasukannya menuju ke wilayah barat. Dan sebelum matahari terbit pasukan Gabry telah sampai di titik yang telah di tentukan. Gabry bertekat untuk membunuh musuhnya kali ini, ia akan membalaskan dendam sang Ayah. Saat berhasil membunuh para musuh Gabry tersenyum senang, ia berhasil membalas dendam untuk sang Ayah.
Namun, pasukan bantuan musuh tiba dan melancarkan serangan. Ledakan bom yang kuat membuanuh semua orang, termasuk Gabry sendiri. Namun, jika harus mati sekarang ia tak menyesal. Gabry hanya berharap dia dapat menemui sang Ayah lagi. Ia ingin tertawa bersama sang Ayah dan hidup dengan tenang hanya dengan Ayahnya. Gabry tidak ingin yang lain, ia hanya ingin bersama Ayahnya. Hanya itu.
Tubuhnya terasa mati rasa, pandangannya buram dan kepalanya sangat sakit. Gabry hanya tersenyum, mengingat semua kenangan dengan sang Ayah, dan itulah ingatan yang paling indah.
‘ Ayah aku harap dapat bertemu denganmu lagi setelah kematian. Aku sangat menyayangimu ‘ dan setelahnya mata Gabry tentutup.
Maaf kalau banyak typo
Jangan lupa like yaa
Saat membuka mata, suasana nampak berbeda. Ruangan mewah dengan dekorasi abad pertengahan. Gabry dengan ragu mengulurkan tangan kirinya, dan dengan hati-hati menggerakannya. Berganti menyentuh wajahnya lembut dan hangat. Lagi, dia mengulurkan kedua tangannya lalu menggerekannya. Semua normal, tak ada rasa sakit yang seharusnya terasa. Namun mengapa tangannya menjadi kecil? Mengapa kulit wajahnya halus, dimana bekas lukanya? Apa dia selamat lalu melakukan operasi plastik karena wajahnya hancur? Banyak pertanyaan muncul di kepala kecilnya.
Tak lama seorang pelayan masuk dengan membawa baskom air. Pelayan tersebut nampak terkejut, baskom yang ia pegang terjatuh. “ Nona… NONA SUDAH SADAR “ teriak pelayan itu berlari keluar. Gabry semakin bingung dengan apa yang terjadi. Lalu segerombolan orang masuk ke dalam. Dokter memeriksanya dan dengan senang mengatakan bahwa dia sudah sehat “ Nona sudah pulih, semua normal dan baik-baik saja “ setelah itu mereka keluar dan hanya menyisakan beberapa pelayan yang membantunya untuk membersihkan diri. Setelah semua, para pelayan undur diri dan menyisakan dirinya sendiri agar dapat beristirahat.
Kepalanya berdenyut. “ Apa yang sedang terjadi “ jujur saja Gabry bingung. Sangat bingung dengan apa yang sedang terjadi sekarang. Ingin rasanya bertanya, tapi pada siapa. Namun, tiba-tiba kepalanya terasa seperti terbelah. Ingatan asing muncul dan suara asing berdengung di telinganya. Tak tahan dengan rasa sakitnya, Gabry terbaring tak sadarkan diri. Hal itu berulang beberapa kali hingga tanpa ia sadari hari sudah gelap. Saat matanya kembali terbuka, Gabry menangis dengan tubuh gemetar. Ingatan yang ia terima mempengaruhi perasaannya. Gabry terus menangis hingga ia terdidur.
Saat matahari terbit Gabry terbangun dan tak lama para pelayan masuk dan membersihkannya. Setelah berganti pakaian Gabry berniat untuk berjalan-jalan di sekitar. “ Aku ingin jalan-jalan “ pelayan yang mendengar mengangguk dan berniat menemaninya, namun Garbry menolak.
Walau Gabry belum pernah dan tak tau seluk beluk istana ini sebelumnya, sekarang ia tau dengan jelas berkat ingatan yang ia dapat semalam. Sampai di taman Gabry duduk di bawah pohon besar yang rindang, menikmati angina segar. Matanya tertutup dan membiarkannya mengingat ingatan semalam dengan jelas. “ Apa keinginan terakhirku begitu berat? Aku hanya ingin hidup bersama Ayah “ matanya terbuka dan menatap langit cerah di ataasnya. Sekarang ia bereinkarnasi menjadi putri duke yang malang. Setelah mendapat ingatan kemarin, Gabry merasa agak familiar dengan itu. Tiba-tiba ingatanya tertuju pada buku cerita yang di berikan Ayahnya saat berusia tiga belas tahun.
Sedikit bergidik mengingat alur cerita tersebut. Nama dari tubuh ini adalah Audrey, dia putri duke dan duchess. Keluarga mereka awalnya harmonis dan sangat bahagia. Namun, pada saat Audrey berusia dua belas tahun duchess meninggal karena sakit. Dan perlahan sikap duke mulai berubah dingin padanya. Di tambah tak lama setelahnya duke menikah kembali dengan bangsawan kelas rendah yang seorang janda. Setelah menikah kembali semua hal semakin dan semakin buruk. Keberadaannya seakan terhapus, apalagi setelah wanita itu melahirkan anak dari duke. Seketika anak itu menjadi seperti kebanggaan keluarga ini, dan di perlakukan seperti malaikat. Ya dia yang akan menjadi protagonis dalam cerita ini.
“ Menyebalkan “ keluh Gabry yang sekarang menjadi Audrey. Tapi dia harus bersyukur karena saat ini adalah dua tahun sebelum duchess meninggal, jadi dalam waktu itu Gabry harus bisa mengubah takdir Audrey yang malang. Saat bangkit dari duduknya, seorang wanita cantik menghampirinya lalu memeluknya. “ Sayang kenapa duduk di bawah kau bisa kotor “ Audre menatapnya dan tak segan memujinya “ Ibu sangat cantik hari ini “. Wanita itu tersenyum manis, putri kecilnya memujinya oh betapa manisnya itu. “ Kau juga sangat cantik sayang, nah sekarang waktunya makan. Ayah menunggu kita ayo “
Dimeja makan duduk pria berambut perak dan menatap mereka dengan senyuman. Audrey duduk di sisi kanan dan Devina ibu Audrey duduk di sisi kiri. “ Audrey hadiah apa yang kau inginkan untuk ulang tahunmu bulan depan “ tanya Jefford Ayah Audrey. Audrey diam, hatinya diam-diam merasa senang dengan perhatian yang di berikan Jefford padanya, ini semua karena perasaan Audrey asli mempengaruhinya. “ Aku belum tau “ Audrey harus memikirkannya dengan baik, agar hadiah tersebut berguna untuknya. Jefford mengangguk dan mereka melanjutkan makan.
Pada siang harinya Audrey duduk diam membaca buku di perpustakaan, dengan seorang guru etiket di hadapannya. Seingat Audrey guru ini bukanlah orang baik. Walau tak menyakiti Audrey secara fisik, wanita yang menjadi gurunya ini tak mengajarkan hal dengan benar. Dan lagi di masa depan wanita ini akan berada di pihak Cassandra. Jadi, rencana Audrey akan menyingkirkan wanita ini dan mengganti gurunya. “ Kelas hari ini selesai sampai sini “ ucap Audrey bangkit dari duduknya.
“ Nona, saya belum mengatakan kelas selesai. Jadi, kembali ke tempat duduk anda “. Audrey tersenyum remeh, kelas etiket tapi hanya di suruh membaca buku bahkan tanpa di suruh Audrey bisa membaca sendiri. “ Aku lelah dan ingin istirahat, jadi silahkan keluar kelas selesai hari ini “ ucap Audrey lagi. Guru etiket Audrey, Miss Jessy tidak senang dan dengan sengaja melempar buku kearah kepala Audrey. Bukk.
“ Maaf saya tidak sengaja nona. Tapi sepertinya etika anda sangat buruk, anda tidak sopan kepada guru anda dan mengusirnya keluar. Saya kecewa anda tidak mempelajari etika dengan baik. Jika duke dan duchess tau bahwa etika anda sangat buruk, mereka pastinya malu memiliki putri seperti anda “ Miss Jessy tersenyum mengejek. Audrey adalah tipikal anak yang penakut dan penurut. Walau selalu di manjakan oleh duke dan duchess tetap saja Audrey anak yang rendah diri.
Tapi sayang itu bukanlah Audrey yang sekarang, setelah Gabry mengambil alih jelas sifat yang buruk itu akan hilang. “ Miss Jessy, anda adalah guru etika tapi etika anda sangat buruk. Perlu di pertanyakan bagaimana anda bisa mendapat gelar seorang guru “ Audrey menatap tepat di mata Miss Jessy. Miss Jessy agak terkejut dengan keberanian Audrey saat ini “ Apa maksud anda nona. Saya yang merasa malu memiliki murid bodoh seperti anda “. Audrey senang dengan perkataan itu “ Nah kalau kau malu memiliki murid sepertiku, maka selamat kau di pecat. Kau tidak akan lagi mengajar anak bodoh sepertiku lagi, silahkan keluar dan jangan datang lagi “ Audrey tersenyum ramah.
Miss Jessy kesal dan berniat memukul Audrey “ Coba pukul jika anda sudah bosan dengan hidup anda sekarang Miss “ Audrey masih diam di tempat melihat tangan Miss Jessy kaku di udara. Miss Jessy keluar dengan wajah merah padam meninggalkan istana duke.
“ Ayah “ panggil Audrey di depan ruang kerja duke, lalu masuk ke dalam. Jefford mengalihkan pandangannya dari tumpukan kertas dan menghampiri Audrey. “ Apa yang kau butuhkan “ tanya Jefford. “ Aku ingin mengganti beberapa guruku saat ini “ duduk di pangkuan Jefford. “ Kenapa tiba-tiba apa ada sesuatu yang terjadi ? “ Audrey menggeleng “ Hanya ingin mencari guru yang lebih baik “ Mendengar jawaban Audrey Jefford mengangguk, selama untuk kebaikan purti semata wayangnya ia akan memberikan semuanya.
“ Ayah “ panggil Audrey. Jefford menatapnya seolah menunngu Audrey mengatakan seuatu. “ Apa Ayah akan selalu menyayangiku? “ tanya Audrey, jujur saja pertanyaan itu keluar begitu saja tanpa Audrey inginkan. “ Apa maksudmu? Tentu saja Ayah akan selalu menyanyangi putri Ayah yang cantik ini “ Jefford mengusap pucuk kepala Audrey. Tiba-tiba mata Audrey panas, ia juga mengingat Ayahnya di kehidupan sebelumnya. Marcel, Ayah Gabry juga akan menjawab dengan jawaban yang sama saat Gabry menanyakan pertanyaan itu. Mengingat hal itu Audrey menangis di pelukan Jefford. Jefford bingung namun tetap menenangkan Audrey. ‘Ayah aku merindukanmu ‘ batin Audrey.
‘ Jika… jika Ayah juga mengalami hal yang sama akankah kita bertemu? Aku akan melakukan apapun jika bisa bertemu denganmu lagi ‘ Audrey sangat ingin bertemu dengan Marcel, ia rela jika harus mati lagi hanya jika bisa bertemu dengan Ayahnya. “ Hei berhenti menangis, tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan mu di hati Ayah Audrey “ ucap Jefford menenangkan Audrey. Bukannya tenang Audrey semakin menangis. Pasalnya ucapan Jefford sama dengan apa yang di ucapkan Marcel saat menenangkan Gabry. ‘ Ayah apa ini Ayah? ‘ Namun, Audrey menyangkalnya dan menganggap itu semua sebuah kebetulan. Audrey berhenti menangis dan mengusap matanya yang bengkak.
“ Sudah? “ Jefford membantu Audrey mengusap matanya. “ Ayah kau harus berjanji akan selalu menyanyangiku “ Audrey menatap tepat di mata Jefford. Dan Jefford mengangguk sebagai jawaban, lalu mengusap pucuk kepala Audrey.
Maaf kalau banyak typo
Jangan lupa like yaa
Keesokan harinya Audrey duduk di sofa ruang kerja Jefford untuk membaca daftar guru baru. Ada lebih dari dua puluh daftar dan Audrey hampir tidak tertarik sama sekali. Dia butuh setidaknya lima orang guru untuk mengajar. Namun, daftar nama-nama guru yang ada di tangannya sembilan puluh persen adalah nama orang yang akan berpihak pada Cassandra atau Clara di masa depan. Tidak mungkin Audrey mengambil resiko yang sudah jelas akan menjadi penghambat baginya di masa depan.
“ Ayah apa hanya mereka yang ada? “ Audrey menatap Jefford penuh harap semoga ada guru lain yang cocok untuknya. “ Hanya itu guru terbaik yang ada, apa kau tidak suka? “ Audrey mengangguk, jelas dia tidak suka dengan mereka. Audrey berusaha mengingat tokoh dalam cerita yang akan berpengaruh di masa depan. Menjalin hubungan baik dengan mereka akan menguntungkan. Sebenarnya ada satu guru dalam daftar yang masih bisa Audrey manfaatkan, dia adalah Baplo. Guru etika dan sejarah yang terkenal tegas dan galak. Di masa depan Baplo memang akan berpihak pada Cassandra, karena terkesan dengan kepintaran Casaandra.
Namun, jika Audrey bisa membuatnya berada di pihaknya itu akan sangat menguntungkan Audrey. Baplo dapat membantunya menjadi bunga sosialita. ‘ Tapi aku ingin menjadi ksatria, lupakan masalah itu mendapatkan Baplo lebih penting sekarang. Untuk sementara menjadi bunga sosialita juga akan menguntungkan. Lagi pula di usiaku sekarang tidak mungkin menjadi ksatria ‘ Audrey mengangguk mantap. “ Ayah aku akan mengambil dia sebagai guruku “ menyerahkan data milik Baplo. Jefford mengangguk dan mengusap pucuk kepala Audrey.
Pada sore hari Audrey berjalan-jalan sendiri di taman dan duduk di bawah pohon seperti kemarin. Tak lama ia tertidur dan di bangunkan oleh Ibunya. “ Kebiasaan baru apa ini? Tidur di bawah pohon? “ Audrey tersenyum dan meminta Ibunya untuk duduk di sampingnya. Perasaan asing muncul di hatinya, ini pertama kalinya ia memiliki Ibu. Saat menjadi Gabry bahkan ia tak ingat wajah orang tua kandungnya. Menurutnya hanya Marcel keluarganya. Diberi kesempatan memiliki Ibu, Audrey tidak keberatan. Namun, mengingat nasib wanita di sampingnya yang akan mati dua tahun lagi Audrey hanya bisa menatap sayu pada Devina. Akankah ia juga bisa mengubah takdir Devina? Menurutnya mustahil mengubah seluruh plot cerita. Jika Devina masih hidup di masa depan, maka apa Angela dan Cassandra tak akan datang? Akankah Jefford masih akan jatuh cinta pada Angela jika Devina masih hidup? Apakah Clara masih akan lahir? Apa akan terjadi bencana jika plot beruba? Banyak pertanyaan muncul di kepala Audrey saat ini.
Devina menatap Audrey yang melamun lalu memanggilnya “ Sayang kenapa melamun “ Audrey tersadar dan hanya menggeleng sambil tersenyum. “ Bu, menurutmu apa bisa mengubah takdir? “ Devina menatap langit cerah di depannya sambil tersenyum “ Entahlah. Ibu juga tidak tau, takdir sudah ada sejak kita lahir. Dan tak ada yang tau apa yang akan terjadi di masa depan. Bukankah akan lebih baik jika kita menjalani hidup yang ada dengan baik? “ Audrey diam ‘ Jika kau tau apa yang akan terjadi padamu dua tahun lagi… apa pikiranmu masih sama? ‘ batin Audrey. Lelah memikirkannya Audrey mengajak Devina untuk masuk ke dalam dan memikmati teh sambil bermain piano. Devina setuju dan membawa Audrey keruang musik.
Keesokan harinya, Baplo guru baru Audrey datang dan siap mengajar. Tapi sebelum resmi mengajar Baplo ingin mengetes pengetahuan Audrey tentang etika dan memberi beberapa pertanyaan. Audrey setuju dan telah mempersiapkannya. Saat Baplo melihat etika Audrey, Baplo merasa itu cukup lalu melanjutkan dengan tes pelajaran sejarah. Memberi pertanyaan Audrey dan semua berhasil di jawab dengan benar. Baplo cukup terkesan dengan pengetahuan Audrey. Di usianya yang masih seulupuh tahun, bisa di katakan pengetahuannya cukup luas dan mengesankan.
“ Pengetahuan anda cukup luas untuk anak seusia anda “ puji Baplo. Mendengar itu Audrey senang dan berterima kasih dengan pujian Baplo. Ingat Baplo bukan tipe orang yang suka merendah, dan lebih menyukai seseorang yang lebih mengakui kemampuannya ketimbang bersikap rendah diri. Itu juga salah satu alasan di masa lalu Baplo tidak menyukai Audrey karena sifatnya yang rendah diri. “ Guru saya harap anda akan menjadikan saya lebih baik lagi “ Baplo mengangguk yakin kemudian melanjutkan pelajaran. ‘ Sudahku duga, Baplo adalah guru yang tepat. Dia tegas dan berpengetahuan luas, bagus jika dia terkesan dan memiliki kesan pertama yang baik tentangku ‘ Audrey diam-diam tersenyum mengetahui pilihannya memilih Baplo sebagai guru adalah pilihan yang tepat.
Beberapa hari semua berjalan lancar, Audrey juga berhasil membuat Baplo terkesan dengannya. Semuanya damai untuk saat ini. Namun, mengingat waktu berjalan dengan cepat Audrey tidak bisa terus bersantai. ‘ Tidak ada yang menjamin kalau duke akan menyayangiku di masa depan saat wanita itu tiba. Sebaiknya aku mulai mempersiapkan kekuatan yang cukup dalam sisa waktu yang ada ‘ Audrey bersiap untuk menghadiri pesta minum teh dengan anak sebayanya. Awalnya ia merasa itu tak penting, namun Audrey ingat ada seorang anak yang akan membangkitkan kekuatan suci yang kuat. Dan akan menjadi pilar sekaligus kebanggaan kekaisaran.
Dari yang Audrey tau dia adalah anak Marquess, memiliki mata perak keemasan dan rambut platinum. Tidak sampai dua tahun kekuatannya akan bangkit. “ Jika bisa berteman baik dengannya akan sangat bagus untukku. Dari yang aku baca di buku juga, kekuatan suci dapat membantu mempercepat kebangkitan orang lain. Sebelum dua tahun aku harus bisa membangkitkan kekuatan, karena dalam cerita Audrey tidak dilahirkan dengan kekuatan magis maupun suci dan akan menjadi sampah “ Tak lama kereta berhenti di depan gerbang kediaman Marquess.
Audrey berjalan menuju taman dimana pesta teh di adakan. Menyapa beberapa anak sebayanya dan segera matanya mencari keberadaan anak tersebut. ‘ Bingo ‘ Audrey berjalan mendekat dan menyapanya, anak itu agak pemalu dan terlihat sangat cantik.
‘ Memang benar dia anaknya, auranya saja sudah beda ‘ Batinya seakan tersenyum menyeramkan sambil memandang gadis kecil itu, namun diluar Audrey tersenyum ramah sambil terus mengobrol dengan gadis itu.
Hingga hari mulai sore dan pesta teh berakhir, gadis kecil itu tetap menempel pada Audrey. Audrey tentu saja senang karena tak perlu berusaha keras untuk mendapatkan mangsanya. “ Nah Elana aku harus pulang, kita akan bertemu kembali lain kali “ Namun, gadis kecil bernama Elana itu enggan melepaskan lengan Audrey. Melihat itu Audrey gemas dan mengusap pucuk kelapa Elana “ Kau bisa bermain ke istanaku Elana, pintu istanaku akan selalu terbuka untukmu “ Elana mendongak dan menatap Audrey dengan binar nya “ Benarkah? “ Audrey mengangguk lalu Elana berjinjit dan mencium pipi kiri Audrey dan berlari menjauh.
Sedikit kaget tapi Audrey merasa senang karena merasakan kekuatan suci yang tipis di tubuhnya. Hal itu membuat Audrey semakin yakin bahwa Elana adalah gadis yang ia cari, dan akan membuat masa depannya semakin cerah ‘ Hujani aku dengan cinta sucimu Elana. Aku akan sangat senang menerimanya ‘ Audrey tersenyum senang melihat siluet Elana menjauh. Lalu berbalik dan pulang.
Sampai dirumah Audrey di hujani pertanyaan oleh Jefford mengenai pesta teh hari ini. Audrey menjawab seadanya tanpa memberi tahu mengenai kekuatan suci Elana. Setelah berenkarnasi menjadi Audrey semakin hariia semakin dekat dengan Jefford. Bersama dengan Jefford menginggatkanya pada Marcel sang Ayah yang sangat ia cintai. Dan tujuan Audrey bertambah yaitu tidak akan membiarkan Jefford menyayangi orang lain kecuai dirinya. Hanya dirinya dan tak ada yang lain, termasuk Devina.
Jika benar atau sebuah kebetulan Ayahnya juga berenkarnasi menjadi Jefford, makan Jefford hanya miliknya. Audrey menatap Jefford dengan penuh kasih, lalu memasukan daging yang sudah di potong ke dalam piring sang Ayah. “ Ayah makan lebih banyak “ Jefford tersentuh dan mengusap pucuk kepela Audrey penuh kasih. “ Nah putri Ayah yang tercinta juga harus makan lebih banyak sayur supaya sehat “ memasukan beberapa brokoli ke piring Audrey. Dan di terima dengan senang hati, mereka nampak seperti Ayah dan Anak yang sangat dekat dan tak terpisahkan, melihat itu Devina tersenyum hangat. Audrey tak ingin Devina terabaikan, lalu memasukan beberapa potong daging ke piring Devina “ Ibu juga makanlah lebih banyak dan jangan sampai jatuh sakit “ Devina yang juga mendapatkan perlakuan hangat dari Audrey tersenyum hangat dan memakan daging pemberian Audrey. Malam dilewati dengan penuh kengatan oleh sepasang orang tua dan anak di meja makan.
Maaf kalau banyak typo
Jangan lupa like yaa
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!